Kesamaan Fosil yang ditemukan di benua Amerika, Afrika, India, Antartika, dan Australia
memberikan bukti dulunya benua tersebut bersatu dalam benua Pangaea (Sumber: Thompson
& Turk, 1997)
Selain tumbuhan, fosil binatang reptil Mesosaurus juga ditemukan di selatan Brazil dan selatan
Afrika. Jenis batuan sedimen di kedua benua tempat fosil Mesosaurusditemukan juga sama.
Reptil Mesosaurus tidak dapat berenang, bagaimana mungkin fosilnya ditemukan di dua benua
yang terpisah jauh? Ini mengindikasikan bahwa tempat ditemukan fosil Mesosaurus dulunya
adalah daratan yang sama atau bergabung dan sekarang berpisah akibat pengaruh tektonik
lempeng.
4. Medan Magnet Purba (Paleomagnetism) di Zona Pemekaran Samudra
Afred Wegener meninggal pada tahun 1930, dan pada saat itu masih ada orang yang
meragukan konsep Continental Drift yang beliau usulkan. Setelah beliau meninggal, kawan-
kawan setianya terus memperjuangkan konsep tersebut. Pada tahun 1950-an, dimulailah suatu
penelitian tentang medan magnet purba yang dikenal dengan istilah Paleo-Magnetik. Paleo-
Magnetik merupakan ilmu yang mempelajari arah medan magnet bumi purba yang terekam
dalam batuan selama proses pendinginan batuan tersebut. Selengkapnya pernah saya singgung
dalam artikel Medan Magnet Sebagai Pelindung Bumi.
Arah polarisasi medan magnet bumi purba yang didapatkan di batuan di dasar samudra pada
zona pemekaran samudra (Sumber: Kious. J.W, dan Tilling. R.I., 1996)
Pada tahun 1960-an, para ilmuan mulai mengkaji Paleo-Magnetik yang terekam pada lempeng
samudra di samudra Atlantik. Dari penelitian tersebut ditemukan beberapa seri arah medan
magnet bumi purba yang sama. Kesamaan berada pada sisi yang berlawanan dari tengah-tengah
zona pemekaran samudra (seafloor spreading). Lebih lengkap seperti gambar di bawah ini.
Bukti paleomagnetism di kerak samudra Atlantik makin memperkuat konsep continental drift,
dari kajian tersebut ditemukan bahwa di tengah-tengah samudra Atlantik ada yang lempeng
bumi yang terus bergerak menjauh. Hal ini ditemukan pada pola simetris arah medan magnet
bumi purba yang terekam pada kerak samudra.
Setelah ditemukan beberapa bukti seperti yang sudah saya jelaskan di atas, pada tahun 1960-
an para ilmu sudah sangat yakin dengan konsep continental drift yang digagas oleh Afred
Wegener. Pada akhirnya konsep Afred Wegener dinamakan sebagai Teori Tektonik Lempeng.
Dinamakan Teori karena sudah ditemukan banyak sekali bukti ilmiah dan pengujian. Pada
awalnya masih dianggap Hipotesa atau dugaan awal.
2. Pertemuan Konvergen
Ukuran dari bumi tidak berubah signifikan selama 600 juta tahun terakhir, dan
sepertinya tidak berubah sejak terbentuknya sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu.
Tidak adanya perubahan ukuran ini menyiratkan adanya penghancuran kulit bumi
dengan rasio yang sama dengan terbentuknya kulit baru. Penghancuran (daur ulang)
dari kulit bumi ini terjadi di pertemuan lempeng dimana lempeng bergerak
mendekati satu sama lain, dan kadang-kadang sebuah pelat tenggelam atau
menujam di bawah lempeng lainnya. Lokasi dimana penujaman terjadi disebut zona
subduksi.
Tipe konvergensi—disebut juga tabrakan lambat—tergantung dari jenis litosfer yang
terlibat. Konvergensi dapat terjadi antar lempeng samudera dengan lempeng benua
yang sangat besar.
Konvergensi Samudera-benua
Seandainya secara magis kita bisa mengeringkan Samudera Pasifik, kita akan
melihat penampakan yang luar biasa—sejumlah palung tipis yang panjang,
membujur ribuan kilometer dengan kedalaman 8 hingga 10 km menujam masuk ke
dalam dasar samudera. Palung-palung adalah bagian terdalam dari dasar samudera
dan tercipta akibat subduksi (penujaman).
Lempeng Nazca didorong dan menujam ke bagian bawah lempeng benua dari
lempeng Amerika Selatan. Pada gilirannya, daerah tubrukan pada sisi lempeng
Amerika Selatan naik, menciptakan peguungan Andes, tulang punggung benua
tersebut. Gempa kuat dan merusak dan naiknya ketinggian pegunungan secara cepat
sangat sering terjadi disini. Walaupun lempeng Nazca secara keseluruhan menujam
dengan sangat lambat ke palung, bagian paling dalam dari lempeng yang menujam
bisa terpecah ke bagian yang lebih kecil dan diam terkunci untuk periode yang lama.
Apabila bagian yang terkunci tersebut kemudian terlepas akibat gerakan lempeng,
akan mengakibatkan gempa yang sangat besar. Gempa-gempa tersebut sering
diiringi dengan kenaikan dataran sebesar beberapa meter.
Atas: Tabrakan antara lempeng India dan Eurasia mendorong Himalaya dan
dataran Tibet. Bawah: Potongan yang dibuat kartunis yang menunjukkan
pertemuan kedua lempeng sebelum dan sesudah tabrakan. Titik referens (busur
sangkar kecil) menunjukkan jumlah kenaikan titik imaginer di kulit bumi pada
saat proses pembentukan pegunungan.
3. Bowen Reaction Series
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi dari mineral pembentuk
batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya membeku, tetapi
mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini
disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan
temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh
Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi
adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama
kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent Melting”; dimana setelah pembentukkannya
Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan
pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah
Biotit, ia dibentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini paling banyak
terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan
banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah
dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah
albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya
komposisiPlagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini
Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit
adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan
yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara
seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
1. Waktu
Faktor yang sangat erat dan sangat identik dengan peristiwa pelapukan adalah waktu. Sering orang-
orang mengatakan bahwasannya pelapukan ini terjadi karena sebuah batuan sudah terlalu lama atau
terlalu tuan, hingga akhirnya batuan tersebut megalami pelapukan. Bahkan waktu merupakan faktor
pertama yang akan digunakan sebagai alasan mengapa pelapukan tersebut terjadi.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan adalah jenis batuan dan
strukturnya. Telah kita ketahui bersama bahwasannya batuan di dunia ini memiliki berbagai macam
jenis batuan yabg berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya. Kemudian mengenai struktur
batuan, yaitu sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan itu sendiri. Sifat fisik batuan meliputi
warna batuan (baca: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf). Sementara sifat kimia
batuan adalah unsur- unsur kimia yang terkandung di dalam batuan tersebut.
3. Topografi
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pelapukan adalah topografi. Keadaan topografi muka Bumi
juga mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan. Batuan- batuan yang berada di lereng yang
curam cenderung akan mudah untuk mengalami pelapukan dibandingkan dengan batuan yang
berada di tempat yang landai.
Mengapa demikian? Hal ini karena pada lereng yang curam, batuan akan sangat mudah terkikis atau
terlapukkan karena akan langsung bersetuhan dengan cuaca di sekitar batuan tersebut berada.
Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai macam endapan
yang pada akhirnya akan memperlambat proses pelapukan batuan tersebut.
4. Organisme
Faktor selanjutnya yang akan mempengaruhi proses pelapukan adalah adanya organisme.
Organisme marupakan hal yang cukup penting dalam proses pelapukan, seperti halnya dengan
proses penguraian tumbuh- tumbuhan secara alami.
6. Keadaan vegetasi
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adanya pelapukan adalah keadaan vegetasi. Vegetasi atau
tumbuh- tumbuhan juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi proses pelapukan. Hal ini
disebabkan akar- akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah- celah batuan. Apabila akar- akar
tersebut semakin membesar maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos batuan.
Selain akar- akar, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat batuan
melapuk. Hal ini disebabkan karena serasah batuan mengandung zat- zat asam arang dan juga
humus yang dapat merusak kekuatan pada batuan.
Itulah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan pada batuan. Keberadaan
faktor- faktor tersebut akan sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan pada batuan yang pada
akhirnya akan mengubahnya menjadi tanah (baca: tanah liat). Selain adanya faktor- faktor yang
mempengaruhi, tentu saja akan ditemukan pula beberapa agen yang terlibat dalam proses pelapukan
ini. Lalu apa saja agen- agen yang terlibat tersebut? Beberapa agen yang berperan dalam pelapukan
antara lain adalah air, es, garam, tanaman, binatang dan juga perubahan suhu.
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya
penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity),
permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
2.a Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
2c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini
adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).
Struktur Milonitic
2d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur
ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri.
Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh
bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.
Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi
beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar material
yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan
keteraturan orientasi.
Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut berstektur homeoblastik.