Anda di halaman 1dari 12

GELAS DAN KACA

PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN


Bapak Rully Nurhasan S.T,M.T

Disusun oleh:
Vaisal Gilang Adrian (10070118036)
M Rizkie Syahreza (10070118037)
Wahyu Guntoro (10070118038)
Fadlan Hamda (10070118040)
Adam Sutodrono (10070118042)

(Kelompok V)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M
Resume
Gelas Dan Kaca

Gelas merupakan benda padat, dan strukturnya berbeda dengan keramik.


Gelas merupakan senyawa kimia dengan susunan kompleks, diperoleh dengan
pembekuan lelehan melalui pendiginan. Bahan baku pembuatan kaca ada dua
kelompok yaitu (1) bahan yang dibutuhkan dalam jumlah besar meliputi pasir silika,
soda abu, batu kapur, feldspar, dan pecahan gelas (cullet) dan (2) bahan yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil meliputi natrium sulfat, natrium bikromat, selenium dan
arang. Pasir silika, batu kapur, dan feldspar sangat melimpah di indonesia.
Gelas adalah produk yang bersifat bening, tembus pandang secara optik,
dengan kekerasan yang cukup. Gelas bersifat sangat rapuh, mudah pecah menjadi
pecahan yang tajam, mudah dimodifikasi bentuknya dengan proses kimia atau
pemanasan, sehingga memiliki sifat estetika atau keindahan yang tinggi.
Kaca berasal dari bahan yang bersifat cair namun memiliki kepadatan tinggi,
dan struktur amorf. Atom-atom di dalamnya tidak membentuk suatu jalinan yang
beraturan, seperti kristal, atau biasa disebut gelas. Kaca kebanyakan dibuat
dari silika (SiO2), campuran batu pasir dengan fluks yang menghasilkan kekentalan
dan tilik leleh yang tidak terlalu tinggi, untuk kemudian dicampur lagi dengan
bahan stabilisator supaya kuat.
Proses Produksi pada Industri Gelas dan Kaca

Foto 1
Diagram Alir Proses Produksi Gelas dan Kaca (Austin 2005)
A. Bahan Baku Pembuatan Gelas dan Kaca
Berbicara tentang kaca, jangkauannya amatlah luas. Contoh dari produk-
produk kaca antara lain kaca jendela, bola lampu, alat-alat laboratorium, alat-alat
makan, lcd, kaca ipad, kaca lembaran, kaca cermin, kaca berwarna dan lain
sebagainya. Tiap produk tersebut dibuat dengan komposisi bahan berbeda-beda.
Namun, pada dasarnya komponen dari masing-masing produk terdiri dari 3 bahan
baku utama antara lain pasir kuarsa (SiO2), Soda ash (Na2O), dan Limestone
(CaCO3), serta bahan baku tambahan yang akan dijelaskan satu persatu di
pembahasan selanjutnya.
1. Pasir Kuarsa (SiO2)
Pasir yang digunakan untuk membuat kaca haruslah kuarsa yang hampir
murni. Oleh karena itu, lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan
pasir kaca. Kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45% untuk barang gelas pecah
belah atau 0,015% untuk kaca optic, sebab kandungan besi ini bersifat merusak
warna kaca pada umumnya.
2. Soda Ash (Na2O)
Soda (Na2O) terutama didapat dari soda abu padat (Na2CO3). Sumber lainnya
adalah bikarbonat, kerak garam, dan natriun nitrat. Fungsi dari Na2O adalah
menurunkan titik lebur bahan-bahan ketika proses peleburan bahan baku. Secara
umum, penggunaan Soda Ash adalah mempercepat pembakaran, menurunkan titik
lebur, mempermudah pembersihan gelembung dan mengoksidasi besi.
3. Limestone (CaCO3)
Sumber gamping (CaO) yang terpenting adalah batu gamping dan gamping
bakar dari dolomite (CaCO3. MgCO3). Fungsi utama dari CaCO3 adalah
mempercepat proses pendinginan kaca. selain itu saat proses pelelehan bahan baku
CaCO3 juga dapat mempermudah peleburan (menurunkan temperatur peleburan).
Selain ketiga bahan baku di atas dalam proses pembuatannya, digunakan pula
beberapa bahan baku tambahan antara lain :
4. Fledspar
Feldspar mempunyai rumus umum R2O. Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat
berupa Na2O atau K2O atau campuran keduanya. Sebagai sumber Al2O3, feldspar
mempunyai banyak keunggulan dibanding produk lain, karena murah, murni, dan
dapat dilebur. Dan seluruhnya terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3 sendiri
digunakan hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga merupakan
sumber Na2O atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan titik
cair kaca dan memperlambat terjadinya devitrifikasi.
5. Borax
Borax adalah bahan campuran yang menambahkan Na2O dan boron oksida
kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran,
boraks sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca pengemas. Ada pula
kaca borat berindeks tinggi yang mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks
refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang telah dikenal. Kaca ini banyak digunakan
sebagai kaca optik. Disamping daya fluksnya yang kuat, boraks tidak saja bersifat
menurunkan koefisien ekspansi tetapi juga meningkatkan ketahanannya terhadap
aksi kimia. Asam borat digunakan dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit
alkali. Harganya hampir dua kali boraks.
6. Kerak garam
Kerak garam (salt cake), sudah lama digunakan sebagai bahan tambahan
pada pembuatan kaca, demikian juga beberapa sulfat lain seperti ammonium sulfat
dan barium sulfat, dan sering ditentukan pada segala jenis kaca. Kerak garam ini
diperkirakan dapat membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat
ini harus dipakai bersamakarbon agar tereduksi menjadi sulfite. Arsen trioksida dapat
pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang- gelombang dalam kaca. Nitrat,
baik dari natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi besi sehingga tidak
terlalu kelihatan pada kaca produk. Kalium nitrat atau karbonat digunakan pada
berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca optik.
7. Kullet
Kulet (cullet) adalah kaca hancuran yang dikumpulkan dari barang-barang
rusak, pecahan beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat dipakai 10% atau
bahkan sampai 80% dari muatan bahan baku.
8. Blok refraktori
Blok refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung dengan
kondisi yang hebat yang harus dialami dalam penggunaannya. Zirkon, alumina, mulit
(mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia alumina-silika, alumina, krom-alumina
elektrokast banyak digunakan sebagai refraktor pada tangki kaca.
 Kandungan Senyawa Produk Kaca Dalam %

No SiO B2O Al2O Fe2O CaO MgO NaO


2 3 3 3

1 71.8 1.4 0.1 8.9 3.3 14.3


2 72.4 0.8 0.4 5.3 3.7 17.4
3 81.0 12.5 2.0 4.5
4 67.2 0.9 9.5
5 100

Keterangan :
1. Jendela amerika dan eropa
2. Bola Lampu
3. Pyrex
4. Alat makan minum
5. Silika Murni
Berbagai macam produk yang dihasilkan dari industri kaca yang membedakan
dari masing masing produk ialah komposisi. Misalnya jendela kaca, bola lampu, dan
pyrex. Komposisi jendela di negara tropis dan subtropis berbeda. Hal ini dikarenan
musim yang berbeda dari masing-masing negara. Namun, hal yang tepenting
terdapat silikat, kalsium dan natrium oksida. Komponen lainnya yaitu berupa senyawa
tambahan. Untuk membuat suatu bahan kaca yang tahan panas dapat ditambahakan
B2O3. Seperti dalam bola lambu dan alat laboratorium.
Hal yang menarik dari kaca yaitu adanya warna. Warna pada kaca membuat
telihat lebih indah, elegant, dan menambah harga jualnya. Pewarnaan dihasilkan oleh
penyerapan langsung dari cahaya yang dipantulkan melalu cahaya. Zat warna yang
digunakan berupa golongan transisi, terutama grup pertama Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni,
dan Cu. Contonya kaca yang ditambahkan berupa garam besi Fe2+ ataupun Fe3+
dapat berwarna hijau dan coklat. Jika ditambahkan mangan dalam Mn2O3 bewarna
putih mengkilap seperti perak. Jika ditambahkan Copper dalam Cu2+ bewarna biru
bening.
B. Proses Pembuatan Kaca Skala Industri
Proses pembuatan kaca secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu fusion of raw
materials, working with molten mass dan annealing.
1. Fusion of raw materials (Pencampuran bahan baku)
Adalah proses pencampuran semua bahan baku (utama dan tambahn) dengan
komposisi bahan tertentu sesuai produk yang ingin dihasilkan. Proses ini dilakukan di
dalam suatu reaktor suhu tinggi (1000 0C-1500 0C), karena disini akan diubah bahan
dari bentuk padatan kedalam bentuk cairan.
2. Working with molten mass (Bekerja dengan bahan yang meleleh)
Adalah tahapan proses selanjutnya setelah fusion of raw materials, disini
bahan cair yang diperolah dicetak sesuai bentuk yang diinginkan baik manual
ataupun oleh bantuan mesin pencetak.
3. Annealing (Penyangaian)
Merupakan tahapan proses setelah tahap Working with molten mass, bahan
yang sudah dibentuk kemudian didinginkan secara bertahap dalam suatu alat glass
tempering machine, alat ini bekerja menurunkan suhu secara bertahap sampai
didapatkan bahan berbentuk kaca.
Menurut Austin 2005, proses pembentukan kaca dapat dijelaskan sebagai
Berikut :
a. Peleburan
Tanur kaca dapat diklasifikasi sebagai tanur periuk atau tanur tangki. Tanur
periuk (pot furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat digunakan secara
menguntungkan untuk membuat kaca khusus dalam jumlah kecil di mana tumpak cair
itu harus dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan terutama dalam
pembuatan kaca optic dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya ialah
suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina. Sulit sekali melebur kaca
di dalam bejana ini tanpa produknya terkontaminasi atau tanpa sebagian bejana itu
sendiri meleleh, kecuali bila bejana itu terbuat dari platina. Dalam tanur tangki (tank
furnace), bahan tumpak itu dimuat ke satu ujung suatu “tangki” besar yang terbuat
dari blok-blok refraktor, diantaranya ada yang ukuran 38 x 9 x 1.5 m dengan kapasitas
kaca cair sebesar 1350 t. kaca itu membentuk kolam didasar tanur itu, sedang nyala
api menjilat berganti dari satu sisi ke sisi lain. Kaca “halusan” (fined glass) dikerjakan
dari ujung lain tangki itu, operasinya kontinu. Dalam tanur jenis ini, sebagaimana juga
dalam tangki periuk, dindingnya mengalami korosi karena kaca panas. Kualitas kaca
dan umur tangki bergantung pada kualitas blok konstruksi. Karena itu, perhatian
biasanya ditujukan pada refraktori tanur kaca. Tanur tangki kecil disebut tangki harian
(day tank) dan berisi persediaan kaca cair untuk satu hari sebanyak 1 t sampai 10 t.
tangki ini dipanasi secara elektrotermal atau dengan gas.
Tanur-tanur yang disebutkan diatas adalah tergolong tanur regenarasi
(regenerative furnace) dan beroperasi dalam dua siklusdengan dua perangkat

ruang berisi susunan bata rongga. Gas nyala setelah memberikan sebagian kalornya
pada waktu melalui tanur berisi kaca cair, mengalir ke bawah melalui satu perangkat
ruang yang diisi penuh dengan pasangan batu terbuka atau batu rongga
(checkerwork). Sebagian besar dari kandungan kalor sensibel gas keluar dari situ,
dan isian itu mencapai suhu yang berkisar antar 1500°C didekat tanur 650C di dekat
pintu keluar. Bersamaan dengan itu, udara dipanaskan dengan melewatkannya
melalui lubang regenerasi yang telah dipanaskan sebelumnya dan dicampur dengan
gas bahan bakar yang terbakar, sehingga suhu nyalanya menjadi menjadi lebih tinggi
lagi (dibandingkan dengan jika udara tidak dipanaskan terlebih dahulu). Pada selang
waktu yang teratur, yaitu antara 20 sampai 30 menit, aliran campuran udara bahan
bakar, atau siklus itu dibalik, dan sekarang masuk tanur dari ujung yang berlawanan
melalui isian yang telah mendapat pemanasan sebelumnya, kemudian melalui isian
semula, dan mencapai suhu yang lebih tinggi.
Suhu tanur yang baru mulai berproduksi hanya dapat dinaikkan sedikit demi
sedikit setiap hari, bergantung kepada kemampuan refraktorinya menampung
ekspansi. Bila tanur regenarasi itu sudah dipanaskan, suhunya harus dipertahankan
sekurang-kurangnya 1200°C setiap waktu. Kebanyakan kalor hilang dari tanur
melalui radiasi, dan hanya sebagian kecil yang termanfaatkan untuk pencairan.
Tanpa membiarkan dindingnya mendingin sedikit karena radiasi, suhu akan menjadi
terlalu tinggi sehingga kaca cair itu dapat menyerang dinding dan melarutkannya.
Untuk mengurangi aksi kaca cair, pada dinding tanur kadang- kadang dipasang pipa
air pendingin.
Reaksi kimia yang terlihat dalam pembuatan kaca dapat diringkas sebagai berikut
(Austin, dkk. 2005) :
1) Na2CO3 + aSiO2 → Na2O.aSiO2 + CO2
2) CaCO3 + bSiO2 → CaO.bSiO2 + CO2
3) Na2SO4 + cSiO2 → Na2O.cSiO2 + SO2 + SO3 + CO
b. Pencetakan
Kaca dapat dibentuk dengan mesin atau dengan cetak tangan. Faktor yang
terpenting yang harus diperhatikan dalam cetak mesin (machine molding) ialah
bahwa rancang mesin itu haruslah sedemikian rupa sehingga pencetakan barang

kaca dapat diselesaikan dalam tempo beberapa detik saja. Dalam waktu yang sangat
singkat ini kaca berubah dari zat cair viskos menjadi zat padat bening. Jadi, jelas
sekali bahwa masalah rancang yang harus diselesaikan, seperti aliran kalor stabilitas
logam, dan jarak bebas bantalan merupakan masalah yang rumit sekali. Keberhasilan
mesin cetak kaca merupakan prestasi besar bagi para insinyur kaca.
c. Penyangaian
Untuk mengurangi regangan-regangan dalam kaca, semua barang kaca
harus disangai (anneal), baik barang kaca yang dibuat dengan mesin maupun yang
dibuat dengan tangan. Secara singkat, penyangaian menyangkut dua macam
operasi, yaitu:
1. Menahan kaca itu pada suatu suhu di atas suhu krisis tertentu
selama beberapa waktu yang cukup lama sehingga mengurangi regangan-
regangan dalam dengan jalan pengaliran plastic sehingga regangannya kurang
dari suatu maksimum yang ditentukan.
2. Mendinginkan massa kaca sampai suhu kamar secara cukup
perlahan sehingga regangan itu selalu berada di bawah batas maksimum leher
atau tungku penyaringan, tidak lain hanyalah satu ruang pemanasan yang
dirancang dengan baik dimana laju pendingin dapat diatur sehingga memenuhi
persyaratan.
d. Penyelesaian
Semua kaca yang sudah disangai harus mengalami operasi penyelesaian
yang relative sederhana tetapi sangat penting. Operasi ini menyangkut hal-hal
sebagai berikut: Pembersiha, Penggosokan, Pemolesan, Pemotongan, Gosok-
semprot dengan pasir, Pemasangan email klasifikasi kualitas, Pengukuran.
C. Potensi Industri Kaca di Indonesia
Produk kaca di Indonesia yang paling kompetitif yaitu kaca lembaran, kaca
lembaran merupakan produk unggulan yang kapasitasnya paling besar dibandingkan
produk kaca lainnya. Produk ini sebagian besar digunakan untuk jendela bangunan,
penggunaan lainnya di sektor properti dan pada bidang otomotif. Produk kaca dalam
bidang propersti dan otomitif memiliki pasar yang cukup bagus saat ini baik ekspor
maupun domestik. Penguasaan teknologi produksi kaca oleh industri kaca di
Indonesia tergolong tinggi terutama untuk produk kaca otomotif.
Contoh Perusahan dibidang kaca yaitu PT Asahimas Flat Glass Tbk, PT Mulia
Glass dan PT Tossa Shakti. PT Asahimas Flat Glass Tbk merupakan Perusahaan
Modal Asing (PMA) yang berdiri pada tahun 1971, dan merupakan bagian dari Asahi
Glass Co.Ltd, yang merupakan salah satu produsen kaca terbesar di dunia. Kapasitas
produksi PT Asahimas Flatt Glass saat ini adalah sebesar 570.000 ton per tahun
untuk kaca datar, 4,5 juta m3 kaca pengaman dan 2,4 juta m3 untuk kaca cermin.
Dengan kapasitas sebesar ini Asahimas merupakan salah satu industri kaca terbesar
di Asia Tenggara.
PT Mulia Glass merupkan anak perusahaan dari PT Mulia Keramik Indah yang
didirikan pada tahun 1989 dan memproduksi berbagai jenis kaca antara lain Float
glass, glass container, safety glass dan glass block. Saat ini Mulia Glass
memproduksi float glass sebanyak 612.500 ton/ tahun, kemudian glass container
140.000 ton per tahun, glass blok 45.000 ton per tahun dan safety glass 120.000 set.
Produksi float glass Mulia Glass telah diekspor ke lebih dari 50 negara, dan
volumenya ekspornya telah mencapai 65% dari total produksinya. Sementara itu
produksi yang lain yaitu glass container lebih banyak dipasarkan untuk kebutuhan
domestik sebagai kemasan consumer goods dan industri obat-obatan.
PT Tossa Shakti didirikan pada tahun 1984. Pemain ini memproduksi kaca
bening (float glass) dengan kapasitas 900 metrik ton/ hari, dan kaca berwarna (tinted
float glass) yakni hijau, biru, dan kuning dengan kapasitas 70 metrik ton/ hari.
Kapasitas tanurnya mencapai 70 ton per hari. Mesin produksi Tossa menggunakan
beberapa teknologi dari sejtumlah provider berbeda. Teknologi raw material system,
elecronic batching system, automatically menggunakan teknologi Siemens PLC,
sementara teknologi tanur dan forming-nya dari China. Proses annealing
mengunakan mesin Bottero (Italia), dan Rurex (Jerman), serta CNUD (Belgia).
Berdasarkan tiga perusahaan diatas, industri kaca di Indonesia sangat berpotensi
untuk tumbuh menjadi pasar yang menguntungkan. Begitu banyaknya jenis-jenis
properti dan kendaraan di Indonesia membuat permintaan produk kaca tinggi. Dari
segmen ekonomi industry ini sangat menguntungkan
KESIMPULAN

Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang terdiri dari 3 bahan
baku utama antara lain pasir kuarsa (SiO2), Soda ash (Na2O), dan Limestone
(CaCO3), serta bahan baku tambahan yang mulanya di proses pada reaktor suhu
tinggi (10000C-15000C). Reaksi pembuatan kaca atau gelas secara umum:

Na2CO3 + aSiO2 , Jadi Na2O.aSiO2 +CO2


CaCO3 + bSiO2 Jadi CaO.bSiO2 + CO2

Na2SO4 + cSiO2 + C menjadi Na2O.cSiO2 + SO2 + SO2 + CO


Produk-produk yang berbasis kaca/gelas antara lain layar LCD, kaca berwarna, kaca
antipeluru, fiberglass, kaca keramik, kaca antigores, lambu bohlam, alat-alat
laboratorium, plat kaca, kaca jendala, dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

1.Austin GT. 2005. Shreve's Chemical Process Industries, 5th ed. New York:
McGraw-Hill Book Co.

2.Badan Standar Indonesia (BSN). 2005. Kaca Lembaran SNI 15-0047-2005.


Jakarta(ID): BSN.
3.Indonesian Commercial Letter. 2010. Industri Kaca lembaran September 2010

4.Keenan, Charles W., dkk. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga. Miessler G L, Terr D A. 1987. Inorganic Chemistry third
edition. Minnesota:Pearson Education International

Anda mungkin juga menyukai