PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH:
RIKA YUSTIKA
R1C115069
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bumi, yang dua di antaranya aktif bergerak. Bagian barat merupakan tepi tenggara
Lempeng Benua Eurasia, juga dikenal sebagai Paparan Sunda yang relatif diam.
Bagian timur selatan dibentuk oleh Lempeng Benua Australia, yang bergerak ke
utara dengan kecepatan 7-8 cm/tahun, dan bagian timur utara ditempati oleh
Lempeng Samudra Pasifik atau Lempeng Samudra Filipina yang bergerak ke arah
geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur. Mandala ini
meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah dan Lengan
Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi tersusun atas
batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi dari hasil
Geologi lembar Kolaka skala 1:250.000, yang terdiri dari deretan morfologi
geser dan sesar naik dengan arah sesar yang tidak beraturan, serta terdapat sesar
2
2
kromit primer dan endapan kromit sekunder. Endapan kromit primer terdapat
pada batuan peridotit dengan nilai chargeabilitas (221 - 320) msec dan nilai
pada lapisan pasir yang mengandung fragmen bongkah dan fragmen batuan
peridotit dengan nilai chargeabilitas (203-270) msec dan nilai resistivitas (296-
400) Ohm.m. Kisaran nilai chargeabilitas kromit primer dengan kromit sekunder
tidak terlalu besar, sedangkan untuk nilai resistivitasnya terdapat perbedaan yang
besar, hal ini terj adi karena adanya perbedaan litologi yang melingkupi mineral
kromium. Mineral ini mempunyai komposisi kimia FeCr2O3, dengan sifat fisik
terpenting antara lain berwarna hitam dan bentuk kristal tidak beraturan. Mineral
kromit terdapat dalam batuan basa dan ultrabasa (peridotit dan serpentinit), terjadi
dengan cara segresi magma pada waktu batuan terbentuk. Kromit dapat terjadi
3
sebagai endapan primer, yaitu tipe cebakan stratiform dan podiform, atau sebagai
teridentifikasi dengan jelas, olehnya itu sangat diperlukan informasi yang rinci
atau detail. Berdasarkan uraian di atas maka dapat melatar belakangi sehingga
penulis mengambil judul “ Studi Geologi dan Potensi Endapan Kromit daerah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam bidang keilmuan yaitu dapat memberikan
A. Geologi Regional
geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur. Mandala ini
meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah dan Lengan
Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi tersusun atas
batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi dari hasil
ofiolitnya merupakan lajur ofiolit Sulawesi Timur. Bagian Timur Sulawesi ini
memanjang melalui ujung Timur Lengan Timur, sisi Timur bagian Tengah,
dan Lengan Tenggara Sulawesi (Surono, 2013). Lengan Timur dan Lengan
Tenggara Sulawesi tersusun atas batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan
ofiolit yang terjadi dari hasil proses pengangkatan (obduction) selama Miosen.
tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng Indo-Australia yang bergerak
ke arah utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat dan lempeng Eurasia
yang bergerak ke arah selatan-tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu
lempeng Filipina.
bagian: ujung utara, bagian tengah, dan ujung selatan. Lembar Kolaka menempati
Ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di bagian
tengah dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan pegunungan,
pebukitan tinggi, pebukitan rendah, dataran rendah, dan karst (Gambar 1).
a. Ujung utara
munculnya Kompleks Danau Malili terdiri atas Danau Matano, Danau Towuti dan
tiga danau kecil di sekitarnya (Danau Mahalona, Danau Lantoa, dan Danau
Masapi). Pembentukan kelima danau itu diduga akibat sistem Sesar Matano, yang
diketahui sebagai sesar geser mengiri, (Ahmad, 1977 dalam Surono, 2013).
Perbedaan ketinggian kelima danau itu memungkinkan air dari suatu danau
mengalir ke danau yang lebih rendah. Danau Matano dihubungkan dengan danau
mahalona oleh sungai Petes yang kemudian dialirkan ke danau Towuti oleh sungai
oleh sungai kecil. Kemudian Danau Towuti dan Danau Masapi dialirkan ke Teluk
Bone oleh Sungai Larona. Kelima danau itu dikelilingi perbukitan dengan
diketinggian 382 mdpl. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dasar danau matano
berada dibawah permukaan laut. Ujung utara dipisahkan dengan bagian tengah
garis timur.
b. Bagian tengah
sangat kasar dengan kemiringan lereng tajam. Puncak tertinggi pada rangkaian
Rumbia dan Mendoke. Umumnya dataran ini merupakan dataran alluvium yang
luas dikanan kiri sungai, sedangkan morfologi perbukitan terdri atas perbukitan
rendah dan tinggi. Perbukitan rendah jauh lebih luas dibandingkan perbukitan
tinggi.
2. Stratigrafi Regional
Geologi regional lembar kolaka disusun oleh satuan batuan yang dapat
Kolaka oleh Simandjuntak, dkk., 1993, oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi skala 1:250.000. Daerah Kabaena terdiri dari berbagai batuan Pra Tersier,
Tersier, dan Kuarter (Gambar 2). Stratigrafi secara regional dari batuan termuda
a. Aluvium (Qa)
Alluvium (Qa) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal.
Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan ini
adalah Holosen.
b. Formasi langkowala (Tml)
dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batupasir malih, sekis dan
ultrabasa. Ukuran fragmen berkisar 2 cm sampai 15 cm, setempat terutama
dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi oleh kontak struktur dengan
batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah batuan sedimen
c. Kompleks Pompangeo (mtpm)
Formasi ini terdiri atas sekis mika, sekis glaukofan, sekis amphibolit, sekis
klorit, rijang, pualam dan batugamping meta. Sekis berwarna putih, kuning
dan augen serta di beberapa tempat perdaunan terlipat. Rijang berwarna kelabu
sampai coklat; agak padat sampai padat, setempat tampak struktur perlapisan
halus. Pualam berwarna kehijauan, kelabu sampai kelabu gelap, coklat sampai
merah coklat, dan hitam bergaris putih; sangat padat dengan persekisan, tekstur
ini didukung oleh adanya pengarahan kalsit hablur yaag tergabung dengan mineral
lempung dan mineral kedap (opak). Batuan terutama tersusun oleh kalsit, dolomit
dan piroksin; mineral lempung dan mineral bijih dalam bentuk garis. Wolastonit
dan apatit terdapat dalam jumlah sangat kecil. Plagioklas jenis albit mengalami
penghabluran ulang dengan piroksin. Satuan ini mempunyai kontak struktur geser
dengan satuan yang lebih tua di bagian utara yaitu Kompleks Mekongga (Pzm).
Berdasarkan penarikan umur oleh Kompleks Pompangeo mempunyai umur Kapur
d. Formasi Matano (Km)
Batugamping berwarna putih kotor sampai kelabu; berupa endapan kalsilutit yang
telah menghablur ulang dan berbutir halus (lutit); perlapisán sangat baik dengan
ketebalan lapisan antara 10-15 cm; di beberapa tempat dolomitan; di tempat lain
kebiruan dan coklat kemerahan; pejal dan padat. Berupa lensa atau sisipan dalam
kemerahan; padat dan setempat gampingan; berupa sisipan dalam serpih dan
e. Kompleks Ultramafik (Ku)
Formasi ini terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabbro, basalt,
dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan setempat rodingit. Satuan ini
3. Struktur Regional
terdiri atas Sesar Matano, kelompok Sesar Kolaka, kelompok Sesar Lawanopo
Struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah sesar geser mengiri
yang terutama tediri atas sesar Lawanopo, sistem sesar Konaweha (Sesar Lainea),
Sesar Kolaka, dan Sesar Matano serta liniasi. Sesar dan liniasi menunjukkan
sepasang arah utama tenggara-barat laut (332º), dan timur laut barat daya (42º).
Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar geser mengiri dilengan
tenggara sulawesi.
Sesar Kolaka merupakan salah satu sesar utama yang berarah barat laut-
tenggara. Sesar Kolaka memanjang sekitar 250 km dari pantai barat teluk bone
sampai ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Sesar Kolaka relatif sejajar
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung
Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan Sesar Matano,
Struktur geologi pada daerah penelitian berupa sesar geser dan sesar naik
dengan arah sesar yang tidak beraturan (Simandjuntak, 1993 dalam Surono,
atas Kompleks Pompangeo dan sedimen malih Kabaena, diduga terjadi pada
geologi yang ada dilapangan (yang bersifat tiga dimensional) kedalam peta (yang
terutama adalah batuan, urutan batuan, struktur batuan serta bangun bentang
1. Geomorfologi
(continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang
pada daerah penelitian, Kondisi geologi ini mencakup dari litologi batuan hingga
struktur yang mengontrol terbentuknya bentang alam tersebut, hasil dari Analisis
ini akan menghasilkan data yang kemudian diolah untuk menentukan satuan
diamati melalui peta topografi, foto udara, maupun citra satelit, ataupun dari
Tabel 1. Klasifikasi bentuk muka bumi untuk peta geomorfologi skala 1:25.000 (peta
dasar: peta topografi), (Brahmantyo dan Bandono, 2006)
I. BENTANG ALAM PEGUNUNGAN LIPATAN
Bentuk muka bumi:
1. Punggungan Sinklin
2. Punggungan Antiklin
3. Punggungan Kuesta (kemiringan
dipslope/bidang lapisan batuan 10o –15o)
4. Punggungan Homoklin (15 o – 45 o)
5. Punggungan Hogback (>= 45 o)
6. Lembah Sinklin
7. Lembah Antiklin
8. Lembah Homoklin
9. Kubah Antiklin
10. Kubah Intrusi Garam
11. Dataran Denudasional Struktur Sesar
II. BENTANG ALAM PEGUNUNGAN PLATEAU/LAPISAN DATAR
Bentuk muka bumi:
1. Bukit Mesa
2. Bukit Butte
3. Dataran Antar-perbukitan
4. Lembah plateau
III. BENTANG ALAM PEGUNUNGAN SESAR
Bentuk muka bumi:
1. Punggungan Blok Sesar (dengan gawir sesar, gawir
jalur sesar/fault line scarp, faset
segitiga, faset trapesoid)
2. Perbukitan/punggungan Horst
3. Perbukitan/Punggungan Zona Sesar
4. Perbukitan / Punggungan Bancuh (Melange)
5. Lembah Graben
6. Dataran Denudasional Struktur Patahan
2) Morfometri yang meliputi kemiringan dan bentuk lereng, ketinggian dan beda
tinggi, dll.
di sekitarnya).
a. Morfografi
sangat berkaitan erat dengan orde-orde sungai, panjang sungai, keliling sungai dan
luas sungai. Berdasarkan orde-orde sungai, kita dapat mengetahui nilai indeks
percabangan. Dari data panjang segmen sungai dan luas sungai, kita dapat
1)Tahapan Awal (Initial Stage) , tahap awal suatu sungai seringkali dicirikan
oleh sungai yang belum memiliki orde dan belum teratur seperti lazimnya
suatu sungai. Air terjun, danau, arus yang cepat dan gradien sungai yang
berbeda tingkatannya, arus alirannnya berasal dari air runoff ke arah suatu
diatas permukaan lava yang masih baru / muda dan gunungapi, atau
(rejuvenation).
2) Tahapan Muda yaitu sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah
Umumnya profil lembahnya membentuk seperti huruf ”V”. Air terjun dan
3) Tahapan Dewasa yaitu tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh
semakin lama semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang
berbentuk meander, sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam tahapan
(flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan ditempati oleh
(Gambar 4)
Pola perubahan bentuk alur sungai yang semula linear dan kemudian
oleh sifat erosi vertikal berubah menjadi erosi lateral (Noor, 2012) .
1) Tahapan Tua yaitu pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh
meander dan lebar dari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas
meander belt. Pada umumnya dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow lake)
erosi vertikal.
kalinya karena adanya pengangkatan dan proses ini disebut dengan perenajaan
Gambar 5. Proses perkembangan sungai oleh aktivitas arus sungai, mulai stadia awal,
stadia muda, stadia dewasa, dan stadia tua, (Noor, 2012).
cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor
geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan
oleh struktur, kemiringan topografi , dan litologi batuannya, Adapun pola aliran
yaitu :
dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat
Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten
terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan
pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar
(renggang).
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak
gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-
bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini pola
aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan
annular.
yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya
adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti
struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh
saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai
bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis
dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus disepanjang lembah dengan cabang-
cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama
bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar
(trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin.
Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir
searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran
Gambar 6. Pola Aliran Sungai: Dendritik, Rectangular, Radial dan Trellis (Noor, 2012)
5) Pola Aliran Centripental
Pola aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola
radial, dimana aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa cekungan
(depresi). Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di
danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air
danau mengering.
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah downstream
aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi
lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel
terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola
memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam.
Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan
paralel.
b. Morfometri
kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci (Tabel 3).
Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang
lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan
jumlah persen dan besar sudut lereng, perhitungan tersebut daoat dilihat seperti
berikut :
( n−1 ) × IK
S= … … … ….. … … … …(1)
JH × SP
pembentukan bentuk laban yaitu proses fluvial, proses marin, proses aeolin, proses
glasial, proses solusional, proses vulkanis dan proses tektonik. (Verstappen 1983
pantai, delta, dan laut, gurun, dan glasial), yang kemudian dibagi ke dalam satuan
bentuk muka bumi lebih detil yang dipengaruhi oleh proses-proses eksogen.
1) Proses Endogen
dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam
kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan
2) Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar
bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim
65
dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan proses yang
Dari beberpa proses yang mempengaruhi baik dari proses endogen dan
1) Plato Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) adalah dataran yang
terletak pada ketinggian di atas 200 m . Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil
erosi dan sedimentasi. Wilayah tinggi yang relative datar sebagi hasil proses
angkatan mendatar, dan paling tidak pada salah satu sisinya dibatasi oleh
2) Mesa Bukit atau gunung terisolir berbentuk meja, merupakan sisa denudasi
dengan lapisan batuan datar yang keras sebagai penutupnya dan dengan
ukuran yang lebih kecil dan kurang teroreh dibandingkan dengan plateau.
3) Bute Mesa yang tererosi lebih lanjut sehingga bagian punggung yang
4) Hogback Bentuk landform karena proses angkatan atau lipatan dan patahan,
pemiringan (dipping) yang curam, umumnya lebih dari 35%, dan disertai
5) Cuesta Pertemuan dua permukaan yang melereng dibentuk oleh dengan landai
terjal, dimana lapisan batu diekspos di tepi mereka, memanggil tebing curam
65
atau, jika banyak terjal, tebing curam. biasanya erosion-resistant lapis batu juga
2. Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
Stratigrafi Indonesia, Penamaan ini berdasarkan pada ciri ciri batuan yang diamati
tertentu antara kejadian dan aturan batuan di alam, dalam kedudukan ruang dan
pengarahan kepada para ahli geologi yang bekerja mempunyai persepsi yang
65
stratigrafi, satuan kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat
1) Satuan Litostratigrafi
lapangan.
batuan asal gunungapi (pre-resen) dan batuan hasil proses tertentu serta kombinasi
daripadanya. Dalam hal pencampuran asal jenis batuan oleh suatu proses tertentu
yang sulit untuk dipisahkan maka pemakaian kata “Komplek” dapat dipakai
65
a) Kelompok ialah suatu litostratigrafi resmi setingkat lebih tinggi daripada
Formasi dan karenanya terdiri dari dua Formasi atau lebih yang menunjukkan
harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri litologi yang nyata, baik terdiri dari
satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih.
c) Anggota ialah bagian dari suatu Formasi yang secara litologi berbeda dengan
ciri umum formasi yang bersangkutan, serta memiliki penyebaran lateral yang
berarti,. Anggota selalu merupakan bagian dari suatu Formasi, tetapi Formasi
tidak selalu perlu mempunyai anggota, kalau suatu formasi mempunyai satu
Anggota atau lebih, maka bagian yang lain dari formasi tersebut tidak perlu
2) Satuan Litodemik
beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama
yaitu :
65
a) Supersuite adalah satuan Litodemik setingkat lebih tinggi dari pada Suite, oleh
karenanya Supersuite terdiri dari dua Suite atau lebih. Nama yang populer
seperti zona pada zona mineralisasi adalah nama satuan tidak resmi.
b) Suite adalah satuan litodemik resmi yang setingkat lebih tinggi dari pada
Litodem, oleh karenanya terdiri dari dua atau lebih asosiasi litodem yang
yang mempunyai kesamaan ciri litologinya yang sejenis dan kesamaan genesa,
misalnya Suite Metamorfosa Bayat terdiri dari Litodem Filit, Litodem Sekis
keseragaman ciri litologi yang dapat berupa batuan intrusi, extrusi atau
3) Satuan Biostratigrafi
dan penyebaran fosil, satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang
65
Berdasarkan ciri satuan paleontologi yang dijadikan sendi satuan
a) Zona Kumpulan
Zona Kumpulan ialah satu lapisan atau kesatuan sejumlah lapisan yang
terdiri oleh kumpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan sesuatu jenis fosil,
dapat dipakai sebagai penciri waktu, Batas dan kelanjutan zona kumpulan
unsur utama dalam kesinambungan yang wajar. Nama zona kumpulan harus
diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi penciri utama
kumpulannya.
b) Zona Kisaran
stratigrafi unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada, kegunaan zona
kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan sebagai
dasar untuk penempatan batuan-batuan dalam sekala waktu geologi, batas dan
kelanjutan zona kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan mendatar takson
c) Zona Puncak
maksimum suatu takson tertentu.Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah
65
untuk menunjukkan kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat
vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat objektif. Nama Zona
Puncak diambil dari nama takson yang berkembang secara maksimum dalam
Zona tersebut.
d) Zona Selang
Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua
takson penciri. Kegunaan zona selang pada umumnya ialah untuk korelasi
tubuh-tubuh lapisan batuan, batas atas atau bawah suatu zona selang ditentukan
oleh pemunculan awal atau akhir dari takson-takson penciri. Nama zona selang
diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas atas dan bawah
zona tersebut.
e) Zona Rombakan
Zona Rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya
fosil rombakan, berbeda jauh daripada tubuh lapisan batuan di atas dan di
air laut relatif yang cukup besar dan sering bersifat lokal, regional sampai global.
f) Zona Padat
Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya fosil
dengan kepadatan populasi jauh lebih banyak daripada tubuh batuan di atas dan di
65
4) Satuan Sikuenstratigrafi
peristiwa geologi. Satuan sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan batuan yang
terbentuk dalam satuan waktu pada satu daur perubahan muka-laut relatif (Komisi
SSI, 1996).
Urutan tingkat satuan mencerminkan tingkat besaran dan lamanya waktu selang
sikuenstratigrafi didasarkan hanya oleh kelanjutan bidang batas satuan dan tidak
dibatasi oleh ketebalan, besaran interval waktu atau kesamaan fisik batuan.
5) Satuan Kronostratigrafi
waktu geologi ini dapat ditentukan berdasarkan geokronologi atau metode lain
untuk menyusun urutan peristiwa geologi secara lokal, regional dan global
65
Dalam praktek tidak selalu mungkin untuk mendapatkan suatu sayatan
menerus yang dapat dipergunakan sebagai stratotipe satuan. Karena itu suatu
Stratotipe batas dapat ditentukan dengan satu atau lebih metode penentuan
batas waktu. Keragaman metode yang dipakai akan lebih memastikan kebenaran
stratotipe batas, stratotipe batas harus dipilih dari suatu sayatan stratigrafi hasil
pengendapan yang menerus tanpa adanya rumpang, tubuh batuan yang terdapat
antara batas atas dan batas bawah suatu satuan kronostratigrafi dapat berbeda ciri
atas dan bawah satuan di lokasitipe, ciri pengenal dan dasar penentuan umur
3. Kolom Stratigrafi
yang dimulai dari termuda hingga tertua didasarkan pada umur geologi, yang
berhubungan dengan ketebalam lapisan batuan, serta genesa pembentuk batuan itu
sendiri, adapun pembuatan dalam kolaom stratigrafi yaitu tersusun atas kolom
kolom tambahan yang berisi informasi dari batuan tersebut dengan atribut lainnya.
Kolom startigrafi terdiri dari beberapa unsur yang umumnya meliputi kolom
sebagai berikut :
65
a) Kolom umur
Kolom umur adalah kolom yang digunakan untuk mengisi keterangan umur
batuan, kolom ini diisi berasarkan umur batuan yang dihasilkan dari fosil
Kolom satuan batuan adalah kolom yang berisi informasi tentang satuan
batuan yang telah dilakukan penelitian baik dari hasil pemetaan geologi ataupun
c) Kolom ketebalan
tentang ketebalan suatu lapisan batuan yang didasarkan dari hasil dari rekontruksi
d) Kolom litologi
Kolom litologi bersi informasi tentang litologi batuan yang telah ditemukan
1) Simbol litologi
65
6) Kontak intrusi; perlu ditekankan batuan beku intrusi dengan batuan beku yang
e) Kolom deskripsi
sesuai dengan kebutuhan secara detail pada masing masing batuan ataupun secara
Kolom ini berisi informasi tentang fosil yang repsentatif untuk menunjang
dsb).
b. Pengukuran Startigrafi
yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi yang resmi. Metoda
65
metoda yang paling umum dan sering dilakukan di lapangan adalah dengan
menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda ini diterapkan terhadap singkapan
(Gambar 7):
lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng
65
pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur geologi
lainnya.
5) Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
stratigrafi yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan
batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang
dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.
standar.
terlebih dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan
4. Batuan Beku
Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri
65
merupakan cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai
temperatur yang tinggi (900o-1600oC) dan berasal dari bagian dalam bumi
bowen, seri reaksi bowen adalah skema yang menunjukan urutan kristalisasi
Pada bagian seri reaksi tidak menerus menunjukkan bahwa mineral olivin
jenuh terhadap SiO2 maka mineral piroksenlah yang terbentuk dahulu hal ini
dalam temperatur.
65
Pada bagian seri menerus mineral yang pertama terbentuk adalah mineral
yang pertamakali terbentuk pada temperatur tang tinggi yaitu anortit, mineral ini
terbentuk pada batuan beku basa seperti gabro atau basalt, serta albit adalah
mineral yang terakhir terbentuk pada temperatur paling rendah, mineral ini banyak
tersebar pada batuan asam seperti granit dan diorit, dalam hal ini anortit adalah
penggolongan batuan lebih lanjut, pembagian genetik batuan beku adalah sebagai
berikut :
1) Batuan Ekstrusi
permukaan bumi baik didaratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini
mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang
kental dan panas, cairan ini biasa disebut lava. Bentuk dan sususnan kimia dari
Ada dua tipe magma intrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang
rendah dan vikositas relatif rendah. Sebagai contoh adalah lava basaltik yang
pendinginan yang sangat cepat. Biasanya lava basaltik memiliki sifat sangat cair,
sehingga bila sampai ke permukaan akan menyebar dengan daerah yang sangat
luas.
65
Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan
silika yang tinggi dan vikositas relatif tinggi. Akibat dari cikositas ini bila sampai
ke permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang lembah. Viskostias yang tinggi
dan terbentuknya urat-urat pusat, ini akibat letusan gunung api dan berhubungan
dengan lava.
2) Batuan Intrusi
Proses batuan beku sangat berbeda dengan kegiatan batuan vulkanik, karena
perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis ini, Tiga prinsip dari tipe
b) Bentuk tabular
c) Bentuk pipa
Dimana kontak diantara batuan intrusi dengan batuan yang diintrusi atau
daerah batuan, bila sejajar dengan lapisan batuan maka tubuh intrusi ini disebut
konkordan. Bila bentuk kontaknya kontras disebut diskordan atau memotong dari
Tekstur batuan beku dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu holokristalin,
terdiri dari mineral dinamakan tekstur holokristalin. Batuan semacam ini pada
umumnya mengkristal dibagian dalam dari kulit bumi. Bila pengkristalan terjadi
dekat permukaan bumi, sebagian batuan akan dibangun oleh mineral dan
65
sebagian yang lain terdiri dari masa silikat yang tak diketahui jenisnya, batuan
dibangun eloh seluruhnya mineral halus, batuan ini berasal dari proses
pembekuan magma yang sangat cepat sehingga mineral tak sempat tumbuh.
2015).
Tekstur batuan beku dapat pula dibagi atas paneritik, porpiritik, apanitik,
aplitik, maupun diabasik. Penjelasan dari tiap tekstur diberikan sebagai berikut :
a) Tekstur faneritik
Tekstur batuan beku yang hampir seluruhnya batuan dibangun oleh mineral
dengan ukuran kristal besar dan beragam (Gambar 9). Sebagai contoh pada batuan
b) Tekstur Porpiritik
Tekstur pada batuan beku yang dibangun oleh mineral mineral yang tumbuh
sangat besar, diantara mineral yang mempunyai ukuran halus Sebagai contoh
65
c) Tekstur Apanitik
Tekstur pada batuan beku yang ditandai oleh pertumbuhan mineral yang
umumnya halus, diantara massa silika yang tidak dikenali komposisinya. Sebagai
a
b
d) Tekstur Aplitik
mineral yang agak halus, tetapi masih sangat mudah dikenal secara
e) Teskstur Diabasik
65
Gambar 11. a. Tekstur Aplitik, b. Tekstur Diabasik
Struktur batuan beku dapat digolongkan kedalam struktur makro dan mikro.
Struktur makro hanya dapat diamati apabila batuan beku dijumpai sebagai
singkapan pada saat kita survey dilapangan, sedangkan struktur mikro dapat
a) Struktur Makro
ini perlu diketahui untuk mengetahui sejarah pembekuan batuan tersebut. Berikut
Struktur ini sering dijumpai pada lava, dengan permukaan yang kasar
Struktur ini terdapat pada lava yang sangat basa, menyerupai garis garis
radial.
pertemuan aliran lava dengan genangan air laut. Pada saat aliran lava bertemu
65
air laut, lava mendadak membeku disusul oleh pembekuan aliran lava
(Gambar 12).
segienam. Struktur semacam ini dapat dijumpai pada batuan beku luar
Gambar 12. a. Struktur lava blok, b. Struktur lava ropi, c. Struktur lava bantal
b) Struktur Mikro
1) Struktur xenolit
Struktur ini terbentuk oleh adanya masa asing yang masuk kedalam batuan
beku, masa tersebut biasanya terdiri dari batuan yang bersumber dari tempat lain.
2) Struktur orbikular
65
Struktur ini terbentuk karena adanya orientasi mineral secara radial
3) Struktur seferulitik
Struktur ini mempunyai bentuk menyerupai kipas, yang berawal dari satu
4) Struktur veskular
Strukur ini sering dijumpai pada batuan beku luar. Lava yang mengalir
(Gambar 13).
5) Struktur amigdoloidal
65
Struktur terjadi pada lava vescular (Gambar 14), bila lubang vescular telah
terisi oleh kristal kristal yang baru, maka dinamakan struktur amigdoloidal
2) Vesikuler adalah lubang lubang bekas gas pada batuan beku (lava)
3) Amigdaloidal adalah lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang
4) Kekar kolom (columnar joint) yaitu kekar berbentuk tiang dimana sumbunya
pada tepi atap intrusi besar akibat hilangnya beban (Susanto, 2008).
65
maka analisis kimia dapat dilakukan untuk memastikan komposisinya (Noor,
2012).
pembekuan, dari keterangan tersebut, batuan beku dapat dibagi menjadi kelompok
menurut tekstur dan tempat pembentukannya, maka klasifikasi batuan beku yang
Fenton juga menjelaskan bahwa batuan beku akan berwarna cerah apabila
dilihat tanpa bantuan mikroskop. Contohnya adalah batu granit dan diorite.
dengan permukaan, pada kelompok ini kristal-kristal pada batuan tidak dapat
terlihat tanpa bantuan mikroskop. Contoh batuan berbutir halus adalah rhiolit
dan basal.
c) Kelompok batuan seperti kaca atau hampir tidak berbutir, pada umumnya
mengeras pada permukaan aliran lava. Batuan ini terjadi karena lava
65
mengkristal. Hal ini mungkin terjadi saat magma atau lava bersentuhan
dengan material yang lebih dingin pada permukaan bumi. Contoh batuan yang
seperti kaca. Batuan fragmental terdiri dari banyak butiran atau pecahan yang
telah disatukan oleh panas dari letusan gunung berapi. Contoh batuan
pada proporsi kuarsa atau foid, plagioklas, dan alkali feldspar oleh diagram
65
piramida segitiga. Di setiap ujung sudutnya menyatakan komposisi 100%. Nama
pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F),
felsfar alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama
batuan dihitung dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau
Gambar 16. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973) (a) Klasifikasi
umum, (b) Batuan ultramafik, gabroik & anortosit, (c) Batuan ultramafik.
Ket.I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid
Syenitoid; VI. Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit; IX.
Peridotit; X. Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier „Foid-
Bearing‟, digunakan bila feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.
65
Golongan Afanitik dapat memperkirakan komposisi mineralnya berdasarkan
mineral yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang)
dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik, semakin
Penentuan nama atau jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi
batuan yang bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat
terlihat dan dapat dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis batuannya. Dengan
menghitung prosentase mineral yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada
mineral Q/F,A P, maka nama batuan dapat ditentukan dengan cara yang sama.
65
5. Batuan sedimen
sedimen terdiri dari fragmen batuan / mineral dan matriks (masa dasar).
Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan sedimen klastik terdiri dari :
Besar butir (grain size), Bentuk butir (grain shape), kemas (fabric),
(permeability).
1) Besar Butir (Grain Size) adalah ukuran butir dari material penyusun
Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras
65
5) Sementasi adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun
batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah :
yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah porositas
atau air mengalir pada saat pengendapan terjadi. Batas diantara sekelompok
sebagai endapan pantai, sebagai sand dunes (gumuk pasir) dan endapan
sedimen sungai.
65
(Gravel) Pebbles (kerikil) 4-64
Granules (butir) 2-4
Very coarse sand (sangat kasar) 1-2
Pasir Coarse Sand (kasar) 1/2-1
(Sand) Medium sand (sedang) 1/4-1/2
Fine sand (halus) 1/8-1/4
Very fine sand (sangat halus) 1/16-1/8
Lanau (silt) 1/256-1/16
Lempung (clay) <1/256
6. Struktur
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak
bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur
sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan
tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih
65
2) Struktur primer, adalah struktur yang terbentuk selama proses pembentukan
seperti, Cross bedding, ripple mark, mud cracks atau batuan intrusi seperti
maupun batuan bebu membatu, misalnya kekar, sesar, lipatan, foliasi dan
liniasi.
Prinsip geometri suatu bidang atau garis adalah unsur yang mempunyai
kedudukan atau orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara
satu dan lainnya dapat di deskripsikan. Suatu bidang atau garis harus
a. Struktur Bidang
1) Kedudukan (attitude) adalah batasan umum untuk orientasi dari bidang atau
tertentu (Bearing).
65
3) Kecondongan (inclination) adalah sudut vertikal yang diukur kearah bawah
dari bidang horizontal ke suatu bidang atau garis dan apabila diukur pada
bidang yang tidak tegak lurus strike disebut kemiringan semu(Apperent dip).
4) Jurus (Strike) adalah arah garis horizontal yang terletak pada bidang miring
5) Kemiringan (Dip) adalah sudut terbesar dari suatu bidang miring, yang diukur
b. Struktur Garis
1) Garis adalah unsur geometri yang merupakan kumpulan dari titik-titik, dapat
2) Arah penunjaman (Trend) adalah garis horizontal atau jurus dari bidang
tersebut.
4) Pitch/Rake adalah besaran sudut lancip antara garis dengan horizontal yang
65
5) Arah, penunjaman dan Pitch/Rake, kedudukan struktur garis adalah
diketahuinya arah, plunge dan rake sebuah garis dari suatu bidang , dengan
metode grafis.
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai
g) Kekar (Fraction)
Kekar adalah struktur rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran (Noor, 2012).
3) Kenampakan breksiasi.
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
a) Shear Joint (Kekar gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
b) Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
8) Lipatan (folds)
65
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
(Noor, 2012). Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung kearah atas, sedangkan lipatan
dikelompokkan menjadi :
b) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.
g) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar.
9) Sesar (faults)
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb (Noor,
2012). Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui :
65
c) Deretan mata air
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Ada beberapa jenis jenis patahan atau sesar yang dapat dikategorikan
a. Normal fault
Patahan dikatakan masuk ke dalam normal fault jika patahan tersebut
memungkinkan satu block misalnya bagian foot wall memiliki lapisan yang
bergerak searah namun relatof naik terhadap blok lainnya yaitu hanging wall. Ciri
yang sangat mudah ditemukan pada jenis normal fault adalah tingkat
b. Reserve fault
Kebalikan dari normal fault, untuk jenis reserve fault ini merupakan patahan
yang terjadi dengan arah foot wall yang relatif turun dibandingkan dengan
hanging wall. Ciri yang mudah ditemukan pada jenis patahan ini adalah tingkat
kemiringannya yang relatif kecil yaitu sekitar 45 derajat saja atau setengah dari
c. Strike fault
Untuk jenis strike fault ini merupakan patahan yang memiliki arah relatif
mendatar baik itu ke kiri maupun ke kanan. Arah patahan ini memang tidak
seluruhnya bergerak dengan arah mendatar namun juga bisa dengan arah vertikal.
65
Pada patahan jenis ini yang bergerak ke arah kiri disebut dengan dekstral
7. Kromit
sifat antara lain berwarna hitam, berbentuk kristal massif hingga granular, sistem
kristal oktahedral, goresan berwana coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs), dan berat
jenis 4,5 - 4,8. Secara umum bentuk dari mineral kromit adalah tipis, kecil dan
Komposisi kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat unsur-unsur lain yang
65
Kromit terbentuk karena proses kristalisasi magma pada suhu 1200C.
Terdapat pada batuan beku basa dan ultra basa seperti peridotit, dan pada batuan
metamorf seperti serpentinit, dan pada sebagian permukaan bijih besu padat,
magnetit dan anortit. Kegunaan sebagai bahan pembuat Kromium, industri besi,
a. Endapan Kromit
1) Endapan Stratiform
lapisan tipis olivin atau piroksen. Sebagai contoh adalah di Bushveld barat yang
mencapai ketebalan 1.10 m sampai dengan 1.30 m dan dapat ditelusuri sampai
beberapa kilometer tanpa ada perubahan yang berarti baik dalam komposisi
mineral maupun ketebalannya. Secara umum batas antara pengkayaan kromit dan
lapisan dibawahnya sangat tajam. Lapisan kromit makin keatas berubah menjadi
2) Endapan Pediform
65
stratification, sebagai contoh bagian paling bawah bijih kromit masif, pada
lapisan atasnya, merupakan bentuk jalur jalur papan atau bijih berbintik - bintik.
Struktur dalam badan kromit bervariasi. Kristal kromit padat rapat di dalam
khromit. Bijih bulat atau berbintik bintik yang terdiri dari kristal bulat
piroksen, serpentin, merupakan ciri khas dari endapan karung bijih khromit. Bijih
berbentuk pita berhubungan erat dengan bijih masif , tetapi lebih kaya silikat
formasi yang rapuh dan getas yang berada di sekelilingnya, tidak hanya dekat
akibat kegiatan tektonik yang lebih muda pada bagian atas di bawah kondisi
3) Endapan Sekunder
Endapan kromit sekunder terdapat dua jenis yaitu, pasir hitam dan tanah
akumulasi bentuk butir butir kromit yang berbentuk pasir berwarna hitam. Hal ini
65
dapat terjadi karena kromit memiliki berat jenis tinggi dan tahan terhadap
pelapukan. Pada daerah tropis, pelarutan mineral silikat yang terdapat dalam
65
Gambar 19. Kolom ideal ofiolit (Winter (2001) dalam Lintjewas, 2015).
Ofiolit merupakan susunan batuan ultramafik dan mafik yang terdiri dari
beberapa sekuen yang terbentuk akibat adanya rekahan tengah samudera yang
sebagai akibat dorongan material baru yang keluar dari zona rekahan. Salah satu
asosiasi dari sekuen ofiolit yaitu endapan kromit dengan batuan induk berupa
terbentuk pada batuan induknya yaitu ofiolit dan penyebaran ofiolit di Indonesia
65
diperkirakan lebih dari 80 ribu ton (Wianto & Haryanti , 2008, dalam Abdi dkk.,
2014).
Gambar 20. Fotomikrografi batuan peridotit jenis harzburgit (Strickensen 1978), yang
telah mengalami ubahan dari olivine (Ol) dan piroksin (Px) menjadi
sarpentin (Sp) (Lintjewas, 2015).
Endapan Kromit merupakan salah satu endapan yang sangat penting buat
kebutuhan akan bijih krom pada dunia industri seperti stainless steel, gray cast
iron, iron free high temperature alloys, dan chromium plating untuk melindungi
dengan permukaan.
65
III. METODE PENELITIAN
± 5 jam dengan menggunakan roda dua maupun roda empat serta kapal laut. Peta
B. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang bersifat
65
pengamatan morfologi, data struktur, dan litologi, serta pengambilan sampel yang
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder berupa peta lembar geologi Kolaka skala 1:250.000, serta
literatur tentang geologi. Sedangkan data primer merupakan data yang diambil
D. Instrument penelitian
65
2
E. Tahap penelitian
tahap analisis dan interpretasi serta tahap penyelesaian dan penyajian data.
1) Tahap pendahuluan
pemilihan judul skripsi, studi pustaka dan diskusi dengan dosen pembimbing,
b) Studi pustaka
studi geologi regional Sulawesi. Studi pustaka kemudian difokuskan pada daerah
Sulawesi Tenggara, dengan menggunakan teori yang pernah ditulis oleh peneliti-
3
lapangan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari data pengamatan langsung di lapangan, maupun
geologi dan morfologi. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data
geokimia batuan.
diantaranya adalah data morfologi, litologi dan struktur. Hal-hal ini termuat secara
rinci dalam buku pencatatan lapangan yang terekam dalam satu titik stasiun
a. Menentukan posisi atau lokasi stasiun pengamatan dalam peta dan mencatat
koordinat.
kepalan tangan, dan deskripsi batuannya baik secara fisik dan kandungan
Geokimia.
a) Analisis morfologi
ini meliputi analisis dalam pembagian satuan bentang alam pada daerah
yaitu data kelerengan, data pola aliran sungai, tipe genetik sungai, data litologi
serta data-data lain yang direkam dalam bentuk foto dan catatan lapangan.
b) Analisis struktur
diketahui arah umum struktur kekar daerah penelitian dan zona yang
c) Analisis petrologi
d) Analisis petrografi
a) Analisis geokimia
mendeterminasi oksida utama (major elements) dan unsur minor pada sampel
batuan (Hasria, 2018). Sampel yang digunakan biasanya berupa serbuk hasil
Semua data yang diperoleh dari analisis dan interpretasi di atas, kemudian
Mulai
1. Studi Literatur
2.Persiapan Penelitian
Tahap pendahuluan 3. Peta lokasi
penelitian 1:250000
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Analisis
Data
Keterangan : HASIL
= Input
= Proses Selesai
= Output
7
x 4 km atau 16 km2. Aspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Geomorfologi,
dan proses endogen (Thornbury, 1989) dalam Van Zuidam 1985. Analisis
geomorfologi dilakukan dengan analisis pola kelurusan dari citra Shuttle Radar
antara 20-680 meter diatas permukaan laut (Mdpl). Pengamatan yang dilakukan
680 mdpl yang berada digunung Lamolea dan elevasi terendah 20 mdpl terletak
dibagian barat laut. Morfologi yang teramati didaerah penelitian yaitu satuan
45%, dan pedataran kalkarenit Lampangi Jaya mencakup wilayah sekitar 35%.
8
Gambar 23. Diagram bunga dari pola kelurusan pada peta pola kelurusan
Pola Kelurusan punggungan yang teramati pada peta (Gambar 22) didominasi
berarah barat daya- timur laut, serta pola kelurusan yang diamati pada peta
9
didominasi oleh arah dominan yaitu utara- selatan yang diintepretasikan sebagai
pola struktur berupa sesar dan kekar yang berkembang didaerah penelitian.
terdiri dari pola aliran sungai dendritik dan rektangular (Gambar 24). Pola Aliran
struktur berupa sesar, dan rekahan. Pola aliran dendritik terdapat pada selatan
daerah penelitian, Pola aliran dendritik dapat memiliki kerapatan sungai yang
dikontrol oleh jenis batuannya, sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak
atau kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus
sedangkan pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar (Van
Zuidam, 1985).
Pola Aliran rektangular berada pada bagian barat laut daerah penelitian, pola
aliran rektangular ini dipengaruhi oleh kekar dan/ atau sesar yang berkembang
lapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus
b. Satuan Geomofologi
Jaya, satuan bentang alam perbukitan kompleks ultramafik Lampangi Jaya, satuan
Lampangi Jaya
Satuan bentang alam ini memiliki luas sekitar 20 % dari wilayah daerah
penelitian dengan ketinggian antara 500- 680 mdpl, yang berada pada gunung
Lamolea. Satuan ini dicirikan dengan pola kontur yang rapat dan menutup serta
cenderung landai pada bagian elevasi tertinggi, pola kontur tersebut mencirikan
pengunungan batuan beku, satuan ini memiliki kemiringan lereng 35- 140 %,
bagian paling kanan dari daerah penelitian ditandai dengan warna ungu tua pada
peta geomorfologi ( ).
dari adanya proses endogen serta struktur sesar dan kekar yang mendukung proses
eksogen destruksional.
12
Gambar 25. Pengunungan Lamolea dibagian timur difoto ke arah barat laut dari daerah
Lampangi Jaya
Gambar 26. Pegunungan Lamoela difoto dari arah selatan dari daerah Lampangi Jaya
Morfologi ini memanjang dari arah utara hingga selatan dibagian timur
daerah penelitian. Pola aliran sungai pada daerah ini yaitu dendritik dan
rektangular. Proses eksogen yang mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan dan
erosi vertikal.
Satuan ini mengisi sekitar 45 % dari luas daerah penelitian yang dicirikan
dengan pola kontur rapat dan menutup serta relief yang realtif sedang, hal ini
13
menjadi ciri khas perbukitan batuan beku. Morfologi ini menempati bagian tengah
Gambar 27. Satuan bentang alam perbukitan dibagian timur difoto dari arah barat laut
Lampangi Jaya
Gambar 28. Kenampakan satuan bentang alam perbukitan yang difoto dari arah timur
Lampangi Jaya
14
pemukiman dan pertambangan, yang memiliki ketebalan soil ±50cm, pola aliran
pada satuan ini pola aliran dendritik dan rektangular, serta proses endogen yang
bekerja pada satuan ini yaitu erosi vertikal yang membentuk lembah sungai “V’
tumpul dengan proses pelapukan bekerja cukup aktif memiliki bentuk lembah
sungai curam dan sempit, pada tepian sungai telah mengalami erosi bertipe gully
erosion.
– 40% yang memiliki pola kontur yang renggang serta relief halus, dengan
kemiringan lereng 0-8 %, Morfologi ini menempati bagian ujung barat yang
geomorfologi ( ).
15
Gambar 30. Satuan bentang alam pedataran difoto dari arah Selatan menenggara
Lampangi Jaya
Gambar 31. Satuan bentang alam pedataran dibagian utara timur laut difoto dari arah
barat laut Lampangi Jaya
bongkah. Pola aliran sungai pada satuan ini adalah dendritik dan rektangular,
proses eksogen yang bekerja yaitu erosi lateral yang membentuk lembah sungai
berukuran U, dengan proses pelapukan yang sempurna. Proses erosi yang terjadi
c. Tahapan Geomorfik
mengubah bentang awal dari awal hingga saat ini. Keberagaman litologi dapat
dilapangan diketahui bahwa didaerah penelitian terdiri atas sebagian besar lembah
V menandakan bahwa proses erosi vertikal yang dominan terjadi, hal ini
17
ditunjukan dengan sungai yang berbentuk aliran lurus serta terdapat fragmen lepas
berbentuk bongkah yang tersebar disepanjang sungai dan dinding sungai yang
menandakan bahwa proses erosi lebih dominan dibanding proses sedimentasi, dan
Gambar 34. Kenampakan sungai dengan adanya fragmen lepas berbentuk bongkah
dibagian timur daerah penelitian, terdapat longsoran batuan di dinding sungai dan
Gambar 35. Kenampakan longsoran batuan yang terdapat dibeberapa dinding sungai
18
dan sedimentasi didapatkan bahwa dibagian utara, tengah, timur, hingga selatan
dibandingkan proses erosi, dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
dan batuan sedimen, satuan batuan yang terdapat didaerah penelitian tersusun
dalam kolom kesebandingan stratigrafi menjadi satuan tidak resmi. Penamaan ini
1996). Berdasarkan data yang termatai dilapangan dan hasil analisis laboratorium,
satuan litostratigrafi tidak resmi, yang sataun batuan diurutkan mulai dari tua
1. Serpentin-dunit
2. Serpentin- piroksenit
3. Serpentinit
dan profil umum stratigrafi (tanpa skala) daerah penelitian ( ). Satuan batuan di
a. Satuan Serpentinit
terdapat di perbukitan dan sungai yang singkapan agak lapuk hingga segar.
Terdapat di jalan poros antar Kabaena utara- Kabaena Tengah.Satuan ini terdapat
Satuan ini ditandai dengan warna ungu pada peta geologi ( ). Penamaan
batuan ini didasarkan oleh analisis petrografi, mineral yang hadir berupa Lizardit
80%, opak 20%. Berdasarkan klasifikasi yang digunakan, batuan ini diberi nama
2) Ciri litologi
Jenis batuan ultramafik, memiliki warna lapuk cokelat dan warna segar
yaitu serpentin. Kekar-kekar yang intensif mengindikasikan bahwa satuan ini telah
Gambar 36. Singkapan serpentinit pada (A) yang menunjukkan adanya pelapukan
berupa mineral oksida besi (st1), (B) yang berada disungai Lampangi jaya,
terdapat kekar pada singkapan (st 26)
batuan yakni 0,5 mm hingga 1 mm, tersusun atas mineral Lizardit, opak ( ).
Foto :
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
1 1 1
2 2 2
Liz
3 3 Liz 3
Granular
4 4 4
Opq Opq
5 5 5
6 6 6
7 7 7
// - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
batuan serpentinit pada st26 yaitu lizardite 80% dan mineral opak 20%. Dari hasil
analisa ini dapat diketahui bahwa pada lokasi ini proses serpentinisasi berlangsung
lain atau mineral asal dari serpentin, seperti mineral olivin dan piroksen.
Berdasarkan ciri litologi dan analisis petrografi, satuan ini dapat disetarakan
hubungan dengan satuan lebih muda berupa ketidakselarasan karena adanya time
dijumpai urat-urat serpentin dalam jumlah besar dengan panjang urat ±5m dengan
bukaan ±5cm. Dari beberapa faktor diatas sangat mempengaruhi tingkat derajat
batuan ini berkisar antara 60-100% sehingga masuk kedalam tingkat derajat
penelitian 50% dimana terdapat pada bentang alam pedataran 1%, perbukitan
30%, dan perbukitan tinggi 20%. Pada kedua bentang alam ini proses pelapukan
sehingga air meteorik yang jatuh kepermukaan batuan hanya sebagian kecil yang
dapat masuk kedalam rekahan batuan sehingga proses pelapukan tidak terjadi
secara sempurna.
Satuan ini terdapat di pinggir jalan tambang, gunung Lamolea dan sungai
Lampangi Jaya, keterdapatan singkapan satuan ini mulai dari segar hingga lapuk
2) Ciri litologi
singkapan dijumpai jenis batuan ultramafik, memiliki warna lapuk cokelat dan
primer diantaranya olivin dan piroksen serta mineral tambahan yaitu serpentin.
Indikasi gejala struktur pada satuan ini dapat dilihat dengan cukup banyak
dijumpai kekar-kekar pada singkapan batuan yaitu kekar tarik dan kekar gerus
serta dijumpai urat-urat serpentin dalam jumlah kecil dengan panjang <1m dengan
bukaan <2cm.
23
Gambar 38. Singkapan Serpentin- piroksenit (A) dengan adanya kekar tarik dan gerus,
(B) kenampakan urat urat serpentin, (C) Sigkapan serpentin- piroksenit yang
berada dijalan tambang.
memiliki warna interferensi kuning kebiruan, warna absorbsi putih tekstur berupa
dengan ukuran mineral penyusun batuan yakni 0,5 mm hingga 1 mm, tersusun
Foto :
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
1 1 1
2 2 2
3 3 3
Cpx
Cpx
4 4 4
Granular
5 Liz 5 5
6 6 Liz 6
7 7 7
A // - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
Foto :
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
1 1 1
Fibrous
2 Kri 2 2
Kri
3 Fractured 3 3
Cpx
Cpx
Replacement
4 4 4
Ol
Mesh
5 Liz 5 Ol 5
Opq
6 6 Opq 6
7 7 7
Liz
B // - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
Keterangan gambar : Cpx = Clinopiroksen, Liz = Lizardit, Ol = Olivin, Opq = Opak, Kri
= Krisotil
Gambar 39. Sayatan tipis Serpentin- Piroksenit yang menunjukkan komposisi mineral
tekstur dan struktur (A), sayatan tipis yang menunjukkan adanya
replacement pada mineral (B).
ukuran mineral penyusun batuan yakni 0,5mm hingga 1mm, tersusun atas
Berdasarkan ciri litologi dan analisis petrografi, satuan ini dapat disetarakan
ketidakselarasan karena adanya time gap skala waktu geologi dan perbedaan jenis
batuan.
Piroksenit cukup banyak dijumpai kekar-kekar pada singkapan batuan yaitu kekar
tarik dan kekar gerus serta dijumpai urat-urat serpentin dalam jumlah kecil dengan
panjang <1m dengan bukaan <2cm. Dari beberapa faktor diatas sangat
piroksenit kehadiran mineral serpentin pada batuan ini berkisar antara 40-59%
Satuan ini meliputi 20% dari luas daerah penelitian, Satuan ini banyak
dijumpai dibentang alam perbukitan, pedataran, dan jalan poros tambang serta
pemukiman dengan kondisi batuan segar hingga agak lapuk. Serpentinit dunit
tumbuhan tinggi dengan jenis tanh literit, dengan kemangnetan sedang hingga
kuat.
Satuan ini ditandai dengan warna dipeta geologi. Penamaan batuan ini
didasarkan oleh analisis petrografi, ( ). Mineral yang hadir berupa olivin 30%,
ortopiroksen 5%, antigorit 10%, lizardit 45%, dan mineral opak 10%.
2) Ciri Litologi
Jenis batuan ultramafik, memiliki warna lapuk cokelat dan warna segar
yaitu serpentin.
singkapan batuan yaitu kekar tarik dan kekar gerus serta dijumpai urat-urat
serpentin dalam jumlah kecil dengan panjang ±2m dengan bukaan ±2cm, dengan
Gambar 40. Singkapan Serpentin-dunit yang berada di sungai (A), Singkapan yang
menunjukan adanya proses pelapukan ditunjukkan dengan adanya mineral
oksida besi yang bewarna kuning kemerahan (B). Singkapan yang
menunjukkan kekar-kekar (C).
serpentini- dunit st17 memiliki ciri warna interferensi abu-abu kebiruan, warna
batuan yakni 0,5 mm hingga 1 mm, tersusun atas mineral olivin, orthopiroksen,
klinopiroksen, lizardit, krisotil, opak. Serpentin hadir denga pola mesh struktur,
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
A1 1 1
Fractured
Mesh
Liz Opx
2 2 2
Opx
Replacement
Liz
3 3 3
Opq Opq
Ol Ol
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
// - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
B1 Ol
Replacement
1
Ol Replacement
1
2 2 2
Opq
3 3 3
Opq
4 4 4
Kri
5 Fibrous 5 5
Kri
Fibrous
6 6 6
7 7 7
// - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
Gambar 41. Sayatan tipis nikol silang dan nikol sejejar batuan serpentin- dunit (A),
sayatan tipis nikol silang dan nikol sejajar Serpentin- dunit dengan
kenampakan mineral olivin yang tergantikan oleh orhopiroksen (B).
dimana dapat kita lihat pada (Error: Reference source not found ) mineral olivin
(terreplacement) dan pada sayatan nampak olivin telah mengalami alterasi oleh
urat-urat serpentin jenis lizardit dengan struktur fractured. Kemudian pada (Error:
Reference source not found ) hadir mineral krisotil dengan struktur fibrous
dimana mineral ini hadir sebagai mineral sekunder yang mereplacement mineral
olivin.
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
1 1 1
2 2 2
3 3 3
Atg
Atg
4 4 4
5 5 5
Liz
Banded Liz Banded
6 6 6
Granular Granular
7 7 7
// - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
Gambar 42. Sayatan tipis batuan serpentin- dunit nikol sejajar dan nikol silang
kenampakan mineral antigorit dengan struktur banded.
struktur granular terbentuk akibat proses pelapukan, pada sayatan masih sangat
jelas tekstur dari kristal mineral olivin yang seluruhnya telah terubah menjadi
mineral serpentin.
Berdasarkan ciri litologi dan analisis petrografi, satuan ini dapat disetarakan
hubungan dengan satuan lebih muda berupa ketidakselarasan karena adanya time
cukup banyak dijumpai kekar-kekar pada singkapan batuan yaitu kekar tarik dan
kekar gerus serta dijumpai urat-urat serpentin dalam jumlah kecil dengan panjang
±2m dengan bukaan ±2cm. Dari beberapa faktor diatas sangat mempengaruhi
mineral serpentin pada batuan ini berkisar antara 40-59% sehingga masuk
kedalam tingkat derajat serpentinisasi yang sedang dan hanya sedikit yang
d. Satuan Packstone
Satuan ini meliputi 25 % dari wilayah penelitian, satuan ini banyak dijumpai
Tengah, dan disungai Lampangi Jaya, Satuan ini mendominasi dibagian barat
daerah penelitian.
2) Ciri litologi
Gambar 43. Singkapan Kalkarenit pada staisun 28 (A), singkapan Kalkarenit yang
terdapat disungai Lampangi Jaya (B), sampel handspecimen (C).
batuan yakni 0,08 hingga 1mm, sortasi baik, porositas buruk dengan kemas yang
tertutup, tersusun atas grain berupa mineral kalsit dan foraminifera serta adanya
Foto :
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
A
1 Granular 1 1
Urat kalsit Sparit
2 2 2
Por
3 Foraminifera 3 3
4 4 Mikrit 4
Kalsit
5 5 Grain
5
6 6 6
7 7 7
// - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
32
Foto :
A B C D E F G H I A B C D E F G H I
B
1 1
Drusy
1
2 Sparit 2 2
3 3 3
Aragonit
4 Por 4 4
Mikrit
5 5 5
Kalsit
6 Vuggy 6 6
7 7 7
// - Nikol 1 mm X – Nikol 1 mm
Gambar 44. Sayatan tipis Packstone yang menampakan foraminifera (A). Sayatan tipis
Packstone dengan bentukan morfologi semen karbonat drusy (B).
morofologi semen karbonat berbentuk drusty dan granular, yang dimana semen
ini menjadi ciri dari batuan yang terbentuk pada zona meteoric vadose, metoric
phereatic, dan burial, dan kenampakan mineral kalsit yang mengalami proses
Berdasarkan ciri litologi dan analisis petrografi, satuan ini dapat disetarakan
disusun oleh batuan sedimen klastik, dan sedimen karbonat. Hubungan stratigrafi
serta pengaruhnya terhadap sifat pergerakan struktur geologi yang ada di daerah
a. Analisis Kelurusan
punggungan.
Pola kelurusan struktur umum yang teramati memiliki arah utara-selatan dan
berkembang berupa kekar. Hasil kelurusan ini secara umum searah dengan arah
Struktur yang dijumpai didaerah penelitian yaitu kekar gerus (Shear joint).
Analisis dan pengolahan data kekar di lakukan untuk menentukan arah tegasan
tektonik di daerah penelitian. Dari hasil obserfasi lapangan di jumpai tiga shear
dari data kekar dijumpai arah tegasan utama yang membentuk struktur geologi
berarah Barat laut- Tenggara (N 137˚E/50), tegasan menegah berarah Utara barat
laut- selatan menenggara (N322˚E/37), serta tegasan terkecil berarah Barat daya-
Gambar 45. Hasil proyeksi stereografi data kekar gerus daerah penelitian
35
Catatan :
Sesar mendatar (strike-slip fault)
terbentuk apabila
SHmax merupakan principal
stressmaksimum (S1),
SV adalah principal
stress menengah (S2), dan
Shmin merupakan principal
stress minimum (S3).
Sesar Naik mengiri Lampangi Jaya yang berada pada bagian Selatan daerah
peneltian tepatnya dilakukan pengamatan pada ST8 dan ST31, Sesar Menganan
Lampangi Jaya yang berada pada bagian timur daerah penelitian tepatnya
Gambar 47. Struktur (kekar gerus dan tarik) pada ST8 dan ST31
36
Sesar ini terdapat pada bagian selatan daerah penelitian dengan arah Barat
laut- Tenggara. Sesar ini dibentuk dengan tegasan utama yang berarah
tumbukan (koalisi) antara dua kepingan yaitu Kepingan Benua Sulawesi Tenggara
dan Kepingan Buton (Gambar 47). Indikasi sesar ini dapat dikenali dari citra
SRTM, sesar ini menjadi menjadi batas antara morofologi perbukitan dan
Gambar 48. Sesar Naik mengiri Lampangi Jaya pada kelurusan citra SRTM
Analisis data dari Sesar Naik Mengiri Lampangi Jaya dilakukan dengan data
kekar, gerus dan breaksiasi hasil pengukuran lapangan, berdasarkan hasil analisis
Gambar 50. Sesar Menganan Lampangi Jaya pada kelurusan citra SRTM
Sesar ini terdapat pada bagian Timur daerah penelitian dengan arah Utara-
Selatan. Sesar Menganan Lampangi Jaya dibentuk dengan arah tegasan utama
38
membentuk 40º dari arah utama Lengan Tenggara Sulawesi, hal ini yang
mengakibatkan terbentuknya sesar minor pada daerah penelitian. Indikasi sesar ini
dapat dikenali dari citra SRTM, sesar ini nampak pada morfologi pengunungan
Analisis Sesar Menganan Lampangi Jaya dilakukan dengan data kekar gerus
dan tarik hasil pengukuran dilapangan, berdasarkan hasil analisis kinematik dari
klasifikasi Rickard (1972) sesar ini memiliki sifat pergerakan bergeser menganan.
yang terjadi dalam ruang dan waktu, hal ini mencakup waktu suatu batuan
data penunjang lainnya, baik foto udara dan citra satelit. Penentuan sejarah
39
geologi daerah penelitian juga mengacu pada referensi penelitian terdahulu yang
telah dilakukan sebelumnya. Model sejarah geologi daerah penelitian dimulai dari
zaman kapur ketika batuan tertua yang terbentuk pertama kali tersingkap hingga
ultrabasa jenis peridotit, yang terbentuk dari proses kristalisasi magma dari
komposisi mineral terdiri dari mineral olivin dan terdapat mineral piroksen yang
terbentuk pada suhu >1000˚C, dari dua mineral utama tersebut terjadi kristalisasi
magma yang kompleks. Batuan beku pada daerah penelitian menjadi penyusun
kerak samudra dan terbentuk karena adanya pemekaran lantai samudra atau
obduksi. Awal terbentuknya batuan ultrabasa pada zaman kapur terjadi obduksi
terubah, dikarenakan batuan beku tidak resisten terhadap asam, maka batuan beku
mengalami proses laterisasi dan serpentinisasi, hal ini terjadi sejak proses obduksi
Kompleks Ofiolit terjadi Time gap (hiatus) dengan tidak adanya proses
terbentuknya batuan.
40
dengan jenis kalkarenit dimana batuan ini berasal dari laut dangkal yang