PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH :
ASTARI AKUI
R1C119004
KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk :
1) Menegetahui Bagaimana kondisi geologi regional daerah penelitian
2) Mengetahui proses pembentukan endapan nikel laterit daerah
penelitian
3) Bagaimana karakter petrografi batuan dasar endapan nikel laterit
daerah penelitian
I.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk menentukan karakteristik endapan
nikel laterit. Hal ini bisa digunakan sebagai bahan referensi baik dalam
eksplorasi untuk kegitan industri pertambangan nikel
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Gambar 2.1.1 Bagian Lengan Tenggara Sulawesi Dari Citra IFSAR ( Surono,
2013)
a. Morfologi pegunungan
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di
kawasan ini, terdiri atas Pegunungan Mekongga, Pegunungan
Tangkelemboke, Pegunungan Mandoke dan Pegunungan Rumbia yang
terpisah di ujung Selatan Lengan Tenggara. Puncak tertinggi pada
rangkaian Pegunungan Mekongga adalah Pegunungan Mekongga yang
mempunyai ketinggian 1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai
mempunyai topografi yang kasar dengan kemiringan lereng tinggi.
Rangkaian pegunungan dalam saruan ini mempunyai pola yang hampir
sejajar berarah barat laut-tenggara.Arah ini sejajar dengan pola struktur
sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa
pembentukan morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar
regional. Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan
setempat oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan yang khas diantara kedua
penyusun batuan itu. Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit
mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng
relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam, sementara itu, pegunungan
yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung gunung terputus pendek-
pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun bersujud tajam.
d. Morfologi pedataran
Morfologi dataran rendah dijumpai di bagian tengah ujung selatan
Lengan Tenggara Sulawesi. Tepi selatan dataran Wawotobi dan dataran
Sampara berbatasan langsung dengan morfologi pegunungan.Penyebaran
morfologi ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar
Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini diduga masih aktif,
yang ditunjukan oleh adanya torehan pada endapakn alluvial dalam kedua
dataran tersebut (Surono dkk, 1997). Sehingga sangat mungkin kedua
dataran itu terus mengalami penurunan. Akibat dari penurunan ini tentu
berdampak buruk pada dataran tersebut, diantaranya pemukiman dan
pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang semakin parah
setiap tahunnya.
e. Morfologi karst
Morfologi Karst melampar di beberapa tempat secara terpisah.
Satuan ini dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan
tanah. Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi
oleh batugamping berumur paleogen dan selebihnya batugamping
mesozoikum. Batugamping ini merupakan bagian Formasi Emoiko,
Formasi Laonti, Formasi Buara dan bagian atas dari Formasi Meluhu.
Sebagian dari Batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah terubah
menjadi M armer. Perubahan ini erat hubungannya dengan pensesar-
naikkan ofiolit keatas kepingan benua
a. Aluvium (Qa)
Satuan formasi ini terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan
kerakal. Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa dan endapan
pantai. Umur satuan ini adalah Holosen.
b. Formasi Langkowala (Tml)
Terdiri atas konglomerat, batupasir, serpih dan setempat kalkarenit.
Konglomerat mempunyai fragmen beragam yang umumnya berasal
dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batu pasir malih, sekis
dan ultrabasa. Formasi ini banyak dibatasi oleh kontak struktur dengan
batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah
batuan sedimen formasi Boepinang (Tmpb). Hasil penanggalan umur
menunjukkan bahwa batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah.
c. Komplek Pompangeo (Mtpm)
Satuan formasi ini berumur Kapur – Paleosen yang terdiri atas sekis
mika, sekis glokofan, sekis amfibolit, sekis klorit, rijang berlapis sekis
genesan, pualam,dan batugamping malih.
d. Formasi Matano (Km)
Satuan formasi ini berumur Kapur terdiri dari batugamping terhablur
ulang dan terdaunkan, rijang radiolaria, dan batusabak.
e. Komplek Ultramafik (Ku)
satuan formasi ini merupakan satuan formasi batuan tertua yang
berumur Kapur terdiri atas harsburgit, dunit, wherlit, serpentinit,
gabro, basal, dolerit, diorit, mafik malih, amfibiolit magnesit, dan
setempat rodingit.
c) Zona Saprolit
Zona ini merupakan zona bijih, tersusun atas fragmen – fragmen
batuan induk yang teralterasi, sehingga penyusunan, tekstur dan
struktur batuan dapat dikenali. Zona ini dibagi lagi menjadi 3 bagian :
METODE PENELITIAN
Mulai
1. Adminitrasi
2. Studi pustaka
3. Pembuatan proposal
Tahapan pendahuluan
4. Perlengkapan alat
Selesai
Gambar 3.4.4 Diagram Alir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, A. M., 1956, “The Formation of Mineral Deposits” John Wiley & Sons
Inc, Third Edition.
Edwards, R., and Atkinson, K., 1986, “Ore Deposits Geology”, Chapman and
Hall Lmt, New York.
Mottana, A., Crespi, R. And Liborto, G., 1995, “ Guide Rocks and Minerals”,
Published by Simon & Schuster Inc, New York
Raivel dan Firman. (2020). Karakteristik Endapan Nikel Laterit di Bawah Molasa
Sulawesi Daerah Tianggea, Sulawesi Tenggara. JURNAL GEOmining
Teknik Pertambangan Unkhair Vol 1. No.1, 25-26.
Surono, P. D. (Ed.). (2010). Geologi Sulawesi (1st ed.). LIPI Press, Anggota
Ikapi. T.O Simandjuntak, Surono, S. (1993). Peta Geologi Lembar
Kolaka, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.