Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN UMUM
2.1 Kesampaian Daerah
Kegiatan Penelitian ini diusulkan pada PT. Putra Mekongga Sejahtera
secara administratif terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Untuk mencapai kantor dan WIUP milik PT. Putra Mekongga Sejahtera
dapat dicapai melalui rute Tanggetada ke Pomalaa dengan jarak tempuh untuk
kendaraan motor ± 38 km dengan kisaran waktu ± 1 jam.

Sumber: Muzakkir, 2023


Gambar 2.1 Peta Lokasi Ketersampaian Daerah
2.2 Lokasi Kerja Praktek
Kabupaten Kolaka merupakan salah satu Kabupaten yang kaya akan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
perbaharui, salah satunya yaitu Nikel. Khususnya di Kecematan Pomalaa

5
terdapat beberapara perusahaan yang bergerak dalam bidang penambangan
Nikel salah satunya yaitu PT. Putra Mekongga Sejahtera.
PT. Putra Mekongga Sejahtera merupakan perusahaan tambang yang
bergerak di bidang pertambangan Nikel dengan sistem penambangan tambang
terbuka (surface mining). PT. Putra Mekongga Sejahtera memiliki perizinan
IUP Operasi Produksi dengan kode WIUP 347402122014018, dengan luas
wilayah sebesar 388 Ha. Tanggal berlakunya IUP atau surat perizinan dimulai
dari tanggal 22 Mei 2018, dan akan berakhir 10 tahun kedepan yaitu pada
tanggal 21 Mei 2028, jika tidak dilakukan perpanjangan IUP.
PT. Putra Mekongga Sejahtera ini berbatasan dengan :
 Disebelah Utara berbatasan dengan PT. Perusda
 Disebelah Timur berbatasan dengan PT. Vale Tbk
 Disebelah Selatan berbatasan dengan PT. Bola Dunia Mandiri
Adapun Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
dapat dilihat pada gambar 2.2

Sumber PT. Putra Mekongga Sejahtera, 2019

6
Gambar 2.2 Peta Wilayah IUP PT.PMS

7
2.3 Geologi Regional
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Lembar Kolaka (Rusmana,
dkk,1993) daerah eksplorasi secara regional didominasi oleh kelompok
batuan ultramafic berumur kapur yang terdiri atas dunit, hazburgit, lherzolit,
piroxenit dan serpentinit
Kegiatan struktur geologi yang sangat kompleks diantaranya sesar sorong
pada oligosen, sesar kolaka, dan sesar Lawanaga (simandnjuntak,1986) yang
telah mengangkat keseluruhan kompleks baruan ultrabasa tesebut keatas
baruan yang lebih muda sampai pada kedudukannya sepeti sekatang ini.
Adapun geologi daerah kerja praktek yakni pada PT. Putra Mekongga
Sejahtera yang berlokasi di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka. Untuk
Endapan bijih nikel yang ditemukan di Daerah Pomala adalah termasuk
bijih nikel laterit. Endapan bijih nikel laterit adalah jenis bijih nikel yang
terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultra basa, dimana batuan ultra basa
itu sendiri merupakan salah satu bagian dari batuan yang terdapat di daerah
Sulawesi Tenggara. Adapun peta geologi untuk daerah penelitian dapat
dilihat pada gambar 2.3.

Sumber : Simanjuntak,dkk,1993

8
Gambar 2.3 Peta Geologi Regional Lengan Sulawesi Tenggara

9
2.3.1 Geomorfologi
Berdasarkan relief dan batuan penyusun di wilayah
Kabupaten Kolaka secara umum dapat dikelompokkan menjadi
lima (5) satuan morfologi, yaitu :
a. Morfologi pegunungan
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di
kawasan ini, terdiri atas pegunungan Mekongga, pegunungan
Tangkelemboke, pegunungan Mendoke dan pegunungan
Rumbia yang terpisah diujung Selatan lengan tenggara. Puncak
tertinggi adalah pegunungan Mekongga dengan ketinggian 2790
Mdpl. Rangkaian pegunungan ini memiliki pola hampir sejajar
berarah barat laut-tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur
sesar regional dikawasan ini pola ini mengindikasikan bahwa
pembentukan pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar
regional. Satuan pegunungan dibentuk oleh batuan malih dan
batuan ofiolit, berdasarkan hasil penelitian pegunugan yang
disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang
panjang dan lurus dengan lereng relative lebih rata serta
kemiringan yang tajam, sementara itu pegunugan yang dibentuk
oleh batuan malih, punggung gunungnya terputus pendek-
pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut tajam.
b. Morfologi perbukitan tinggi
Menempati bagian selatan lengan tenggara, terutama di
selatan kota kendari. Satua ini terdiri atas bukit-bukit yang
mempunyai ketinggian 500 Mdpl dengan morpologi kasar.
Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen Klastika
Mesozoikum dan Tersier.
c. Morfologi perbukitan rendah
Melempar luas di utara Kendari dsn ujung selatan lengan
tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah
dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan
ini adalah batuan Sedimen Klastika Mesozoikum dan Tersier.

10
d. Morfologi pedataran
Dijumpai dibagian tengah ujung selatan lengan tenggara
Sulawesi. Tepi selatan dataran Wawotobi dan dataran Sapara
berbatasan langsung dengan morfologi pegunungan. Penyebaran
morfologi ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser
mengisi ( sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha ). kedua
system ini diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh adanya
torehan pada endapan aluvial dalam kedua dataran tersebut
(Surono dkk,1997) sehingga sangat mungkin kedua dataran ini
mengalami penurunan.
Dataran Langkowala yang melampar luas di ujung selatan
Lengan Tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan
penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat
kuarsa Formasi Langkowala. Dalam dataran ini mengalir
sungai-sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang
pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan
batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas,
sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam tanah.
Sungai tersebut di antaranya Sungai Langkowala dan Sungai
Tinanggea. Batas selatan antara Dataran Langkowala dan
Pegunungan Rumbia merupakan tebing terjal yang dibentuk
oleh sesar berarah hampir barat-timur.
e. Morfologi Karst
Morfologi karst melampar di beberapa tempat secara
terpisah. Satuan ini dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di
bawah permukaan tanah. Sebagian besar batuan penyusun
satuan morfologi ini didominasi oleh batugamping berumur
Paleogen dan selebihnya batugamping Mesozoikum.
Batugamping ini merupakan bagian Formasi Eemoiko, Formasi
Laonti, Formasi Buara dan bagian atas dari Formasi Meluhu.
Sebagian dari batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah

11
terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat hubungannya
dengan pensesar-naikkan ofiolit ke atas kepingan benua.

Sumber: Simandjuntak, dkk, 1993


Gambar 2.4 morfologi lembar kolaka
2.3.2 Topografi

Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi


air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai maka air
akan begerak perlahan-lahan sehingga mempunyai kesempatan
untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan
atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya berada di
daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam jumlah air yang meluncur “run
off” lebih banyak dari pada air yang meresap, ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intesif. Pada tempat-tempat

12
dimana terdapat keseimbangan, nikel akan mengendap melalui
proses pelapukan kimia. Dapat dilihat pada gambar 2.5

Sumber: PT. Putra Mekongga Sejahtera, 2017


Gambar 2.5 Peta Topografi PT. PMS
2.3.2 Struktur Geologi
Endapan bijih nikel yang ditemukan di daerah Pomalaa adalah
termasuk bijih nikel laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan
ultrabasa yang terdapat di Sulawesi Tenggara.
Keterdapatan endapan bijih nikel di daerah Kolaka – Pomalaa
meliputi pulau Lemo, pulau Maniang, di perbukitan Pomalaa, Tanjung
Pakar dan Batu Kilat. Batuan dasarnya yaitu peridotit dan serpentinit
yang penyebarannya tidak merata.
Secara umum pada daerah pomala banyak terdapat rekahan-
rekahan kecil yang akan mempermudah dan mempercepat proses

13
pelapukan terhadap batuan induknya. Rekahan-rekahan kecil ini
umumnya telah terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti silica dan
magnesium.
Terdapat dua kelompok utama dari rekahan-rekahan ini yang
pertama umumnya diisi oleh mineral-mineral garnierite dan asbes,
sedangkan rekahan yang ke dua umumnya diisi oleh mineral kaldeson
(silica).
2.3.3 Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kolaka (Simandjuntak dkk.,
1993) yang dibandingkan dengan ciri litologi yang telah diamati di
lapangan maka statigrafi daerah penelitian terdiri atas 3 satuan batuan
yang disetarakan dengan konglomerat Formasi Langkowala (Tml),
peridotit Kompleks Ultramafik (Ku), dan endapan aluvium (Qa).
a. Formasi Langkowala (Tml)
Terdiri atas konglomerat, batupasir, serpih dan setempat
kalkarenit. Konglomerat mempunyai fragmen beragam yang
umumnya berasal dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya
berupa batu pasir malih, sekis dan ultrabasa. Ukuran fragmen
berkisar 2 cm sampai 15 cm, setempat terutama dibagian
bawah sampai 25 cm. Bentuk fragmen membulat–membulat
baik, dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi
oleh kontak struktur dengan batuan lainnya dan bagian atas
menjemari dengan bagian bawah batuan sedimen Formasi
Boepinang (Tmpb) . Hasil penanggalan umur menunjukkan
bahwa batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah.
b. Kompleks Ultramafik (Ku)
Terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabbro,
basal, dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan
setempat rodingit. Satuan ini diperkirakan berumur Kapur.
c. Aluvium (Qa)

14
Terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan
kerakal.Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa dan
endapan pantai. Umur satuan ini adalah Holosen.

2.4 Iklim dan Curah Hujan


Daerah Pomalaa merupakan daerah yang beriklim tropis. Kegiatan
penambangan bijih nikel pada PT. Putra Mekongga Sejahtera masih sangat
dipengaruhi oleh iklim. Dimana pada musim kemarau, kegiatan penambangan
dapat dilakukan secara optimal, namum mengeluarkan biaya ekstra untuk
penyiraman debu pada jalan – jalan tambang. Dan jika dalam musim
penghujan, penambangan tidak dapat dilakukan secara optimal karena lokasi
dan jalan tambang menjadi becek akibat genangan air sehingga
mempengaruhi factor K3 dan kinerja alat mekanis. Data curah hujan dapat

dilihat pada gambar 2.7


Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka ,2021
Gambar 2.7 Data Curah Hujan kecamatan Pomalaa 2020

15

Anda mungkin juga menyukai