Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Gambaran Umum PT. Putra Mekongga Sejahtera

PT. Putra Mekongga Sejahtera merupakan perusahaan tambang yang


bergerak di bidang pertambangan Nikel dengan sistem penambangan tambang
terbuka (surface mining). PT. Putra Mekongga Sejahtera memiliki perizinan
IUP Operasi Produksi dengan kode WIUP 347402122014018, dengan luas
wilayah sebesar 388 Ha. Tanggal berlakunya IUP atu surat perizinan dimulai
dari tanggal 22 Mei 2018, dan akan berakhir 10 tahun kedepan yaitu pada
tanggal 21 Mei 2028, jika tidak dilakukan perpanjangan IUP. PT. Putra
Mekongga Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha
pertambangan komoditi bahan galian bijih – nikel dengan cadangan tertambang
yang dimiliki adalah sebesar 28,5 jt.wmt dengan konsentrasi kadar 0,8-3,0%
Ni.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administratif lokasi penambangan PT. Putra Mekongga Sejahtera


terletak di jalan protokol nomor 21, Kelurahan Dawi-Dawi, Kecamatan
Pomalaa, Kab. Kolaka Prov. Sulawesi Tenggara. Secara geografis daerah telitian
terletak pada koordinat 4°12’20.4” - 4°14’41.2” LS dan 121°37’19.7” -
121°38'36.8” BT, dengan luasan 388 ha. Untuk dapat sampai ke wilayah yang
dimaksud dapat ditempuh dengan transportasi umum dan atau pribadi dengan
rute :

1. Kolaka menuju Dawi - Dawi : ditempuh dengan menggunakan kendaraan


umum atau pribadi selama ± 23 menit dengan jarak 16 Km.

2. Makassar menuju Dawi - Dawi: ditempuh dengan menggunakan kendaraan


umum atau pribadi melalui jalur darat selama ± 19 jam dengan jarak 852
Km

5
6

3. Tanggetada menuju Dawi- Dawi: ditempuh dengan menggunakan kendaraan


umum atau pribadi selama ± 1 jam dengan jarak 27 Km.
2.3 Geologi Umum

2.3.1 Keadaan Geologi

Geologi daerah Pomalaa merupakan bagian dari batuan ultramafik


Ofiolit Sulawesi Timur di lengan tenggara Sulawesi. Ofiolit sendiri berasal
dari bahasa Yunani, merupakan terminologi yang telah lama digunakan pada
batuan ultramafik. Pada awalnya ofiolit (ophi = ular) digunakan untuk
batuan serpentinit yang menunjukkan kilap menyerupai sisik kulit ular.
Kemudian secara lebih spesifik digunakan untuk batuan ultramafik
terserpentinisasi sebelum akhirnya digunakan sebagai terminologi asosiasi
kerabat batuan mafik, ultramafik dan sedimen laut dalam (pelagic
sediments) yang didominasi ultramafik dengan dominasi utama selalu
berupa peridotit (serpentin) bersama subordinat gabro, diabas atau norit
maupun batuan-batuan yang berhubungan lainnya.
Di daerah tersebut endapan laterit nikel Pomalaa terbentuk dari
pelapukan batuan asal ultramafik yang didominasi oleh harzburgit
terserpentinisasikan dan memiliki karakteristik tipe endapan laterit nikel
hydrous Mg silicate. Lateritisasi terbentuk pada morfologi perbukitan
bergelombang rendah dengan sudut kelerengan berkisar 10° sampai dengan
25°. Proses lateritisasi berlangsung dengan baik terutama pada topografi
yang cenderung lebih landai yaitu 10° sampai dengan 15°, yang
memungkinkan terbentuknya lateritisasi yang cukup dalam dengan zona
saprolit yang tebal.
Zonasi profil laterit daerah Pomalaa secara spasial dapat dibagi
menjadi tiga blok yaitu: Blok Utara, Blok Tengah dan Blok Selatan.
Perbedaan profil di ketiga blok tersebut turut dipengaruhi oleh proses
pengayaan (enrichment) Ni yang dialami. Di Blok Utara pengayaan Ni
7

terjadi tepat di bawah batas tengah muka air tanah, sedangkan di Blok
Tengah dan Blok Selatan pengayaan Ni terbentuk antara 2 meter sampai
dengan 3 meter di bawah garis tersebut atau mendekati batas terbawah muka
air tanah. Penciri utama yang membedakan Blok Selatan dengan Blok Utara
dan Blok Tengah, adalah kelimpahan boulder-boulder batuan ultramafik,
yaitu batuan serpentinit dan harzburgit dengan ukuran diameter mencapai
lebih dari 2 meter pada zona saprolit.

2.3.2 Geomorfologi

Geomorfologi daerah penelitian terdiri atas bentukan asal denudasional


dengan tiga satuan geomorfik berupa Satuan Geomorfik perbukitan terdenudasi
berelief landai – agak curam, Satuan Geomorfik Perbukitan Terdenudasi
Berelief Landai - Miring dan Satuan Tubuh Sungai. Stratigrafi yang ada di
daerah telitian terdiri dari beberapa satuan batuan dari tua ke muda, antara lain
Satuan Peridotit yang didasarkan pada pembagian satuan litostratigrafi tidak
resmi. Satuan batuan ini terdiri dari dominan batuan peridotit, sebagian batuan
serpentinit, dunit dan Satuan Endapan Aluvial.
Struktur yang berkembang pada daerah telitian adalah kekar dengan arah
umum relatif barat laut – tenggara. Tidak ditemukan struktur sesar maupun
lipatan dalam daerah telitian. Kadar Ni, Fe, Mg, dan SiO2 didapat dari sampel
pada zona saprolit daerah telitian yang kemudian dianalisa kimia. Dari analisa
hubungan unsur Ni dengan unsur lain pada zona saprolit dengan menggunakan
grafik dan peta anomali geokimia, kenaikan maupun penurunan unsur Ni
berbanding lurus dengan Fe dengan persebaran relatif meningkat kadarnya pada
bagian selatan daerah telitian. Kenaikan dan penurunan kadar unsur Ni
berbanding terbalik dengan unsur MgO dan SiO2 yang memiliki persebaran
relatif meningkat kadarnya pada bagian utara dan barat laut daerah telitian.
Dapat disimpulkan bahwa kadar dan persebaran Ni, Fe, Mg, dan SiO2 pada
daerah telitian dipengaruhi oleh morfologi dan tingkat pelapukan atau
pencucian batuan dasar (Prasetyo, Siddiq 2016).
8

2.2 Kegiatan Penambangan

Cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil


endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya untuk
di olah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keamanan dan keselamatan kerja
yang baik serta meminimalisasi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun
mekanis yang meliputi, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
Beberapa tahapan kegiatan penambangan secara garis besar adalah:

a. Pembabatan (clearing)
b. Pengupasan tanah penutup (stripping overburden)
c. Penggalian bahan galian (mining)
d. Pemuatan (loading)
e. Pengangkutan (hauling)
9

Sumber : Simanjuntak, dkk. 1993


Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Lengan Sulawesi Tenggara
9

Anda mungkin juga menyukai