TIMAH INVESTASI
MINERAL DESA RAHAMPUU KECAMATAN KABAENA KABUPATEN
BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
OLEH :
FENI RAHAYU
170930220
KOLAKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan
proposal Kerja Praktek, dengan judul ”Studi Tahapan Preparasi Pada PT.
Timah Investasi Mineral Desa Rahampu Kecamatan Kabaena Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara”. Kerja Praktek ini merupakan rangkaian
dari pelaksanaan pengumpulan data dan penelitian di lapangan.
Dalam merampungkan penulisan proposal Kerja Praktek ini, tentunya
kami banyak mendapatkan hambatan namun berkat petunjuk dari Tuhan Yang
Maha Esa, serta bimbingan berbagai pihak, sehingga penulisan proposal Kerja
Praktek, ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal Kerja
Praktek ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan terbuka penulis
menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
proposal Kerja Praktek ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis dan semoga Tuhan mencurahkan dan merahmati kita semua,
amin.
Terima Kasih
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1.3 Batasan Masalah……………………………………………………….. 3
1.4 Tujuan Kerja Praktek…………………………………………………. 3
1.5 Manfaat Kerja Praktek ………………………………………………… 3
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN UMUM…………………………………………………... 5
2.1 Profil PT. Timah Investasi Mineral…………………………………… 5
iv
3.1.2 Genesa Endapan Bijih Nikel………………………………..…… 16
3.2 Preparasi Sampel…….………....…………………………..…………. 18
3.2.1 Pengertian Preparasi Sampel...……………………...……...…… 18
3.2.2 Prosedur Preparasi Sampel……….…………………………...… 18
3.3 Pengujian Sampel…………………………………………………...… 19
3.4 Konsep Sampling……………………………………………………... 20
3.4.1 Pemilihan Metode Sampling….………………………………… 21
3.4.2 Metode Pengambilan Conto…..………………………………... 21
3.5 Tahap Preparasi………………………………………………………. 22
3.6 Analisa Ayakan………………………………………………………. 23
BAB IV METODOLOGI KERJA PRAKTEK………………………………. 25
4.1 Tahapan Kerja Praktek …………………………………………….… 25
4.1.1 Studi Literatur ………………………………………………….. 25
4.1.2 Observasi Lapangan……………………………………………. 25
4.1.3 Pengumpulan Data …………………………………………….. 25
4.1.4 Pengolahan Data ……………………………………………….. 26
4.1.6 Pembahasan…………………………………………………….. 26
4.1.7 Kesimpulan Dan Saran…………………………………………. 26
4.1.8 Penyusunan Laporan…………………………………………… 26
4.3 Bagan Alir Kerja Praktek…………………………..........……………. 27
BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kegiatan penambangan. Tahapan preparasi sampel setiap perusahaan
memiliki tahapan yang berbeda. Secara teknis tahapan preparasi sampel.
dengan cara manual tentunya akan menggunakan waktu yang cukup
lama dan tingkat kesulitan akan lebih, bila dibandingkan dengan
menggunakan alat mekanis. Oleh karena itu dari latar belakang ini saya
sebagai penulis bermaksud untuk melakukan kerja praktek dengan judul
yaitu “Studi Tahapan Preparasi Pada PT. Timah Investasi Mineral Desa
Rahampuu Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara”.
1. Untuk mengetahui tahapan preparasi sampel bijih nikel pada PT. Timah
Investasi Mineral Desa Rahampuu Kecamatan Kabaena Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
2
2. Untuk mengetahui keadaan kadar bijih nikel sesudah dilakukan preparasi
pada PT. Timah Investasi Mineral Desa Rahampuu Kecamatan Kabaena
Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
3
5. BAB V Pembahasan Masalah : Pada bab ini merupakan penjelasan
secara menyeluruh terkait hasil pengolahan data yang dilakukan dan
diselaraskan dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian.
6. BAB VI Penutup : Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk
keperluan penerapan maupun pengembangan selanjutnya.
Minggu
No. Rencana Kegiatan
I II III IV
1 Studi Literatur
2 Observasi Lapangan
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
5 Penyusunan Laporan
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
5
Sumber : Santi, 2014
Gambar 2.1 Tahapan Kegiatan Operasi Produksi PT. Timah Investasi Mineral
6
Gambar 2.2. Peta Kesampaian Lokasi PT. Timah Investasi Mineral
2.3 Keadaan Geologi
2.3.1 Geomorfologi Regional
1. Satuan Geomorfology Lereng Curam
Satuan ini menempati sebelah tenggara dari daerah eksplorasi yang
disusun oleh batuan ultrabasa dan gamping kuarsa yaitu meliputi 10% dari
luas area eksplorasi dengan slope kemiringan 45 0 dan pada umumnya
merupakan semak belukar dan hutan, berada pada ketinggian 350 – 600
Mdpl. Kerapatan kontur menandakan kemiringan lereng yang curam
dengan arah memanjang kearah barat laut tenggara.
2. Satuan Geomorfology Lereng Sedang
Satuan ini menempati sebelah barat laut dan tenggara daerah
eksplorasi yang meliputi 60% dari luas areal dengan kemiringan 25 0-300
dan pada umumnya merupakan perkebunan, hutan dan semak belukar,
dengan ketinggian 150 – 300 Mdpl. Terdapat aliran sungai kering yang
mengalir di tengah yang terisi air pada saat hujan dengan kerapatan kontur
7
sedang dengan arah memanjang kearah barat tenggara mengikuti lereng
bukit.
3. Satuan Geomorfology Lereng Landai
Satuan ini menempati sebelah barat daya daerah eksplorasi yang
meliputi 30% dari luas area eksplorasi dengan kemiringan 10 – 20 0 dan
pada umumnya perkebunan dan semak belukar pada ketinggian 100 – 150
Mdpl kerapatan kontur agak kurang dengan arah memanjang kearah barat
laut tenggara mengikuti lereng bukit.
8
Simandjuntak dalam Surono (2010), menjelaskan bahwa
berdasarkan sifat geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat
dibagi menjadi beberapa mandala geologi yakni salah satunya adalah
mandala geologi Sulawesi Timur. Mandala ini meliputi lengan Tenggara
Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah dan Lengan Timur Sulawesi.
Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi tersusun atas batuan
malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi dari hasil
proses pengangkatan (Obduction) selama Miosen. Surono menyebutkan
bahwa jalur batuan malihan dan sedimen serta penutupnya tersebut sebagai
mintakat benua, sedangkan batuan ofiolitnya merupakan lajur ofiolit
Sulawesi Timur.Bagian Timur Sulawesi ini memanjang melalui ujung
Timur Lengan Timur, sisi Timur bagian Tengah, dan Lengan Tenggara
Sulawesi.
Tektonik yang terjadi di Pulau Kabaena mulai dari kala Eosen
sampai Oligosen tektonik ini menyebabkan terjadinya sesar naik yang
mempunyai arah naik yang mengarah relative ke barat sampai timur
dengan kala miosen awal, tektonik ini berkembang secara menerus berupa
sesar yang mengarah ke barat laut – tenggara dan timur laut, selanjutnya
pada kala pliopisto terjadi tektonik yang menyebabkan pengangkatan,
perlipatan dan tersesarkan batuan tersier, kemungkinan tektonik ini
menerus sampai sekarang.
9
Gambar 2.3. Peta Lithologi Lokasi IUP dan Sekitarnya
Pada sesar batuan yang mengarah ke barat laut dan tenggara yang
membentuk bukit-bukit dengan ketinggian sekitar 50–150 m dari
permukaan laut. Batuan induk bijih besi nikel adalah batuan peridotite
menurut vinogradov batuan ultrabasa rata–rata mempunyai kandungan nikel
0.2% unsure Ni tersebut terdapat dalam kisi–kisi Kristal mineral olivium
dan piroksin.
Muatan iron yang hamper bersamaan diantara unsure – unsure
tersebut pada pelapukan kimia khususnya air tanah yang kaya akan CO2
berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral
yang tidak stabil seperti (olivium dan piroksin) pada batuan ultrabasa
menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut, Si cenderung membentuk koloid dari
partikel silica yang sangat halus. Di dalam larutan Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferry-hydroksida akhirnya membentuk mineral seperti
goethite, limonite, dan hematite dekat permukaan.
Bersama mineral ini selalu ikut serta unsure Cobalth dalam jumlah
relative lebih kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si terus menerus
kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi
10
dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan,
membentuk endapan Hydrosilikat.
Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan
komposisi yang berfariasi tersebut akan mengendap pada celah atau rekahan
yang dikenal dengan urat garnerit dan krisopras sedangkan residunya akan
membentuk suatu unsure lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan diendapkan
sebagai dolomite, magnesit yang biasa mengisi celah atau rekahan pada
batuan induk.
11
Gambar 2.4 Peta Struktur Geologi
2.3.5 Stratigrafi
Kompleks batuan malihan menempati bagian tengah lengan tenggara
sulawesi membentuk pegunungan mandoke dan ujung delatan membentuk
pegunungan rumbia. Komplek ini di dominasi batuan malihan yang terdiri
dari sekis, kuarsa, sabak dan marmer (Simandjuntak dkk.,1993c; Rusmana
dkk., 1993b) dan terobos aplit dan diabas (Surono,1986). Secara garis besar
kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo .Batuan yang terdapat di Lajur
Tinodo yang merupakan batuan alas adalah batuan malihan Paleozoikum
(Pzm) dan diduga berumur Karbon.Pualam Paleozoikum (Pzmm)
menjemari dengan batuan malihan Paleozoikum terutama terdiri dari
pualam dan batugamping terdaunkan. Pada Permo-Trias di daerah ini
diduga terjadi kegiatan magma yang menghasilkan terobosan antara lain
aplit PTr (ga), yang menerobos batuan malihan Paleozoikum. Formasi
Meluhu (TRJm), secara tak selaras menindih Batuan Malihan Paleozoikum.
12
Pada zaman yang sama terendapkan Formasi Tokala (TRJt). Hubungan
dengan Formasi Meluhu adalah menjemari. Pada kala Eosen (Surono.
2010).
Batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolit (Ku) yang
terdiri dari peridotit, harsburgit, dunit dan serpentintit. Batuan ofiolit ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur
Akhir, dan terdiri dari batugamping berlapis bersisipan rijang pada bagian
bawahnya (Surono. 2010). Bahwa sejumlah percontohan batuan malihan
dari kompleks batuan malihan di Lengan Tenggara bahwa periode
pemalihan batuan, tua dan muda.Pemalihan tua menghasilkan fasies epidot-
ampibol dan yang muda menghasilkan fasies sekis glaukofan.Pemalihan tua
berhubungan dengan penimbunan, sedangkan yang muda diakibatkan sesar
naik.Sangat mungkin sesar naik tersebut terjadi pola Oligosen Awal Miosen,
sewaktu kompleks ofiolit tersesar-naikkan keatas kepingan benua.
Menurut Helmers dkk. (1989) dalam Surono (2013) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa evolusi sekis hijau di Lengan Tenggara
Sulawesi, Terutama dari pegunungan Mendoke dan Pegunungan Rumbia
adalah suatu pemalihan pertama adalah rekritalisasi sekis hijau pada akhir
penimbunan cepat (fast burial yang pernah mengalami subdaksi.
2.4 Keadaan Lingkungan Tambang
2.4.1 Penduduk
Secara umum penduduk yang bermukim didaerah IUP Operasi
Produksi PT. Timah investasi mineral secara sosial ekonomi pulau
kabaena umumnya terdapat 2 mata pencaharian yaitu sebagai nelayan dan
petani. Penduduk Pulau Kabaena pesisir merupakan penduduk migrasi
yang didominasi oleh suku Makassar, Bugis, Selayar, Buton, dan Bajo.
Mereka adalah nelayan dan pedagang dengan hasil laut berupa ikan,
kepiting dan rumput laut.
Di wilayah pegunugan dihuni oleh suku Moronene, suku asli
pulau kabaena yang bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil
berupa kelapa, kakao, cengkeh, gula merah dan kacang mente sedangkan
hasil ternak berupa sapi dan kambing dan terdapat sebagian pegawai
13
negeri. Pada daerah ini juga terdapat kantor pemerintah berupa kantor
Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Polisi, koramil, Rumah sakit, serta
terdapat instansi pendidikan tingkat pertama dan Desa Temokole dan
batuawu merupakan Kota Kecamatan.
2.4.2 Iklim
Wilayah PT. Timah Investasi Mineral yang terletak di kabupaten
Bombana berada dekat dengan laut memiliki suhu maksimum 32º C dan
suhu minimum 12º C dengan suhu rata - rata 25 - 30ºC. Dengan iklim
Tropis, Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara memiliki dua musim
yaitu, musim panas dan musim hujan. Iklim tersebut sangat
menguntungkan dalam pembentukan unsur nikel, karena pada
pembentukannya membutuhkan pelapukan yang baik.
2.4.3 Flora Dan Fauna
Vegetasi daerah sekitar ditumbuhi dengan vegetasi primer dan
vegetasi sekunder. Vegetasi primer adalah tumbuhan yang sudah sejak
awal ada dan belum terganggu aktivitas pertambangan dan pabrik.
Vegetasi primer yang tumbuh di sekitar diantaranya adalah kayu besi,
belimbing bajo, melinjo, jambu mete dan coklat yang menjadi tanaman
khas yang di budidayakan rakyat sekitar. Sedangkan vegetasi sekunder
adalah tumbuhan yang ditanam ulang disebabkan dari kegiatan
pertambangan antara lain mangga, cemara, gamal, dan beringin. Fauna
yang dapat ditemui di daerah ini adalah monyet, dan babi hutan.
14
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Nikel
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang
memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat.
Dalam keadaan murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
Besi, Krom, dan logam lainnya, dapat membentuk Baja tahan karat yang
keras.Nikel merupakan komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit
dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan
logam berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur,
tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara,
15
tahan terhadap oksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya
dibawah suhu yang ekstrim. Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi
komersial dan industri, seperti : pelindung Baja (Stainless Steel), pelindung
Tembaga, industri Baterai, Elektronik, aplikasi industri Pesawat Terbang,
industri Tekstil, Turbin Pembangkit Listrik bertenaga Gas, pembuat Magnet
kuat, pembuatan alat-alat Laboratorium (Nikrom), Kawat Lampu Listrik,
Katalisator Lemak, Pupuk Pertanian, dan berbagai fungsi lain.
Nikelsebagaisalahsatusumber daya mineral ekonomis di bumi ini perlu
ditemukan keberadaannya untuk dapat memenuhi kebutuhan dibidang
perindustrian. Nikel mempunyai sifat tahan karat dan dalam keadaan murni
nikel bersifat lunak, tetapi jika dipadukan (alloy) dengan besi, krom, dan
logam lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan
nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainles steel) yang
banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan
memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industry.
(Sukandarrumidi,2007).
16
Proses pembentukan Nikel Laterit di awali dari proses pelapukan
batuan Ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan Harzburgit. Batuan ini banyak
mengandung Olivin, Piroksen, Magnesium Silikat dan Besi, mineral-
mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.
Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air
tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan,
akan mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan Harzburgit
tersebut. Kandungan Olivin, Piroksen, Magnesium Silikat, Besi, Nikel dan
Silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang
telah terbentuk tersebut, Besi akan bersenyawa dengan Oksida dan
mengendap sebagai Ferri Hidroksida. Endapan Ferri Hidroksida ini akan
menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan air pada endapan tersebut
akan mengubah Ferri Hidroksida menjadi mineral-mineral seperti Goethite
(FeO(OH)), Hematit (Fe2O3) dan Cobalt.
Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”.
Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan
magnesium, Nikel dan Silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan
bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus
berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan
Leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahan di dalam batuan
Ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam
ikatan Serpentine Group. Rumus kimia dari kelompok Serpentin adalah X2-3
SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe,
Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya. Adanya
suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni
yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona
air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus Bedrock (Batuan
Dasar). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan
membentuk mineral Garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4.
Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi
adalah proses pengkayaan Supergen (Supergen Enrichment). Zona
pengkayaan Supergen ini terbentuk di zona Saprolit.( Elias M, 2002).
17
Endapan Nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu :
a. Lapisan, tanah penutupbiasa disebut iron capping.Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan dan biasanya terdapat
juga sisa-sisa tumbuhan.Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m.
b. Lapisan Limonit merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran
butir lempung sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati
walaupun masih sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10
m.
c. Lapisan Saprolit merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah
lapuk, berupa bongkah - bongkah lunak berwarna coklat kekuningan
sampai kehijauan. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
d. Batuan Dasar(Bedrock)merupakan bagian terbawah dari profil Nikel
laterit, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah
batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis. Dapat dilihat pada gambar 3.1 Gampar
penampang nikel laterit.
18
dengan keadaan contoh dan kepentingan. berdasarkan keadaan contohnya,
terdapat dua jenis preparasi:
b. Konsentrat dulang
Prinsip preparasi nya adalah pemisahan material berdasarkan
sifat kemagnetan (magnetic separation).
19
Ada beberapa contoh bentuk pengujian preparasi sampel.
1. Penggerusan
Proses penggerusan merupakan cara untuk mendapatkan sample
yang homogen dan mudah dilarutkan. Terlebih bila sample adalah
padatan yang memiliki ukuran besar.
2. Pelarutan
Sample yang berupa padatan dilarutkan dengan pelarut tertentu
sesuai dengan sifat kelarutan sample.
3. Pengenceran
Penggunaan instrument seperti spektrofotometer, HPLC, dan GC
membutuhkan konsentrasi sample yang kecil untuk pemeriksaan. Oleh
karena itu, pengenceran dilakukan dilakukan menggunakan pelarut
hingga didapatkan konsentrasi yang dapat terbaca oleh instrument.
4. Penambahan pereaksi
Asam lemak berantai panjang tentunya lebih sulit dianalisis dengan
kromatografi gas (GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk
menurunkan titik didihnya maka asam lemak tersebut direaksikan dengan
alkohol (metanol atau etanol) sehingga terbentuk metil ester atau etil
ester yang titik didihnya lebih rendah.
5. Penyaringan
Pada pengukuran menggunakan instrument dibutuhkan sample
yang bebas noise agar tidak mempengaruhi data analisis. Oleh karena itu
filtrasi digunakan bertujuan pemurnian dengan menghilangkan pengotor
pada sample.
20
Secara spesifik, contoh dapat dikatakan sebagai sekumpulan material
yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan)
dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk
lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan)
tersebut. Proses pengambilan contoh tersebut disebut sampling
(pemercontoan).
21
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke
dalam conto.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam
penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan
kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang
representatif.
22
7. Paritan uji (trenching) adalah cara pengambil conto dengan
membuat parit pada singkapan bijih memotong atau tegak lurus
singkapan.
1. Elektron di kulit K terpental keluar dari atom akibat dari radiasi sinar X
Yang datang titik akibatnya, terjadi kekosongan/vakansi elektron pada
orbital.
23
2. Elektron dari kulit L atau M “turun” Untuk mengisi vakansi tersebut
disertai oleh emisi sinar X yang khas dan meninggalkan vakansi lain di
kulit L atau M.
3. Saat pakansi terbentuk dari kulit L, elektron dari kulit M atau N “turun”
Untuk mengisi vakantie tersebut sambil melepaskan sinar-x yang khas.
4. Spectrometer Niton X-Ray Memanfaatkan sinar X yang dipancarkan oleh
sampel yang selanjutnya ditang
Tujuan dari analisa ayak adalah :
4 Screen (ayakan)
5 Timbangan
6 Microscop
Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam
mesh maupun dalam metrik (mm). Untuk ukuran dalam mesh maka
makin besar angkanya berarti makin halus material itu. Tetapi
sebaliknya untuk matric (mm), Semakin besar angkanya maka akan
semakin besar pula ukuran material itu.
Untuk mesh Disini yang dimaksud adalah bahwa dalam suatu inci
persegi screen Terdapat lubang sebanyak sekian lubang, Tergantung
numeriknya, misalnya 20 mesh Berarti dalam satu inci persegi terdapat
20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan menunjukkan besarnya diameter
dari partikel, Tetapi menunjukkan berapa banyak lubang pada screen
setiap inci persegi.
24
a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan.
b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan.
c. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel.
d. Komposisi air dalam material akan diayak.
e. Letak pelapisan material pada permukaan sebelum di ayah.
Kapasitas screen pada umumnya tergantung pada:
BAB IV
METODOLOGI KERJA PRAKTEK
25
dijadikan acuan dalam menyelesaikan permasalahan pada kegiatan kerja
praktek di PT. Putra Mekongga Sejahtera.
26
dilakukan. Melalui pembahasan ini penulis kemudian memperjelas tiap akar
permasalahan yang berpengaruh pada penelitian dan kemudian
mempengaruhi pengambilan keputusan pada penyimpulan dalam laporan
ini.
Mulai
Studi Literatur
- Nikel
- Preparasi Sampel
27
Observasi
Pengumpulan
Data
Pengolahan Data
Menggunakan MS Excel
Analisis data
Data dianalisis berdasarkan literature – literature
yang berhubungan dengan masalah tersebut
Pembuatan
laporan
Presentasi hasil
laporan
Selesai
Gambar 4.1 Bagan Alir Kerja Praktek
BAB V
PENUTUP
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Arif I., 2000, Tambang Terbuka. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu
Kebumian Dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Golightly, J.P. 1979. Nickeliferous Laterite Deposite. A General Description. PT.
Internasional Nickel.
Jafar, Nurliah. 2017. Identifikasi Sebaran Nikel Berdasarkan Hasil TestPit
Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jurusan Teknik Pertambangan UMI.
Kumalasari, R. 2019. Eksplorasi Langsung. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Kumalasari, R. 2019. Metode Sampling. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Nukdin, E. 2013. Kajian Penurunan Kualitas Air Sungai Akibat Penambangan
PT. Putra Mekongga Sejahtera Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka
Sulawesi Tenggara. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Prodjosumarto P., 1989. Pengantar Teknologi Mineral. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.