Anda di halaman 1dari 38

STUDI TAHAPAN PREPARASI PADA PT.

TIMAH INVESTASI
MINERAL DESA RAHAMPUU KECAMATAN KABAENA KABUPATEN
BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek (KP)


Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

OLEH :

FENI RAHAYU
170930220

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan
proposal Kerja Praktek, dengan judul ”Studi Tahapan Preparasi Pada PT.
Timah Investasi Mineral Desa Rahampu Kecamatan Kabaena Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara”. Kerja Praktek ini merupakan rangkaian
dari pelaksanaan pengumpulan data dan penelitian di lapangan.
Dalam merampungkan penulisan proposal Kerja Praktek ini, tentunya
kami banyak mendapatkan hambatan namun berkat petunjuk dari Tuhan Yang
Maha Esa, serta bimbingan berbagai pihak, sehingga penulisan proposal Kerja
Praktek, ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal Kerja
Praktek ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan terbuka penulis
menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
proposal Kerja Praktek ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis dan semoga Tuhan mencurahkan dan merahmati kita semua,
amin.

Terima Kasih

Kolaka, November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1.3 Batasan Masalah……………………………………………………….. 3
1.4 Tujuan Kerja Praktek…………………………………………………. 3
1.5 Manfaat Kerja Praktek ………………………………………………… 3
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN UMUM…………………………………………………... 5
2.1 Profil PT. Timah Investasi Mineral…………………………………… 5

2.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Kerja Praktek………………………. 6


2.3 Keadaan Geologi………………………………………………............ 7
2.3.1 Geomorfologi Regional………………………………………… 7
2.3.2 Geologi Regional Pulau Kabaena Kabupaten Bombana ……… 8
2.3.3 Geologi Lokal Daerah Penelitian ……………………………… 8
2.3.4 Struktur Geologi ……………………………………………….. 10
2.3.5 Statigrafi………………………………………………………… 12
2.4 Keadaan Lingkungan Tambang…………………….………………… 13
2.4.1 Penduduk……………………………………………………….. 13
2.4.2 Iklim…………………………………………………………….. 13
2.4.3 Flora Dan Fauna ……………………………………………….. 13
BAB III LANDASAN TEORI………………………………………………… 15
3.1 Nikel…………………………………..……………………………….. 15
3.1.1 Endapan Bijih Nikel…………………..………………………..... 15

iv
3.1.2 Genesa Endapan Bijih Nikel………………………………..…… 16
3.2 Preparasi Sampel…….………....…………………………..…………. 18
3.2.1 Pengertian Preparasi Sampel...……………………...……...…… 18
3.2.2 Prosedur Preparasi Sampel……….…………………………...… 18
3.3 Pengujian Sampel…………………………………………………...… 19
3.4 Konsep Sampling……………………………………………………... 20
3.4.1 Pemilihan Metode Sampling….………………………………… 21
3.4.2 Metode Pengambilan Conto…..………………………………... 21
3.5 Tahap Preparasi………………………………………………………. 22
3.6 Analisa Ayakan………………………………………………………. 23
BAB IV METODOLOGI KERJA PRAKTEK………………………………. 25
4.1 Tahapan Kerja Praktek …………………………………………….… 25
4.1.1 Studi Literatur ………………………………………………….. 25
4.1.2 Observasi Lapangan……………………………………………. 25
4.1.3 Pengumpulan Data …………………………………………….. 25
4.1.4 Pengolahan Data ……………………………………………….. 26
4.1.6 Pembahasan…………………………………………………….. 26
4.1.7 Kesimpulan Dan Saran…………………………………………. 26
4.1.8 Penyusunan Laporan…………………………………………… 26
4.3 Bagan Alir Kerja Praktek…………………………..........……………. 27
BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 28

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Kegiatan Operasi Produksi Penambangan.……………. 6

Gambar 2.2 Peta Kesampaian Lokasi ……………………………………….. 7

Gambar 2.3 Peta Lithologi Lokasi IUP Dan Sekitarnya..……………………. 9

Gambar 2.4 Peta Struktur Geologi…………………………………………… 11

Gambar 3.1 Gambar Penampang NIikel Laterit …………………………….. 18

Gambar 4.1 Bagan Alir Kerja Praktek ………………………………………. 27

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Rencana Kerja Praktek ….………………………………… 4

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum preparasi sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan


dalam mempersiapkan sampel untuk dianalisa dengan menggunakan
pralatan dan metode tertentu, sesuai dengan kemampuan dan asumsi para
teknisi preparasi sampel itu sendiri. Tujuan dari kegiatan preparasi sampel
ini yaitu untuk mengetahui kadar dalam sampel yang dianalisa.
Pengambilan sampel untuk kebutuhan preparasi dilakukan dari tempat
yang berbeda-beda, diantaranya pengambilan sampel dilokasi Stock pile,
Bucket Excavator, ataupun dari hasil kegiatan Eksplorasi. Pada tiap
perusahaan biasanya kegiatan preprasi sampel dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda, dimana ada beberapa perusahaan yang menggunakan
peralatan canggih (mekanis) dalam melakukan preprasi sampelnya dan ada
pula yang menggunakan peralatan sederhana (manual).
PT. Timah Investasi Mineral adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri pertambangan, yang sedang melakukan
eksplorasi, pengeboran dan kegiatan penambangan bijih nikel yang berada
di desa Rahampuu, Kecamatan Kabaena kabupaten Bombana, provinsi
Sulawesi tenggara.
Pada PT. Timah Investasi Mineral dalam melakukan preprasi sampel
menggunakan pralatan sederhana (manual). Hal ini dikarenakan kemampuan
perusahaan untuk mengeluarkan biaya preparasi dan juga asumsi tingkat
keakuratan dan teknisi preprasi sampel itu sendiri. Sedangkan pengambilan
sampel tidak didasarkan pada proses eksplorasi atau proses pengeboran,
namun sampel langsung diambil dari Bucket Excavator pada saat kegiatan
penambangan.
Aktivitas preparasi sampel dilakukan untuk mempersiapkan sampel
yang akan dianalisa dengan tujuan untuk mengetahui kadar Ore pada lokasi

1
kegiatan penambangan. Tahapan preparasi sampel setiap perusahaan
memiliki tahapan yang berbeda. Secara teknis tahapan preparasi sampel.
dengan cara manual tentunya akan menggunakan waktu yang cukup
lama dan tingkat kesulitan akan lebih, bila dibandingkan dengan
menggunakan alat mekanis. Oleh karena itu dari latar belakang ini saya
sebagai penulis bermaksud untuk melakukan kerja praktek dengan judul
yaitu “Studi Tahapan Preparasi Pada PT. Timah Investasi Mineral Desa
Rahampuu Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana tahapan preparasi sampel bijih nikel pada PT. Timah


Investasi Mineral Desa Rahampuu Kecamatan Kabaena Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara?
2. Bagaimana keadaan kadar bijih nikel sesudah dilakukan preparasi pada
PT. Timah Investasi Mineral Desa Rahampuu Kecamatan Kabaena
Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara ?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini hanya mencakup tentang


bagaimana tahapan preparasi serta bagaimana keaddan bijih nikel pada saat
dilakukan sesudah preparasi pada PT. Timah Investasi Mineral Desa
Rahampuu Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tahapan preparasi sampel bijih nikel pada PT. Timah
Investasi Mineral Desa Rahampuu Kecamatan Kabaena Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara

2
2. Untuk mengetahui keadaan kadar bijih nikel sesudah dilakukan preparasi
pada PT. Timah Investasi Mineral Desa Rahampuu Kecamatan Kabaena
Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan


bagi pengambilan keputusan yang menyangkut tentang tahapan preparasi
pada PT. Putra Mekongga Sejahtera, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dan mengaplikasikan di lapangan
menyangkut teori yang telah peneliti dapat dibangku perkuliahan tentang
sistem penambangan, eksplorasi langsung, dan tahapan preparasi.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan pada laporan kerja praktek (KP) ini
antara lain :

1. BAB I Pendahuluan : Pada bab ini  berisi latar belakang yang


melandasi penelitian sehingga dilakukan yaitu berupa rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan. 
2. BAB II  Tinjauan Umum : Pada bab ini menjelaskan tentang profil
perusahaan tempat penelitian di lakukan.
3. BAB III Landasan Teori : Pada bab ini menjelaskan tentang materi -
materi atau pengertian dari  judul yang dipilih. Dasar teori yang
digunakan oleh penulis adalah tentang Sistem Penambangan Genesa
Bahan Galian, Kegiatan Eksplorasi dan Penentuan Kadar.
4. BAB IV Metodologi Kerja Pratek: Pada bab ini dan hasil penelitian
menjelaskan langkah-langkah dalam proses pengerjaan penelitian,
jenis data yang digunakan, proses pengolahan data, hingga hasil-hasil
pengolahan data penelitian.

3
5. BAB V Pembahasan Masalah : Pada bab ini merupakan penjelasan
secara menyeluruh terkait hasil pengolahan data yang dilakukan dan
diselaraskan dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian.
6. BAB VI Penutup : Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk
keperluan penerapan maupun  pengembangan selanjutnya.

1.7 Rencana Kegiatan Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan pada PT. Putra Mekongga


Sejahtera, dengan jadwal rencana penelitian sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jadwal Rencana Kerja Praktek

Minggu
No. Rencana Kegiatan
I II III IV
1 Studi Literatur        
2 Observasi Lapangan        
3 Pengumpulan Data        
4 Pengolahan Data        
5 Penyusunan Laporan        

4
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan PT Timah Investasi Mineral


PT. Timah Investasi Mineral merupakan perusahaan Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel. Kegiatan
penambangan berada di wilayah IUP Operasi Produksi No. 86 Tahun 2015 .
Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana. Propinsi Sulawesi Tenggara
dengan luas 300 Ha. Pada tanggal 26 Mei 2015 Pemerintah Kabupaten
Bombana menerbitkan Keputusan Bupati Bombana No. 86 Tahun 2015
tentang pengalihan ijin usaha Pertambangan operasi produksi PT Timah
Eksplomin menjadi ijin usaha Pertambangan operasi produksi PT Timah
Investasi Mineral.
Kegiatan penambangan Bijih Nikel PT. Timah Investasi Mineral di
wilayah IUP meliputi Tahap Operasi Produksi pada areal 300 Ha. Kegiatan
yang dilakukan secara umum meliputi :
1. Pembersihan lahan penambangan (land Clearing),
2. Pengupasan, pemindahan dan penimbunan tanah pucuk,
3. Pengambilan bijih nikel dengan alat gali dan muat, kemudian dilakukan
pengangkutan melewati jalan tambang ke lokasi penimbunan sementara
(ETO) sebelum dilakukan pengangkutan lebih lanjut ke stockpile
pelabuhan (EFO).

5
Sumber : Santi, 2014
Gambar 2.1 Tahapan Kegiatan Operasi Produksi PT. Timah Investasi Mineral

2.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Kerja Praktek


Wilayah konsesi PT. TIMAH INVESTASI MINERAL dengan luas
300 hektar berada pada area kecamatan Kabaena dan Kecamatan Kabaena
Barat Propinsi Sulawesi Tenggara. Areal konsesi dibagi menjadi tiga zona
yaitu Desa Langkema, Desa Batuawu dan Desa Rahadopi. Secara Geografis
Pulau Kabaena terletak di Selatan Pulau Sulawesi tepatnya 515LU
12155BT / 5,25LS 121,91BT. Pulau Kabaena mempunyai luas ±873
KM2.
Untuk mencapai pulau Kabaena tersebut harus ditempuh dengan
jalur laut. Jika kita berada di Tanggetada, menuju Pulau Kabaena dapat di
tempuh dengan transportasi darat sejauh 125 km ke Kasipute dengan waktu
tempuh ±2 jam 52 menit dan di lanjutkan menggunakan speedboat
penumpang tujuan sikeli selama ±2,5 jam. Jarak antara pelabuhan Sikeli
dengan lokasi penambangan PT. Timah Investasi Mineral sekitar ± 8 KM
dan dapat ditempuh menggunakan roda dua maupun roda empat sekitar ±10
menit.

6
Gambar 2.2. Peta Kesampaian Lokasi PT. Timah Investasi Mineral
2.3 Keadaan Geologi
2.3.1 Geomorfologi Regional
1. Satuan Geomorfology Lereng Curam
Satuan ini menempati sebelah tenggara dari daerah eksplorasi yang
disusun oleh batuan ultrabasa dan gamping kuarsa yaitu meliputi 10% dari
luas area eksplorasi dengan slope kemiringan 45 0 dan pada umumnya
merupakan semak belukar dan hutan, berada pada ketinggian 350 – 600
Mdpl. Kerapatan kontur menandakan kemiringan lereng yang curam
dengan arah memanjang kearah barat laut tenggara.
2. Satuan Geomorfology Lereng Sedang
Satuan ini menempati sebelah barat laut dan tenggara daerah
eksplorasi yang meliputi 60% dari luas areal dengan kemiringan 25 0-300
dan pada umumnya merupakan perkebunan, hutan dan semak belukar,
dengan ketinggian 150 – 300 Mdpl. Terdapat aliran sungai kering yang
mengalir di tengah yang terisi air pada saat hujan dengan kerapatan kontur

7
sedang dengan arah memanjang kearah barat tenggara mengikuti lereng
bukit.
3. Satuan Geomorfology Lereng Landai
Satuan ini menempati sebelah barat daya daerah eksplorasi yang
meliputi 30% dari luas area eksplorasi dengan kemiringan 10 – 20 0 dan
pada umumnya perkebunan dan semak belukar pada ketinggian 100 – 150
Mdpl kerapatan kontur agak kurang dengan arah memanjang kearah barat
laut tenggara mengikuti lereng bukit.

2.3.2 Geologi Regional Pulau Kabaena Kabupaten Bombana


Kondisi morfologi Pulau Kabaena dapat dibedakan menjadi 4
satuan geomorfologi, yaitu pegunungan,perbukitan, daerah karst dan
dataran rendah.Daerah pegunungan terletak di bagian tengah
PulauKabaena memanjang ke arah selatan, puncaknya yaituGunung
Sambopolulu yang memiliki ketinggianhingga 1550 m di atas permukaan
laut. Sungai didaerah pegunungan biasanya memiliki banyakpercabangan,
lembahnya curam dan berbentuk V.Morfologi perbukitan terletak di
bagian utara PulauKabaena memanjang ke arah selatan sampaiperbukitan
karst yang berbatasan langsung dengan Gunung Sambopolulu di bagian
tengah Pulau Kabaena.Ketinggiannya berkisar antara 100 600 m di
ataspermukaan laut.Pola aliran umumnyamemperlihatkan percabangan
dengan dasarlembahnya agak datar dan memperlihatkanpengikisan ke
samping lebih kuat.Daerah karst terdapat di bagian tengah Pulau
Kabaena,puncaknya yaitu Batu Sengia yang memiliki ketinggianlebih dari
1000 m di atas permukaan laut.Batuan inidibentuk oleh batu gamping
dengan pola aliransecara umum memperlihatkan percabangan dansetempat
terdapat di bawah tanah.Dataran rendah menempati bagian daratan
dekatpantai. Satuan ini memiliki ketinggian hingga sekitar100 m di atas
permukaan laut.

2.3.3 Geologi Lokal Daerah Penelitian

8
Simandjuntak dalam Surono (2010), menjelaskan bahwa
berdasarkan sifat geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat
dibagi menjadi beberapa mandala geologi yakni salah satunya adalah
mandala geologi Sulawesi Timur. Mandala ini meliputi lengan Tenggara
Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah dan Lengan Timur Sulawesi.
Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi tersusun atas batuan
malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi dari hasil
proses pengangkatan (Obduction) selama Miosen. Surono menyebutkan
bahwa jalur batuan malihan dan sedimen serta penutupnya tersebut sebagai
mintakat benua, sedangkan batuan ofiolitnya merupakan lajur ofiolit
Sulawesi Timur.Bagian Timur Sulawesi ini memanjang melalui ujung
Timur Lengan Timur, sisi Timur bagian Tengah, dan Lengan Tenggara
Sulawesi.
Tektonik yang terjadi di Pulau Kabaena mulai dari kala Eosen
sampai Oligosen tektonik ini menyebabkan terjadinya sesar naik yang
mempunyai arah naik yang mengarah relative ke barat sampai timur
dengan kala miosen awal, tektonik ini berkembang secara menerus berupa
sesar yang mengarah ke barat laut – tenggara dan timur laut, selanjutnya
pada kala pliopisto terjadi tektonik yang menyebabkan pengangkatan,
perlipatan dan tersesarkan batuan tersier, kemungkinan tektonik ini
menerus sampai sekarang.

9
Gambar 2.3. Peta Lithologi Lokasi IUP dan Sekitarnya

Pada sesar batuan yang mengarah ke barat laut dan tenggara yang
membentuk bukit-bukit dengan ketinggian sekitar 50–150 m dari
permukaan laut. Batuan induk bijih besi nikel adalah batuan peridotite
menurut vinogradov batuan ultrabasa rata–rata mempunyai kandungan nikel
0.2% unsure Ni tersebut terdapat dalam kisi–kisi Kristal mineral olivium
dan piroksin.
Muatan iron yang hamper bersamaan diantara unsure – unsure
tersebut pada pelapukan kimia khususnya air tanah yang kaya akan CO2
berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral
yang tidak stabil seperti (olivium dan piroksin) pada batuan ultrabasa
menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut, Si cenderung membentuk koloid dari
partikel silica yang sangat halus. Di dalam larutan Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferry-hydroksida akhirnya membentuk mineral seperti
goethite, limonite, dan hematite dekat permukaan.
Bersama mineral ini selalu ikut serta unsure Cobalth dalam jumlah
relative lebih kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si terus menerus
kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi

10
dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan,
membentuk endapan Hydrosilikat.
Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan
komposisi yang berfariasi tersebut akan mengendap pada celah atau rekahan
yang dikenal dengan urat garnerit dan krisopras sedangkan residunya akan
membentuk suatu unsure lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan diendapkan
sebagai dolomite, magnesit yang biasa mengisi celah atau rekahan pada
batuan induk.

2.3.4 Struktur Geologi


Menurut peta geologi lembar Kolaka (Simandjuntak, dkk., 1993) terdapat
sesar geser dan sesar naik.Arah sesar-sesar tidak beraturan.Sesar naik menjadi
batas dari tiap litologi, sedangkan sesar geser lebih mengontrol pengendapan
batuan.Sesar-sesar ini hanya memotong batuan Pra Tersier.Batuan Tersier tidak
terpengaruh oleh kahadiran sesar tersebut.Sesar-sesar tersebut diduga berumur
Mesozoikum (Moe’tamar, 2005).
Struktur geologi yang dijumpai di blok Toshida terdiri dari
perlipatan dan sesar serta kekar, sebaran struktur geologi dapat dilihat pada
peta geologi. Perlipatan yang ada terdiri dari lipatan lemah dan lipatan
tertutup.Lipatan lemah kemiringan lapisannya landai kurang dari 30 derajat,
merupakan lipatan terbuka, berarah Baratdaya Timurlaut dengan sumbu
lipatan bergelombang.Lipatan tertutup kemiringan lapisannya agak tekak
sampai terbalik, sumbu lipatan secara umum berarah utara-Barat,
diperkirakan terbentuk pada kala Oligosen.
Kekar terdapat dalam hampir semua jenis batuan dan tampaknya
terjadi dalam beberapa priode. Perpaduan terjadi pada batuan yang berumur
Kapur sejalan dengan kegiatan tektonik di daerah tersebut.

11
Gambar 2.4 Peta Struktur Geologi

2.3.5 Stratigrafi
Kompleks batuan malihan menempati bagian tengah lengan tenggara
sulawesi membentuk pegunungan mandoke dan ujung delatan membentuk
pegunungan rumbia. Komplek ini di dominasi batuan malihan yang terdiri
dari sekis, kuarsa, sabak dan marmer (Simandjuntak dkk.,1993c; Rusmana
dkk., 1993b) dan terobos aplit dan diabas (Surono,1986). Secara garis besar
kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo .Batuan yang terdapat di Lajur
Tinodo yang merupakan batuan alas adalah batuan malihan Paleozoikum
(Pzm) dan diduga berumur Karbon.Pualam Paleozoikum (Pzmm)
menjemari dengan batuan malihan Paleozoikum terutama terdiri dari
pualam dan batugamping terdaunkan. Pada Permo-Trias di daerah ini
diduga terjadi kegiatan magma yang menghasilkan terobosan antara lain
aplit PTr (ga), yang menerobos batuan malihan Paleozoikum. Formasi
Meluhu (TRJm), secara tak selaras menindih Batuan Malihan Paleozoikum.

12
Pada zaman yang sama terendapkan Formasi Tokala (TRJt). Hubungan
dengan Formasi Meluhu adalah menjemari. Pada kala Eosen (Surono.
2010).
Batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolit (Ku) yang
terdiri dari peridotit, harsburgit, dunit dan serpentintit. Batuan ofiolit ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur
Akhir, dan terdiri dari batugamping berlapis bersisipan rijang pada bagian
bawahnya (Surono. 2010). Bahwa sejumlah percontohan batuan malihan
dari kompleks batuan malihan di Lengan Tenggara bahwa periode
pemalihan batuan, tua dan muda.Pemalihan tua menghasilkan fasies epidot-
ampibol dan yang muda menghasilkan fasies sekis glaukofan.Pemalihan tua
berhubungan dengan penimbunan, sedangkan yang muda diakibatkan sesar
naik.Sangat mungkin sesar naik tersebut terjadi pola Oligosen Awal Miosen,
sewaktu kompleks ofiolit tersesar-naikkan keatas kepingan benua.
Menurut Helmers dkk. (1989) dalam Surono (2013) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa evolusi sekis hijau di Lengan Tenggara
Sulawesi, Terutama dari pegunungan Mendoke dan Pegunungan Rumbia
adalah suatu pemalihan pertama adalah rekritalisasi sekis hijau pada akhir
penimbunan cepat (fast burial yang pernah mengalami subdaksi.
2.4 Keadaan Lingkungan Tambang
2.4.1 Penduduk
Secara umum penduduk yang bermukim didaerah IUP Operasi
Produksi PT. Timah investasi mineral secara sosial ekonomi  pulau
kabaena umumnya terdapat 2 mata pencaharian  yaitu sebagai nelayan dan
petani.  Penduduk Pulau Kabaena pesisir merupakan penduduk migrasi
yang didominasi oleh suku Makassar, Bugis, Selayar, Buton, dan Bajo. 
Mereka adalah  nelayan dan pedagang dengan hasil laut berupa  ikan,
kepiting dan rumput laut.
Di wilayah pegunugan dihuni oleh suku Moronene, suku asli
pulau kabaena yang bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil 
berupa kelapa, kakao, cengkeh, gula merah dan kacang mente sedangkan
hasil ternak berupa sapi dan kambing dan terdapat sebagian pegawai

13
negeri. Pada daerah ini juga terdapat kantor pemerintah berupa kantor
Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Polisi, koramil, Rumah sakit, serta
terdapat instansi pendidikan tingkat pertama dan Desa Temokole dan
batuawu merupakan Kota Kecamatan.
2.4.2 Iklim
Wilayah PT. Timah Investasi Mineral yang terletak di kabupaten
Bombana berada dekat dengan laut memiliki suhu maksimum 32º C dan
suhu minimum 12º C dengan suhu rata - rata 25 - 30ºC. Dengan iklim
Tropis, Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara memiliki dua musim
yaitu, musim panas dan musim hujan. Iklim tersebut sangat
menguntungkan dalam pembentukan unsur nikel, karena pada
pembentukannya membutuhkan pelapukan yang baik.
2.4.3 Flora Dan Fauna
Vegetasi daerah sekitar ditumbuhi dengan vegetasi primer dan
vegetasi sekunder. Vegetasi primer adalah tumbuhan yang sudah sejak
awal ada dan belum terganggu aktivitas pertambangan dan pabrik.
Vegetasi primer yang tumbuh di sekitar diantaranya adalah kayu besi,
belimbing bajo, melinjo, jambu mete dan coklat yang menjadi tanaman
khas yang di budidayakan rakyat sekitar. Sedangkan vegetasi sekunder
adalah tumbuhan yang ditanam ulang disebabkan dari kegiatan
pertambangan antara lain mangga, cemara, gamal, dan beringin. Fauna
yang dapat ditemui di daerah ini adalah monyet, dan babi hutan.

14
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Nikel
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik  yang
memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat.
Dalam keadaan murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
Besi, Krom, dan logam lainnya, dapat membentuk Baja tahan karat yang
keras.Nikel merupakan komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit
dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan
logam berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur,
tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara,

15
tahan terhadap oksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya
dibawah suhu yang ekstrim. Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi
komersial dan industri, seperti : pelindung Baja (Stainless Steel), pelindung
Tembaga, industri Baterai, Elektronik, aplikasi industri Pesawat Terbang,
industri Tekstil, Turbin Pembangkit Listrik bertenaga Gas, pembuat Magnet
kuat, pembuatan alat-alat Laboratorium (Nikrom), Kawat Lampu Listrik,
Katalisator Lemak, Pupuk Pertanian, dan berbagai fungsi lain.
Nikelsebagaisalahsatusumber daya mineral ekonomis di bumi ini perlu
ditemukan keberadaannya untuk dapat memenuhi kebutuhan dibidang
perindustrian. Nikel mempunyai sifat tahan karat dan dalam keadaan murni
nikel bersifat lunak, tetapi jika dipadukan (alloy) dengan besi, krom, dan
logam lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan
nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainles steel) yang
banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan
memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industry.
(Sukandarrumidi,2007).

3.1.1 Endapan Bijih Nikel


Batuan induk bijih Nikel adalah batuan Peridotit. Menurut
Vinogradov 2010 batuan Ultrabasarata-rata mempunyai kandungan Nikel
sebesar 0,2 %. Unsur Nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral
Olivin dan Piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg.
Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat di terangkan karena
radius Ion dan muatan Ion yang hampir bersamaan diantara unsur-unsur
tersebut. Proses Serpentinisasi yang terjadi pada batuan Peridotit akibat
pengaruh larutan Hidrothermal, akan mengubah batuan Peridotit menjadi
batuan Serpentinit atau batuan Serpentinit Peroditit. Sedangkan proses kimia
dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu,
menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. (Ulang Sari
Mardia, 2017 )

3.1.2 Genesa Endapan Bijih Nikel

16
Proses pembentukan Nikel Laterit di awali dari proses pelapukan
batuan Ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan Harzburgit. Batuan ini banyak
mengandung Olivin, Piroksen, Magnesium Silikat dan Besi, mineral-
mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.
Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air
tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan,
akan mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan Harzburgit
tersebut. Kandungan Olivin, Piroksen, Magnesium Silikat, Besi, Nikel dan
Silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang
telah terbentuk tersebut, Besi akan bersenyawa dengan Oksida dan
mengendap sebagai Ferri Hidroksida. Endapan Ferri Hidroksida ini akan
menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan air pada endapan tersebut
akan mengubah Ferri Hidroksida menjadi mineral-mineral seperti Goethite
(FeO(OH)), Hematit (Fe2O3) dan Cobalt.
Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”.
Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan
magnesium, Nikel dan Silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan
bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus
berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan
Leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahan di dalam batuan
Ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam
ikatan Serpentine Group. Rumus kimia dari kelompok Serpentin adalah X2-3
SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe,
Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya. Adanya
suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni
yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona
air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus Bedrock (Batuan
Dasar). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan
membentuk mineral Garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4.
Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi
adalah proses pengkayaan Supergen (Supergen Enrichment). Zona
pengkayaan Supergen ini terbentuk di zona Saprolit.( Elias M, 2002).

17
Endapan Nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu :
a. Lapisan, tanah penutupbiasa disebut iron capping.Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan dan biasanya terdapat
juga sisa-sisa tumbuhan.Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m.
b. Lapisan Limonit merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran
butir lempung sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati
walaupun masih sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10
m.
c. Lapisan Saprolit merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah
lapuk, berupa  bongkah - bongkah lunak berwarna coklat kekuningan
sampai kehijauan. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
d. Batuan Dasar(Bedrock)merupakan bagian terbawah dari profil Nikel
laterit, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah
batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis. Dapat dilihat pada gambar 3.1 Gampar
penampang nikel laterit.

Sumber : Elias M, 2002


Gambar 3.1 Gambar Penampang Nikel laterit

3.2 Preparasi Sampel


3.2.1 Pengertian Preparasi Sampel
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan contoh untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan

18
dengan keadaan contoh dan kepentingan. berdasarkan keadaan contohnya,
terdapat dua jenis preparasi:

a. Contoh ruah (bulk samples)


Preparasinya meliputi pengeringan, penimbungan
(pengukuran volume), Pencucian, pendulangan, pengeringan,
pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan masing-masing fraksi.

b. Konsentrat dulang
Prinsip preparasi nya adalah pemisahan material berdasarkan
sifat kemagnetan (magnetic separation).

3.2.2 Prosedur preparasi sampel


Sebelum dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara umum
preparasi untuk contoh adalah sebagai berikut:

1. Pengeringan Contoh yang diterima dalam keadaan basah


dikeringkan terlebih dahulu di udara terbuka atau dalam oven
dengan temperatur di bawah 100 0C
2. Penumpukan hanya dilakukan terdapat contoh berupa sedimen dan
batuan padat untuk memadatkan butiran mineral dan fragmen
batuan yang halus, tanpa merusak batuan aslinya.
3. Penimbangan contoh yang sudah kering ditimbang dan dicatat
dalam formulir analisis.
4. Pembagian contoh (cone quartering/splitting) Dilakukan apabila
berat contoh yang diterima lebih melebihi kebutuhan (>1000
gram).
5. Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan mineral berdasarkan
perbedaan ukuran besar butirannya. sehingga diperoleh 6 fraksi
butiran berukuran lebih besar dari 2 mm, 1 mm, 1/2 mm , 1/4 mm, ⅛
mm, Dan lebih kecil dari ⅛ mm.
6. Penghitungan komposisi praktis setiap fraksi dihitung
persentasinya terhadap berat contoh asal.
3.3 Pengujian Sampel

19
Ada beberapa contoh bentuk pengujian preparasi sampel.

1. Penggerusan
Proses penggerusan merupakan cara untuk mendapatkan sample
yang homogen dan mudah dilarutkan. Terlebih bila sample adalah
padatan yang memiliki ukuran besar.
2. Pelarutan
Sample yang berupa padatan dilarutkan dengan pelarut tertentu
sesuai dengan sifat kelarutan  sample. 
3. ‌Pengenceran
Penggunaan instrument seperti spektrofotometer, HPLC, dan GC
membutuhkan konsentrasi sample yang kecil untuk pemeriksaan. Oleh
karena itu, pengenceran dilakukan dilakukan menggunakan pelarut
hingga didapatkan konsentrasi yang dapat  terbaca oleh instrument.
4. Penambahan pereaksi
Asam lemak berantai panjang tentunya lebih sulit dianalisis dengan
kromatografi gas (GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk
menurunkan titik didihnya maka asam lemak tersebut direaksikan dengan
alkohol (metanol atau etanol) sehingga terbentuk metil ester atau etil
ester yang titik didihnya lebih rendah.
5. Penyaringan
Pada pengukuran menggunakan instrument dibutuhkan sample
yang bebas noise agar tidak mempengaruhi data analisis. Oleh karena itu
filtrasi digunakan bertujuan pemurnian dengan menghilangkan pengotor
pada sample.

3.4 Konsep Sampling

Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu


bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik
untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan
merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah
dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.

20
Secara spesifik, contoh dapat dikatakan sebagai sekumpulan material
yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan)
dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk
lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan)
tersebut. Proses pengambilan contoh tersebut disebut sampling
(pemercontoan).

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun


tahapan pekerjaan  (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi) :

1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable


thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi
juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan
untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.

2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona


endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan
memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng
dan pemilihan metode penambangan.
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar
pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada
umpan material).
3.4.1 Pemilihan Metode Sampling

Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil


tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
a. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
b. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi)
c. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak
dan kondisi batuan induk.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain

1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai


akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.

21
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke
dalam conto.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam
penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan
kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang
representatif.

3.4.2 Metode Pengambilan Conto

Pada metode pengambilan contoh penulis menggunakan metode


drill hole sampling. Ada beberapa metode dalam pengambilan coto
(sampling) meliputi:

1. Chanel sampling adalah cara pengambilan conto dengan membuat


alur (chanel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak
bijih.
2. Conto ruah (Bulk sampling) adalah metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah besar dan umumnya dilakukan
pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan).
3. Conto tertahan (Chip sampling) adalah salah satu metode sampling
dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (chip sampling) yang
dipecahkan melalui suatu jalur dengan lebar ± 15 cm yang
memotong zona mineralisasi menggunakan palu atau pahat.
4. Pile sampling adalah cara pengambilan conto pada pile atau ore
bin, untuk ini semua harus tahu saat mengadakan pengisian
(pilling) karena hal ini mempengaruhi letak butiran.
5. Sumur uji (test pit) adalah cara pengambilan conto dengan
membuat sumuran, metode ini dapat dikombinasikan dengan
channel sampling.
6. Drill hole sampling adalah cara pengambilan conto dari hasil
pemboran inti dimana prosedur sampling ini berdasarkan pada alat
bor yang digunakan.

22
7. Paritan uji (trenching) adalah cara pengambil conto dengan
membuat parit pada singkapan bijih memotong atau tegak lurus
singkapan.

3.5 Tahap Preparasi

Salah satu tahapan yang penting dalam pemeriksaan suatu sample di


laboratorium adalah preparasi sample. Seperti namanya preparasi diserap
dari kata “prepare” yang berarti mempersiapkan, artinya sample yang kita
uji dilakukan preparasi hingga siap diukur.

Adapun langkah-langkah tahap preparasi sampel sebelum menentukan


nilai kadar Ni dan Fe secara umum yaitu:

1. Membawa sampel ke ruang preparasi.

2. Menghancurkan sampel dengan alat crusher untuk mendapat ukuran lebih


kecil agar memudahkan dalam pengolahan.

3. Mengeringkan sampel dengan cara dipanaskan di dalam oven.

4. Masukkan ke dalam crusher untuk mendapatkan sampel lebih halus, yaitu


<200 mesh.

3.6 Analisa Ayakan

Analisa ayakan menggunakan niton X-Ray Dilakukan berdasarkan


Identifikasi karakteristik sinar X yang terjadi akibat efek fotolistrik. efek
fotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target pada sampel terkena
sinar berenergi tinggi (sinar X) berikut penjelasannya :

1. Elektron di kulit K terpental keluar dari atom akibat dari radiasi sinar X
Yang datang titik akibatnya, terjadi kekosongan/vakansi elektron pada
orbital.

23
2. Elektron dari kulit L atau M “turun” Untuk mengisi vakansi tersebut
disertai oleh emisi sinar X yang khas dan meninggalkan vakansi lain di
kulit L atau M.
3. Saat pakansi terbentuk dari kulit L, elektron dari kulit M atau N “turun”
Untuk mengisi vakantie tersebut sambil melepaskan sinar-x yang khas.
4. Spectrometer Niton X-Ray Memanfaatkan sinar X yang dipancarkan oleh
sampel yang selanjutnya ditang
Tujuan dari analisa ayak adalah :

 Mengetahui kuantitas produksi suatu alat.


 Mengetahui distribusi partikel pada ukuran tertentu.
 Mengetahui “Ratio Of Concentration”
 Mengetahui “Recovery”
Dalam analisa ayakan diperlukan peralatan yang menunjang antara
lain:

4 Screen (ayakan)
5 Timbangan
6 Microscop
Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam
mesh maupun dalam metrik (mm). Untuk ukuran dalam mesh maka
makin besar angkanya berarti makin halus material itu. Tetapi
sebaliknya untuk matric (mm), Semakin besar angkanya maka akan
semakin besar pula ukuran material itu.

Untuk mesh Disini yang dimaksud adalah bahwa dalam suatu inci
persegi screen Terdapat lubang sebanyak sekian lubang, Tergantung
numeriknya, misalnya 20 mesh Berarti dalam satu inci persegi terdapat
20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan menunjukkan besarnya diameter
dari partikel, Tetapi menunjukkan berapa banyak lubang pada screen
setiap inci persegi.

Pelolosan material dalam pengayakan dipengaruhi oleh beberapa hal


antara lain:

24
a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan.
b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan.
c. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel.
d. Komposisi air dalam material akan diayak.
e. Letak pelapisan material pada permukaan sebelum di ayah.
Kapasitas screen pada umumnya tergantung pada:

 Luas penampang permukaan screen


 Ukuran pembukaan
 Sifat lainnya dari feed Seperti berat jenis, kandungan air, dan temperatur.
 Tipe dari mechanical screen yang digunakan
Efisiensi screen dalam mechanical engineering Didefinisikan sebagai
perbandingan dari energi output dengan input. Dengan demikian dalam
screening bukannya efisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi.
Efisiensi secara umum dalam screen tergantung pada beberapa hal sebagai
berikut:

a) Lamanya feed didalam atau diatas screen


b) Jumlah lubang yang terbuka
c) Kecepatan Feed
d) Jumlah lapisan feed
e) Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material
yang diolah.

BAB IV
METODOLOGI KERJA PRAKTEK

4.1 Tahapan Penelitian


Beberapa tahapan yang dibahas dalam kerja praktek ini diselesaikan
dengan metode :
4.1.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan penulis bertujuan untuk mencari dasar pada
kegiatan kerja praktek yang berisi teori - teori yang relevan dan dapat

25
dijadikan acuan dalam menyelesaikan permasalahan pada kegiatan kerja
praktek di PT. Putra Mekongga Sejahtera.

4.1.2 Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan pengamatan terencana untuk


memperoleh data yang validitas mengenai kondisi lahan yang akan
ditambang sesungguhnya. Pada kegiatan ini, memperhatikan kondisi
topografi dan kegiatan teknis penambangan dan teknis pengupasan.

4.1.3 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah semua yang berkaitan langsung


dengan permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini. Dalam hal
ini membagi dua jenis data yaitu :
1. Data Primer
Data-data yang penulis ambil langsung di lapangan dengan
pengamatan. Adapun data-data tersebut adalah : Data yang langsung
diperoleh dari pengamatan di lapangan, seperti data alat yang digunakan
untuk preparasi, metode preparasi, tahapan preparasi, dan hasil preparasi
sampling.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu penulis ambil di dalam laporan – laporan
pekerjaan perusahaan. Adapun data – data tersebut adalah Data sekunder
yang diperlukan untuk pengolahan data selanjutnya adalah data Profil
Perusahaan, Peta Izin Usaha Pertambangan (IUP), SOP preparasi, Peta
geologi regional, data curah hujann dan dokumentasi.
4.1.4 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul berupa teori serta data- data dari lapangan
disatukan kemudian dilakukan pengolahan agar lebih jelas sehingga
mempermudah penulis melakukan penganalisaan, pengolahan data.
4.1.5 Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis mengangkat beberapa sub pembahasan


yang didasarkan dari hasil yang diperoleh pada pengolahan data yang telah

26
dilakukan. Melalui pembahasan ini penulis kemudian memperjelas tiap akar
permasalahan yang berpengaruh pada penelitian dan kemudian
mempengaruhi pengambilan keputusan pada penyimpulan dalam laporan
ini.

Adapun sub pembahasan yang di angkat adalah :

1. Metode pengambilan sampel


2. Tahapan preparasi sampel
3. Hasil preparasi sampel
4.1.6 Kesimpulan dan saran

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisa dan dipadukan dengan


faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan pada
penelitian ini. Kesimpulan ini adalah bentuk jawaban dari tujuan penelitian
yang penulis angkat.

4.1.7 Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dimulai setelah pencapaian kesimpulan dan


dikerjakan dengan menggunakan etika – etika penulisan yang baik dan
benar serta ketetapan penyusunan laporan kerja praktek yang dilakukan
pada lokasi penelitian yaitu PT. Putra Mekongga Sejahtera maupun di
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Sembilanbelas November Kolaka

4.2 Bagan Alir Kerja Praktek


Secara umum, agar lebih memudahkan prosedur Kerja Praktek
digambarkan dalam bentuk bagan alir sehingga memudahkan dalam
prosesnya seperti pada gambar 4.1 berikut ini:

Mulai

Studi Literatur
- Nikel
- Preparasi Sampel

27
Observasi

Pengumpulan
Data

Data primer Data sekunder


- Data Sampling - Peta iup PT. Timah Investasi Mineral
- Data Metode Sampling - Peta Curah Hujan
- Data Hasil Preparasi - Peta Topografi
- Data Tahapan Preparasi - Data Profil Perusahaan
- Data Hasil Test Pit
- Data SOP Preparasi

Pengolahan Data
Menggunakan MS Excel

Analisis data
Data dianalisis berdasarkan literature – literature
yang berhubungan dengan masalah tersebut

Pembuatan
laporan

Presentasi hasil
laporan

Selesai
Gambar 4.1 Bagan Alir Kerja Praktek

BAB V
PENUTUP

Demikian proposal Kerja Praktek ini saya susun sebagai pelengkap


permohonan pengajuan Kerja Praktek (KP) di perusahaan Bapak/Ibu. Semoga
dapat menjadi bahan pertimbangan dengan harapan proses Kerja Praktek (KP) ini
dapat terealisasikan sesuai rencana, besar harapan saya agar proposal kerja
praktek (KP) ini dapat dikabulkan, atas pertimbangan dan kebijaksaan Bapak/Ibu
saya mengucapkan banyak terima kasih.

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Arif I., 2000, Tambang Terbuka. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu
Kebumian Dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Golightly, J.P. 1979. Nickeliferous Laterite Deposite. A General Description. PT.
Internasional Nickel.
Jafar, Nurliah. 2017. Identifikasi Sebaran Nikel Berdasarkan Hasil TestPit
Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jurusan Teknik Pertambangan UMI.
Kumalasari, R. 2019. Eksplorasi Langsung. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Kumalasari, R. 2019. Metode Sampling. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Nukdin, E. 2013. Kajian Penurunan Kualitas Air Sungai Akibat Penambangan
PT. Putra Mekongga Sejahtera Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka
Sulawesi Tenggara. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Prodjosumarto P., 1989. Pengantar Teknologi Mineral. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai