Anda di halaman 1dari 45

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUGAMPING

MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION


PADA DAERAH DENZIPUR WAENA
KOTA JAYAPURA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan di Program Studi S1 Teknik Pertambangan dan memperoleh
gelar Sarjana Teknik dari Universitas Cenderawasih

Oleh :
BULEX HOWAY
NIM. 0090640237

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
HALAMAN JUDUL

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUGAMPING


MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION
PADA DAERAH DENZIPUR WAENA
KOTA JAYAPURA

SKRIPSI

Oleh :
BULEX HOWAY
NIM. 0090640237

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016

2
3

HALAMAN PERSETUJUAN

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUGAMPING


MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION
PADA DAERAH DENZIPUR WAENA
KOTA JAYAPURA

Disusun Oleh :
BULEX HOWAY
NIM. 0090640237

Telah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat untuk diajukan dalam


Ujian sidang Skripsi Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016
Pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan

Disetujui oleh :
Pembimbing 1
Tanggal : Juni 2016

MARCELINO N. YONAS, M.Eng


NIP : 1978 1121 2006 041003

Pembimbing 2
Tanggal : Juni 2016

BEVIE M. NAHUMURY, ST. MT


NIP : 1981 0421 2008 121003
4

HALAMAN PENGESAHAN

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUGAMPING


MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION
PADA DAERAH DENZIPUR WAENA
KOTA JAYAPURA

Disusun Oleh :
BULEX HOWAY
NIM. 0090640237

Telah diujikan dalam ujian sidang Skripsi pada tanggal Juni 2016 dan
dinyatakan lulus dari Program Studi S1 Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik, Universitas Cenderawasih
Dewan Penguji :

Pembimbing 1 MARCELINO N. YONAS, M.Eng


NIP : 1978 1121 2006 041003 (.……………)
Pembimbing 2 BEVIE M. NAHUMURY, ST. MT
NIP. 1981 0421 2008 121003 (.……………)

Penguji 1 DJUARDENSI PATABANG, ST. M.Eng


NIP. 1969 0602 2003 121001 (…………….)

Penguji 2 PATRICK M. FANDY, ST. MT


NIP.1979 0208 2008 011007 (……….……)

Penguji 3 LIA MEDY TANDY, ST. MT


NIP. 1981 0104 2008 012009 (………….…)

Jayapura, Juni 2016


Disahkan oleh :
Mengetahui :
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan
Universitas Cenderawasih Teknik pertambangan

APOLO SAFANPO, ST. MT FRANS TAMBING, ST. MT


NIP : 19750424 200112 1 001 NIP : 19651019 2003 121 001
5

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Bulex Howay
NIM : 0090640237
Program Studi : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik, Universitas Cenderawasih
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
merupakan hasil karya tulis ilmiah atau pemikiran saya sendiri, bukan hasil karya
intelektual orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau seluruh skripsi ini adalah hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jayapura, Juni 2016

Bulex Howay
6

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUGAMPING


MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION
PADA DAERAH DENZIPUR WAENA
KOTA JAYAPURA

Oleh :
BULEX HOWAY
NIM. 0090640237

ABSTRAK

Keterdapatan batugamping tersebut pada Kota Jayapura sering dijumpai di


Jayapura bagian barat salah satunya di daerah DENZIPUR Waena. Batuan ini
sering dipakai untuk keperluan pembuatan infrastruktur jalan dan bahan bangunan
lainnya. Karna manfaatnya yang penting untuk keperluan pembangunan maka
jenis batuan ini dapat dikatakan ekonomis, maka diperlukan suatu kajian atau
perhitungan mengenai jumlah cadangan batugamping yang terdapat pada daerah
DENZIPUR Waena.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung jumlah sumberdaya
batugamping. Salah satu metode perhitungan cadangan yang dapat digunakan
untuk mengestimasi sumberdaya atau cadangan adalah metode cross section atau
metode sayatan. Berdasarkan data koordinat yang diperoleh dibuat peta topografi
kemudian dibuat sayatan dengan jarak sayatan 11,4 m pada peta hingga dihasilkan
penampang atau profil sebanyak 16 profil dengan luas masing-masing yaitu profil
A 2494,06m2, profil B 3460,64m2, profil C 4273,11m2, profil D 4799,95m2, profil
E 5317,53m2, profil F 6186,64m2, profil G 6908,86m2, profil H 6806,20m2, profil
I 1754,94m2, profil J 7183,45m2, profil K 1124,04m2, profil L 5490,36m2, profil M
5211,94m2, profil N 5028,96m2, profil O 4189,41m2, profil P 4876,66m2 ,
berdasarkan hasil tersebut diketahui total volume batugamping adalah sebanyak
814.203,60m3

Kata Kunci : Batugamping, Metode Cross Section, Profil(penampang),


Perhitungan Volume, Sumberdaya
7

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan


Fakultas Teknik dan Universitas Cenderawasih, dan terbuka untuk umum dengan
ketentuan bahwa hak cipta ada pada pangarang. Referensi kepustakaan
diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan
seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan
sumbernya.
Usaha memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi
haruslah seizin tertulis dari Dekan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih.
Perpustakaan yang meminjamkan skripsi ini untuk keperluan anggotanya harus
mengisi nama, dan tanda tangan peminjam serta tanggal pinjam.
8

LEMBAR PERUNTUKAN

Amsal 12:9
Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, dari pada
berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan

Kupersembahkan Karya tulis ini kepada :


 Kedua Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih
sayang, motivasi tanpa kenal lelah dan tulus.
9

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
atas pertolongan serta pengasihannya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Perhitungan Sumberdaya Batugamping menggunakan Metode Cross
Section pada daerah Denzipur Waena Kota Jayapura” dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Teknik
Pertambangan, dan memperoleh gelar Sarjana Teknik Dari Universitas.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Onesimus Sahuleka, SH. M.Hum sebagai Rektor Universitas
Cenderawasih.
2. Apolo Safanpo, ST. MT sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Cenderawasih.
3. Frans Tambing, ST. MT sebagai Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Cenderawasih.
4. Bevie Marcho Nahumury, ST. MT sebagai Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan dan juga sebagai Dosen Pembimbing II.
5. Marcelino N. Yonas, M.Eng sebagai Dosen Pembimbing I.
6. Semua dosen Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
7. Keluarga tercinta yang memberi kasih sayang dan motivasi.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan atas
segala kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Semoga Tuhan Yesus yang Maha Esa memberi kasih dan pengharapan
kepada kita sekalian. Amin.

Jayapura, 27 Juni 2016

Penulis
10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...................................................................v

ABSTRAK..............................................................................................................vi

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI...............................................................vii

LEMBAR PERUNTUKAN..................................................................................viii

KATA PENGANTAR.............................................................................................ix

DAFTAR ISI............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Permasalahan.............................................................................................2

1.2.1 Rumusan Masalah..............................................................................2

1.2.2 Batasan Masalah................................................................................2

1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................2

1.3.1 Tujuan................................................................................................2

1.3.2 Manfaat..............................................................................................2

1.4 Keadaan Lingkungan.................................................................................3

1.4.1 Lokasi.................................................................................................3

1.4.2 Topografi............................................................................................3

1.4.3 Morfologi...........................................................................................4

1.4.4 Geologi...............................................................................................4
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Batugamping.............................................................................................5

2.2 Pembentukan Batugamping.......................................................................5

2.3 Kalsit dan Aragonit....................................................................................7

2.4 Potensi dan Cadangan...............................................................................7

2.5 Statigrafi daerah Jayapura.........................................................................7

2.6 Sumber Daya Mineral dan Cadangan (SNI).......................................10

2.7 Metode Perhitungan Cadangan Konvensional........................................11

2.7.1 Metode Penampang Vertikal............................................................12

BAB III METODOLOGI.......................................................................................17

3.1 Rencana Penelitian..................................................................................17

3.2 Alat dan Bahan........................................................................................17

3.2.1 Alat...................................................................................................17

3.2.2 Bahan...............................................................................................17

3.3 Tahapan Metode dan Teknik Penelitian...................................................17

3.3.1 Tahapan............................................................................................17

3.3.2 Metode dan Teknik Penelitian..........................................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................20

4.1 Hasil.........................................................................................................20

4.1.1 Data Koordinat.................................................................................20

4.1.2 Perhitungan Luas Profil...................................................................21

4.1.3 Perhitungan Volume.........................................................................27

4.2 Pembahasan.............................................................................................30

BAB V PENUTUP.................................................................................................31

5.1 Kesimpulan..............................................................................................31
12

5.2 Saran........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32
13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian..................................................................................3


Gambar 1.2 Geologi regional daerah penelitian......................................................4
Gambar 2.1 Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan...............................11
Gambar 2.2 Perhitungan volume menggunakan satu penampang.........................13
Gambar 2.3 Perhitungan volume menggunakan dua penampang..........................14
Gambar 2.4 Perhitungan volume menggunakan tiga penampang..........................16
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian......................................................................19
14

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Koordinat.......................................................................................20


Tabel 4.2 Perhitungan Luas Profil A sampai Profil P............................................22
Tabel 4.3 Perhitungan Volume...............................................................................30

BAB I
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Papua merupakan pulau yang kaya akan sumber daya alam mineral dan
batuan salah satunya batugamping atau sering disebut oleh masyarakan batu
kapur. Batugamping sering dipakai sebagai penstabilan jalan raya, bahan baku
semen dan juga sebagai bahan baku pembuatan batko (batu tela) yang digunakan
untuk membuat dinding bangunan.
Keterdapatan batuan tersebut pada Kota Jayapura sering dijumpai di
Jayapura bagian barat salah satunya di daerah Densipur Waena. Jenis batuan ini
sering dipakai untuk keperluan pembuatan infrastruktur jalan dan bahan bangunan
lainnya. Karna manfaatnya yang penting untuk keperluann pembangunan maka
jenis batuan ini dapat dikatakan ekonomis, maka diperlukan suatu kajian atau
perhitungan mengenai jumlah cadangan batugamping yang terdapat pada daerah
Densipur Waena.
Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah dan
kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab hasil
dari perhitungan cadangan nantinya akan sangat bermanfaat untuk memberikan
informasi kepada Pemerintah atau pengusaha yang ingin mengelolalanya, selain
itu juga dapat digunakan dalam menentukan sasaran produksi, cara penambangan
yang akan dilakukan bahkan dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh
perusahaan dalam melaksanakan usaha penambangannya.
15

Dalam ilmu perhitungan cadangan terdapat berbagai metode yang dapat


dipergunakan untuk mengestimasi cadangan suatu endapan. Dalam hal pemilihan
metode yang digunakan dalam perhitungan cadangan harus sesuai dengan sisi
filosofinya, maka untuk endapan batugamping yang terdapat di daerah Densipur
Waena Kota Jayapura. Karena merupakan bahan galian batuan bukan logam maka
tentu membutuhkan metode yang lebih sesuai dengan jenis bahan galian tersebut.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk menghitung menggunakan metode cross
section.
16

1.2 Permasalahan

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka


permasalahan dapat dirumuskan yaitu berapakah jumlah cadangan endapan
batugamping di daerah Densipur Waena Kota Jayapura.

1.2.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan tulisan ini mengarah sesuai judul, maka diperlukan


batasan batasan masalah sebagai berikut.
1. Perhitungan cadangan batugamping dilakukan pada daerah Densipur Waena
Kota Jayapura.
2. Perhitungan cadangan batugamping dihitung menggunakan Metode Cross
Section.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian pada daerah Densipur Waena Kota Jayapura ini
adalah untuk mengetahui jumlah cadangan endapan batugamping.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian pada daerah Densipur


Waena Kota Jayapura ini adalah :
1. Untuk peneliti, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai pembelajaran dalam
membuat perhitungan sumber daya dengan menggunakan metode Cross
Section.
2. Untuk Akademisi, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
konsumsi ilmiah dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang lain dalam
mengembangkan potensi dari jenis batuan ini berdasarkan perhitungan
cadangan yang ada.
3. Untuk perusahaan dan pemerintah , diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan informasi untuk dikelola lebih lanjut.
17

1.4 Keadaan Lingkungan

1.4.1 Lokasi

Secara administratif daerah buper berada dalam wilayah Distrik Heram Kota
Jayapura Propinsi Papua. Kesampaian daerah yaitu dari Kota Jayapura (Abepura)
ke lokasi penelitian Densipur Waena dapat ditempuh melalui jalan darat dengan
menggunakan kendaraan beroda dua atau beroda empat dengan jarak tempuh ± 7
km dan waktu yang dibutuhkan adalah ± 25 menit. Berikut peta kesampaian
daerah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian


1.4.2 Topografi

Keadaan topografi Kota Jayapura sangat bervariasi mulai dataran rendah


dengan lereng yang landai sampai dengan daerah bergunung-gunung. Secara
topografi, wilayah daerah penyelidikan lebih didominasi kemiringan lereng yang
sangat curam (40-65 %), sedangkan ketinggian daerah sebagian besar berada
dibawah 100 meter diatas permukaan air laut.
18

1.4.3 Morfologi

Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian, morfologi yang ada


didaerah penelitian terdiri dari perbukitan dengan keadaan vegetasi heterogen.

1.4.4 Geologi

Berdasarkan geologi regional daerah penelitian termasuk kedalam formasi


jayapura (Qpj) Tersusun oleh batugamping koral – ganggang, kalsirudit,
kalkarenit ; setempat batugamping kapuran, batugamping napalan dan napal,
berlapis jelek, setempat berselingan dengan batugamping pelagos. Fosil
foraminifera kecil bentos dan pelagos, koral moluska dan ganggang. Umur
formasi ini adalah Plistosen. Lingkungan pengendapan laut terbuka yang tak ada
lagi bahan rombakan daratan ; menindih tak selaras di atas Formasi Unk.
Kemiringan landai ke arah selatan barat daya dengan undak nyata. Terangkat
kepermukaan lebih kurang 700 m di atas muka laut. Tebal formasi 400 meter..

Lokasi Penelitian

Gambar 1.2 Geologi regional daerah penelitian

BAB II
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batugamping

Batu Gamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak


digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian dll.
19

Stabilitas politik yang baik indonesia telah memacu pengembangan sektor


industri, konstruksi dan pertanian ketingkat yang lebih baik. Perkembangan ini
secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan akan bahan
baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan industri
hilir. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek pasar untuk
komoditas pasar cukup cerah.

2.2 Pembentukan Batugamping

Batu Gamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik
secara mekanik atau secara kimia sebagian batu gamping dialam terjadi secara
organik. Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan
siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak
jauh beda dengan batu gamping secara organik yang membedakannya adalah
terjadinya perombakan dari bahan batu gamping tersebut kemudian terbawa oleh
arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang
terjadi secara kimia jenis batu gamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan
suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Selain hal di atas, maka air mineral dapat pula mengendapkan batu
gamping, (disebut endapan sinter kapur). Jenis batu gamping ini terjadi karena
Peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping di bawah
permukaan, yang kemudian di endapkan kembali di permukaan bumi.
Magnesium, lempung, dan pasir merupakanunsur pengotor yang mengendap
bersama-sama pada proses pengendapan. Keberadaan pengontor batu gamping
memberikan klasifikasi jenis batu gamping. Apabila pengotornya magnesium,
maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu gamping tersebut di
klasifikasikan sebagai batu kapur lempungan, dan batu kapur pasiran apabila
pengotornya pasir. Presentase unsur-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap
warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-
abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya di
20

sebabkan oleh adanya unsur mangan, sedangkan kehitam-hitaman di sebabkan


oleh adanya unsur organik.
Batu gamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya.
Selain yang pejal (masive) di jumpai pula yang porous.
Batu gamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya
maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas,
sehingga batu kapur tersebut menjadi berhablur, seperti yang di jumpai pada
marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran
kembali pada permukaan batu gamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.
Di beberapa aerah endapan batu kapur seringkali di temukan di gua dan
sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan
mengandung CO3 dari udara maupun dan dari hasil pembusukan zat-zat organik
di permukaan. Setelah meresap kedalam tanah dapat melarutkan batu kapur yang
di laluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut.
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam
tubuh batu kapur tersebut. Secara geologi, batu kapur erat sekali hubungannya
dengan dolomit. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsur magnesium dari
laut ke dalam batu kapur, maka batu kapur tersebut dapat berubah menjadi
dolomitan atau jadi dolomit. Kadar dolomit atau MgO dalam batu gamping yang
berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batu kapur
tersebut.

2.3 Kalsit dan Aragonit

Batu Gamping dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak
digunakan diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit
(CaCO3) tetapi berbeda dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas
table karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat
fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah
untuk mengidentifikasinya.
21

2.4 Potensi dan Cadangan

Potensi batu gamping di indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata
di seluruh kepulauan indonesia. Data yang pasti tentang jumlah seluruh cadangan
batu gamping belum ada, namun secara umum potensi batu gamping indonesia
sampai saat ini di ketahui berjumlah sekitar 28,678 miliyar ton (Tushadi
madiadipoera, direktorat sumberdaya mineral 1990) dengan pencirian kurang
lebih 61,376 juta ton merupakan cadangan terunjuk (Probable), termasuk di
dalamnya cadangan dengan klasifikasi spekulatif dan hipotetik.
Sebagian besar cadangan batu gamping indonesia terdapat di Sumatera
Barat dengan jumlah cadangan di perkirakan sekitar 23,23 milyar ton,atau hampir
81,02 persen dari cadangan seluruhnya.

2.5 Statigrafi daerah Jayapura

Stratigrafi daerah Jayapura menurut N. Suwarna Y. Noya, (1995) terdiri dari


beberapa satuan batuan yang berumur pra-Tersier hingga kwarter. Urutan lapisan
batuan dari unsur yang paling tua hingga termuda adalah sebagai berikut :
1. Kelompok Malihan Cycloops (pTmc)
Kelompok ini terdiri dari batuan metamorfik seperti sekis, gneiss
(setempat), filit, amfibolit, marmer, aktinolit dan hornfels. Pada sekis bersusunan
karbonat-klorit, klorit-muskovit, muskovit-epidot, glaukofan, aktinolit-epidot
klorit, dijumpai urat kuarsa setebal 50 cm ; setempat terjadi mineralisasi sulfide
akibat terobosan granit sebelum sekis mengalami alih tempat ; fasies sekis hijau
terbentuk pada tekanan tinggi dan suhu rendah, mungkin berhubungan dengan
sesar naik. Gneis, bersusunan mika, karbonat, hornblende, klorit-muskovit, klorit-
epidot ; dijumpai sisa batuan diorite pada daerah Daromena. Filit, terdapat pada
sisipan sekis. Amfibolit, berupa bongkah besar. Marmer berwarna putih susu,
bersusunan kalsit, sedikit kuarsa dan pirit. Hornfels aktinolit bersusun kuarsa
bertekstur mozaik, aktinolit, klorit, muskovit, magnetit. Satuan ini bersentuhan
tektonik dengan batuan Ultramafik (um). Di duga berumur Pra Tersier, serta
disusun oleh batuan skiss, batugamping dan batu beku ultra basa.
2. Ultramafik (um)
22

Terdiri dari harsburgit, serpentinit, piroksenit dan dunit. Harsburgit, berbutir


menengah hingga kasar, mineral utama olivine yang sebagian berubah menjadi
antigorit dan serpopit, serta ortopiroksen yang terserpentinkan, sedikit ditemukan
mineral bijih. Serpentinit, mineral antigorit dan sedikit piroksen. Piroksenit,
mineral piroksen jenis hipersten dan enstatit, klorit, aktinolit, tremolit, flogofit
bertekstur mata burung, kuarsa dan sedikit oksida besi. Dunit, terserpentinkan ;
mineral piroksen, klorit hasil ubahan piroksen dan aktinolit. Satuan batuan ini
terbreksikan, terkekarkan dan terserpentinkan. Setempat rekahan diisi oleh asbes,
talk dan kromit. Dijumpai pula urat kuarsa tebal hingga 2 meter. Satuan batuan ini
bersentuhan tektonik dengan Kelompok Malihan Cycloops dan Batuan Mafik.
Diduga berumur Pra-Tersier.
3. Formasi Nubai (Tomm)
Tersusun oleh batugamping bersisipan biomikrit, napal, batupasir halus,
greiwek gamping tufan, tuf ; setempat bersisipan dengan kalkarenit dan kalsiterit.
Batugamping dan biomikrit, berlapis baik ; dijumpai fosil jejak, dan fosil
Lepidocyclina sp, Spiroclypeus sp, Amphistegina sp, Elphidium sp, Globorotalia
sp, Globigerina sp, ganggang, moluska dan koral, berumur Oligosen – Miosen
Awal (Te bawah – atas). Batupasir, halus, sisipan tebal 15 cm. Greiwek,
gampingan tufan, sisipan lava andesit. Tuf halus, sisipan tebal 0,5 cm. Kalkarenit
dan kasiterit, berlapis jelek, terdapat fosil Globoquadrina sp, Heterostegina sp
dan Sphaerodinellopsi sp, ganggang, dan moluska, berumur Miosen Awal –
Miosen Tengah. Batugamping pelagos tufan mengandung radiolarian, berumur
Eosen – Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan di duga laut dangkal – laut
dalam, dekat daerah gunung api yang aktif atau giat. Menjemari dengan Formasi
Auwewa, bagian atas menjemari dengan Formasi Makats, bersentuhan tektonik
dgSatuan Ultramafik dan memiliki ketebal hingga 350 m.
4. Formasi Makats (Tmm)
Terdiri dari greiwek, berselingan dengan batulanau dan batulempung ;
sisipan napal dan konglomerat ; lensa dan puncak batugamping ; bagian bawah
bersisipan dengan tuf dan breksi gunung api. Greiwek dijumpai setempat
gampingan, urat kalsit mengisi rekahan lebar sampai 0,5 cm ; struktur lapisan,
23

lengseran, lapisan sejajar, silang-siur, dan lapisan perulangan. Konglomerat,


bercampur aneka batuan, permineralan ; fragmen andesit, batugamping, rijang,
lempung terkersikan, sediment malih, berukuran 2 – 15 cm, dominan 4 – 5 cm.
Batugamping, sebagian terkristal, setempat kalkarenit. Tuf, bersusunan andesit –
basalt, berlapis baik, tebal tiap lapisan 1 – 2 cm. Breksi gunung api berkomponen
andesit – basalt. Kumpulan fosil : Globorotalia sp, Globigerina sp, Miogypsina
sp, Lepidocylina sp, Cycloclypeus dan Operculina sp, menunjukkan umur Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir (Te atas – Te bawah). Lingkungan pengendapan
litoral. Formasi ini berlapis baik dan terlipat kuat, setempat lapisan membalik.
Tebal formasi sekitar 1.500 m menjemari dengan bagian atas Formasi Auwewa.
5. Formasi Jayapura (Qpj)
Tersusun oleh batugamping koral – ganggang, kalsirudit, kalkarenit ;
setempat batugamping kapuran, batugamping napalan dan napal, berlapis jelek,
setempat berselingan dengan batugamping pelagos. Fosil foraminifera kecil
bentos dan pelagos, koral moluska dan ganggang. Umur formasi ini adalah
Plistosen. Lingkungan pengendapan laut terbuka yang tak ada lagi bahan
rombakan daratan ; menindih tak selaras di atas Formasi Unk. Kemiringan landai
ke arah selatan barat daya dengan undak nyata. Terangkat kepermukaan lebih
kurang 700 m di atas muka laut. Tebal formasi 400 meter.
6. Batuan Campur Aduk (Qc)
Tersusun oleh lempung, lumpur bongkah dan hancuran batuan satuan yang
lebih tua tak terinci. Lempung dan lumpur berasal dari batuan tergerus dan juga
lelahan dari poton serta aliran lumpur ; mengungkung bongkah batuan tua,
termasuk bongkah-bongkah besar yang bisa dipetakan ; mengeluarkan gas metan
dimana bersentuhan dengan satuan batuan lain umur Plistosen hingga Holosen,
satuan lumpur diaper yang terbentuk oleh kompresi dan gravitasi yang ditunjang
oleh sifat fisik batuan pembentuk kelompok Mamberamo yang setengah mampat.
7. Aluvium dan Endapan Pantai (Qa)
Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur di lingkungan rawa dan
pantai. Endapan pantai mengandung pecahan batugamping koral Resen. Berumur
Kuarter.
24

2.6 Sumber Daya Mineral dan Cadangan (SNI)

Sumber daya mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral yang


diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian
kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sumberdaya terbagi
menjadi 4 yaitu :
1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan pada tahap Survai Tinjau.
2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Prospeksi.
3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.
4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci.
Cadangan (Reserves) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran,
bentuk, sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan yang secara ekonomis, teknis,
hukum, lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.
Cadangan terbagi 2 yaitu :
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomik
2. Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.
25

Klasifikasi sumber daya dan cadangan didasarkan pada tingkat keyakinan


geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek
yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

Gambar 2.3 Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

2.7 Metode Perhitungan Cadangan Konvensional

Pemilihan metode perhitungan cadangan didasari oleh faktor geologi


endapan, metode eksplorasi, data yang dimiliki, tujuan perhitungan, dan tingkat
kepercayaan yang diinginkan. Berdasarkan metode (teknik, asumsi, pendekatan),
maka penaksiran dan perhitungan sumberdaya atau cadangan terdiri dari metode
konvensional yang terbagi menjadi dua, yaitu metode penampang vertikal (dengan
menggunakan rumus mean area, kerucut terpancung, obelisk) dan penampang
horizontal (Metode Poligon, Metode Triangle, dan Metode Circular USGS 1983).
Selain itu, dapat pula dilakukan dengan metode geostatistik dan metode blok.

2.7.1 Metode Penampang Vertikal

Metode penampang vertikal menggambarkan kondisi endapan, bijih, tanah


penutup (over burden) pada penampang-penampang vertikal. Perhitungan luas
masing-masing elemen tersebut dilakukan pada masing-masing penampang.
26

Perhitungan tonase dan volume dilakukan dengan rumus-rumus yang sesuai.


Metode penampang vertikal dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan
batubara yang akan dihitung,
2. Menghitung luas batubara dan over burden tiap penampang,
3. Setelah luasan dihitung, maka volume dan tonase dihitung dengan rumusan
perhitungan. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan satu penampang, dua penampang, tiga penampang, atau
rangkaian banyak penampang. Perhitungan volume dengan menggunakan
satu penampang digunakan jika diasumsikan bahwa satu penampang
mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung saja.
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang
tersebut.

Gambar 2.4 Perhitungan volume menggunakan satu penampang

Rumus perhitungan volume dengan menggunakan satu penampang adalah :


Volume = (A x d1) + (A x d2) (2.1)
Perhitungan volume dengan menggunakan dua penampang jika diasumsikan
bahwa volume dihitung pada areal di antara 2 penampang tersebut. Yang perlu
diperhatikan adalah variasi (perbedaan) dimensi antar kedua penampang tersebut.
27

Jika tidak terlalu berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area dan kerucut
terpancung, tetapi jika perbedaannya cukup besar maka digunakan rumus obelisk.

Gambar 2.5 Perhitungan volume menggunakan dua penampang

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :


1. Rumus Mean Area

S
¿
2
¿ 1+ S¿ (2.2)
¿
¿
V =L ¿

Dimana :
S1, S2 = Luas penampang endapan (cm2 atau m2)
28

L = Jarak antar penampang (cm atau m)


V = Volume cadangan (cm3 atau m3)

2. Rumus Kerucut Terpancung

S 1 +S 2+ √ S 1 S2
L (2.3)
V= ¿
3

Dimana :
S1, S2 = Luas penampang endapan (cm2 atau m2)
L = Jarak antar penampang (cm atau m)
V = Volume cadangan (cm3 atau m3)

3. Rumus Obelisk

L
V = (S 1+ 4 M +S 2) (2.4)
6
29

(a 1+ a2) (b1 +b2 )


M= (2.5)
2 2

Dimana :
S1, S2 = Luas penampang endapan (cm2 atau m2)
L = Jarak antar penampang (cm atau m)
M = Luas penampang tengah (cm2 atau m2)
V = Volume cadangan (cm3 atau m3)

Perhitungan volume dengan menggunakan tiga penampang digunakan jika


diketahui adanya variasi (kontras) pada areal di antara 2 penampang, maka perlu
ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan. Perhitungannya
menggunakan rumus prismoida.

Gambar 2.6 Perhitungan volume menggunakan tiga penampang

Rumus prismoida sebagai berikut :

(S 1 +4 M + S2 )
V =L (2.6)
6
30

Dimana :
S1, S2 = Luas penampang endapan (cm2 atau m2)
L = Jarak antar penampang (cm atau m)
V = Volume cadangan (cm3 atau m3)
M = Luas penampang tengah (cm2 atau m2)
BAB III
3 METODOLOGI

3.1 Rencana Penelitian

Adapun rencana penelitian yang akan dilakukan menggenai perhitungan


cadangan batuan beku ultrabasa di daerah Buper Waena Kota Jayapura. Waktu
penelitian diperkirakan ± 3 bulan dengan data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder dapat dilihat pada Gambar 3.1. Diagram alir penelitian.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Global Positioning System (GPS)


2. Rol Meter
3. Palu Geologi
4. Laptop
5. Papan Data dan Pensil

3.2.2 Bahan

1. Kertas A4
2. Plastik Sampel
3.3 Tahapan Metode dan Teknik Penelitian
3.3.1 Tahapan
1. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan mencari, mengumpulkan pustaka dan studi
literatur. Studi litelatur ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka
yang menunjang perhitungan cadangan, buku, jurnal, membuat proposal
kemudian di konsultasi dan ujian proposal.
2. Pengambilan Data
31

Data yang di pakai dalam penelitian ini ada 2 yaitu :

a. Data Primer
Merupakan data yang diambil dan diolah sendiri oleh peneliti. Seperti
Koordinat UTM, Survey geologi dan endapan bahan galian
b. Data Sekunder
Peta geology regional.
3. Pengolahan Data
Data koordinat yang diperoleh dijadikan peta topografi kemudian
dilanjutkan dengan menbuat sayatan pada peta tersebut sehingga membentuk
penampang di lanjutkan dengan menghitung luas dan volume.
4. Hasil
Hasil pengolahan data merupakan jumlah cadangan batugamping yang
terdapat pada daerah Denzipur Waena Kota Jayapura.
5. Penyusunan Laporan
Laporan Tugas Akhir ini dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan, permasalahan dan
keadaan daerah penelitian.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori mengenai Batugamping, Sumberdaya dan
Cadangan menurut SNI dan Metode perhitungan cadangan.
c. BAB III METODOLOGI
Bab ini mengurai metode, cara, tahapan yang dipakai untuk menjawab
permasalahan dan sampai pada penyusunan skripsi.
d. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil yang diperoleh dari setiap tahap penelitian.
Pembahasan dilakukan terhadap hasil yang diperoleh.
e. BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang
dilakukan yang diharapkan dapat menjawab permasalahan dari penelitian
ini.
32
33

3.3.2 Metode dan Teknik Penelitian

PERSIAPAN
Studi Literatur, Pembuatan
Proposal dan Bimbingan

PENGUMPULAN DATA

Data Primer Data Sekunder


1. Koordinat UTM 1. Geologi Regional
2. Survey Geologi dan endapan bahan galian

PENGOLAHAN DATA

Membuat Sayatan dan Penampang


menggunakan Peta Topografi

Perhitungan Luas dan


Volume menggunakan
Metode Cross Section

HASIL
Jumlah Sumberdaya
batugamping

Gambar 3.7 Diagram Alir Penelitian

BAB IV
34

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Koordinat

Pengambilan data pengkuran pada lokasi penelitian, data pengukuran


langsung dilapangan dengan mengunakan GPS (Global Position System) Semi
Geodetik, dimana data ini berupa data koordinat lokasi penelitian dan juga data
elevasi yang nantinya data-data ini akan diolah lagi dengan program Surfer 11
untuk pembuatan peta Topografi daerah penelitian.

Tabel 4.1 Data Koordinat


N
o East North Elevasi (m dpl)
1 460133 9712586 177
2 460142 9712594 180
3 460151 9712600 185
4 460161 9712613 189
5 460170 9712623 189
6 460180 9712629 188
7 460199 9712634 193
8 460210 9712649 199
9 460210 9712665 207
10 460213 9712681 212
11 460224 9712673 211
12 460241 9712668 209
13 460250 9712667 210
14 460264 9712680 207
15 460263 9712686 206
16 460260 9712690 206
17 460250 9712700 209
18 460249 9712703 210
19 460233 9712707 214
20 460225 9712710 216
21 460221 9712726 217
22 460219 9712736 218
23 460206 9712734 228
24 460201 9712735 227
25 460195 9712724 229
35

N
o East North Elevasi (m dpl)
26 460191 9712718 227
27 460185 9712709 224
28 460177 9712706 228
29 460161 9712711 237
30 460156 9712714 238
31 460148 9712710 237
32 460135 9712709 253
33 460122 9712708 250
34 460118 9712705 254
35 460121 9712701 253
36 460125 9712691 250
37 460117 9712691 240
38 460105 9712697 236
39 460123 9712677 236
40 460160 9712867 177
41 460014 9712772 177
42 460029 9712764 176
43 460052 9712599 176
44 460131 9712553 177

4.1.2 Perhitungan Luas Profil

Setelah data diinput maka dibuatlah peta Topografi menggunakan Surfer 11.
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode cross section atau sayatan.
Peta di sayat sehingga terbentuk profil atau penampag, lalu hasil sayatan di
pindahkan ke dalam milimter block untuk menghitung luasan dari tiap sayatan
atau penampang tersebut. Berdasarkan hasil sayatan diperoleh 15 penampang,
yaitu penampang A - A’ sampai penampang P - P’ dengan jarak antara penampang
yaitu 1,2 cm. Untuk mendaptkan hasil sesuai dengan keadaan lapangan maka
dalam perhitungannya setiap penampang di skalakan lebih dahulu berdasarkan
skala pada peta yang dibuat. Untuk memudahkan perhitungan luasan maka hasil
gambar dari tiap penampang dibuat dalam bentuk bangun datar yaitu segitiga dan
persegi panjang.
36

Berikut merupakan hasil perhitungan luasan setiap penampang.

Tabel 4.2 Perhitungan Luas Profil A sampai Profil P


Bangu N Luas (cm skala 1 : Luas
Profil Rumus Total Luas
n o 950) (m)
1 4.00 0.60 1.20
2 2.00 0.60 0.60
3 2.00 0.60 0.60
4 1.50 0.30 0.23
Segitiga 197.20
5 1.50 0.30 0.23
6 2.20 0.70 0.77
7 0.70 1.80 0.63
A 8 0.80 0.30 0.12 2494.06
1 4.00 0.40 1.60
2 2.00 1.00 2.00
3 9.60 1.60 15.36
Persegi 4 5.50 0.60 3.30 2296.86
5 0.30 2.50 0.75
6 1.00 1.80 1.80
7 0.80 0.80 0.64
1 1.00 0.20 0.10
2 4.00 1.00 2.00
3 1.50 0.50 0.38
4 1.90 0.50 0.48
Segitiga 5 2.10 0.30 0.32 248.64
6 2.10 0.30 0.32
7 2.00 0.50 0.50
B 8 0.50 1.40 0.35 3460.64
9 2.40 0.90 1.08
1 1 0.8 0.80
2 4 1 4.00
3 11 2 22.00
Persegi 3212.00
4 8.1 0.5 4.05
5 4.2 0.5 2.10
6 2.4 1.1 2.64
37

Bangu N Luas (cm skala 1 : Luas


Profil Rumus Total Luas
n o 950) (m)
1 0.7 0.2 0.07
2 4.8 1.6 3.84
3 1.6 0.6 0.48
Segitiga 4 0.4 1.4 0.28 386.04
5 2.1 0.5 0.53
6 0.5 1.6 0.40
C 4273.11
7 3.7 1.6 2.96
1 1.2 1.1 1.32
2 17.2 1.4 24.08
Persegi 3 8.7 1.6 13.92 3887.07
4 5.5 0.5 2.75
5 2 0.5 1.00
1 0.7 0.2 0.07
2 6.9 2.7 9.32
3 1.3 0.4 0.26
Segitiga 4 0.7 0.2 0.07 813.60
5 1.3 0.2 0.13
6 1.1 0.4 0.22
D 4799.95
7 5.9 2.7 7.97
1 0.7 1.5 1.05
2 17.8 1.6 28.48
Persegi 3 5 2.7 13.50 3986.34
4 2.6 0.4 1.04
5 0.5 0.2 0.10
1 8 3.6 14.40
2 1.4 0.3 0.21
Segitiga 1218.37
3 1 0.3 0.15
E 4 6.8 3.6 12.24 5317.53
1 18.3 1.9 34.77
Persegi 2 3 3.5 10.50 4099.15
3 0.5 0.3 0.15
1 8 3.9 15.60
2 2 0.9 0.90
Segitiga 1340.21
3 1 0.8 0.40
F 4 6.4 4 12.80 6186.64
1 18.4 2 36.80
Persegi 2 4 4 16.00 4846.43
3 1 0.9 0.90
38

Bangu N Luas (cm skala 1 : Luas


Profil Rumus Total Luas
n o 950) (m)
1 5 2.4 6.00
2 5.5 3.1 8.53
Segitiga 3 0.5 1 0.25 1033.59
4 2.7 3 4.05
G 5 3.4 2.4 4.08 6908.86
1 18.4 2 36.8
2 10 2.4 24
Persegi 5875.27
3 1.5 2.7 4.05
4 0.5 0.5 0.25
1 7.5 3.8 14.25
2 2.5 1.5 1.88
3 0.9 0.2 0.09
Segitiga 1019.37
4 2.1 1.3 1.37
H 5 2 2.4 2.40 6806.20
6 2.9 1.8 2.61
1 2.3 18.4 42.32
Persegi 2 5.6 3.7 20.72 5786.83
3 0.9 1.2 1.08
1 8 3.8 15.20
2 0.9 0.2 0.09
3 0.2 1.1 0.11
Segitiga 4 0.3 1.1 0.17 1205.74
5 0.3 1 0.15
I 1754.94
6 3.8 5.7 10.83
7 0.5 0.7 0.18
1 17.2 2.4 41.28
Persegi 2 4 3.8 15.2 549.19
3 0.7 1.9 1.33
39

Bangu N Luas (cm skala 1 : Luas


Profil Rumus Total Luas
n o 950) (m)
1 7 3 10.50
2 2 0.4 0.40
3 2 0.4 0.40
Segitiga 1556.36
4 1 0.4 0.20
5 3.9 2.6 5.07
J 6 0.9 1.5 0.68 7183.45
1 16.8 2.5 42
2 5 3 15
Persegi 3 1 0.5 0.5 5627.08
4 2.6 1 2.6
5 1.5 1.5 2.25
1 2.3 5.5 6.33
2 1.3 0.4 0.26
3 0.6 0.2 0.06
4 0.8 0.2 0.08
Segitiga 507.21
5 1.4 0.4 0.28
6 0.6 1.5 0.45
7 3 1.7 2.55
K 1124.04
8 1.9 1.3 1.24
1 2.6 16.5 42.9
2 2.3 6.5 14.95
3 0.4 3.9 1.56
Persegi 616.83
4 0.2 2.5 0.5
5 1.7 1.5 2.55
6 1.9 1.3 2.47
1 2.2 5.5 6.05
2 0.5 2 0.50
3 1.4 0.4 0.28
Segitiga 556.39
4 4.4 1.3 2.86
5 1.2 0.8 0.48
L 6 1.6 2.7 2.16 5490.36
1 2.5 15.2 38
2 4.6 2.2 10.12
Persegi 3 1.2 0.5 0.6 4933.96
4 4.4 0.8 3.52
5 0.9 2.7 2.43
40

Bangu N Luas (cm skala 1 : Luas


Profil Rumus Total Luas
n o 950) (m)
1 7.5 2.6 9.75
2 0.7 0.1 0.04
3 0.6 0.1 0.03
Segitiga 757.20
4 1.7 0.7 0.60
5 5.2 1.9 4.94
M 5211.94
6 1.1 2.6 1.43
1 2.5 15.8 39.5
2 1.3 2.5 3.25
Persegi 4454.74
3 1.7 1.9 3.23
4 1.3 2.6 3.38
1 7.6 2.5 9.50
2 1 3.9 1.95
Segitiga 735.76
3 1.5 3.7 2.78
N 4 1.3 3.2 2.08 5028.96
1 15.2 2.5 38
Persegi 2 1.5 3.9 5.85 4293.19
3 1.2 3.1 3.72
1 1.6 6 4.80
Segitiga 2 1 5.6 2.80 388.08
3 0.8 2.5 1.00
O 1 2 15.7 31.4 4189.41
2 1.6 2.5 4
Persegi 3801.33
3 0.1 4.2 0.42
4 1.5 4.2 6.3
1 1.1 4.5 2.48
2 0.3 5 0.75
3 0.5 3 0.75
Segitiga 260.37
4 1 0.2 0.10
5 0.9 2.7 1.22
P 4876.66
6 0.6 1.6 0.48
1 16.6 2.3 38.18
2 1.1 8.5 9.35
Persegi 4616.28
3 0.9 1 0.9
4 1.6 1.7 2.72

4.1.3 Perhitungan Volume

Berdasarkan hasil perhitungan luasan setiap penampang, maka dapat


dilakukan perhitungan volume setiap blok sebagai berikut :
41

Luas Penampang A + Luas Penampang B


Volume Blok A – B = 2 x Jarak

2494,06 m2 + 3460,64 m 2
= 2 x 11,4 m

= 33.941,76 m3
Luas Penampang B + Luas Penampang C
Volume Blok B – C = 2 x Jarak

3460,64m2 + 4273,11 m 2
= 2 x 11,4 m

= 44.082,36 m3
Luas Penampang C + Luas Penampang D
Volume Blok C – D = 2 x Jarak

4273,11 m2 + 4799,95 m 2
= 2 x 11,4m

= 51.716,43 m3
Luas Penampang D + Luas Penampang E
Volume Blok D – E = 2 x Jarak

4799,95 m 2+ 5317,53 m 2
= 2 x 11,4 m

= 57.669,61 m3
Luas Penampang E + Luas Penampang F
Volume Blok E – F = 2 x Jarak

5317,53 m 2 + 6186,64 m 2
= 2 x 11,4 m

= 65.673,75 m3
Luas Penampang F + Luas Penampang G
Volume Blok F – G = 2 x Jarak

6186,64 m2 + 6908,86 m 2
= 2 x 11,4 m
42

= 74.644,35 m3
Luas Penampang G + Luas Penampang H
Volume Blok G – H = 2 x Jarak

6908,86 m2 + 6806,20 m 2
= 2 x 11,4 m

= 78.175,88 m3
Luas Penampang H + Luas Penampang I
Volume Blok H – I = 2 x Jarak

6806,20 m2 + 1754,94 m 2
= 2 x 11,4 m

= 48.798,49 m3
Luas Penampang I + Luas Penampang J
Volume Blok I – J = 2 x Jarak

1754,94 m2 + 7183,45 m2
= 2 x 11,4 m

= 50.948,79 m3
Luas Penampang J + Luas Penampang K
Volume Blok J – K = 2 x Jarak

7183,45 m2 + 1124,04 m 2
= 2 x 11,4 m

= 47.352,69 m3
Luas Penampang K + Luas Penampang L
Volume Blok K – L = 2 x Jarak

1124,04 m 2+ 5490,36 m 2
= 2 x 11,4 m

= 37.702,07 m3
Luas Penampang L + Luas Penampang M
Volume Blok L – M = 2 x Jarak
43

5490,36 m2 + 5211,94m 2
= 2 x 11,4 m

= 61.003,09 m3
Luas Penampang M + Luas Penampang N
Volume Blok M – N = 2 x Jarak

5211,94 m 2+ 5028,96 m 2
= 2 x 11,4 m

= 58.373,09 m3
Luas Penampang N + Luas Penampang O
Volume Blok N – O = 2 x Jarak

5028,96 m2 + 4189,41 m 2
= 2 x 11,4 m

= 52.544,66 m3
Luas Penampang O + Luas Penampang P
Volume Blok O – P = 2 x Jarak

4189,41 m2 + 4876,66 m2
= 2 x 11,4 m

= 51.676,56 m3

Maka Total Volumenya adalah 814.203,60 m3, atau dapat disajikan dalam Tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Perhitungan Volume
Profil Volume (m3)
A-B 33,941.76
B-C 44,082.36
C-D 51,716.43
D-E 57,669.61
E-F 65,573.75
F-G 74,644.35
G-H 78,175.88
H-I 48,798.49
I-J 50,948.79
J-K 47,352.69
44

K-L 37,702.07
L-M 61,003.09
M-N 58,373.09
N-O 52,544.66
O-P 51,676.56
Total 814,203.60

4.2 Pembahasan

Dengan jumlah sumber daya sebesar 814.203,60 m3 maka sesuai Standar


Nasional Indonesia penentuan Sumber daya dan Cadangan batugamping di daerah
penelitian termasuk dalam kategori Sumberdaya mineral Hipotetik dimana sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada
tahap Survei Tinjau yakni tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah yang
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan
hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan
udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan
yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi daerah -daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk
diselidiki lebih lanjut.
BAB V
5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode perhitungan


cross section maka total Sumber daya batugamping pada daerah DENZIPUR Kota
Jayapura adalah sebesar 814.203,60 m3, maka Sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI)penentuan Sumber daya batugamping di daerah penelitian ini termasuk
dalam kategori Sumberdaya mineral Hipotetik dimana sumber daya mineral yang
kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Survei
Tinjau.
45

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat sampaikan adalah perlu dilakukan studi lanjutan
untuk meningkatkan tingkat keyakinan dan klasifikasi endapan pada lokasi
penelitian di daerah DENZIPUR Kota Jayapura
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf. 1998. Perhitungan Cadangan, Penerbit Yogyakarta


Adjat Sudrajad, 1999. Teknologi dan Manajemen Sumberdaya Mineral, Penerbit
ITB Bandung.
Doddy Setia Graha, 1987, Batuan dan Mineral,Penerbit Nova Bandung
Ajun Ferdinandus Leba. 2011. Penaksiran Sumber daya Batubara dengan Metode
Cross Section di PT. Stria Mayangkara Sejahtera, Tanjung Telang, Lahat
Sumatra Selatan, Universitas Pembangunan Nasional, Veteran Yogyakarta
Sutarto , 2008. Endapan Mineral Cadangan Bahan Galian,Teknik Geologi,
Universitas Pembangunan Nasional, Veteran : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai