PENDAHULUAN
Keberadaan dan peran batu andesit dalam kehidupan manusia tidak banyak
orang yang tahu. Batu andesit merupakan salah satu bahan galian industri yang
sangat berperan dalam pembangunan negara indonesia saat ini. Batu andesit
digunakan sebagai material utama dalam pembangunan.
Maka dari itu untuk mengetahui potensi dan cadangan pada tambang batu
andesit,diperlukan pengamatan atau pemetaan geologi baik dari posisi sebaran dan
perhitungan cadangan batu andesit tersebut.
Skripsi 1
1.2 Rumusan Masalah
X : 556000 - 561500
Y : 9116000 – 9120000
Skripsi 2
setelah sampai ponorogo langsung menuju arah timur pertigaan Pasar Taman Sari
kurang lebih 2 km. Akses jalan menuju lokasi penelitian dapat dilalui dengan
kendaraan, karena jalan untuk masuk ke Desa Maguan sudah beraspal tetapi juga
banyak yang rusak, dari Desa Maguan menuju Lokasi Penelitian jalannya tidak
beraspal, tetapi masih berupa makadam (Batu dan Tanah) dan juga berlumpur.
Skripsi 3
Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama dan Metode Hasil Penelitian
I Wayan Warmada (1996), Perhitungan cadangan dengan metode Pada kasus daerah Boyolali, hasil
Perhitungan Cadangan bahan Galian blok geologi sangat baik terutama untuk perhitungan cadangan andesit adalah
Suatu Model Geologi Dengan bahan galian yang mempunyai 8.921.241,00 ± 843,5196 m3 atau
menggunakan Program Surfer Studi parameter teknis relatif homogen. setara dengan 22.303.102,50 ±
Kasus Perhitungan Cadangan Lava Perhitungan ini dapat dibantu dengan 2108,799 ton.
Andesit Di Daerah Boyolali. program Surfer. Pemakaian Surfer
untuk perhitungan cadangan bahan
galian cukup cepa: dan memadai.
Keakuratan hasil perhitungan dengan
Surfer tergantung pada bentuk model
yang didefinisikan pada Sutter.
Bambang Arsyiogie (2010), Studi Metode pengumpulan data : Berdasarkan hasil penelitian dan
Pemanfaatan Batu Andesit di Bukit Data primer diperoleh dari hasil pembahasan maka dapat disimpulkan
Kandis Kabupaten Bengkulu Tengah penelitian lapangan, baik berupa hasil sebagai berikut:
pengamatan maupun wawancara Bukit Kandis merupakan salah satu
dengan responden yang ada di lokasi tempat mata pencaharian masyarakat
dengan beberapa pertanyaan yang yaitu dengan menjadi
bertujuan untuk mendapatkan informasi pemecah/pengumpul batu Andesit di
yangberkaitan dengan pemanfaatan Bukit Kandis.
batu andesit oleh masyarakat di Bukit Alat yang digunakan para penambang
Kandis. batu di Bukit kandis yaitu linggis,
martil, pahat, cangkul dan pisau.
Bukit Kandis diperkirakan akan habis
65 tahun lagi menurut perhitungan
volume dan rata-rata kubikasi per hari.
BAB 2
DASAR TEORI
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
Skripsi 4
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500oC–2.500oC dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air,
CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Skripsi 5
tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh
batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. Yaitu:
a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan
yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari
sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan
ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa
batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya.
Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan
bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh
magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang
sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan
yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas
oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses
lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan
yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil
stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga
mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian
terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di
dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh
magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock
merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c) Dike, dalam ilmu geologi adalah suatu jenis intrusi batuan beku berbentuk
lembar yang mengenai lapisan tanah dan memotong secara bersebrangan
Skripsi 6
Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,
sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur
(perlapisan) batuan yang diterobosnya. Kadang-kadang kontak hampir
sejajar tapi perbandingan antara panjang dan lebar tidak sebanding.
Kenampakan di lapangan dyke dapat berukuran sangat kecil dan dapat
pula berukuran sangat besar.
d) Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang
menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang
lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya
sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill.
Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan.
c) Lapolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.
Skripsi 7
b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal
seperti batang pensil.
e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
Skripsi 8
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan kimia
oksida, Contohnya pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Pembagian Kimia Pada Batuan Beku Asam dan Basa
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada tabel
di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan presentase dari
setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak
dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra
basa). Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah
kandungannya kearah batuan peridotit (ultra basa).
Skripsi 9
Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi
Granit Riolit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal
Tabel 2.2 Kandungan senyawa kimia batuan Intrusi dan Ekstrusi
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :
Leucocratic 0 – 33 %
Skripsi 10
Mesocratic 34 – 66 %
Melanocratic 67 – 100 %
Tabel 2.4 Kandungan silika pada mineral mafik
Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar
batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral
yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar
dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral
amphibol, piroksen dan olovin.
Skripsi 11
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak
dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas,
kadang plagioklas juga tidak hadir
keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir
dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar
Skripsi 12
keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama
felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun
tidak hadir
Skripsi 13
· Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
1) Tingkat kristalisasi
2) Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal
dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
Granularitas : pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi
menjadi beberapa macam yaitu:
Skripsi 14
a) Equigranularitas
~ Fenerik Granular : bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata
telanjang.
~ Afinitik : apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
atau ukuran kristalnya sangat halus.
b) Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam, Tekstur ini dapat dibagi lagi menjadi :
~ Faneroporfiritik : bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil
dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
~ Porfiroafinitik : bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat
dikenali dengan mata telanjang.
c) Gelasan (glassy) : Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
Bentuk Butir
a) Euhedral : bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna.
b) Subhedral : bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
c) Anhedral : berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal
yang tidak sempurna.
1. Asam (Felsik)
Skripsi 15
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
3. Basa (Mafik)
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik )
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna
tersusun oleh mineral – mineral mafic seperti olivin.
c) Kelompok Gabro – Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri
dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.
d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang
mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
Batu Andesit merupakan salah satu jenis batuan beku yang dihasilkan dari
produk gunung berapi. Batuan jenis Andesit ini pada umumnya bisa dibagi
menjadi dua jenis batuan berdasarkan dari tempat asal terbentuknya.
Skripsi 16
Batuan jenis Andesit yang pertama adalah andesit berupa batuan beku yang
proses membeku atau terbentuknya berada di dalam tanah (Batu Andesit
Porfiritik).
Batuan dari jenis andesit yang kedua adalah andesit yang proses
pembekuannya terjadi di permukaan tanah atau yang sering disebut dengan lava
(Batu Andesit Afanitik).
Andesit juga termasuk dengan jenis batuan beku lava dimana juga
mempunyai struktur batuan struktur tiang atau columnar Advertisement jointing.
Skripsi 17
teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.
Klasifikasi Cadangan:
Skripsi 18
3. Metoda Penampang (Cross Section)
4. Metoda Isoline.
Parameter-parameter yang penting antara lain adalah:
1. Kadar Bijih (Grade)
2. Ketebalan dan Luas (Thickness and Area)
3. Porositas dan Kandungan Air (Porosity and Moisture/ Water Content)
4. Berat jenis (Density).
V = L ( S1 + S2 ) / 2
S1, S2 = Luas Penampang Endapan
L = Jarak Antara Penampang
V = Volume Cadangan
Rumus luas rata-rata untuk endapan yang mempunyai penampang yang
uniform.
2. Kerucut Terpancung :
V = L/3 ( S1 + S2 +√S1.S2
S1, S2 = Luas Penampang Area
L = Jarak Antara S1 dan S2
V = Volume Cadangan
Skripsi 19
B. Metode Perhitungan Cadangan Penambangan Andesit
Jadi dua metode yang digunakan pada perhitungan cadangan batu andesit di
PT. DUTA ALAM BAHAGIA ini adalah metode Penampang dan metode GIS 3D
TIN :
Skripsi 20
disesuaikan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan cadangan dengan
software ini pada prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan cadangan
yang memakai metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen
tipe kontur.
BAB 3
GEOLOGI REGIONAL
Van Bemmelen (1949) secara detail membagi fisiografi Jawa Timur menjadi
7 zona fisiografi, yaitu :
Skripsi 21
Gambar 3.1 Peta Zona Fisiografis Regional Jawa Timur menurut Van Bemmelen
(1949).
Pola morfologi di daerah ini dikendalikan baik oleh litologi maupun oleh
struktur geologinya. Berdasarkan pada ketinggian timbulan dan bentuk bukitnya
daerah ini dapat dipisahkan menjadi empat satuan morfologi yaitu: kerucut
gunung api, perbukitan bertimbulan tajam, perbukitan menggelombang dan
pendataran rendah. Saatuan morfologi yang pertama dapoat dibagi menjadi tiga
sub satuan, yaitu sub satuan: Jading-Patuk Banteng, Gajah Mungkur, dan
Agrokalangan.
Batas satuan ini di utara adalah aliran K. Klepon, alur sungai yang
mengalir ke utara terpotong oleh sub satuan Argokalangan. Di sepanjang K.
Kesugihan banyak alur sungai yang ke selatan terpotong oleh sub satuan yang
sama. Sub satuan Gajahmungkur terdapat di bagian timur. Di utara berbatasan
Skripsi 22
dengan sub satuan Argokalangan dengan K. Kuncir sebagai batasnya. Hal itu
terlihat dengan adanya beberapa sungai yang asalnya mengalir ke utara, tiba-tiba
membelok mengikuti K. Kuncir. Di barat, batasnya diduga berupa sesar yang
membentuk tebing terjal berarah baratlaut-tenggara, mulai dari barat G.
Mlokoseketip sampai barat G. Glagah Ombo. ke selatan batas keduanya agak
kabur, tetapi dengan melihat perbedaan kerpatan aliran sungainya, batasnya dapat
diperkirakan.
a. Endapan Permukaan
(1) Aluvium
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa,
yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur.
Dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel,
Skripsi 23
Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang,
Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.
b. Batuan Sedimen
Skripsi 24
batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di
Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung, Campurdarat,
Boyolangu, Kalidawir, dan Pagerwojo.
Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang
umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap
setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban.
d. Batuan Terobosan
Skripsi 25
Gambar 3.2 Peta Geologi
Regional daerah penelitian
Skripsi 26
Gambar 3.4 Kolom stratigrafi Lembar Madiun
BAB 4
METODELOGI PENELITIAN
Skripsi 27
Setelah menentukan lokasi penelitian, selanjutnya yaitu studi
literatur mengenai dasar-dasar metode pemetaan geologi permukaan,
studi literatur geologi regional serta fisiografi regional, dan juga studi
literatur mengenai Perhitungan Cadangan. Studi literatur sangatlah
penting dalam persiapan sebelum pemetaan geologi.
1) Analisa Morfologi
Skripsi 28
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui
pengelompokan geomorfologi yang merupakan kaki gunung
pada lokasi penelitian, dimana pada kaki gunung ini
mempunyai lereng yang cukup terjal.
3) Analisis Petrografi
Untuk mengetahui nama setiap sampel batuan yang
didapatkan di lapangan, diharapkan dapat membantu dalam
menentukan bagaimana batuan reservoar yang baik dilihat
dari tekstur, struktur, dan komposisi mineral secara
mikroskopis. Penamaan mikroskopis tersebut didasarkan
Williams (1954) untuk batuan beku.
Skripsi 29
permukaan air laut ( titik terendah ) dengan peta sayatan yaitu
dengan menghitung panjang, tebal, dan lebar dengan rumus
Balok yang seperti Mean Area dari tiap sayatan pada andesit.
6) Penyusunan Laporan
Tahapan akhir dari penelitian, dimana hasil data-data
yang telah diperoleh kemudian di analisis dan di
interpretasikan dalam tugas akhir. Dengan demikian penulis
dapat membuat peta lintasan, peta pola aliran, peta
geomorfologi, peta geologi dan peta cadangan andesit di
daerah penelitian.
Skripsi 30
- Penentuan Lokasi Penelitan
TAHAP - Perizinan
PERSIAPAN - Pembuatan Proposal
- Peralatan Pemetaan
- Bentang Alam
- Pola Pengaliran
- Petrografi
- Struktur Geologi
ANALISIS - Perhitungan cadangan dengan metode Cross
DATA DAN Section
PENULISAN - Perhitungan cadangan dengan metode GIS 3D
TIN (ArcView 3.3)
LAPORAN
Skripsi 31
Studio
Skripsi 32