Anda di halaman 1dari 27

KONFLIK LINGKUNGAN: TAMBANG PASIR ILEGAL DI DESA

SELOK AWAR-AWAR TAHUN 2014-2016

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Etika Lingkungan (B)

Dosen Pengampu:
Drs. I. G Krisnadi, M.Hum

Oleh:
Firman Hadi Mustofa 210110301008
Reffi Afrizal Qurniawan 210110301009
Adinda Kurnia Ramadhani 210110301012

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2023
PRAKATA

Puji syukur atas nikmat serta rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tidak lupa
shalawat serta salam selalu penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun kita pada kemajuan berpikir.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Pak I G Krisnadi
selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Lingkungan B yang telah memberi ilmu
serta arahan sehingga kami dapat tepat waktu menyelesaikan tugas makalah ini
dengan sebaik – baiknya. Pada kesempatan kali ini penulis juga berterimakasih
kepada teman teman yang telah berkontribusi dan banyak membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini semaksimal dan sesuai kemampuan penulis.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan atau
kekurangan materi, penulis memohon maaf sebesar besarnya. Penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dan dengan
tangan terbuka kami menerima kritik serta saran baik agar dapat menulis dengan
lebih baik kedepannya.

Jember, 07 April 2023

i
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat ...........................................................................................5
1.3.1.. Tujuan............................................................................................................5
1.3.2.. Manfaat..........................................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup ...................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................8
BAB 3 PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORETIS, METODE
PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PENULISAN ..........................................9
3.1 Pendekatan dan Kerangka Teoritis.....................................................................9
3.2 Metode Penelitian.............................................................................................10
3.3 Sistematika Penelitian ......................................................................................11
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................13
4.1 Kronologi Penambangan Pasir Ilegal di Pantai Desa Selok Awar-Awar ........13
4.2 Dampak Pertambangan Pasir Ilegal di Pantai Desa Selok Awar-Awar ...........17
4.3 Upaya Penolakan Tambang Pasir Ilegal di Pantai Desa Selok Awar-Awar ....18
4.3 Kesimpulan ......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sangat luas, dimana di dalamnya terdapat
banyak sekali SDA yang melimpah. Daratan adalah salah satu dari banyaknya
kekayaan alam di Indonesia, daratan terdiri dari beberapa unsur seperti tanah,
pohon, rumput, dan lain sebagainya. Kekayaan alam Indonesia tidak hanya meliputi
tentang tumbuhan dan hewan, tetapi juga mineral atau bahan galian. Hal tersebut
dapat terjadi karena Indonesia secara regional diapit dua lempeng besar yaitu
lempeng Pasifik di Utara serta lempeng Australia di Selatan, akibat dari tumbukan
kedua lempeng tersebut Indonesia menjadi salah satu kawassan yang rawan akan
gempa bumi, tsunami, serta gunung meletus atau biasa disebut terdapat di daerah
ring of fire (cincin api). Dibalik adanya berbagai bencana alam yang disebabkan
dua lempeng tersebut, ada dampak baik yang diberikan pada Indonesia seperti
terbentuknya tatanan tektonik yang lengkap. Situasi geologi tersebut menyebabkan
terbentuknya mineralisasi berbagai mineral atau bahan galian yang berharga,
seperti mineral logam, emas, batu bara, dan lainnya.1
Proses mineralisasi adalah salah satu hikmah dari bencana yang diakibatkan
tumbukan kedua lempeng tadi, secara nyata telah menempatkan Indonesia sebagai
Negara kaya akan berbagai macam mineral atau bahan galian. Sumber daya mineral
atau bahan galian yang terkandung di Indonesia sebenarnya sudah diusahakan sejak
jaman Hindia Belanda, seperti tambang emas di Cikotok yang baru dilakukan
penutupan di akhir tahun 1980-an, kemudian tambang bauksit di Pulau Bintan,
tambang Batubara si Sumatera Barat2 serta penambangan pasir di Lumajang yang
menjadi objek penelitian penulis. Pertambangan sendiri merupakan sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

1
Sujono, Geologi dan Mula jadi Emas (Bandung: Puslitbang Mineral dan Batubara,
2004), hlm. 90.
2
Jeanne Darc Noviayanti Manik, “Pengelolaan Pertambangan Yang Berdampak
Lingkungan Di Indonesia,” PROMINE, Vol. 1, No. 1/2018, hlm. 2.

1
kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.3 Sedangkan Pasir adalah contoh bahan
material yang berbentuk butiran. Butiran pada pasir, umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi
di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. 4
Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata pasir memiliki kegunaan yang sangat
penting, diantaranya adalah sebagai penyaring air yang memiliki sifat abrasif untuk
menyaring dan menjernihkan air. Selain itu pasir juga bisa digunakan sebagai bahan
untuk pembuatan kertas, penambal kebocoran, dan pelapis jalan.5 Beberapa
kandungan pasir mengandung unsur seperti Fe, Si, Ca, dan sebagainya dengan
presentase yang bergantung pada lokasi pasir tersebut. Sebagai contohnya pasir
pantai dengan kandungan kalsium yang cukup tinggi dapat ditingkatkan kualitasnya
menjadi kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian yang tinggi.6 Maka dari itu
pasir menjadi salah satu benda yang bagus untuk dijual, apalagi pasir pantai yang
jelas-jelas memiliki kualitas yang sangat bagus, hal tersebut yang membuat
kegiatan penambangan sekarang tidak hanya berfokus pada emas, logam, batu bara,
dan lain sebagainya.
Untuk daerah Lumajang sendiri yang ditambang adalah pasir besi daerah pesisir
pantai Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang.
Kawasan tersebut terdapat cadangan pasir besi paling luas di Indonesia dengan
potensi bahan galian golongan C yang berupa jenis pasir, batu, coral dan sirtu.
Selain itu, Kabupaten Lumajang memiliki potensi bahan galian golongan B yang
berupa pasir besi, intan dan emas. Partikel zat besi kemudian menjadi pasir besi di
tepi pantai dan salah satunya berada di tepi pantai Desa Selok Awar-Awar. Potensi

3
Ibid.
4
Angga Sateria, et al., “Rancang bangun mesin pengayak pasir untuk meningkatkan
produktivitas pengayakan pasir pada pekerja bangunan,” dalam Manutech: Jurnal Teknologi
Manufaktur, Vol. 11, No. 1/2019, hlm. 8.
5
Voni Wijayanto, 2023, https://www.pinhome.id/blog/harga-
pasir/#:~:text=Dalam%20kehidupan%20sehari%2Dhari%2C%20ternyatapenambal%20kebocora
n%2C%20dan%20pelapis%20jalan diakses pada 16 April 2023.
6
Linda Silvia, et al., “Analisis Kandungan Mineral Pasir Pantai di Kabupaten Pacitan
dengan Metode Ekstraksi,” dalam Prosiding Seminar Nasional & Internasional, Vol. 1, No. 1/2018,
hlm. 16.

2
bahan galian golongan C dan golongan B jumlahnya terus bertambah seiring
dengan aktivitas vulkanis Gunung Semeru yang aktif mengeluarkan material
kurang lebih 1 juta M3 /tahun.7 Jadi, hal itu lah yang membuat banyak perusahaan
ingin menambang pasir di pesisir pantai Desa Selok Awar-Awar Kecamatan
Pasirian, Kabupaten Lumajang. Salah satu perusahaan yang sudah melakukan
pertambangan disana adalah PT IMMS (Indo Modern Mining Sejahtera).
Di tahun 2010, PT Indo Modern Minning Sejahtera (IMMS) mengajukan
rancangan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk
melakukan eksploitasi pasir besi di berbagai daerah pesisir Lumajang. 8 Tentu saja
hal ini ditentang oleh masyarakat karena takut dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan. Berkaca dari peristiwa pada tahun 1998 hingga 2001, dimana PT
Antam (Aneka Tambang) pernah melakukan kegiatan pertambangan di Desa
Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang menimbulkan
kerusakan di wilayah pesisir pantai dan menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Aktivis lingkungan Di Kabupaten Lumajang juga ikut menentang, karena wilayah
yang akan dieksplorasi IMMS merupakan wilayah milik Perhutani.
Di tengah pro-kontra masyarakat dalam menanggapi rencana pertambangan
pasir besi yang di lakukan oleh PT IMMS, pada tahun 2012 Bupati Lumajang saat
itu Sjahrazad Masdar menerbitkan surat izin menambang dengan nomor
188.45/247/427.12/2012 berlaku hingga 10 tahun, terhitung sejak 8 Agustus 2012
hingga 8 Agustus 2022. Luas wilayah tambangnya mencapai 8000 hektare.
perizinan ini dapat terjadi karena Direktur Utama PT IMMS, Lam Chong Sam
menjanjikan investasi sebesar Rp 2 triliun. Namun, kegiatan pertambangan yang
dilakukan oleh PT IMMS tidak semulus ketika mendapatkan perizinan dari Bupati.
Perusahan tersebut mendapat protes secara bertubi-tubi dari warga yang menolak
desanya dijadikan sebagai lahan pertambangan yang mengakibatkan banyaknya

7
ST Risalatul Ma’rifah, “Konflik Pertambangan Pasir Besi Di Desa Wogalih, Kecamatan
Yosowilangun, Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2011,” Publika Budaya, Vol. 2, No. 1/2014, hlm.
86.
8
Yandi Mohammad, Jejak IMMS Perusahaan Tambang Pasir Lumajang,
https://beritagar.id/%20artikel/berita/jejak-imms-perusahaan-tambang-pasir-lumajang diakses
pada tanggal 15 April 2023.

3
kerusakan lingkungan. Banyaknya protes yang dilancarkan oleh warga ternyata
tidak digubris oleh PT IMMS, puncaknya pada Januari 2013 warga membakar
fasilitas operasional tambang milik PT IMMS.9
Tahun 2014, PT IMMS mengirimkan surat ke Bupati Lumajang yang
menyatakan bahwa telah menghentikan kegiatan pertambangannya di Lumajang.
Hal ini karena persoalan yang dihadapi semakin pelik. Seperti terbitnya peraturan
pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah. Dalam peraturan itu disebutkan
untuk melakukan ekspor, perusahaan penambangan wajib membangun smelter
(instalasi pengolahan dan pemurnian hasil tambang). PT IMMS tidak mampu untuk
membangun smelter. Yang selanjutnya adalah permasalahan korupsi yang dihadapi
PT IMMS dengan tertangkapnya Direktur Utama PT IMMS. Tutupnya PT IMMS
tidak membuat kegiatan pertambangan berhenti dan permasalahan yang dihadapi
warga selesai. Karena muncul penambangan pasir besi ilegal di areal yang menjadi
konsesi PT IMMS salah satunya di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian
Kabupaten Lumajang.10 Kejadian penambangan liar tersebut sempat dilaporkan ke
pihak kepolisisan pada 12 Desember 2014. Tetapi pihak kepolisian mengaku
kesulitan dalam menertibkan kegiatan penambangan liar tersebut.11
Kegiatan pertambangan mempunyai resiko relatif lebih tinggi dan
pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun lingkungan
yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya.
Pentingnya penerapan kegiatan industri atau pembangunan yang berbasis
lingkungan, perlu disadari oleh setiap elemen bangsa, karena persoalan lingkungan
merupakan permasalahan bersama. Hanya saja dalam pratiknya, diperlukan
lembaga formal pengendali yang secara yuridis berwenang untuk itu. Pengendalian
kegiatan dan operasionalisasi industri, dalam prakteknya terwujud dalam konsep
dan program kerja sistematis dalam bentuk perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup harus bermuara pada terjaminnya

9
Sujud Dwi Pratisto, Permainan Duit Pasir Berdarah. (Lumajang: Majalah Gatra, 2012).
10
Konsesi adalah izin untuk membuka tambang, menebang hutan, dan lain sebagainya.
11
Jajeli Rois, Tambang Berujung Maut di Lumajang, 2015,
https://news.detik.com/berita/d-3032311/tambang-berujung-maut-di-lumajang-esdm-jatim-
itu-penambangan-ilegal. diakses pada 15 April 2023.

4
kelestarian lingkungan, seperti tercantum dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang
No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

1.2 Rumusan Masalah


Aspek yang selalu ada dalam sebuah penelitian yaitu Rumusan masalah,
rumusan masalah ini disusun dengan tujuan agar penulis maupun pembaca dapat
mengerti batas pembahasan dan tetap fokus terhadap topik pembahasan yang telah
diteliti, selain itu juga agar penulis tidak terlalu luas dalam menjabarkan
pembahasan yang lainnya. Adanya rumusan masalah ini untuk mempertegas alur
penulisan sehingga pembahasan tetap terarah.
1. Apa yang melatarbelakangi konflik lingkungan antara masyarakat dan PT IMMS?
2. Apakah ada dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan dari penambangan pasir
yang dilakukan oleh PT IMMS?
3. Bagaimana upaya penolakan yang dilakukan masyarakat untuk menghentikan
perambangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Makalah ini ditulis mempunyai tujuan, yaitu:
1. Mencari informasi mengenai apa yang melatarbelakangi konflik lingkungan yang
melibatkan masyarakat Desa Selok Awar-Awar dan PT IMMS.
2. Memberi informasi mengenai dampak lingkungan adanya penambangan pasir di
Desa Selok Awar-Awar yang dilakukan PT IMMS.
3. Guna mengetahui tentang upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat untuk menyelesaikan konflik lingkungan dengan PT IMMS.
1.3.2 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca :
1. Manfaat Teoritis, memberikan manfaat bagi penulis untuk mengaplikasikan
keilmuannya dalam upaya menjawab permasalahan yang ada pada konflik

5
lingkungan di Desa Selok Awar-Awar, mulai dari bagaimana latar belakangnya,
dampaknya dan bagaimana penyelesaiannya.
2. Manfaat praktis, tulisan ini memberikan manfaat kepada para pembaca agar dapat
digunakan sebagai contoh ketika terjadi konflik lingkungan yang serupa,
berhasilnya penyelesaian dari konflik lingkungan ini dapat dijadikan pedoman bagi
masyarakat di seluruh Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup


Penulisan sejarah memerlukan suatu pembatasan agar tidak menimbulkan
kesalahan, kecacatan, serta hilangnya titik fokus pembahasan. Pembatasan ini
biasanya disebut ruang lingkup, ruang lingkup dibagi menjadi dua hal yaitu lingkup
spasial (tempat) dan lingkup temporal (waktu). Makalah ini menggunakan lingkup
spasial salah satu kabupaten di Jawa Timur yaitu Lumajang, tepatnya di Desa Selok
Awar-Awar Kecamatan Pasirian. Alasan dipilihnya wilayah tersebut dikarenakan
penulis tertarik akan konflik lingkungan yang terjadi disana, serta adanya ikatan
emosional antara penulis dengan tempat yang menjadi objek penelitian.
Selain lingkup spasial juga terdapat lingkup temporal, dimana penulis memilih
tahun kejadian antara 2014-2016 sebagai lingkup temporal. Pemilihan waktu
kejadian tersebut dilakukan karena pada tahun 2014-2016 terjadinya konflik
lingkungan mengenai penambangan pasir besi di Desa Selok Awar-Awar, dimana
tahun 2014 merupakan awal terjadinya konflik dan tahun 2016 merupakan upaya
penyelesaian konflik. Makalah ini juga menggunakan batasan lain seperti lingkup
kajian yang fokus pada aspek lingkungan.
Pada tulisan kali ini akan membahas bagaimana latar belakang konflik,
bagaimana penyelesaian dan apa saja dampak lingkungan adanya konflik tersebut.
maka dari itu fokus yang diambil dalam tulisan ini adalah aspek lingkungan dimana
didalamnya akan memberikan penjelasan mengenai perjuangan serta dampak dari
perjuangan tersebut yang bersingungan dengan lingkungan. Tulisan ini dapat
dikategorikan dalam sejarah ekologi, kuntowijoyo sendiri telah mengkategorikan

6
sejarah sosial sebagai sejarah yang wilayah garapannya paling luas12, dimana
sejarah tidak hanya membahas masyarakat adat dan sejarahnya akan tetapi
perjuangan masyarakat dan dampak yang timbul dalam arti lingkungan.

12
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2003) hlm. 39.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam menentukan judul makalah ini, penulis melakukan tinjauan pustaka


pada sejumlah sumber seperti artikel dan jurnal. Berikut beberapa jurnal atau buku
yang penulis jadikan acuan dalam menulis makalah ini.
1. Artikel jurnal milik Jeanne Darc Noviayanti Malik SH.,M.Hum yang
berjudul “Pengelolaan Pertambangan yang Berdampak Lingkungan di
Indonesia” ini membahas mengenai dampak yang ditimbulkan oleh adanya
kegiatan pertambangan, baik itu secara positif dan negatif serta keharusan
pelengkapan dokumen untuk izin membuka area pertambangan di
Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan makalah kami adalah di dalam
makalah kami berfokus pada dampak serta konflik yang ditimbulkan oleh
adanya tambang pasir di pantai desa Selok Awar-Awar.
2. Artikel jurnal milik Ahmad Nur Wicaksono yang berjudul “Konflik
Tambang Pasir Besi di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian
Kabupaten Lumajang Tahun 2015” ini membahas mengenai kronologi dari
konflik yang terjadi karena adanya tambang pasir di pantai desa Selok
Awar-Awar ini serta dampak yang ditimbulkan. Perbedaan penelitian ini
dengan makalah kami adalah di dalam makalah kami juga turut memberikan
penjelasan mengenai kehidupan ekonomi masyarakat di desa Selok Awar-
Awar ini sebelum adanya pertambangan.
3. Disertasi milik Heharero Tesar Ashidiq, S.I.P. yang berjudul “Kekerasan
dalam Konflik Pertambangan Pasir di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan
Pasirian Kabupaten Lumajang” ini membahas mengenai pengeroyokan
serta pembunuhan berencana yang dilakukan oleh warga pendukung
pertambangan terhadap warga yang menolak adanya pertambangan ini.
Perbedaan penelitian ini dengan makalah kami adalah di dalam makalah
kami juga menjelaskan mengenai upaya penolakan yang dilakukan oleh
warga penolak pertambangan sehingga memicu adanya pembunuhan
berencana ini.

8
BAB 3
PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORITIS, METODE PENELITIAN
DAN SISTEMATIKA PENULISAN

3.1 Pendekatan dan Kerangka Teoritis


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konflik.
Habib Alwi berpendapat dalam buku yang berjudul "Konflik Sosial" mengatakan
bahwa Istilah konflik memiliki arti "con" (bersama) dan "fligere" (benturan atau
tabrakan) secara etimologis berasal dari bahasa latin.13 Sedangkan Coser
mengatakan bahwa konflik sosial menjadi suatu perjuangan terhadap nilai dan
pengakuan untuk status yang langka, kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan
dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminasi saingannya
Kerangka teori adalah konsep yang digunakan oleh peneliti dalam
mendukung penelitiannya. Kerangka teori berfungsi sebagai pembantu
pengorganisasian subyek yang akan diteliti, memilih sumber-sumber yang
digunakan oleh peneliti, menjelaskan hubungan kausalitas, keadaan dan struktural
pada fakta-fakta yang menyusun peristiwa. Dalam kerangka teori ini kami akan
menampilkan teori-teori yang memiliki kaitan dengan bidang yang di kaji.
1. Pengertian Konflik
Konflik adalah pertentangan yang ditimbulkan adanya perbedaan antara individu
dengan kelompok sosial. Perbedaan ini umumnya bisa pertentangan antar anggota
masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan yang saling memukul.
Sedangkan dalam pandangan Lewis A. Coser, konflik sebagai perjuangan nilai atau
tuntutan atas status dan bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga
apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.14
2. Pengertian Pertambangan
Mengutip dari Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, pengertian
pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

13
Habib Alwi, Pengantar Studi Konflik Sosial: Sebuah Tinjauan Teoritis (Mataram: IAIN
Mataram Press, 2016), hlm. 9.
14
Ibid.

9
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.15 Sedangkan menurut Sukandarrumidi usaha pertambangan adalah semua
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum atau badan usaha untuk
mengambil bahan galian dengan tujuan untuk dimanfaatkan lebih lanjut bagi
kepentingan manusia. Sedangkan kegiatan penambangan adalah mempelajari
kelayakan sampai dengan pemanfaatan mineral, baik untuk kepentingan
perusahaan, masyarakat sekitar, maupun pemerintah (daerah dan pusat).16

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dengan
penjabaran secara deskriptif. Menggunakan metode deskriptif karena membantu
peneliti untuk mempelajari permasalahan yang ada pada masyarakat secara lebih
mendalam. Subjek studi pada penelitian ini adalah korban dan pelaku yang terlibat
dalam konflik tambang di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang. Adanya penambangan yang dikelola tidak benar, timbul berbagai
dampak seperti rusaknya infrastruktur jalan, rusaknya lingkungan, dan konflik
berkepanjangan yang berujung pada pengeroyokan. adanya penambangan yang
dikelola tidak secara benar, timbul berbagai dampak seperti rusaknya infrastruktur
jalan, rusaknya lingkungan, dan konflik berkepanjangan yang berujung pada
pengeroyokan. Desa yang mengalami kerusakan akibat penambangan pasir ilegal
menjadi sorotan publik ketika tewasnya saudara Salim Kancil dengan
dipersekusinya saudara Tosan ketua forum masyarakat peduli Desa Selok Awar-
Awar, desa ini juga dijadikan contoh mengenai keberhasilan kelompok anti
tambang dengan pemerintah daerah untuk memutus dan menutup mata rantai
penambangan ilegal yang sangat menyengsarakan masyarakat dengan gerakan
Ecological Citizenship.

15
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
16
Sukandarrumidi, Bahan Galian Industri, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2018), hlm. 38.

10
Penelitian ini termasuk penelitian sejarah. Sejarah sebagai ilmu yang
memiliki metode. Metode sejarah digunakan dalam penelitian sejarah yang terdiri
atas heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sebelum melakukan
kegiatan mengumpulkan sumber atau heuristik, terlebih dahulu menemukan topik
yang hendak dibahas, yaitu mengenai pertambangan pasir ilegal di Lumajang. Pada
tahap pengumpulan yang dilakukan adalah mengumpulkan berbagai data sebagai
sumber primer dan sekunder sesuai dengan topik yang hendak dibahas. Tahap
kedua, kritik sumber. Kritik intern maupun kritik ekstern dilakukan guna
menemukan data-data autentik dan kredibilitas. Kritik intern dilakukan dengan
mengkritik isi sumber, apakah substansinya sesuai dengan topik yang hendak
dibahas. Kritik ekstern dilakukan dengan memberi kritik sumber pada bagian
fisiknya seperti jenis kertas, jenis huruf yang digunakan, latar belakang penulis,
penerbit, dan bahasa. Tahap selanjutnya interpretasi atau menafsirkan sumber yang
telah ditentukan setelah tahap kritik. Pada tahap ini kajian dilakukan terhadap
sumber. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan isi. Dalam
menjabarkan suatu peristiwa diperlukan teori-teori dan pendekatan. Pada tahap
keempat adalah historiografi. Pada tahap historiografi ini data-data yang ditemukan
disusun setelah melalui berbagai tahapan untuk menjadi sebuah tulisan sejarah yang
disusun secara kronologis.

3.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan penelitian yang berjudul “Tambang Pasir Ilegal di
Desa Selok Awar-Awar Tahun 2014-2016” terbagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB 1. Bab 1 ialah pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat, serta ruang lingkup.
BAB 2. Bab 2 berisikan tinjauan pustaka yang digunakan penulis untuk mengulas
bahan pustaka.
BAB 3. Bab ini isinya mengenai pendekatan dan kerangka teoritis, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 4. Bab ini berisi menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yaitu
Kondisi geografis desa Selok Awar-Awar, kronologi konflik, mata pencaharian

11
warga di sekitar pantai, dampak terhadap lingkungan sekitar, penyelesaian konflik
dari pemerintah.
BAB 5. Bab ini merupakan bab akhir mengenai kesimpulan yang berisikan jawaban
dari sebuah permasalahan yang diteliti.

12
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kronologi Penambangan Pasir Ilegal di Pantai Desa Selok Awar-Awar


Desa Selok Awar-Awar merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Pasirian Kabupaten Lumajang Jawa Timur Indonesia. Desa ini berjarak kurang
lebih 18 km dari pusat Kota Lumajang. Desa ini terletak dipinggiran sebelah selatan
Kota Lumajang dengan panorama yang indah dan terdapat pantai yang begitu
eksotika.17 Desa Selok Awar-Awar adalah salah satu lokasi penambangan pasir besi
di Kabupaten Lumajang. Desa ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Dijuluki sebagai “kota kedua” setelah Kecamatan Lumajang, karena pembangunan
dan perekonomiannya mengalami kemajuan yang signifikan. Hal tersebut tidak
terlepas dari dari adanya sumber daya alam yang sangat melimpah yaitu pasir besi
yang sangat terkenal hingga ke luar Kabupaten. Desa Selok Awar-Awar memiliki
luas 14,78 km persegi. Secara geografis desa ini sebelah utara berbatasan dengan
Desa Lempeni Kecamatan Tempeh dan Kecamatan Candipuro, disebelah timur
berbatasan dengan Desa Selok Anyar Kecamatan Pasirian dan Kecamatan Tempeh,
disebelah Barat berbatasan dengan Desa Bago Kecamatan Pasirian dan Kecamatan
Candipuro, dan disebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.18
Mata pencaharian penduduk Desa Selok Awar-Awar cenderung bersifat
Hiterogen (bermacam-macam), hal ini bisa dilihat dari banyaknya jenis pekerjaan
yang dimiliki oleh setiap warga Desa Selok Awar-Awar sesuai dengan apa yang
mereka mampu dan keahlian warga masing-masing. Mata pencaharian dari Desa
Selok Awar-Awar di dominasi oleh petani, dengan sebanyak 1.289 warga menjadi
petani, selanjutnya adalah buruh tani sebanyak 737 warga, industri sebanyak 351

17
Sejarah Desa Selok Awar-Awar Lumajang, 2023,
https://lumajangsatu.com/baca/sejarah-desa-selok-awar-awar-lumajang diiakses pada tanggal
24 April 2023.
18
Ahmad Nur Wicaksono. “Konflik Tambang Pasir Besi Di Desa Selok Awar-Awar
Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang Tahun 2015” dalam e-Journal Pendidikan Sejarah. Vol,
9 No, 2/2020, hlm. 4.

13
warga, dan dari penambangan sebanyak 167 warga. Berikut tabel penduduk Desa
Selok Awar-Awar jika berdasarkan kepada mata pencahariannya.19

No Mata Pencaharian Jumlah


1. Petani 1.289
2. Buruh Tani 737
3. Penambangan 167
4. Industri 351
5. Kontruksi 279
6. Angkutan/Komunikasi 112
7. Perdagangan 685
8. Jasa 208
9. TNI/Polri/ASN 52
10. Total 3.880
Sumber : Kecamatan Pasirian dalam angka 2016 (BPS Kab, Lumajang)
Jika dilihat dari tabel diatas, sektor utama mata pencaharian warga Desa Selok
Awar-Awar-Awar adalah sebagai petani.
Istilah konflik dapat diartikan sebagai perbedaan kepentingan beberapa
pihak. Pada kasus konflik pertambangan di Desa Selok Awar-Awar terjadi antara
aktivis anti tambang dengan pengusaha tambang. Pada kasus ini, pengusaha
tambang juga mendapat dukungan dari oknum pemerintahan setempat yaitu Kepada
Desa Selok Awar-Awar. Dari konflik pertambangan di desa ini, konflik
kepentingan antara pengusaha tambang dengan masyarakat tidak dapat terelakkan.
Konflik ini disebabkan oleh perbedaan pada sudut pandang memanagemen
tambang. Kematian salah satu aktivis anti tambang menjadi bagian yang klimaks
dari konflik berkepanjangan antara aktivis anti tambang dan juga pengusaha
tambang. Ketimpangan kekuasaan, faktor ekonomi, faktor budaya, perbedaan
prinsip menjadi penyebab pengeroyokan yang dialami oleh Salim Kancil.20

19
Ibid.
20
Ashidiq, “Kekerasan Dalam Konflik Pertambangan Pasir Di Desa Selok Awar-Awar,
Kecamatan Pasirian, kabupaten Lumajang” dalam Disertasi Universitas Diponegoro Semarang,
2021, hlm. 72-73.

14
Warga Desa Selok Awar-Awar sebenarnya sudah sangat diresahkan dengan
adanya tambang pasir ini, terutama terkait jalan yang dikuasai pasir, sehingga
banyak korban. Pada awalnya, pada tahun 2013 sudah sempat ada unjuk rasa di
Desa Selok Awar-Awar. Setelah terjadi unjuk rasa, kepala desa mengumpulkan
petani-eptani untuk mencari solusi bersama. Setelah melakukan musyawarah
bersama, membuahkan hasil bahwa desa nantinya akan dijadikan tempat wisata
untuk menunjang ekonomi warga sekitar. Akan tetapi, setelah berjalan kurang lebih
setahun, kepala desa tidak berhenti untuk melakukan tujuan utamanya yaitu
menambang pasir siang dan malam. Akhirnya, Salim Kancil beserta aktivis penolak
tambang yang berjumlah sekitar 40 orang sepakat untuk melakukan tanda tangan
pengaduan yang kemudian diserahkan kepada DPRD Kabupaten Lumajang. Disisi
lain, aktivis penolak tambang juga mendapatkan intimidasi dari sejumlah anak buah
kepala desa dan ada aparat kepolisian. Ancaman itu bertujuan untuk menundukkan
para aktivis penolak tambang.21
Pada kasus konflik pertambangan ini, masyarakat menjadi korban utama
praktik pertambangan yang dikelola secara serampangan. Selain kekerasan
langsung yang dialami Salim Kancil, masyarakat juga dirugikan dengan adanya
polusi udara, akses infrastruktur jalan yang rusak akibat dari lalu lintas truk pasir
dan rusaknya lingkungan akibat penambangan. Pada awalnya pada pukul 07.00
WIB, segerombolan orang kurang lebih 40-an orang dengan menggunakan
kendaraan bermotor mendatangi rumah Tosan dengan membawa pentungan kayu,
pacul, celurit dan batu. Tanpa banyak bicara lalu mereka menghajar Tosan di
rumahnya. Tosan berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan sepeda, akan
tetapi segera dikejar oleh gerombolan orang ini. Tosan ditabrak motor di lapangan
yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Tidak selesai sampai disitu,
gerombolan ini kemudian mengeroyok Tosan menggunakan berbagai macam
senjata yang sudah mereka bawa. Tosan bahkan ditelentangkan ditengah lapangan
dan dilindas motor berkali-kali. Kemudian salah satu warga sekitar bernama

21
Ibid.

15
Ridwwan datang dan melerai, dan gerombolan ini menghentikan aksinya dan pergi
meninggalkan Tosan.
Setelah selesai menghajar Tosan, kemudian gerombolan ini mengalihkan
tujuannya menuju rumah Salim. Saat itu Salim sedang menggendong cucunya yang
baru berusia 5 tahun, mengetahui ada yang datang berbondong-bondong dan
memperlihatkan gelagat tidak baik, Salim membawa cucunya masuk kerumah.
Gerombolan ini langsung menangkap Salim dan mengikat dia dengan tali yang
sudah mereka siapkan. Lalu mereka menyeret Salim dan membawanya menuju
Balai Desa Selok Awar-Awar yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari
rumahnya. Di sepanjang jalan menuju Balai Desa, gerombolan ini terus menghajar
Salim dengan senjata-senjata yang mereka bawa dan disaksikan warga yang
ketakutan dengan aksi ini. Sesampainya di Balai Desa, tanpa mengindahkan bahwa
masih ada banyak anak-anak yang sedang mengikuti pelajaran di PAUD
(Pendidikan Anak Usia DIni), gerombolan ini menyeret Salim masuk dan terus
menghajarnya. Di Balai Desa, gerombolan ini sudah mempersiapkan alat setrum
yang kemudian dipakai untuk menyetrum Salim berkali-kali. Tidak berhenti sampai
disitu, mereka membawa gergaji dan dipakai untuk menggorok leher Salim. Namun
ajaibnya, hampir semua siksaan dengan benda tajam yang ditujukan ke tubuh Salim
seolah tidak mempan. Mengetahui hal tersebut, gerombolan ini kemudian
membawa Salim yang masih dalam keadaan terikat melewati jalan kampung
menuju arah makam yang lebih sepi. Di tempat ini, segerombolan orang ini
mencoba lagi menyerang Salim dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Baru
setelah gerombolan ini memakai batu untuk memukul, Salim ambruk ke tanah.
Mereka kemudian memukulkan batu berkali-kali ke kepala Salim. Di tempat inilah
kemudian Salim meninggal dengan posisi tertelungkup dengan kayu dan batu
berserakan disekitarnya.22
Akhir dari kasus pengeroyokan ini berakhir dimeja hijau. Berdasarkan pada
hasil persidangan yang telah dilakukan, terdakwa Hariyono dan Mat Dasir terbukti
degan sah serta meyakinkan tindak pidana dengan merenggut nyawa orang dan

22
Ibid., hlm. 70-72.

16
direncanakan terlebih dahulu. Dalam putusannya, Ketua Majelis Hakim
menjatuhkan vonis 20 tahun penjara.23

4.2 Dampak Pertambangan Pasir Ilegal di Pantai Desa Selok Awar-Awar


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik itu
dalam hal sumber daya alam maupun manusia.24 Banyaknya gunung berapi di
Indonesia menjadikan sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah, salah satu
berupa pertambangan pasir. Pertambangan pasir di Indonesia di sekitar gunung
berapi dijadikan mata pencaharian yang mampu untuk menghidupi sebagian dari
masyarakat sekitar gunung berapi. Tidak sedikit pertambangan pasir yang pada
akhirnya menjadi sebuah konflik. Salah satunya konflik pertambangan pasir besi di
Desa Selok Awar-Awar di Lumajang. Kegiatan pertambangan pasir di Desa Selok
Awar-Awar ini merupakan penambangan pasir yang ilegal, karena kegiatan
penambangan pasir besi ini sudah di larang, namun yang dilakukan oknum
masyarakat yang ingin memanfaatkan hasil sumber daya alam dengan keinginan
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dengan tetap melakukan kegiatan
penambangan pasir secara ilegal. Akan tetapi, apapun yang dilakukan jika itu
berhubungan dengan mengeksploitasi sumber daya alam. Jelas, hal tersebut akan
berdampak pada lingkungan sekitar pertambangan.

1. Dampak terhadap lingkungan


Kerusakan lingkungan di sekitar lokasi pertambangan yang sudah terlihat secara
fisik adalah banyaknya lubang-lubang besar yang lebih dari 3 lubang besar, yang
masing-masing diameter lubangnya lebih dari 5 meter dengan kedalaman yang
kurang lebih 15 meter. Lahan persawahan menjadi rusak yang diakibatkan
masuknya air laut yang masuk dengan membawa pasir masuk ke lahan persawahan
yang menyebabkan banjir dan merusak tanah persawahan, dan pastinya hal tersebut

23
Ibid., hlm. 94-95.
24
Anisa Deny Setiawati, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor atas Pencabutan IUP
Operasi Produksi,” Skripsi Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2015, hlm. 18.

17
jelas merugikan para petani sekitar.25 Kegiatan pertambangan ilegal ini juga
mengakibatkan sarana-prasarana umum yang berupa jalan menjadi rusak.
Banyaknya truk-truk besar yang keluar masuk mengangkut material pasir,
menjadikan jalan-jalan disekitar banyak yang menjadi rusak.26
2. Dampak terhadap ekonomi
Kegiatan penambangan pasir di Desa Selok Awar-Awar ini menimbulkan dampak
kepada ekonomi masyarakat di sekitar pertambangan. Penurunan pendapatan atau
penghasilan dari para petani dan kehilangan mata pencahariannya hilang, karena
lahan persawahan mereka rusak yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan pasir
besi yang dilakukan tersebut.27 Lahan persawahan yang awalnya seluas 18 hektar,
menjadi sebesar 18 hektar saja yang diakibatkan karena kegiatan pertambangan
pasir besi yang ilegal.28
3. Dampak terhadap sosial
Kegiatan pertambangan pasir besi ilegal di Desa Selok Awar-Awar juga
menimbulkan dampak terhadap sosial. Konflik yang terjadi di desa tersebut terjadi
antara masyarakat petani dengan pihak para penambangan pasir. Konflik tersebut
sampai menyebabkan peristiwa pembunuhan Salim Kancil.

4.3 Upaya Penolakan Tambang Pasir Ilegal di Pantai Desa Selok Awar-Awar
Penambangan pasir besi di Watu Pecak Desa, Selok awar-awar, Kecamatan
Pasirian, Kabupaten Lumajang, mulai 2014. Pertambangan warga ini diketuai
Haryono, Kades dan Madasir Ketua Tim 12, paguyuban pendukung penambangan
dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Penambangan ini memberikan
dampak kerusakan pada kawasan pesisir di Pantai Watu Pecak, merusak jalan desa,
lahan pertanian serta menimbulkan polusi udara. Karena dampak-dampak buruk

25
Viky Pratama, “Dampak Penambangan Pasir Terhadap Penggunaan Lahan Pertanian
Di Desa Selok Awar–Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang” dalam Jurnal Pendidikan
Geografi, Vol. 5, No.1/2017, hlm. 3.
26
Robit Ady Fikri Ulul Azmi, “Perbuatan Melawan Hukum Aktivitas Perushaan Tambang
Pasir Ilegal di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang,” Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Jember, 2020, hlm. 5.
27
Viky Pratama, Loc. Cit.
28
Ibid.

18
inilah, Salim, Tosan serta beberapa warga yang menolak adanya pertambangan ini
melakukan berbagai upaya untuk menghentikan tambang ini. Pada 29 Juni 2015,
Tosan mengirimkan surat kepada Camat Pasirian, dijabat Abdul Basar, berisi
permintaan penutupan tambang di Selok Awar-awar, Pasirian dan juga meminta
penarikan alat berat dan segala macam alat tambang di semua bibir pantai. Tosan
juga mempertanyakan aliran uang hasil tambang karena hasil dari tambang tersebut
tidak tampak memberikan kemajuan pada desa. Camat Pasirian hanya menjelaskan
kepada Tosan akan berkoordinasi dulu dan memanggil Haryono maupun Madasir.
Basar menanyakan tambang pasir, Haryono berdalih, pengerukan bukan dibuat
untuk penambangan pasir tetapi sebagai upaya mengelola dan membentuk desa
wisata Selok Awar-awar. Hal ini lantas disampaikan Basar kepada Tosan. Dia
menyarankan, mediasi setelah hari raya Idul Fitri, sekitar Agustus. Namun Tosan
dan segenap warga yang menolak merasa yakin bahwa kegiatan di pesisir itu
merupakan kegiatan penambangan pasir besi, dan pengembangan wisata hanya
dijadikan sebagai kedok belaka karena tak mungkin jika hanya sebagai untuk
mengembangkan desa wisata harus menggunakan alat-alat berat untuk
melakukannya. Pada bulan Agustus kecurigaan Tosan dan warga yang menolak pun
akhirnya terbukti dengan adanya kerusakan pada pesisir pantai sehingga
mengganggu keindahan pantai, banyak lubang-lubang besar bekas galian yang
mengakibatkan abrasi dan merusak lahan pertanian dan sejumlah jalan di desa.29
Akhirnya, September Tosan mengirim surat ke Polsek Pasirian untuk aksi
damai menolak penambangan pasir besi. Namun surat dinilai kurang lengkap oleh
Kapolsek Pasirian, kala itu Sudarminto. Kapolsek memerintahkan anak buah, Sigit
memberikan penjelasan tentang surat izin unjuk rasa. Pada 5 September 2015,
Tosan mengantarkan surat untuk unjuk rasa pada 9 September. Pada 8 September
2015, sekitar pukul 13.00, diadakan pertemuan di Kantor Camat Pasirian. Rapat itu
dihadiri antara lain Abdul Basar, Camat Pasirian; Sudarminto, Kapolsek Pasirian;
Haryono, Kades Selok Awar-awar; Madasir, Ketua LMDH dan tim 12; Serma

29
Kemelut Tambang Pasir Hitam Lumajang, 2016, https://dev.sajogyo-
institute.org/berita/kemelut-tambang-pasir-hitam-lumajangupdate-4-akhir/ diakses pada 24
April 2023.

19
Abdul Gofur, Koramil Pasirian. Lalu, Totok S, Perhutani, IPDA Hariyanto, Kanit
Pidsus Polres Lumajang, Hanafi, Pendamping LMDH. Juga Forum Komunikasi
Masyarakat Peduli Pesisir Desa Selok Awar-Awar yaitu Tosan, Salim Kancil, Iksan
Sumar, Si Sapari, Ansori, dan Abdul Hamid. Namun pertemuan ini tidak
membuahkan hasil apapun, hanya menimbulkan konflik yang apabila tambang ini
ditutup maka akan ada pertumpahan darah antara pihak yang menolak dan yang
mendukung tambang. Namun hal itu menjadikan niat Tosan untuk menghentikan
kegiatan tambang itu semakin besar, ia mulai melakukan berbagai upaya untuk
menghentikan kegiatan pertambangan tersebut. Dimulai dengan melakukan aksi
pencegatan pada mobil dan truk pengangkut pasir dan meminta mereka untuk
menghentikan penggalian. Perjuangan Tosan dan teman-teman membuah hasil
pada 9 September 2015, Kades Selok Awar-Awar memberikan surat keputusan
untuk menutup semua kegiatan pertambangan yang ada di Pesisir Pantai Watu
Kecak. Hal ini membuat warga yang sedari awal menolak akan adanya kegiatan
tambang ini menjadi lega, namun kelegaan itu hanya sesaat mereka rasakan karena
di tanggal 15 September 2015, penambangan kembali dibuka dan seluruh laporan
akan adanya tambang ilegal ini diacuhkan oleh pihak kepolisian Lumajang dan hal
ini berujung pada upaya pembunuhan Tosan dan Salim.30 Pembunuhan ini terus
diusut tuntas hingga pada Juni 2016, para pelaku pembunuhan divonis 20 tahun
penjara.

4.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang konflik tambang pasir besi di Desa
Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang dapat disimpulkan
bahwa adanya konflik horizontal antara masyarakat dengan penambang pasir besi.
Hal ini bermula ketika rencana eksploitasi pasir besi oleh PT.IMMS di Lumajang
dan mendirikan pertambangan pasir besi di Desa Selok Awar-Awar pada tahun
2010. Warga Desa Selok Awar-Awar khawatir kegiatan tersebut dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan. Di tengah pro-kontra masyarakat dalam

30
Ibid.

20
menanggapi rencana pertambangan pasir besi yang di lakukan oleh PT IMMS, di
tahun 2012 Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar menerbitkan surat izin menambang
dengan nomor 188.45/247/ 427.12/2012 berlaku hingga 10 tahun, terhitung sejak 8
Agustus 2012 hingga 8 Agustus 2022. Keberadaan pertambangan pasir tersebut
membuat warga Desa Selok Awar-Awar tidak nyaman dan resah karena semua
jalan sudah dikuasai oleh penambang pasir.
Akibat desakan warga dan tidak adanya ijin resmi akhirnya bulan Desember
2014 PT IMMS menyatakan menghentikan aktivitas penam-bangannya. Tidak
beroperasinya PT. IMMS tidak membuat kegiatan tambang pasir besi di Desa Selok
Awar-Awar terhenti. Masih terdapat kegiatan penambangan yang dilakukan oleh
masyarakat dan pasir tersebut dijual ke luar daerah atau mungkin di jual kembali ke
PT. IMMS. Akhirnya pertambangan pasir besi tersebut di pegang oleh para tokoh
masyarakat yang pro terhadap penambangan yang salah satunya adalah Kepala
Desa Selok Awar-Awar Haryono dan berdalih jika tempat penambangan pasir
tersebut yang terletak di Pantai Watu Pecak akan dijadikan destinasi wisata.
Tetapi setelah 1 tahun janji tersebut tidak segera dilaksanakan dan Pantai
Watu Pecak terus dikeruk pasirnya. Warga yang kontra terhadap kegiatan
penambangan pasir tersebut akhirnya membuat sebuah Forum Komunitas
Masyarakat Peduli Desa Selok Awar dan Abdul Hamid selaku koordinator, dan
Salim Kancil beserta Tosan sebagai anggotanya. Forum ini melakukan beberapa
aksi unjuk rasa penolakan tambang pasir besi hingga ke kantor WALHI yang ada
di Jakarta. Haryono yang geram melihat ini mengancam akan membunuh Salim
Kancil dan Tosan karena dianggap paling berpengaruh dan akan membuat repot
kedepannya.
Tanggal 26 Desember 2015, aksi pembunuhan ini dilancarkan. Salim Kancil
dan Tosan masing-masing dijemput paksa oleh kurang lebih 40 preman suruhan
Haryono. Salim Kancil dianiaya hingga meninggal dunia, tetapi Tosan beruntung
bisa lolos dari para preman karena pura-pura mati. Kejadian ini akhirnya diangkat
ke media, dan Indonesia akhirnya terbuka jika selama ini ada konflik antar
masyarakat dengan penambang. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya kejadian
ini menyebabkan banyak kerugian negara, mulai dari pajak borongan, adanya bekas

21
lubang-lubang tambang yang tidak ditutup yang didalamnya digenangi air
bercampur merkuri, jalan rusak terutama jalan penghubung antara kecamatan
Pasirian dengan kecamatan Tempursari, pembabatan hutan, hingga berpotensi
menyebabkan bencana alam seperti abrasi yang sudah terjadi di sepanjang pesisir
selatan Kabupaten Lumajang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arsip
Pemerintahan Indonesia. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Jurnal
Ashidiq. “Kekerasan Dalam Konflik Pertambangan Pasir Di Desa Selok Awar-
Awar, Kecamatan Pasirian, kabupaten Lumajang” dalam Disertasi
Universitas Diponegoro Semarang. 2021.
Azmi, Robit Ady Fikri Ulul. “Perbuatan Melawan Hukum Aktivitas Perusahaan
Tambang Pasir Ilegal di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian
Kabupaten Lumajang” Skripsi Fakultas Hukum Universitas Jember. 2020.
Ma’rifah, Risalatul. “Konflik Pertambangan Pasir Besi Di Desa Wogalih,
Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2011”
Publika Budaya, Vol. 2, No. 1/2014.
Manik, Jeanne Darc Noviayanti. “Pengelolaan Pertambangan Yang Berdampak
Lingkungan Di Indonesia” PROMINE, Vol. 1, No. 1/2018.
Pratama, Viky. “Dampak Penambangan Pasir Terhadap Penggunaan Lahan
Pertanian Di Desa Selok Awar–Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten
Lumajang” dalam Jurnal Pendidikan Geografi, Vol. 5, No.1/2017.
Sateria, Angga. et al. “Rancang Bangun Mesin Pengayak Pasir Untuk
Meningkatkan Produktivitas Pengayakan Pasir Pada Pekerja Bangunan”
dalam Manutech: Jurnal Teknologi Manufaktur, Vol. 11, No. 1/2019.
Silvia, Linda. et al. “Analisis Kandungan Mineral Pasir Pantai di Kabupaten Pacitan
dengan Metode Ekstraksi” dalam Prosiding Seminar Nasional &
Internasional, Vol. 1, No. 1/2018.
Wicaksono, Ahmad Nur. “Konflik Tambang Pasir Besi Di Desa Selok Awar-Awar
Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang Tahun 2015” dalam e-Journal
Pendidikan Sejarah, Vol, 9 No, 2/2020.

23
Buku
Alwi, Habib. Pengantar Studi Konflik Sosial: Sebuah Tinjauan Teoritis (Mataram:
IAIN Mataram Press, 2016)
Pratisto, Sujud Dwi. Permainan Duit Pasir Berdarah (Lumajang: Majalah Gatra,
2012).
Sujono. Geologi dan Mula jadi Emas (Bandung: Puslitbang Mineral dan Batubara,
2004).
Sukandarrumidi. Bahan Galian Industri (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2018).

Internet
Kemelut Tambang Pasir Hitam Lumajang. 2016. https://dev.sajogyo-
institute.org/berita/kemelut-tambang-pasir-hitam-lumajangupdate-4-akhir/
diakses pada 24 April 2023.
Mohammad, Yandi. Jejak IMMS Perusahaan Tambang Pasir Lumajang,
https://beritagar.id/%20artikel/berita/jejak-imms-perusahaan-tambang-
pasir-lumajang diakses pada tanggal 15 April 2023.
Rois, Jajeli. Tambang Berujung Maut di Lumajang. 2015.
https://news.detik.com/berita/d-3032311/tambang-berujung-maut-di-
lumajang-esdm-jatim-itu-penambangan-ilegal. diakses pada 15 April 2023.
Sejarah Desa Selok Awar-Awar Lumajang. 2023.
https://lumajangsatu.com/baca/sejarah-desa-selok-awar-awar-lumajang
diiakses pada tanggal 24 April 2023.
Wijayanto, Voni. 2023. https://www.pinhome.id/blog/harga
pasir/#:~:text=Dalam%20kehidupan%20sehari%2Dhari%2C%20ternyatap
enambal%20kebocoran%2C%20dan%20pelapis%20jalan diakses pada 16
April 2023.

24

Anda mungkin juga menyukai