Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROSES PENAMBANGAN BATU BARA

Disusun untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Analisis Dampak Lingkungan


Dosen Pengampu:
Dr. Ida Ayu Ari Angreni, ST., MT.

Disusun Oleh:
Eprilia Widiyantari (91322002)

MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS GUNADARMA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Proses Penambangan
Batu Bara dengan baik sesuai waktu yang telah ditentukan. Penulisan Makalah
Proses Penambangan Batu Bara dibuat guna memenuhi nilai mata kuliah Analisis
Dampak Lingkungan. Penulisan makalah merupakan wujud kontribusi kepada
dunia pendidikan ditanah air. Kemajuan zaman dan perkembangan dunia yang
semakin maju menuntut kita agar menjadi generasi yang cerdas, terampil, kreatif,
mandiri dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya bangsa, sehingga
memiliki daya saing yang tinggi juga berkarakter dan berakhlak mulia.
Penulis memahami bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki belum
maksimal sehingga makalah masih jauh dari kata sempurna. Dengan penuh
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menjadi bahan evaluasi penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Jakarta, 17 November 2023

Eprilia Widiyantari

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ......................................................... 4

1.2 TUJUAN ............................................................................. 5

1.3 RUMUSAN MASALAH ..................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................... 6

2.1 BATU BARA SECARA UMUM ........................................ 6

2.2 TAHAPAN - TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN

BATU BARA ...................................................................... 8

2.3 KASUS DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP

LINGKUNGAN .................................................................. 12

2.4 SOLUSI PEMBAHASAN ................................................... 15

BAB 3 PENUTUP ...................................................................................... 17

3.1 KESIMPULAN ................................................................... 17

3.2 SARAN ............................................................................... 17


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara
terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia
adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri
semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang
pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang
dihasilkan terhadap lingkungan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun
beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu
stabilitas ekosistem. Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk
mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai
tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga. Setiap
kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta
lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan
pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif
dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangkut berat.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan sangat
banyak, maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi
standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil
tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus hati-hati
dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah yang
dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap

4
industri penambangan kita. Sementara itu, harus diketahui pula bahwa
pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran
rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau community
development. Perusahaan pertambangan wajib ikut. mengembangkan wilayah
sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya manusia.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan Makalah Proses Penambangan Batu Bara antara lain
sebagai berikut:
1. Mengetahui arti batubara secara umum
2. Mengetahui proses perencanaan dan proses penambangan batubara
3. Mengetahui dampak pengelolaan tambang batu bara
4. Mengetahui solusi untuk mengatasinya

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah Makalah Proses Penambangan Batu Bara antara lain
sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan batubara?
2. Bagaimana proses perencanaan dan produksi penambangan batubara?
3. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan?
4. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan?

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Batu Bara Secara Umum


2.1.1 Umur Batu bara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di
belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.

2.1.2 Materi Pembentukan Batu bara


Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
- Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
- Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
- Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama
pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
- Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi.

6
- Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.

2.1.3 Penambangan Batu Bara


Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu
bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk
membuat coke untuk pembuatan baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower
Colliery di Inggris. Dilihat dari cara menambang, penambangan batubara dapat
dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
- Penambangan Terbuka
Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara
tanpa melakukan penggalian berat karena letak batubara yang dekat
dengan permukaan bumi.
- Penambangan Dalam
Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya
perlu dibuat terowongan tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika
telah mencapa lapisan tersebut, selanjutnya diperlukan lagi terowongan
mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.
- Penambangan jauh
Penambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit
dimana dibuat terowongan miring hingga mencapai lapisan batubara.
- Penambangan di Atas Permukaan
Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batu bara ang
hendak dicari berada di dalam peut bukit atau gunung akan tetapi
letaknya di atas permukaan tanah yang datar, sehingga untuk
menambangnya diperlukan terowongan datar.

7
2.1.4 Kelas dan Jenis Batu Bara
Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan
kita lihat klasifikasi dan jenis batubara. Berdasarkan tingkat proses
pembentukannya yang di control oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara secara
umum dibagi menjadi 5 kelas yaitu:
- Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
- Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-
10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
- Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
- Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
- Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.

2.2 Tahapan – Tahapan Kegitan Penambangan Batu Bara


Tahapan-tahapan tersebut, diawali dengan perusahaan melakukan
eksplorasi. Pada tahapan ini, perusahaan mencari dahulu sumber-sumber mineral
yang layak untuk dapat dieksploitasi secara komersial, yaitu dengan cara
melakukan penyelidikan umum, mengurus surat perizinan dan administrasi
kepada pejabat pemerintahan daerah setempat, melakukan study topografi,
geologi, geokimia, dan geofisik dari interest area serta melakukan proses drilling,
trenching dan sampling.
Tahapan kedua adalah tahapan evaluasi. Pada tahapan ini perusahaan
harus memperhitungkan secara teknis dan komersial kemungkinan dari interest
area yang dimaksud untuk ditambang, yaitu dengan cara menghitung dan menilai
kualitas cadangan mineral, meneliti model dan menilai proses penambangan mana

8
yang paling ekonomis dalam setiap interest area, melakukan survey moda
transportasi, infrastruktur, dan studi pasar dan keuangan.
Tahap ketiga adalah persiapan berbagai infrastruktur dan struktur yang
akan memungkinkan terjadinya proses penambangan, proses delivery hasil
tambang ke titik penjualan dan proses penjualan untuk dapat dilakukan, dimana
didalam tahapan ini perusahaan harus melakukan proses-proses seperti proses
pembentukan muka bumi secara permanen. “konstruksi jalan, jalur pengangkutan
dan terowongan, konstruksi fasilitas pendukung, land clearing, serta pengupasan
lapisan tanah pucuk awal dilakukan pada tahapan ini”.
Pada tahap keempat perusahaan melakukan tahapan produksi yang
dilakukan setiap hari untuk mengeluarkan cadangan mineral menjadi hasil
tambang, mengangkut hasil tambang ke titik penjualan dan mengirimkan hasil
tambang. Dalam proses ini termasuk juga proses pemurnian, pencucian, atau
pengolahan lanjutan dari mineral hingga mencapai tahap siap jual. Secara umum,
jelas Ilham, dalam tahapan produksi ini perusahaan melakukan pengupasan
lapisan tanah yang tertutup, melakukan ekstraksi mineral, pengangkutan mineral,
perawatan jalan produksi, pengelolaan stockpile, pencucian/pengolahan lanjutan
mineral, loading (yaitu proses transfer hasil tambang dari stockpile ke moda
transportasi yang digunakan untuk distribusi).
Tahap terakhir, perusahaan harus melakukan penutupan atas tambang dan
mengembalikan kondisi area yang ditambang menjadi mendekati kondisi sebelum
dilakukan penambangan. “Untuk keperluan proses penutupan tambang ini
perusahaan diwajibkan untuk membuat rencana kerja penutupan tambang (RKPT)
yang biasanya sudah harus disiapkan perusahaan ditahap awal proses produksi”.
Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang
terbuka adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan.
Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan.
Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.

9
2. Pembersihan lahan (land clearing)
Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan
ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran
besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan
menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang pohon
dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah
tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang
masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami
kembali untuk kegiatan reklamasi. Tanah pucuk yang dikupas tersebut
akan dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara atau langsung di
pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada perencanaan dari
perusahaan.
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka
tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila
materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan
pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan
kegiatan penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang
sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.
5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)
Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan
material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara
pada saat taambang baru dibuka.
6. Penambangan Batubara (coal getting)
Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri,
terlebih dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari
kegiatan coal cleaning ini adalah untuk membersihkan pengotor yang
berasal dari permukaan batubara (face batubara) yang berupa material

10
sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang
berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran).
Selanjutnya dilakukan kegiatan coal gettinghingga pemuatan ke alat
angkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu
dilakukan penggaruan.
7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)
Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah
pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit)
menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.
8. Pengupasan parting (parting removal)
Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu
dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.
9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di
tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang
telah tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas
tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk
rehabilitasi lahan pasca tambang.
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)
Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan
penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah
di backfilling, agar daerah bekas tambang dapat ditanami kembali untuk
pemulihan lingkungan hidup (reclamation).
11. Penghijauan (reclamation)
Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang,
dengan tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang
belum dibuka.
12. Kontrol (monitoring)
Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal
penambangan. kontrol akan dilakukan terhadap lereng tambang,

11
timbunan, ataupun lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif
maupun pit yang telah ditambang.

2.3 Kasus Dampak Pertambangan terhadap Lingkungan


Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena
perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak
menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).

2.3.1 Dampak Lingkungan


Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel
dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa
negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan
dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara,
menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan
mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya
terhadap industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya
alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya
adalah dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan

12
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang
termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan
sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan. Seperti halnya aktifitas
pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air. Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan
pencemaran antara lain;
1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi
dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya
ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap
perubahan pH yang drastis.
2. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.
Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.
Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa, bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma
dan bronchitis kronis.
3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,
menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.

2.3.2 Dampak Terhadap manusia


Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap
manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain:
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit

13
kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang. Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan
(Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan
polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan
batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran
pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker
paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan
kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan
penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan,
abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat
: seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium,
barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium,
yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup
yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air
Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai
sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut.
Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi.
Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida
(Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit.

14
2.3.3 Dampak Sosial dan kemasyarakatan
1. Terganggunya Arus Jalan Umum
2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

2.4 Solusi Pembahasan


Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting
dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara
yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan
cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari. Sayangnya, Pemerintah
Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi yang
menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan
yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif
(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk
pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah
transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara
yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar
meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan
sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan
lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas
penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk
malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk (breeding place).

15
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement).
Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta
dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus
menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk
ikut memelihara kelestarian lingkungan.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di
belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.

3.2 SARAN
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang
batubara sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari
pada keuntungan semata. Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para
penambang yang terbukti melanggar peraturan penambangan agar para
penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi yang ramah
lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko
kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap
reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai


Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [17/
11/ 2023].
Arifudin, Jamal. 2015. Eksternalitas dalam Pengelolaan SDA. [17/11/2023].

18

Anda mungkin juga menyukai