Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 11 GEOLOGI STRUKTUR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2022/2023

Disusun oleh :
Jauza Aufarza Hikmat (10070121008)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Bismillahirrahmanirrahim
Marilah kita panjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan akhir pratikum ini. Tak lupa
juga panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Berkat limpahan karunia-Nya saya telah dapat menyelesaikan laporan Geologi
Struktur dengan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu hingga dapat menyelesaikan laporan, terutama kepada teman teman
dan keluarga yang senantiasa menjadi semangat saya dalam sehari-hari.
Laporan ini menjadi syarat. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun
juga yang membacanya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Bandung, 09 Desember 2022

Penulis

Jauza Aufarza Hikmat


NPM 10070121008
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena
semakin banyaklahan tambang baru yang ditemukan. Namun pertumbuhan yang
pesat tidak diseimbangidengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Kurangnyasosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik,
menyebabkan banyak dampak burukyang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu
terasa, namun beberapa tahun lagi dampakpengelolaan tambang yang salah bisa
mengganggu stabilitas ekosistem.Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari
sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambangyang salah. Mulai dari sosialisasi
sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbanganalam akan terjaga.
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak
bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng
Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi
pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih
belum tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi di sektor ini relatif rendah
dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan eksplorasi di
berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute dalam
Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor
pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak kalangan
menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka masa depan, industri
ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5
sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan
sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah.
Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain
penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan
kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi
pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi
kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan
rekomendasi kebijakan.
Batubara kelas lignit pada kondisi lapangan memiliki kenampakan fisik yang
relatif sama dengan batubara lempungan. Hal ini menyebabkan sulitnya membedakan
antara lignit dengan batubara lempungan secara megaskopis. Kehadiran batubara
lempungan pada suatu lapisan batubara baik sebagai parting, split, maupun yang
berada di bagian atas maupun bawah suatu lapisan batubara akan mempengaruhi
kualitas batubara tersebut. Pengaruh batubara lempungan terhadap kualitas batubara
berupa peningkatan kadar abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran batubara. Kadar
abu batubara yang tinggi akan menurunkan kualitas batubara. Hal tersebut karena
abu batubara berkaitan dengan lamanya penggunaan umur peralatan yang digunakan
dalam pembakaran batubara. Semakin tinggi kadar abu, maka pengotoran pada alat
semakin tinggi sehingga umur alat menjadi lebih pendek. Untuk mengetahui
pengaruh batubara lempungan terhadap kadar abu batubara, salah satu metode yang
dapat digunakan adalah melalui pendekatan uji geostatistik. Geostatistik adalah suatu
metode yang digunakan dalam suatu riset atau penelitian dibidang geologi untuk
melakukan analisis data secara kauntitatif seperti untuk mengetahui apakah suatu
variabel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel lain. Metode ini
belum dilakukan dalam penelitian-penelitian terdahulu.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah karakteristik batubara
lempungan Formasi Wahau dan pengaruhnya tersebut terhadap kadar abu
batubara. Masalah-masalah tersebut dapat dibagi menjadi 2 pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau pada log
geofisika (berupa log gamma Ray dan Density log)?

2. Bagaimana pengaruh batubara lempungan terhadap kadar abu batubara di


daerah penelitian menurut uji geostatistik?

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud
1. Mempelajari karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau melalui
analisis data log geofisika.
2. Mempelajari pengaruh kehadiran batubara lempungan terhadap kadar abu
yang dihasilkan dari sisa pembakaran batubara Formasi Wahau.

PEMBAHASAN
PENAMBANG BATUBARA

Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah,


memanfaatkan dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara, panas
bumi, minyak dan gas. Seharusnya kegiatan pertambangan memanfaatkan
sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup
tetap terjaga.
A. ASAL MULA BATUBARA
1. Pengertian Bahan Galian Batu Bara
Bahan Galian Batu bara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan
bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik
akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-
rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi
tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman
karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah masa pembentukan Batubara
yang paling produktif.
2. Materi Pembentuk Batubara
A. Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan bersel tunggal sangat
sedikit endapan batubara dari periode ini Silofita, Dari zaman Silur hingga devon
tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.
B. Plirodefita, umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya
merupakan tumbuhan tanpa bunga dan biji serta berkembangbiak dengan spora.
C. Gimnospermae, Dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, contohnya Pinus.
D. Angiosspermae, dari zaman kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan modern,
buah menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan.
3. Pembentukan Batubara
Ada dua proses yang terjadinya pembentukan batu bara, yaitu :
A. Tahap Diagenetik atau biokimia yaitu dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi, hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses
perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi, dan gangguan biologis yang dapat
menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik
serta membentuk gambut.
B. Tahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
biuminus, dan akhirnya antrasit.
4. Kelas dan Jenis Batubara
A. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan. (luster)
metalik. Mengandung antara 86 % – 98 % unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8 %
B. Bituminus mengandung 68 – 86 % Unsur karbon (c) dan berkadar air 8-10 %
dari beratnya.
C. Subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibanding dengan bituminus.
D. Lignit atau batubara cokelat adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35 – 75 % dari beratnya.
E. Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75 % serta nilai kalori yang paling
rendah
B. METODA PENAMBANGAN BATUBARA
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa
pasar dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan
industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari
segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu:
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang
terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan -
perusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining)
. Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka dilakukan dengan
membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai
dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang
dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya
mineral,
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak
ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran
air, tanah dan udara.
Adapun akibat dari kegiatan penambangan terbuka (open mining), di antaranya;
A. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
B. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan
galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
C. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
D. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang
ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun,
kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah tercuci .

C. Pengangkutan Batu Bara


Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya.
Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban
berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar (dalam negeri) batu
bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif
lain misalnya batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan
diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran
berkisar dari Handymax (40,000-60,000 DWT), Panamax (about 60,000-80,000 DWT)
sampai kapal berukuran Capesize (sekitar lebih dari 80,000 DWT).
Sekitar 700 juta ton batu bara diperdagangkan secara internasional pada
tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut. Pengangkutan
batu bara dapat sangat mahal. dalam beberapa kasus, pengangkutan batu bara
mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan
pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.
KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan


kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap
lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif
ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak
negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan
bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga
memanfaatkannya secara bijaksana.
Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan
yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-
lubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya.
Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita
melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana

Anda mungkin juga menyukai