BATUBARA
Oleh :
Putu Deva Ananta Adistanaya
072001800041
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan paper yang berjudul “Sedimentologi Batubara”. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah membantu kami dalam
mengerjakan paper ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah
ini.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada paper ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan karya
kami. Semoga paper ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1 Proses Pembentukan Batubara...........................................................................................2
2.2 Proses Pembentukan Gambut.............................................................................................2
2.3 Tempat Terbentuknya Batubara........................................................................................3
2.4 Lingkungan Pengendapan Batubara.................................................................................3
BAB III PENUTUP........................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Batubara adalah hasil akumulasi hancuran tumbuhan pada lingkungan deposisi tertentu.
Akumulasi ini dipengaruhi oleh proses syn-sedimentary dan post-sedimentary yang
menyebabkan adanya perbedaan peringkat batubara dan derajat kompleksitas dari struktur
batubara tersebut. Tipe tumbuhan penyusun batubara yang berkembang selama waktu geologi
menyebabkan variasi jenis lithotypes pada batubara dengan umur yang berbeda (Thomas, 2002).
Sedangkan, menurut Krevelen (1993) Deposit batubara merupakan hasil akhir dari efek
kumulatif pembusukan tumbuhan, deposisi dan pemendaman oleh sedimen, pergerakan lempeng
dan erosi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Ombrotrophic : suplai nutrien untuk tumbuhan hanya berasal dari air hujan. Gambut yang
terbentuk pada kondisi ombrotrophic disebut ombrogenous.
2. Mineratrophic (Rheotrophic) : suplai nutrien berasal dari mineral dalam tanah atau batuan,
bisa juga berasal dari aliran air sungai / danau. Gambut yang terbentuk pada kondisi ini
disebut topogeneous.
Suatu gambut dapat tumbuh dengan baik jika memiliki lingkungan pengendapan yang sesuai
dengan karakteristik dari penyusun gambut tersebut. Deposit gambut terbentuk dengan baik pada
daerah yang mengalami penurunan cekungan. Suatu endapan gambut dapat terbentuk dengan
tebal jika memiliki beberapa persyaratan di bawah ini :
1. Air tanah naik secara perlahan, sehingga muka air selalu konstan mengikuti posisi
permukaan deposit gambut. Jika muka air naik terlalu cepat (misal oleh karena penurunan
cekungan/subsidence yang cepat atau pada daerah paralik, gambut akan tenggelam dan
sedimen limnik atau laut akan terdeposisi. Sebaliknya jika penurunan cekungan terlalu
lambat (jauh lebih lambat dari pembentukan gambut) maka gambut akan rusak karena
teroksidasi dan tererosi.
2. Mire terlindungi dari adanya penggenangan (banjir) oleh air sungai atau laut yang cukup
besar dan lama.
3. Tidak ada interupsi oleh deposisi sedimen fluviatil.
3
hujan, sedangkan lahan gambut topogen adalah lahan gambut yang dipengaruhi oleh air tanah
(Gambar 1).
Kondisi lingkungan pengendapan batubara menurut Stach dkk., (1982) dibagi menjadi
telmatis atau terestrial, limnic, marine, dan Ca-rich. Telmatis atau terestrial merupakan
lingkungan yang berada di daerah pasang surut, menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan
tumbuhan tumbuh insitu ( Gambar 2 ). Limnic merupakan lingkungan dimana batubara terbentuk
4
di bawah air rawa danau. Marine merupakan lingkungan dimana batubara yang terbentuk
memiliki mineral matter atau pengotor yang tinggi, seperti abu dan sulfur. Ca-rich merupakan
lingkungan yang kaya akan Ca (Stach dkk., 1982).
Diessel (1992) mengklasifikasikan enam lingkungan utama terbentuknya batubara, yaitu
gravelly braid plain, sandy braid plain, alluvial valley and upper delta plain, lower delta plain,
backbarrier stand plain, dan estuary.
1. Braid Plain, merupakan daerah aluvial intramountana, yaitu dataran aluvial yang berada di
antara pegunungan. Pada lingkungan ini terendapkan material sedimen kasar diagenesa
gambut ombrogenik, yaitu gambut yang hanya terbentuk karena pengaruh air hujan.
2. Alluvial valley and upper delta plain, kedua lingkungan pengendapan ini memiliki
karaktersitik litofasies yang sama. Lingkungan terbentuk dari hasil transisi lembah dan
dataran aluvial dengan dataran delta yang melalui sungai stadia dewasa dengan banyak
meander. Lapisan batubara memiliki ketebalan yang bervarias dengan warna hitam kusam,
komposisi abu dan sulfur terbilang lebih rendah dibandingkan dengan lingkungan
pengendapan lainnya.
3. Lower delta plain, perbedaan antara lower delta plain dan upper delta plain adalah dari
pengaruh pasang air laut terhadap sedimentasi. Lower delta plain memiliki pengaruh pasang
surut air laut yang lebih tinggi dibandingkan upper delta plain. Pasang air laut akan
membawa nutrisi kedalam rawa sehingga meningkatkan pertumbuhan yang lebih baik,
namun material sedimen klastik halus ikut terendapkan di lingkungan ini yang berpengaruh
terhadap kenaikan pengotor selama proses penggambutan hingga pembatubaraan.
4. Backbarrier strand plain, gambut yang terbentuk di lingkungan ini dipengaruhi oleh pasang
dan surut air laut. Garis pantai dikontrol oleh tingkat sedimentasi karena gelombang, pasang
surut air laut, dan arus. Delta akan terbentuk jika tingkat sedimentasi tinggi, sedangkan
tingkat sedimentasi rendah, maka material sedimen akan terdistribusi sepanjang garis pantai.
5. Estuary, terbentuk karena tingkat sedimentasi dan energi pantai sangat rendah, sehingga
tidak terbentuk delta. Batubara yang terbentuk dilingkungan ini sangat tipis dan
persebarannya tidak luas.
Penentuan lingkungan pengendapan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
diagram hubungan antara nilai GI dan TPI. TPI merupakan perbandingan antara struktur jaringan
yang masih terjaga dengan struktur jaringan yang sudah terubahkan, sedangkan GI merupakan
perbandingan antara komponen yang mengalami gelifikasi dengan komponen yang mengalami
oksidasi (fusinification) (Diessel, 1992). Nilai TPI tinggi menunjukkan batubara berasal dari
tumbuhan berkayu dan banyaknya jaringan tumbuhan yang terawetkan dengan baik. Nilai GI
yang rendah menunjukkan bahwa tingkat oksidasinya tinggi, selain itu nilai GI memberikan
gambaran mengenai kering atau basah kondisi pembentukan gambut karena gelifikasi berada di
kondisi lembab dan sebagai indikator pH relatif karena aktivitas mikroba membutuhkan kondisi
asam yang rendah (Diessel, 1992)
BAB III
5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batubara adalah hasil akumulasi hancuran tumbuhan pada lingkungan deposisi tertentu.
Akumulasi ini dipengaruhi oleh proses syn-sedimentary dan post-sedimentary yang
menyebabkan adanya perbedaan peringkat batubara dan derajat kompleksitas dari struktur
batubara tersebut. Tipe tumbuhan penyusun batubara yang berkembang selama waktu geologi
menyebabkan variasi jenis lithotypes pada batubara dengan umur yang berbeda (Thomas, 2002).
Terdapat 6 lingkungan pengendapan yang baik untuk batubara, lingkungan ini mempengaruhi
gambut yang terbentuk dan nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas batubara
DAFTAR PUSTAKA
6
Thomas, Larry., 2002., Coal Geology., Jhon Wiley & Sons, LTD., England
Surjono, S.S, Eksplorasi Geologi Batubara., Diktat Geologi Batubara Lanjutan., tidak
dipublikasi
Linggadipura, Ray. Susilo, Budi K. 2017.Lingkungan Peengendapan Dan Karakteristik
Batubara Pada Formasi Sawahlunto Daerah Rantih Dan Sekitarnya, Sumatera Barat.
Palembang
Yuskar, Yuniarti, ST.,MT.. & Tiggi Choanji, ST., MT.. 2016. Sedimentologi Dasar. Pekanbaru :
UIR PRESS
Qadaryati, Nurakhmi, Praditya, Dendi Tantra, Hidajat, Wahju Krisna, dan Martiningtyas
Indriyani. 2019. Penentuan Lingkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan Karakteristik
dan Maseral Batubara di PT X, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Balikpapan :
SUCOFINDO
7
8