Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH MEKANIKA TANAH

Dosen Pengampuh: Roza Mildawati, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Afidh Ridhaya (163110180)

Kelas:
III A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan anugrahNya
penulis dapat menyelesaikan Makalah Mekanika Tanah ini dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi syarat mata kuliah Mekanika
Tanah. Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh, baik secara
lisan maupun tertulis setelah mengikuti mata kuliah Mekanika Tanah.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan instruksi untuk mata kuliah Mekanika Tanah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam


penulisan Makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan sarannya sangat diharapkan
penulis. Semoga Makalah ini berguna dan bermanfaat untuk masa yang akan
datang.

Pekanbaru, 11 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ...ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... ... 4
Latar belakang ................................................................................ ... 4
Maksud dan Tujuan ........................................................................ ... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 5


A. PEMBENTUKAN TANAH, KOMPOSISI DAN KONSEP DASAR . ...5
1.1 Cara Pelapukan, Tanah Endapan dan Tanah Resedu ............... ... 5
1.2 Mineral Lempung ..................................................................... ... 7
1.3 Pengaruh Topografi pada Proses Pelapukan ............................ 9
1.4 Faktor-faktor yang Menentukan Sifat Tanah Endapan dan Tanah
Resedu ............................................................................................ ..13
1.5 Tanah yang Tidak Asli: Tanah yang Dibentuk Ulang .............. ..17
B. DFINISI DASAR DAN HUBUNGAN ANTAR FASE ........................ ..17
2.1 Komponen-Komponen Tanah ................................................... ..17
2.2 Hubungan Antarfase ................................................................. ..20
2.3 Contoh Penggunaan Hubungan Antarfase ............................... ..22
2.4 Pengukuran Sifat Dasar Tanah ................................................. . 23

BAB III PENUTUP .................................................................................. . 24


Kesimpulan .................................................................................... . 24
Soal ................................................................................................. . 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... . 28


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini yaitu karena masih


banyak diantara kita yang sudah sering melihat serta memanfaatkan tanah dalam
kehidupan sehari-hari, namun belum mengetahui apa itu tanah dan bagaimana bisa
terbentuknya tanah. Oleh karena itu disini akan mencoba untuk memaparkan
proses pembentukan tanah.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi penilaian
pada Mata Kuliah Mekanika Tanah yaitu juga agar kita semua dapat mengetaui
apa itu pembentukan tanah dan bagaimana cara pelapukan pada tanah baik tanah
endapan, dan tanah resedu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBENTUKAN TANAH, KOMPOSISI, DAN KONSEP DASAR


1.1 Cara Pelapukan, Tanah Endapan dan Tanah Residu
Istilah tanah dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk
mencakup semua bahan dari tanah lempung sampai kerikil, jadi semua
endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan. Batuan
menjadi ilmu tersendiri, yaitu mekanika batuan.
Tanah dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan. Pelapukan
fisika terdiri atas dua jenis. Jenis pertama adalah penghancuran disebabkan
terutama oleh pembasahan dan pengeringan terus-menerus ataupun pengaruh
salju dan es. Jenis kedua adalah pengikisan, akibat air, angin, ataupun es
(glacier). Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai yang besar, namun
komposisinya masih tetap sama dengan batuan asalnya. Butir lanau dan pasir
biasanya terdiri dari satu jenis mineral saja. Butir lebih kasar terdiri atas
beberapa jenis mineral, seperti halnya pada batuan asalnya. Perlu dimengerti
bahwa pelapukan fisika tidak pernah menghasilkan tanah bersifat lempung
sekalipun ukurannya sama kecilnya dengan butir lempung. Untuk
menghasilkan lempung, harus ada juga pelapukan kimiawi.
Pelapukan kimiawi adalah proses yang lebih rumit daripada pelapukan
fisika. Pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan karbondioksida.
Proses kimiawi ini mengubah mineral yang terkandung dalam batuan menjadi
jenis mineral lain yang sangat berbeda sifatnya. Mineral baru ini disebut
mineral lempung (clay minerals). Jenis material ini yang terkenal adalah
kaolinite, illite dan montmorillonite. Mineral ini masih termasuk bahan yang
disebut kristalin, dan besarnya umumnya lebih kecil dari 0,002 mm. Mineral
lempung inilah yang menghasilkan sifat lempung yang khusus, yaitu kohesi
serta plastisitas.
Jenis mineral lempung yang dihasilkan pada suatu keadaan tertentu
bergantung pada batuan asal dan lingkungan pelapukan. Faktor-faktor penting
adalah iklim, topografi, dan nilai ph dari air yang merembes dalam tanah.
Misalnya, kaolinite dibentuk dari mineral feldspar akibat air dan
karbondioksida. Kwarsa adalah mineral yang paling tahan terhadap pelapukan,
sehingga tanah yang berasal dari granit biasanya mengandung banyak butir
kasar yang terdiri atas kwarsa, (tercampur dengan butir lain yang lebih halus).
Pelapukan kimiawi paling keras pada iklim panas dan basah. Pada iklim
semacam ini pelapukan dapat berlangsung sampai sangat sedalam. Di
Indonesia pelapukan masih berlangsung sampai sedalam puluhan meter. Cara
pelapukan sebetulnya kurang penting diketahui dengan teliti, yang penting
adalah sifat tanah yang dihasilkan oleh proses pelapukan.

Gambar 1.1 Cara pembentukan tanah


Selain pelapukan fisika dan kimiawi, ada faktor lain yang terlibat dalam
cara pembentukan tanah. Faktor terpenting adalah pengangkutan butir tanah
dan kemudian pengendapannya di lain tempat seperti laut atau danau. Proses
ini diperlihatkan pada gambar di atas.
Tanah yang terbentuk langsung akibat pelapukan kimiawi disebut tanah
residu (residual soil). Tanah ini tetap pada tempat pembentukannya di atas
batuan asalnya. Hujan menyebabkan erosi dan tanah diangkut melalui sungai
sampai mencapai laut atau danau. Disini terjadi pengendapan lapisan demi
lapisan pada dasar laut atau danau. Proses ini dapat berlangsung selama ribuan
atau jutaan tahun. Tanah ini disebut tanah endapan (sedimentary soil) atau
tanah yang terangkut (transported soil).
Setelah terjadi pengendapan, tanah ini masih mengalami perubahan
selanjutnya akibat dua faktor berikut:
1. Tekanan dari bahan tanah di atasnya; ini menyebabkan pemampatan
sehingga tanah menjadi lebih padat dan lebih kuat.
2. Perubahan kimia yang berlangsung perlahan-lahan pada jangka waktu
lama. Akibat perubahan ini, tanah menjadi lebih kuat. Pengaruh ini
disebut pengerasan (hardening) atau penuaan (aging).

Air yang merembes di dalam tanah juga memengaruhi proses ini.


Seandainya air ini mengandung jenis bahan kimia (larutan) tertentu, bahan ini
mungkin menjadi bahan pelekat antara butir tanah. Lama-kelamaan faktor ini
dapat menyebabkan tanah menjadi batu. Batu pasir atau shale terbentuk
dengan proses ini.

Tanah endapan ini dapat mengalami kenaikan akibat gaya tektonik


sehingga endapan ini terdapat di darat, jauh dari tempat asalnya di dalam laut
atau danau. Setelah dinaikkan dengan cara ini, proses erosi diulangi lagi dan
ketebalan tanah pun menurun.

1.2 Mineral Lempung

Mineral lempung merupakan suatu golongan butir tertentu yang


menghasilkan sifat khusus pada tanah yang mengandung mineral lempung.
Jenis mineral lempung yang paling terkenal adalah kaolinite, illite, dan
montmorillonite. Struktur mineral ini disebut kristalin, yaitu molekulnya
tersusun sehingga merupakan "kesatuari' dengan bentuk tertentu (seperti
lapisan). Ada dua kesatuan khusus, yaitu "silica tetrahedrori'dan "alumina
octahedron". Kesatuan ini tersusun sehingga merupakan butir sangat kecil
dengan bentuk seperti piring ("p1ate-like"). Bentuknya diperlihatkan secara
skematis pada Gambar 1.2.
Lapisan alumina

Lapisan silica
H2O + ions
K+ bonds (ikatan sangat
H Bonds (ikatan lemah)
lemah)

(a) kaolinite
(b) iIllite
(c) montmorillonite

Allophane, berbentuk bola


(spheres)

(d) halloysite Immogolite, berbentuk


benang ( thread)

(e) allophane dan immogolite

Gambar 1.2 Skematis mineral lempung

1. Susunan Tanah Lempung


Pelapukan tanah akibat reaksi kimia menghasilkan susunan
kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih
kecil dari 0,002 mm.yang disebut mineral lempung.
Kebanyakan tanah lempung terdiri dari silica tetrahydra dan almunium
oktahidra. Silika dan alumunium secara parsial dapat digantikan oleh
elemen yang lain dalam kesatuannya, keadaan ini dikenal sebagai
substitusi isomorf.
Kaolinite merupakan mineral dari kelompok kaolin, terdiri dari susnan
satu lembar silica tetrahedra dengan satu lembar alumunium oktahedra
dengan satuan susunan setebal 7,2 A. Halloysite hampir sama dengan
kaolinite, tetapi kesatuan yang berurutan lebih acak ikatannya dan
dapat dipisahkan oleh lapisan tunggal molekul air.
Montmorillonite, disebut juga smectite, adalah mineral yanag dibentuk
oleh dua lembar silica dan satu lembar alumunium (gibbsite). Tanah-
tanah yang mengandung montmorillonite sangat mudah mengembang
oleh tambahan kadar air. Tekanan pengembangannya yang dihasilkan
dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.
Illite adalah bentuk mineral lempung yang teriri dari mineral-mineral
kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran
alumunium oktahedra yang terikat diantara dua lembaran silica
tetrahdra.
2. Pengaruh Air pada Tanah Lempung
Air biasanya tidak banyak mempengaruhi kelakuan tanah non
kohesif (granular), Sebagai contoh: kuat geser tanah pasir mendekati
sama pada kondisi kering maupun jenuh air. Tetapi, jika air berada
pada lapisan pasir yang tidak padat, beban dinamis seperti gempa bumi
dan getaran lainya sangat mempengaruhi kuat gesernya.
Terdapat 3 mekanisme yang menyababkan molekul air dipolar
dapat ditarik oleh permukaan partikel lempung secara elektrik :
Tarikan antara permukaan bermuatan negative dari partikel
lempung dengan ujung positif dari polar.
Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan
negative dari ujung polar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan
partikel lempung yang bermuatan negative.
Andil atom-atom hydrogen dalam molekul air, yaitu dengan ikatan
hydrogen antara oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen
dalam molekul-molekul air.

Air yang tertarik secara elektris, yang berada disekitar partikel


lempung, disebut air lapisan ganda (Double-layer water). Sifat plastis
tanah lempung adalah akibat ekstensi dari lapisan ganda. Air lapisan
ganda pada bagian paling dalam yang sangat kuat melekat pada partikel
lempung , disebut air serapan (absorbed water).Partikel tanah yang
disusun oleh mineral lempung akan sangat dipengaruhi oleh besarnya
jaringan muatan negative pada mineral, tipe, konsentrasi, dan distribusi
kation-kation yang berfungsi untuk mengimbangkan muatannya.

1.3 Pengaruh Faktor Topografi Pada Proses Pelapukan

Topografi juga menjadi faktor penting yang memengaruhi cara pelapukan,


khususnya pada daerah tropis. Pada daerah perbukitan atau pegunungan, air
tanah dapat mengalir ke bawah dengan lancar. Keadaan ini menghasilkan
mineral lempung dengan sifat teknis yang baik, yaitu dengan mengandung
kaolinite atau elite. Pada daerah vulkanis, mungkin allopbone dan balloysite
yang dibentuk.

Gambar 1.3 Pengaruh topografi pada pelapukan dan sifat tanah

Topografi merupakan faktor pasif dalam pembentuk tanah. Yang


dimaksud dengan topografi adalah bentuk lahan suatu daerah (morfologi
regional). Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga
dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan
yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian
(amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan
(landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform)
dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat),
arah lereng, panjang lereng dan bentuk lereng.

Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim.


Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang
berombak. Topografi miring mempercepat berbagai proses erosi air, sehingga
mempengaruhi kedalaman solum tanah, pengaruh iklim nibsi tidak begitu
nampak dalam perkembangan tanah.

Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :

1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang terjadi
4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat
yang tinggi ketempat yang rendah

Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang


menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :

1. Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)


2. Bentuk permukaan lahan
3. Derajat kelerengan
4. Panjang lereng
5. Arah lereng
6. Bentuk punggung lereng

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim


secara tak langsung berkolerasi terhadap :

1. Pelapukan fisik dan kimiawi batuan


2. Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
3. Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
4. Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)

Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah
pada:

1. Tebal solum tanah


Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal
dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng terjal.
Hal ini karena di dataran tinggi (puncak bukit atau lereng terjal) intensitas
erosi lebih tinggi, sedangkan daerah yang datar (daerah lembah dan
dataran) lapisan tanahnya tebal karena mengalami sedimentasi dan minim
tingkat erosi.
2. Drainase tanah
Tanah di daerah lembah atau cekungan memiliki drainase yang kurang baik
dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik. Daerah
yang drainasenya kurang baik yang dicirikan dengan sering terdapat
genangan air menyebabkan tanah menjadi asam.
3. Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas
drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau
topografi.
4. Tingkat erodibilitas tanah

Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka
semakin besar tingkat erodibilat tanah.

Secara keseluruhan bagian dari topografi yang mempengaruhi


pembentukan tanah adalah lereng, yang telah diuraikan secara rinci di atas
bagian dari lereng yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Lereng erat
kaitannya dengan erosi air. Erosi air menyebabkan pergerakan tanah ke lereng
bagian bawah. Penyingkiran tanah dari bagian atas lereng yang berbentuk
konvek menyebabkan terbentuknya tanah dangkal dan berbatu. Bahan hasil
erosi yang kemudian diendapkan di lereng bagian bawah membentuk
koluvium atau alluvium dan menyebabkan meningkatnya kedalaman tanah di
lereng bagian bawah. Tanah yang terdapat di lereng bagian bawah memiliki
tekstur yang lebih halus karena air yang bergerak dari lereng atas ke lereng
bawah berupa limpasan permukaan dan aliran bawah tanah.
1.4 Faktor-Faktor yang Menentukan Sifat Tanah Endapan dan Tanah
Residu
Tanah endapan dan tanah residu merupakan dua golongan tanah yang
memiliki perbedaan dan persamaan. Sebagian besar prinsip dasar mekanika
tanah berlaku pada kedua golongan. Misalnya prinsip tegangan efektif, hukum
rembesan air dalam tanah, dan hukum kekuatan geser Mohr-Coulomb tetap
berlaku pada kedua golongan tersebut. Konsep kemantapan yang menentukan
daya dukung, tekanan tanah, dan kemantapan lereng juga berlaku pada setiap
jenis tanah. Walaupun demikian, masih tetap ada perbedaan kelakuan yang
penting. Perbedaan ini berasal dari cara pembentukan kedua golongan tanah
tersebut.
Tanah residu terbentuk langsung dari batu asalnya, sehingga umumnya ada
hubungan erat antara sifat tanah dan jenis batu asalnya. Pada tanah endapan
tidak ada hubungan antara sifatnya dan batu asalnya. Pada tanah residu
terdapat apa yang disebut struktur, yaitu butirnya teratur ataupun terikat satu
sama lain sehingga membentuk kerangka tanah. Akibat adanya struktur ini,
sifat tanah menjadi berbeda dengan sifat seandainya tidak ada struktur, yaitu
butirnya merupakan kumpulan butir lepas saja.
Setelah pengendapan, tanah endapan dapat mengalami perubahan lagi.
Khususnya, tanah ini mengalami pemampatan atau konsolidasi (consolidation)
akibat tekanan dari lapisan-lapisan yang kemudian mengendap di atasnya,
sehingga menjadi lebih keras. Pada keadaan tertentu terjadi uplift yaitu
kenaikan akibat gaya tektonik. Setelah kenaikan ini, proses erosi mulai
berjalan lagi, yang mengurangi tekanan pada tanah. Apabila ini terjadi, tanah
akan mengembang sedikit. Tanah endapan yang belum pernah mengalami
pengurangan tekanan di atasnya disebut terkonsolidasi normal (normally
consolidated), sedangkan tanah yang pernah mengalami konsolidasi akibat
tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku pada masa sekarang
disebut terkonsolidasi lebih (overconsolidated). Urutan tegangan yang berlaku
pada tanah sejak pembentukan disebut riwayat tegangan (stress history).
Gambar 1.4 dibawah memperlihatkan proses-proses pembentukan yang
berlaku pada kedua golongan.

Gambar 1.4 Faktor pembentukan yang menentukan sifat tanah endapan


dan tanah residu
Riwayat tegangan sudah lama dianggap sebagai faktor dasar yang
memengaruhi kelakuan tanah endapan. Walaupun demikian, pengalaman dan
penelitian pada zaman sekarang menunjukkan bahwa faktor lain, seperti
pengerasan (hardening) dan penuaan (aging), memiliki pengaruh yang sama
penting dengan riwayat tegangan. Faktor ini berarti struktur terdapat juga pada
tanah endapan dan pengaruhnya perlu diperhatikan.
Cara pembentukan kedua jenis tanah ini agak rumit. Walaupun demikian,
ada dua faktor penting yang menjadikan tanah endapan lebih teratur dan
seragam daripada tanah residu. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Proses erosi, pengangkutan, dan pengendapan membuat tanah menjadi
golongan-golongan tertentu. Butir yang kasar diendapkan pada satu tempat
dan butir yang halus di lain tempat. Ini menghasilkan lapisan-lapisan yang
seragam.
Riwayat tegangan menjadi faktor penting yang menentukan kelakuan
tanah endapan. Atas dasar riwayat tegangan, tanah endapan dibagi dalam dua
golongan seperti telah diterangkan, yaitu tanah yang terkonsolidasi normal dan
tanah yang terkonsolidasi kelebihan.
Kedua faktor ini tidak terdapat pada tanah residu. Ini berarti tanah ini tidak
dapat dibagi dalam beberapa golongan.
Ada baiknya dimengerti bahwa pengaruh dari proses pembentukan pada
sifat keduan golongan ini saling bertentangan, seperti diperlihatkan pada
Gambar 2. Pelapukan pada batu mengurangi kepadatan batu sehingga
kekuatan turun. Pada batuan tetap tidak ada pori sama sekali, sedangkan pada
tanah, volume pori sering cukup besar dibandingkan volume butir. Ada jenis
tanah dengan volume butir kurang dari 20% volume total. Istilah angka pori
dipakai untuk menyatakan volume pori. Definisi angka pori adalah
perbandingan volume pori terhadap volume butir.

Gambar 1.5 Pengaruh cara pembentukan pada kepadatan tanah endapan


dan tanah residu
Tanah endapan mengalami pemampatan akibat berat tanah sendiri,
sehingga volume pori menurun dan tanah menjadi lebih keras. Pengaruh
tekanan pada volume pori diperlihatkan pada Gambar 2(a). Angka pori terus
menurun akibat kenaikan tekanan, tetapi bisa naik lagi seandainya tekanan
menurun.
Perbedaan utama antara tanah residu dan tanah endapan adalah sebagai
berikut:
1. Tanah residu umumnya kurang seragam dibandingkan dengan tanah
endapan. Walaupun demikian masih ada tanah residu yang hampir
seragam. Tanah merah adalah contoh tanah yang mendekati seragam.
2. Ada jenis tanah residu yang mengandung mineral lempung yang luar
biasa, yang banyak memengaruhi sifatnya. Mineral ini tidak terdapat pada
tanah endapan.
3. Ada jenis tanah endapan yang tidak particulate, artinya tidak terdiri atas
butir tersendiri. Walaupun kelihatan seolah-olah terdiri atas butir, apabila
terganggu atau dibentuk ulang, butir ini hancur dan menjadi kumpulan
butir yang jauh lebih kecil.
4. Riwayat tegangan tidak memengaruhi kelakuan tanah residu.
5. Pengertian mengenai kelakuan yang berasal dari penelitian pada tanah
endapan tidak berlaku pada tanah residu. Misalnya, penggunaan grafik
pemampatan yang memakai skala logaritmis dapat menimbulkan salah
mengerti.
6. Korelasi empiris berdasarkan pada sifat tanah endapan mungkin tidak
berlaku pada tanah residu.
7. Keadaan tegangan air pori di atas muka air tanah menjadi faktor penting
untuk memahami kelakuan tanah residu. Keadaan dan kelakuan tanah
yang paling penting dalam perencanaan projek paling sering terdapat di
atas muka air tanah.

Ilmu mekanika tanah berkembang di negara Inggris, Eropa Utara, dan


Amerika Utara, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanah yang
terdapat di negara tersebut. Tanah ini semata-mata tanah endapan hampir tidak
ada tanah residu negeri itu. Oleh karena itu, kuliah di universitas dan buku
mekanika tanah yang ada jarang menyebutkan tanah residu, biarpun memberi
keterangan tentang kelakuannya. Ini mungkin tidak menjadi soal seandainya
kelakuan tanah residu sama dengan tanah endapan. Namun tidak demikian.
Tanah residu meliputi daerah dunia yang sama besarnya dengan tanah
endapan dan kelakuannya tidak sama dengan tanah endapan.

1.5 Tanah yang Tidak Asli: Tanah yang Dibentuk Ulang

Selain kedua golongan utama tanah asli ini, ada golongan ketiga, yaitu
tanah yang tidak asli atau yang disebut tanah dibentuk ulang (remoulded soil).
Perilaku tanah jenis ini tidak lagi sama seperti pada keadaan aslinya dan
umumnya kurang penting dibandingkan dengan tanah asli. Golongan ini
termasuk tanah yang dibentuk di laboratorium dengan memakai proses
pengendapan dan tanah yang dipadatkan.

Pada masa ini, ada istilah lain yang sering dipakai juga pada golongan ini,
yaitu destructured, artinya struktur tanah dihapuskan akibat pembentukan
ulang. Arti destructured hampir sama dengan remoulded, tetapi maksudnya
adalah struktur dihapuskan tetapi butir sendiri masih utuh. Istilah remoulded
berarti segala sifat yang berhubungan dengan keadaan aslinya dihapuskan
sama sekali. Pada tanah residu, pembentukan ulang dapat merusak struktur
namun mungkin pula menghancurkan butirnya.

B. DFINISI DASAR DAN HUBUNGAN ANTAR FASE


2.1 Komponen-Komponen Tanah

Tidak seperti bahan baja atau beton, tanah merupakan bahan yang memiliki
alat yang tidak seragam. Umumnya tanah terdiri atas dua macam bahan. Akan
tetapi, tidak jarang ditemukan tanah terdiri atas tiga macam bahan. Bahan-
bahan komponen tanah ini disebut fase, dan tanah disebut bahan dua fase
atau tiga fase.

Komponen Penyusun Tanah

Secara umum, tanah tersusun atas 4 komponen utama. Keempat komponen


penyusun tanah tersebut adalah bahan mineral, bahan organik, air, dan udara.
Akibat perbedaan jenis dari masing-masing komponen ini, tanah kemudian
dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Selain itu, jenis-jenis tanah yang
muncul juga dipengaruhi oleh bagaimana proses pembentukan tanah serta
faktor-faktor yang membentuknya.

Empat komponen penyusun tanah menempati satu ruang di permukaan


bumi dengan komposisi dan persentasenya masing-masing. Persentase
komponen penyusun tanah secara umum dapat ditampilkan pada diagram
lingkaran di bawah ini.

1. Bahan Mineral (45%)


Bahan mineral merupakan komponen penyusun tanah dengan
persentase tertinggi, yakni kisaran 45%. Komponen ini terbentuk dari
proses pelapukan batuan yang berlangsung dalam jangka waktu sangat
lama. Batuan yang melapuk pada proses pembentukan tanah akan
sangat mempengaruhi jenis tanah yang dihasilkan. Secara umum ada 3
jenis batuan yang dapat melapuk dan berubah menjadi tanah, yaitu
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan.
2. Bahan Organik (5%)
Komponen ini berasal dari proses dekomposisi materi organik yang
berasal dari hewan dan tumbuhan mati. Dekomposisi yang dilakukan
oleh dekomposer atau detrivivor mengubah materi organik menjadi
senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam tanah. Meskipun
tersedia dalam persentase yang sedikit, yakni sekitar 5%, senyawa-
senyawa organik tersebut akan sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah,
terutama sifat fisik dan kimianya.
Materi organik dalam tanah yang menjadi sumber kandungan
bahan organik tanah berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi
3, yaitu:
Sumber primer adalah sumber materi organik yang berasal dari
tanaman yang telah mati, termasuk juga yang berupa bagian dari
jaringan tubuhnya, seperti akar, batang, daun, dan lain sebagainya.
Sumber sekunder adalah sumber materi organik yang berasal dari
hewan-hewan yang telah mati, termasuk juga kotoran atau bagian-
bagian tubuhnya.
Sumber tersier adalah sumber materi organik yang berasal dari
pemberian pupuk organik, baik itu berupa pupuk hijau, pupuk
kandang, atau pupuk kompos.
3. Air (25%)
Air dan udara merupakan komponen penyusun tanah yang
persentasenya bersifat dinamis atau dapat berubah ubah. Air dan udara
sama-sama menempati pori tanah. Jika kandungan air tanah tinggi,
maka kandungan udara tanah akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya.
Keberadaan air di dalam tanah merupakan akibat kemampuan
tanah dalam menyerap air melalui mekanisme kohesi, adhesi, maupun
gravitasi. Keberadaan air di dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
Kapasitas lapang. Merupakan keadaan di mana tanah cukup lembab
yang ditunjukan oleh jumlah air maksimal yang bisa ditahan tanah
akibat adanya gaya tarik gravitasi.
Titik layu permanen. Merupakan keadaan di mana akar-akar
tanaman mulai tidak sanggup menyerap air tanah karena
kandungannya yang sangat sedikit. Karena tanah mencapai titik
layu permanen, tanaman biasanya akan mulai layu.
Air tersedia. Merupakan selisih kadar air kapasitas lapang dengan
kadar air titik layu permanen.
4. Udara (25%)\
Kandungan udara di dalam tanah memungkinkan mikroorganisme
tanah dapat hidup dan melakukan metabolisme. Komponen penyusun
tanah satu ini menempati sekitar 25% dari volume keseluruhan tanah.
Sifat keberadaan udara dalam tanah yang dinamis memungkinkan ia
dapat terdorong keluar tanah saat kandungan air tanah meningkat.
2.2 Hubungan Antar Fase

Hubungan antar fase:

Porositas =Volume rongga/ volume total => n = Vv/Vt

Void ratio = volume rongga/volume solid => e = Vv/Vs

Jadi hubungan antara e dengan n adalah


n = Vv/Vt= Vv/(Vs+Vv) = (Vv/Vs)/(Vs/Vs + Vv/Vs) = e/(1+e)

n = e/(1+e) ; e = n/(1-n)

derajat kejenuhan = volume air / volume rongga => S=Vw/Vv

jadi untuk tanah jenuh S=1 dan untuk tanah kering S=0

Kadar air = berat air/berat solid => = Ww/Ws

Berat volume = berat / volume => = W/V

Berat volume kering = berat solid / volume => d =Ws/V

d= (Ws/Vs)/(V/Vs) = s/(Vs/vs +Vv/Vs) = s/(1+e)

Specifik gravity = berat volume solid / berat volume air => Gs=s/w

s/w = (Ws/Vs)/(Ww/Vw) = (Ws/Ww)(Vw/Vs) = (1/)(Vw/Vv)(Vv/Vs) =


(S.e)/

Klasifikasi tanah :

a. Gravel (4,75 mm 75 mm)


b. Sand (0,075mm 4,75 mm) (saringan no 200
saringan no 4)
c. Silt (0,005mm 0,075)
d. Clay (0,001mm 0,002)

Batas Atterberg
a. Shrinkage Limt : batas antara solid dengan semi solid
b. Plastic Limit : Batas antara semi solid denga plastis
c. Liquid Limit : Batas antara plastis dengan liquid
Plasticity Index : Liquid Limit Plastic Limit
Activity of Clay = Plastic limit / % berat Clay

2.3 Contoh Penggunaan Hubungan Antarfase


Contoh 1
Hasil pengukuran yang diperoleh dari contoh tanah lempung jenuh adalah
sebagai berikut:
Ketinggian = 80 mm = 8,0 cm
Diameter = 63 mm = 6,3 cm
Berat = 425,0 gram
Berat setelah dikeringkan = 275,2 gram

Tentukan berat satuan tanah, kadar air, angka pori, dan berat jenis.

(63)
Volume contoh = V = 80 = 249,379 = 249,4 2
4

425
Kepadatan total = = 1,704 103 /3 = 1,704 /3 =
249,379

1704 /3

9,81
dan berat satuan tanah = 1704 9,81 /3 = 1704 1000 /3 =

16,72 /3
Berat air = 425 275,2 = 149,8

149,8
sehingga kadar air menjadi = 275,2 = 0,544 = 54,4%

Volume air = 149,8 1 3 = 149,8 3 = volume rongga (karena jenuh)

Volume butiran = 249,4 149,8 = 99,63

149,8
Angka pori = = 1,504
99,6

275,2
Kepadatan butiran = = 2,76 gram/cm3
99,6

sehingga berat jenis = 2,76 gram/cm3 / 1,00 gram/cm3= 2,76

2.4 Pengukuran Sifat Dasar Tanah


Berat Satuan Tanah
Nilai berat satuan tanah bisa diperoleh dilapangan atau
dilaboratorium. Caranya sederhana, yaitu menentukan berat pada volume
yang diketahui.
Cara laboratorium
untuk menetukan berat satuan tanah dilaboratorium, dibutuhkan contoh
tanah asli artinya tanah diambil dari bawah yang masih memiliki sifat
aslinya. Pengambilan contoh asli pada tanah lempung, tetapi tidak pada
pasir atau kerikil.
Cara Lapangan
cara yang paling sederhana adalah dengan menggunakan tabung
contoh agar volumenya dapat dihitung dengan mudah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanah dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan. Pelapukan
fisika terdiri atas dua jenis. Jenis pertama adalah penghancuran disebabkan
terutama oleh pembasahan dan pengeringan terus-menerus ataupun pengaruh
salju dan es. Jenis kedua adalah pengikisan, akibat air, angin, ataupun es
(glacier).

Sedangkan pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan


karbondioksida. Proses kimiawi ini mengubah mineral yang terkandung dalam
batuan menjadi jenis mineral lain yang sangat berbeda sifatnya. Mineral baru
ini disebut mineral lempung (clay minerals).

B. Soal:
1. Pada kondisi di lapangan, tanah mempunyai volume = 10 cm3 dan berat basah
tanah = 18 gr. Berat tanah kering oven = 16 gr, jika berat jenis tanah (Gs)=
2,71. Hitung kadar air, berat volume basah, berat volume kering, angka pori,
porositas dan derajat kejenuhannya. (Dianggap berat volume air= 1 gr/cm3).

Penyelesaian:

1816
Kadar air (w) = = = 100% =12,5%
16

18
Berat volume basah () = = 10 =1,8gr/cm3

16
Berat volume keering ( ) = = 10 = 1,6gr/cm3

16
Angka pori () = = . = 2,711 = 5,90cm3

= = 105,90 = 4,10 cm3


4,10
= = 5,90 = 0,69

0,69
Porositas () = 1+ = 1+0,69 = 0,41

1816
Derajat Kejenuhan ( ) = = = = 2cm3
1

2
= 4,10 100% = 49%

2. Suatu tanah mempunyai nilai = 0,75, = 22% dan = 2,66. Hitung


porositas, berat volume basah, berat volume kering dan derajat kejenuhan.
Gunakan system BS (satuan inggris)

Penyelesaian:

0,75
Porositas () = 1+ = 1+0,75 = 0,43

(1+).. (1+0,22).2,66.62,4
Berat volume basah () = = = 115,7/ 3
1+ 1+0,75

. 2,66.62,4
Berat volume keering ( ) = = = 94,9/ 3
1+ 1+0,75

. 0,22.2,66
Derajat Kejenuhan ( ) = = 100 = 78%
0,75

3. Data dari pengujian dilaboratorium pada benda uji jenuh menghasilkan angka
pori = 0,45 dan berat jenis = 2,65. Untuk keadaan ini, tentukan berat
volume basah ( ) dan kadar airnya ().

Penyelesaian:

Benda uji dalam kondisi jenuh. jadi, seluruh ruang pori terisi dengan air.


= = 0,45

Tapi dan belum diketahui, dengan menganggap = 1, maka untuk
kondisi jenuh:

= = . =

= + . = 1+(0,45x1) = 1,45 m3

= . . = 1x2,65x1 = 2,65 ton

= . = 0,45x 1= 0,45 ton

= . = 2,65+0,45=3,1 ton

3.1
= = = 2,14/3
1,45

0,45
= = = 17%
2,65

Jadi, tanah ini mempunyai berat volume basah ( ) = 2,4 t/m3 dan kadar
air () = 17%

4. Dilakukan uji batas susut pada suatu tanah dimana mineral lempung yang
paling dominan dikandungannya adalah illite. Hasil pengujian yang didapat
adalah:

m1= 44,6 gr Vi= 16,2 cm2

m2= 32,8 gr Vf= 10,8 cm2

Hitunglah batas susut tanah tersebut.

Penyelesaian:
m1 m2 ( )
SL = ( ) 100 [ ] 100
m2 m2

Dengan memasukkan data uji kedalam persamaan, didapat:

44,632,8 (16,210,8)1
SL = ( ) 100 [ ] 100
32,8 32,8

SL= 35,916,46

= 19,50

5. Pada kondisi asli di lapangan, tanah mempunyai volume 10 cm3 dan berat
basah 18 gram. Berat tanah kering oven adalah 16 gram. Jika berat jenis
tanah 2,71, hitung berat volume basah, berat volume kering, angka pori, dan
derajat kejenuhannya.
Penyelesaian :

18
Berat volume basah ( ) = = = 1,8 gram/cm3
10

16
Berat volume kering ( ) = = 10 = 1,60 gram/cm3

16
Angka pori = . = 2,711 = 5,90 cm3

= = 10 5,90 = 4,10 gram/cm3

4,10
= 5,90 = 0,69


Derajat kejenuhan =

1816
= = = 2 cm3
1

2
jadi, = 4,10 = 0,4 = 49%
DAFTAR PUSTAKA

Laurence D. Wesley. 2010. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu.
Yogyakarta: Andi

http://www.sederhanagulo.com/cara-pelapukan-tanah-endapan-dan-tanah-
residu.html

http://mekanikatanah10.blogspot.co.id/2017/07/mineral-lempung.html

http://fyyfaacivil.blogspot.co.id/p/materi-mekanika-tanah-1.html

http://wenyra.blogspot.com/2012/03/faktor-pembentuk-tanah-topografi-dan.html

https://www.scribd.com/doc/87437827/Makalah-Mektan-I

https://ilmugeografi.com/geologi/proses-pelapukan

Anda mungkin juga menyukai