Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DI SUSUN
OLEH :

NAMA : SULTHAN MUZAFFARSYAH


NIM :

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KONSTRUKSI BANGUNAN AIR


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan kepada kita semua sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul “Bahan Perekat Hidrolis”
Selawat beriring salam tak lupa saya sanjungkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad SAW selaku Nabi dan Rasul terakhir yang membimbing manusia, mengajak
manusia untuk menganut agama tauhid yakni Agama Islam sekaligus menyempurnakan
akhlak manusia
Ucapan terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen
yang telah membimbing penulis dan teman-teman semua yang telah banyak membantu
dalam pembuatan makalah ini
Saya sangat mengharapkan kritikan dan saran serta soal-soal.yang bersifat positif
baik itu dari Bapak sendiri dan juga dari teman-teman semua, agar kedepannya menjadi
lebih baik, Amin ya rabbal alamin.

Wassalam

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah ...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2


2.1. Definisi Bahan Perekat .......................................................... 2
2.2 Jenis Jenis Bahan Perekat ....................................................... 2
A. Gips ................................................................................. 2
B. Kapur ............................................................................... 4
C. Puzzolan ........................................................................... 5
D. Semen Portland ................................................................ 5
E. Perekat Kayu ..................................................................... 7

BAB III KESIMPULAN ....................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana,
prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun
peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana
telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik
bangunan maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia
dalam perjalanan sejarahnya.
Bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam
perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan
atau yang menunjang dalam membuat suatu bangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan
tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya arsitektur, teknik sipil yang berkaitan dengan
bangunan.
Bahan Perekat merupakan komponen penting dalam konstruksi bangunan, dan
berpengaruh terhadap jalannya suatu pengerjaan kontruksi. Bahan dan materialnyapun
berbeda-beda. Terdapat agregat kasar dengan bahan perekat agregat.
Perekat digunakan untuk menyatukan bahan/ material-material yang ada dan
ditujukan untuk memperkuat bangunan, sehingga bangunan menjadi lebih kokoh, kuat.
Bahan perekat memiliki bermacam-macam jenis. Seperti bahan perekat hidrolis yang
dicampur dengan air, bahan perekat kayu seperti lignin, dan bahan perekat mortar dengan
beton.

1.2. Rumusan Masalah


1. Definisi Bahan Perekat Hidrolis
2. Jenis Bahan Perekat Hidrolis

1.3. Tujuan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bahan-bahan bangunan yang biasa
digunakan di dalam pekerjaan konstruksi bangunan.
.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bahan Perekat


Bahan perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka akan
membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut kembali dalam air.
Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat (lem) yang
berbasis air; dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener. Pada pekerjaan laminating
atau laminasi, bahan-bahan perekat di atas bisa diterapkan sangat kondisional sekali.
Artinya, bahwa bahan-bahan perekat tersebut bergantung pada beberapa hal, yaitu
bahan/kayu apa yang akan dilaminasi; di mana akan digunakan; dan seberapa besar
kekuatan yang harus dipikul oleh kayu tersebut.

2.2 Jenis-jenis Bahan Perekat


Jadi bahan perekat hidrolis akan bersifat sebagai perekat apabila berhubungan
dengan air. Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
2. Kapur padam
3. Puzzolan
4. Semen Portland
Selain itu ada pula bahan perekat mortar dan beton yang sering digunakan pada
permukaan beton maupun plester.
A. Gips
Gips merupakan jenis batuan endapan yang terbentuk secara kimiawi dari kapur dan
sulfat yang larut dalam tanah membentuk calsium sulfat (CaSO4). Gips yang dari alam
merupakan senyawa stabil berbentuk CaSO4 2 H2O. Air yang terkandung di dalam gips
itu bukan air bebas tetapi air yang bersatu dengan molekulnya sehingga sifat dari gips
alam adalah stabil. Apabila gips alam dipanasi pada suhu di atas 100°C, maka sebagian air
molekulnya terlepas dan membentuk CaSO4 ½ H2O yang biasa disebut gips hemihidrat
yang mempunyai sifat tidak stabil. Pada pelepasan 11/2 H2O nya menggunakan energi
panas tinggi yang tersimpan di dalam gips hemihydrat tersebut. Gips hemihydrat yang
bereaksi dengan air maka air molekul di dalam gips kembali ke jumlah semula seperti gips
alam. Akibat reaksi ini, panas yang tersimpan dalam gips hemihydrat akan dikeluarkan dan

2
molekul-molekul gips yang terpisah (karena pembakaran) bersatu kembali ke bentuk stabil
CaSO4 2 H2O. Ini berarti gips mengeras setelah diberi air dan dapat digunakan sebagai
adukan. Batuan gips (gips alam) yang dipanasi pada suhu di atas 200°C maka air hablur
yang terdapat di dalam batuan gips akan menguap dan gips akan sulit menarik air kembali.
Gips ini mempunyai sifat yang keras dan membatu dan tidak dapat digunakan sebagai
bahan perekat pada adukan. Gips ini disebut dengan gips anhidrat (CaSO4).
Proses Pembuatan Gips Hemihidrat
▪ Batuan gips dari alam dipanasi terlebih dahulu pada suhu ± 60°C – 65°C supaya
mudah digiling menjadi tepung gips.
▪ Tepung hasil gilingan kemudian dipanggang pada teromol berputar dengan suhu tidak
boleh lebih dai 170°C.
▪ Pemanggangan dilakukan selama 1 jam pada suhu tetap, kemudian diangkat dan
disimpan pada tempat kering.
▪ Tepung gips hasil pemanggangan digiling halus dan diayak sehingga kehalusannya
lolos pada saringan 170 mesh.
▪ Tepung gips yang sudah diayak disimpan pada tempat yang tertutup rapat.
▪ Gips hemihidrat yang digunakan sebagai adukan akan mengalami pengerasan dalam
waktu 5 – 10 menit.
Sifat-Sifat Gips
▪ Bila gips alam dipanasi pada suhu di atas 40ºC, maka air hablurnya mulai menguap.
▪ Bila gips alam dipanasi sampai suhu 130ºC - 170ºC, tidak semua air hablurnya
menguap sehingga gips mempunyai sifat cepat dapat menarik air kembali. Gips ini
disebut dengan gips hemihydrat. Gips jenis ini yang digunakan sebagai bahan perekat
hidrolis.
▪ Bila gips alam dipanasi di atas 200ºC semua air hablurnya menguap sehingga gips
berubah menjadi gips anhidrida yang tidak dapat menarik air dari luar (membatu)
sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan perekat.
Penggunaan Gips :
▪ Dalam bentuk gips alam, digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen yang
berguna untuk memperlambat proses pengerasan semen. Semen yang tidak dicampur
dengan gips alam pengerasan membutuhkan waktu 10 menit.Ditambahkan gips alam,
pengerasan semen menjadi kurang lebih 60 menit.

3
▪ Dalam bentuk gips hemihydrat, di bidang bangunan digunakan sebagai perekat untuk
membuat papan gypsum yang dicampur dengan serat, contohnya plafond.
B. Kapur
Zaman dahulu pembuatan kapur dilakukan dengan cara membakar batu kapur pada
tungku-tungku sederhana. Hasil pembakaran ini kemudian dicampur dengan air dan
terbentuklah bahan perekat.
Pada saat ini, kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian, industri kimia
pharmasi, industri baja, industri karet, industri kertas, industri gula, industri semen, dll.
a. Jenis-jenis Batu Kapur
Sifat-sifat batu kapur sangat dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya unsur-unsur
lain. Oleh karena itu jenis batu kapur dibedakan menurut kemurniaannya, yaitu :
a) Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsur lain < 5 %
b) Batu kapur Magnesia (CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 – 20 % magnesia
magnesium karbonat.
c) Batu kapur dolomite, bila mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi < 44 %.
d) Batu kapur hidrolis, bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri dari
alumina, silica dan besi.
e) Margel, batu kapur yang tercampur tanah liat didapat dalam bentuk gumpalan
lunak dan mudah terlepas. Batu kapur jenis ini biasanya digunakan sebagai bahan
dasar semen.
f) Marmer dan batu kapur padat. Batu kapur ini mengandung bermacam-macam
senyawa lain yang mengalami metamorphose sehingga mempunyai warna
bermacam-macam, bentuk kristal berbeda-beda dan keadaannya padat dan keras.
Untuk membedakan batu kapur dengan batuan lainnya dapat dilakukan dengan cara
meneteskan asam chloride (HCL) pada permukaan batuan tersebut. Asam chlorida akan
bereaksi dengan batu kapur, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2 HCL → CaCl2 + H2O + CO2 (gas)
b. Pengolahan Batu Kapur menjadi Kapur
Untuk menghasilkan 1 ton kapur tohor, secara teoritis diperlukan 1,79 ton batu
kapur kalsium atau 1,9 ton batu kapur magnesium. Tetapi dalam prakteknya diperlukan
minimal 2 ton batu kapur untuk menghasilkan kapur tohor. Hal ini tergantung dari jenis
tungku pembakar, efisiensi tungku, sifat batu kapur dan kecermatan dalam pelaksanaan
pembakaran dalam tungku.

4
c. Mutu dan sifat-sifat kapur
Mutu kapur yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi oleh : mutu dan
kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan pemadaman
kapur tohor.
Sifat-sifat penting yang menentukan mutu kapur adalah :
1) Prosentase bagian yang aktif dalam kapur, yaitu kadar CaO, SiO, Al2O3 dan MgO.
2) Kehalusan butiran. Kapur tidak boleh mengandung butiran kasar, yang biasanya
terdiri dari bagian kapur yang belum terbakar sempurna, terbakar lewat atau belum
terpadamkan.
3) Kekekalan bentuk adukan yang terbuat dari kapur tersebut.
4) Kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan adukan yang terbuat dari campuran
kapur, pasir dan air.
Mengenai mutu dan sifat kapur untuk banguunan dan pengujiannya tercantum
dalam SII 00244-80.

C. Puzzolan
Teras atau pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan
mineral deposit vulkanik.
Teras disebut juga dengan puzolan karena pertama kali ditemukan oleh bangsa
Roma kuno. Pada saat itu bangsa Roma kuno membuat bangunan menggunakan bahan
galian dari permukaan bumi yang merupakan campuran halus dari debu vulkanik yang
terdapat di dekat kota Puzzuoli. Oleh karena itu bangsa Roma menamakan bahan galian
tersebut dengan pozzolan. beras atau puzolan mengandung unsur silika, besi dan
aluminium yang tidak mempunyai sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan
bila dicampur dengan air dapat bereaksi dengan kalsiumhidroksida pada suhu ruangan dan
membentuk senyawa yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses pengerasan
dan setelah keras tidak larut dalam air.

D. Semen Portland
1. Semen abu-abu (Portland)
Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam

5
tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat
untuk memplester.
Karakteristik : berwarna abu-abu kebiruan
Asal Bahan : batu kapur (berkalsium tinggi) diolah dalam tanur bersuhu dan bertekanan
tinggi
Fungsi : Perekat untuk memplester
Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe, yaitu :
Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan dalam
konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen yang tahan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk membangun struktur
bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat mengeras.
Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus untuk
penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.
Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk digunakan
pada bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah atau di air yang tinggi kadar alkalinya.
2. Semen Putih
Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
Lebih murni dari semen abu
Fungsi : penyelesaian (pengisi)
Asal Bahan : kalsit limestone murni
3. Mixed & Fly Ash Cement
Fungsi : campuran beton agar lebih keras
Asal Bahan : semen abu, pozzolan buatan (fly ash)

Pasir
Pasir untuk konstruksi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pasir Beton
adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 – 5 mm.
Fungsi : pekerjaan cor-coran struktur (balok, kolom)

6
2. Pasir Pasang
Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang di bedakan dalam 2 jenis sebagai
berikut :
3. Pasir Gunung
Diperoleh dari hasil galian.
Karakteristik : kasar, tidak terlalu keras
Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur padam dan air
setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu massa padat dan sukar
dalam air).
4. Pasir Sungai
Diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan yang keras dan tajam,
pasir jenis ini butirannya cukup baik sehingga merupakan adukan yang baik untuk
pekerjaan pasangan.

E. Perekat Kayu
Sebagai contoh pekerjaan laminasi untuk pembuatan bahan dasar Gitar dari kayu
Aghatis yang akan dieksport ke Eropa/Amerika. Maka hal ini tidak akan berhasil jika
menggunakan bahan perekat (lem) berbasis air. Berdasarkan teori perekatan bahwa
perekatan ternyata memainkan peranan yang penting di dalam teknologi, mulai dari
merekat mainan anak-anak, alat-alat rumah tangga, mebel, dan konstruksi kayu hingga
alat-alat transportasi supersonik.
Pembagian bahan perekat dibagi menjadi beberapa bagian secara utama terdiri dari
bahan perekat alami dan bahan perekat alami. Bahan perekat alami berasal dari hewani,
tumbuhan, dan mineral. Beberapa bahan perekat yang berasal dari hewani adalah
Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue). Beberapa bahan perekat
yang berasal dari tumbuhan adalah Damar Alam, Arabic Gum, Protein, Starch, Dextrin,
dan Karet Alam. Beberapa bahan perekat yang berasal dari mineral adalah Silicate,
Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt.
Bahan pereket sintetis berasal dari Elastomer, Thermoplastic, dan Thermosetting.
Beberapa bahan perekat yang berasal dari Elastomer adalah Poly Chloropene, Poly
Urethane, Silicon Rubber, Polisoprene, Poly Sulphide, dan Butyl Rubber. Beberapa bahan
perekat yang berasal dari Thermoplastic adalah Ethyl Cellulose, Poly Vinyl Acetate, Poly
Vinyl Aalcohol, Poly Vinyl Chloride, Poly Acrylate, dan Hotmelt.

7
Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermosetting adalah Urea
Formaldehyde, Epoxy Polyamide, dan Phenol Formaldehyde.

1. Animal Glue
Secara umum jenis lem mini dikenal lem Kak. Bahan ini dibuat dari collagen
(suatu protein kulit binatang, tulang-tulang dan daging penyambung tulang). Keistimewaan
dari bahan ini adalah dapat larut dalam air panas, dan pada waktu pendinginan terjadi
pembekuan seperti agar-agar (jelly), sehingga lam ini dapat menghasilkan daya rekat
pertama yang cukup kuat. Pada pengeringan selanjutnya terjadilah daya rekat yang kuat.
Lem Kak ini terdapat dipasaran dalam bentuk granulate (butir-butir), potongan-potongan
dan lempengan.
2. Casein
Casein adalah zat protein yang terdapat dalam susu hewan (sapi) sebagai hasil
samping dari perusahaan keju. Larutan casein dalam bentuk pasta banyak digunakan pada
penempelan label kertas ke botol gelas. Keistimewaan dari lem casein ini ialah hasil
penempelannya bersifat tahan terhadap kelembaban dan juga tehan terhadap air, sehingga
jika botol terendam di dalam air kertas tidak akan lepas.
3. Starch dan Dextrin
Starch atau kanji adalah hasil dari tumbuhan, contoh yang kita jumpai ialah terbuat
dari tepung tapioka. Bahan ini sudah dikenal sejak dahulu sebagai bahan lem, ialah dengan
cara memasaknya dengan air. Dextrin adalah hasil modifokasi secara kimia dari kanji.
Kedua bahan ini banyak digunakan pada pembuatan kantong-kantong kertas, kotak-kotak
karton, dan lain-lain.
4. Poly Vinyl Acetate
Poly vinyl acetate atau disingkat PVAc adalah suatu resin (polymer) dari hasil
polimerisasi di mana sebagai bahan monomernya adalah vinyl acetate. Hasil dari
polimerisasi ini berbentuk disperse atau emulsi di dalam air, berwarna putih dan pasta.
Poly vinyl acetate dipakai secara meluas di bidang lem sejak tahun 1940 sebagai pengganti
dari lem Kak (animal glue) di industri perkayuan. PVAc sangat sesuai digunakan pada
mesin-mesin pembungkus yang berkecepatan tinggi. Juga, PVAc digunakan pada mesin-
mesin penjilid buku, kantong kertas, pembuatan sampul, dan lain-lain. Secara kimia poly
vinil acetate mempunyai gugus-gugus atom yang aktif sehingga ia dapat mengikat bahan-

8
bahan lain dengan cara hydrogen bonding maupun adsorpsi secara kimia.
5. Urea Formaldehide
Kemajuan yang dicapai dalam hal perekatan perkayuan ialah ditemukannya bahan
perekat sintetis pada tahun pertengahan 1930. Perekat sintatis ini ialah Phenol
Formaldehyde dan Urea Formaldehyde. Disebabkan lebih murah, maka Urea
Formaldehyde lebih banyak dipakai dibanding yang lainnya. Urea Formaldehyde banyak
dipakai pada pembuatan plywood. Pada pemakaiannya kadang-kadang dicampur dengan
tepung terigu untuk menjadikan hasil perekatan fleksibel. Resin dicampur dengan hardener
di dalam air kemudian ditambahkan tepung terigu sebagai pengisi dan kemudian zat
katalis. Adukan ini disebarkan ke permukaan lapisan kayu dengan rol spreader. Lapisan-
lapisan kayu tipis (vinir) yang telah dispread dengan lem urea ini kemudian disusun lapis
tiga (triplek) dan dipres dengan dipanaskan dengan steam selama 4 sampai 7 menit,
dengan temperature atau suhu dari steam antara 125 derajat hingga 140 derajat Celcius.

9
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diambil dari makalah ini bahwa bahan perekat dapat
terdiri dari bahan perekat hidrolis, bahan perekat kayu, maupun bahan perekat mortar dan
beton.
Bahan perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka akan
membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut kembali dalam air.
Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
Gips berfungsi dalam proses pengerasan,memperlambat pengerasan.
2. Kapur
Kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian,dan berbagai bidang industry seperti
industri kimia pharmasi, industri baja, dll.Dalam industry sangat dipengaruhi oleh : mutu
dan kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan
pemadaman kapur tohor.
3. Puzzolan
Pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan mineral deposit
vulkanik.
Puzolan mengandung unsur yang tidak mempunyai sifat penyemenan, tetapi dalam
bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan air membentuk senyawa yang mempunyai
sifat semen, yaitu mengalami proses pengerasan dan setelah keras tidak larut dalam air.
4. Semen
Semen merupakan salah satu komponen bahan perekat, untuk semen portlan sendiri
terbagi menjadi 5 tipe yaitu semen Portland jenis umum,tahan terhadap panas hidrasi
sedang, semen Portland kekuatan awal tinggi, semen Portland dengan panas hidrasi
rendah,dan semen portland tahan sulfat.
Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat (lem) yang
berbasis air; dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener.
Jenis jenis bahan perekat pada kayu diantaranya yaitu berasal dari hewani seperti
Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue), dan berasal dari tumbuhan
misal Damar Alam, Arabic Gum, Protein, Starch, Dextrin, dan Karet Alam. Beberapa
bahan perekat yang berasal dari mineral adalah Silicate, Magnesia, Litharge, Bitemen, dan
Asphalt.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ir.Rosman. 2007. Bahan Bangunan sebagai Dasar Pengetahuan. Bangun Cipta
Pustaka. Jakarta.

http://www.google.co.id/

http://deltacretindo.com/reference-lis-of-projects/g-bahan-perekat.html

http://basecretemortar.com/

http://bic.web.id/in/lain-lain/215-perekat-kayu-alami-tahan-air.html

http://bic.web.id/in/khusus/referensi.html

11

Anda mungkin juga menyukai