Anda di halaman 1dari 24

BAHAN PEREKAT HIDROLIK DAN SEMEN NON-

HIDROLIK TERMASUK SEMEN PCC

“Paper ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas Beton”

Disusun Oleh:

PUTRA ABHI ABDILLAH


BP 1801021008

Dosen pembimbing:

Mukhlis.,ST.,MT

Program studi DIII Teknik SIPIL

Jurusan Teknik SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PADANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahan Perekat merupakan komponen penting dalam konstruksi bangunan,


dan berpengaruh terhadap jalannya suatu pengerjaan kontruksi. Bahan dan
materialnyapun berbeda-beda. Terdapat agregat kasar dengan bahan perekat
agregat.

Perekat digunakan untuk menyatukan bahan/ material-material yang ada dan


ditujukan untuk memperkuat bangunan, sehingga bangunan menjadi lebih kokoh,
kuat.

Bahan perekat memiliki bermacam-macam jenis. Seperti bahan perekat


hidrolis yang dicampur dengan air, bahan perekat kayu seperti lignin, dan bahan
perekat mortar dengan beton.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bahan Perekat
Bahan perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka
akan membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut
kembali dalam air.

Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat
(lem) yang berbasis air; dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener. Pada
pekerjaan laminating atau laminasi, bahan-bahan perekat di atas bisa diterapkan
sangat kondisional sekali. Artinya, bahwa bahan-bahan perekat tersebut bergantung
pada beberapa hal, yaitu bahan/kayu apa yang akan dilaminasi; di mana akan
digunakan; dan seberapa besar kekuatan yang harus dipikul oleh kayu tersebut
2.2 Jenis-jenis Bahan Perekat
Jadi bahan perekat hidrolis akan bersifat sebagai perekat apabila
berhubungan dengan air. Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat

2. Kapur padam

3. Puzzolan

4. Semen Portland
Selain itu ada pula bahan perekat mortar dan beton yang sering digunakan
pada permukaan beton maupun plester.

A. Gips
Gips merupakan jenis batuan endapan yang terbentuk secara kimiawi dari kapur
dan sulfat yang larut dalam tanah membentuk calsium sulfat (CaSO4). Gips yang
dari alam merupakan senyawa stabil berbentuk CaSO4 2 H2O. Air yang
terkandung di dalam gips itu bukan air bebas tetapi air yang bersatu dengan
molekulnya sehingga sifat dari gips alam adalah stabil. Apabila gips alam dipanasi
pada suhu di atas 100°C, maka sebagian air molekulnya terlepas dan membentuk
CaSO4 ½ H2O yang biasa disebut gips hemihidrat yang mempunyai sifat tidak
stabil. Pada pelepasan 11/2 H2O nya menggunakan energi panas tinggi yang
tersimpan di dalam gips hemihydrat tersebut. Gips hemihydrat yang bereaksi
dengan air maka air molekul di dalam gips kembali ke jumlah semula seperti gips
alam. Akibat reaksi ini, panas yang tersimpan dalam gips hemihydrat akan
dikeluarkan dan molekul-molekul gips yang terpisah (karena pembakaran) bersatu
kembali ke bentuk stabil CaSO4 2 H2O. Ini berarti gips mengeras setelah diberi air
dan dapat digunakan sebagai adukan. Batuan gips (gips alam) yang dipanasi pada
suhu di atas 200°C maka air hablur yang terdapat di dalam batuan gips akan
menguap dan gips akan sulit menarik air kembali. Gips ini mempunyai sifat yang
keras dan membatu dan tidak dapat digunakan sebagai bahan perekat pada adukan.
Gips ini disebut dengan gips anhidrat (CaSO4).
Proses Pembuatan Gips Hemihidrat
 Batuan gips dari alam dipanasi terlebih dahulu pada suhu ± 60°C – 65°C
supaya mudah digiling menjadi tepung gips.
 Tepung hasil gilingan kemudian dipanggang pada teromol berputar dengan
suhu tidak boleh lebih dai 170°C.
 Pemanggangan dilakukan selama 1 jam pada suhu tetap, kemudian diangkat
dan disimpan pada tempat kering.
 Tepung gips hasil pemanggangan digiling halus dan diayak sehingga
kehalusannya lolos pada saringan 170 mesh.
 Tepung gips yang sudah diayak disimpan pada tempat yang tertutup rapat.
 Gips hemihidrat yang digunakan sebagai adukan akan mengalami pengerasan
dalam waktu 5 – 10 menit.
Sifat-Sifat Gips
 Bila gips alam dipanasi pada suhu di atas 40ºC, maka air hablurnya mulai
menguap.

 Bila gips alam dipanasi sampai suhu 130ºC - 170ºC, tidak semua air hablurnya
menguap sehingga gips mempunyai sifat cepat dapat menarik air kembali. Gips ini
disebut dengan gips hemihydrat. Gips jenis ini yang digunakan sebagai bahan
perekat hidrolis.
 Bila gips alam dipanasi di atas 200ºC semua air hablurnya menguap sehingga
gips berubah menjadi gips anhidrida yang tidak dapat menarik air dari luar
(membatu) sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan perekat.
Penggunaan Gips :

 Dalam bentuk gips alam, digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen
yang berguna untuk memperlambat proses pengerasan semen. Semen yang tidak
dicampur dengan gips alam pengerasan membutuhkan waktu 10
menit.Ditambahkan gips alam, pengerasan semen menjadi kurang lebih 60 menit.

 Dalam bentuk gips hemihydrat, di bidang bangunan digunakan sebagai perekat


untuk membuat papan gypsum yang dicampur dengan serat, contohnya plafond.

B. BAHAN PEREKAT NON HIDROLIK


Semen non-hidrolik dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi
dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Zaman dahulu pembuatan kapur dilakukan dengan cara membakar batu
kapur pada tungku-tungku sederhana. Hasil pembakaran ini kemudian dicampur
dengan air dan terbentuklah bahan perekat.
Pada saat ini, kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian, industri
kimia pharmasi, industri baja, industri karet, industri kertas, industri gula, industri
semen, dll.
a. Jenis-jenis Batu Kapur
Sifat-sifat batu kapur sangat dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya
unsur-unsur lain. Oleh karena itu jenis batu kapur dibedakan menurut
kemurniaannya, yaitu :
a) Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsur lain < 5 %
b) Batu kapur Magnesia (CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 – 20 % magnesia
magnesium karbonat.
c) Batu kapur dolomite, bila mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi < 44
%.
d) Batu kapur hidrolis, bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri dari
alumina, silica dan besi.
e) Margel, batu kapur yang tercampur tanah liat didapat dalam bentuk gumpalan
lunak dan mudah terlepas. Batu kapur jenis ini biasanya digunakan sebagai bahan
dasar semen.

f) Marmer dan batu kapur padat. Batu kapur ini mengandung bermacam-macam
senyawa lain yang mengalami metamorphose sehingga mempunyai warna
bermacam-macam, bentuk kristal berbeda-beda dan keadaannya padat dan keras.
Untuk membedakan batu kapur dengan batuan lainnya dapat dilakukan dengan
cara meneteskan asam chloride (HCL) pada permukaan batuan tersebut. Asam
chlorida akan bereaksi dengan batu kapur, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2 HCL → CaCl2 + H2O + CO2 (gas)
b. Pengolahan Batu Kapur menjadi Kapur
Untuk menghasilkan 1 ton kapur tohor, secara teoritis diperlukan 1,79 ton
batu kapur kalsium atau 1,9 ton batu kapur magnesium. Tetapi dalam prakteknya
diperlukan minimal 2 ton batu kapur untuk menghasilkan kapur tohor. Hal ini
tergantung dari jenis tungku pembakar, efisiensi tungku, sifat batu kapur dan
kecermatan dalam pelaksanaan pembakaran dalam tungku.

 Mutu dan sifat-sifat kapur


Mutu kapur yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi oleh : mutu
dan kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan
pemadaman kapur tohor.
Sifat-sifat penting yang menentukan mutu kapur adalah :
1) Prosentase bagian yang aktif dalam kapur, yaitu kadar CaO, SiO, Al2O3 dan
MgO.
2) Kehalusan butiran. Kapur tidak boleh mengandung butiran kasar, yang biasanya
terdiri dari bagian kapur yang belum terbakar sempurna, terbakar lewat atau belum
terpadamkan.
3) Kekekalan bentuk adukan yang terbuat dari kapur tersebut.
4) Kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan adukan yang terbuat dari campuran
kapur, pasir dan air.
Mengenai mutu dan sifat kapur untuk banguunan dan pengujiannya
tercantum dalam SII 00244-80.
C. Puzzolan
Teras atau pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari
pelapukan mineral deposit vulkanik.

Teras disebut juga dengan puzolan karena pertama kali ditemukan oleh bangsa
Roma kuno. Pada saat itu bangsa Roma kuno membuat bangunan menggunakan
bahan galian dari permukaan bumi yang merupakan campuran halus dari debu
vulkanik yang terdapat di dekat kota Puzzuoli. Oleh karena itu bangsa Roma
menamakan bahan galian tersebut dengan pozzolan. beras atau puzolan
mengandung unsur silika, besi dan aluminium yang tidak mempunyai sifat
penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan air dapat
bereaksi dengan kalsiumhidroksida pada suhu ruangan dan membentuk senyawa
yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses pengerasan dan setelah
keras tidak larut dalam air.
D. Semen Portland
Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester.
Karakteristik : berwarna abu-abu kebiruan
Asal Bahan :batu kapur (berkalsium tinggi) diolah dalam tanur
bersuhu dan bertekanan tinggi
Fungsi :Perekat untuk memplester

Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe, yaitu :
Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan
dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen yang
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk membangun
struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat mengeras.
Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus untuk
penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.
Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk
digunakan pada bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah atau di air yang
tinggi kadar alkalinya.

Semen Putih

Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu
dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
Lebih murni dari semen abu
Fungsi : penyelesaian (pengisi)
Asal Bahan : kalsit limestone murni

Mixed & Fly Ash Cement


Fungsi : campuran beton agar lebih keras
Asal Bahan : semen abu, pozzolan buatan (fly ash)
Pasir
Pasir untuk konstruksi dibedakan menjadi 2, yaitu :
Pasir Beton

adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 – 5


mm.
Fungsi : pekerjaan cor-coran struktur (balok, kolom)
Pasir Pasang
Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang di bedakan dalam 2
jenis sebagai berikut :
Pasir Gunung
Diperoleh dari hasil galian.
Karakteristik : kasar, tidak terlalu keras
Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur
padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu
massa padat dan sukar dalam air).
Pasir Sungai
Diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan yang keras
dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik sehingga merupakan adukan yang
baik untuk pekerjaan pasangan.
Senyawa Kimia Pada Semen Portland

Senyawa Kimia Pada Semen Portland

Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen
portland, yaitu:

1. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.

2. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

3. Trikalsium Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di singkat menjadi C3A.

4. Tertrakalsium aluminoferrit (4CaO. AL2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.

Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/mengunci


ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat semen
dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi. Persenyawaan ini
dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa C3S
jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas. Panas tersebut akan
mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14. Senyawa C2S lebih
lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh terhadap semen setelah umur
7 hari. C2S memberikan ketahanan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan
mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas akibat lingkungan. Kedua
senyawa utama tadi membutuhkan air sekitar 21%-24% dari beratnya untuk
bereaksi. Senyawa C3S membebaskan kalsium hidroksida hampir tiga kali dari
yang dibebaskan oleh C2S. Jika kandungan C3S lebih banyak maka akan terbentuk
semen dengan kekuatan tekan awal yang tinggi dan panas hidrasi yang tinggi,
sebaliknya jika kandungan C2S lebih banyak maka akan terbentuk semen dengan
kekuatan tekan awal yang rendah dan ketahanan terhadap serangan kimia yang
tinggi. Senyawa ketiga, C3A, bereaksi secara exothermic dan beraksi sangat cepat,
memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. C3A bereaksi
dengan air yang jumlahnya sekitar 40% dari beratnya. Karena persentasinya dalam
semen yang kecil (sekitar 10%), maka pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi
menjadi kecil. Unsur ini sangat berpengamh pada nilai panas hidrasi tertinggi,
baik pada saat awal maupun pada saat pengerasan berikutnya yang sangat
panjang. Semen yang mengandung unsur C3A lebih dari 10% tidak akan tahan
terhadap serangan sulfat. Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan
sebagai bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat adalah
berapa banyak kandungan senyawa C3A-nya. Semen yang tahan sulfat harus
memiliki kandungan C3A tidak lebih dari 5%. Semen yang kandungan C3A-nya
tinggi, jika terkena sulfat yang terdapat pada air atau tanah akan mengeluarkan
C3A yang bereaksi dengan sulfat dan mengambang sehingga mengakibatkan
retak-retak pada betonnya (Cokrodimuldjo, 1992). Untuk struktur drainase yang
kandungan sulfatnya lebih tinggi dari normal, harus digunakan bahan campuran
beton yang tahan terhadap serangan sulfat. Semen yang akan digunakan harus
memiliki kandungan C3A sekitar 0.10%-0.20% (ACI 318-83:2-7). Semen portland
Tipe II biasanya mengandung C3A lebih kecil dari 8% (ASTM C-150). Untuk
struktur yang benar-benar akan terekspos serangan sulfat, sebaiknya digunakan
semen Tipe V, dimana kandungan C3A maksimumnya sekitar 5% (ACI.318-83:2-7).

Senyawa keempat, yakni C4AF, kurang begitu besar pengaruhnya terhadap


kekerasan semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan
kecil. Komposisi kandungan senyawa yang dibutuhkan dalam semen portland
menurut standar ASTM C-150 dapat dilihat pada Penjelasan

Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland

Trikalsium Silikat Dikalsium Silikat Trikalsium Tetrakalsium 3CaO.SiO2


2CaO.SiCO2 Aluminat Aluminofferit Atau Atau 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3Fe2O3. C3S
C2S Atau Atau C4AF C3A Penyemenan Kecepatan Baik Sedang Baik Lambat Buruk
Cepat Buruk Lambat Reaksi Pelepasan Panas Sedang Sedikit Banyak Sedikit Hidrasi
Dari uraian di atas nampak bahwa perbedaan persentasi senyawa kimia akan
menyebabkan perbedaan sifat semen. Kandungan senyawa yang terdapat dalam
semen akan membentuk karakter dan jenis semen. Peraturan Beton 1989
(SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya di halaman 1, membagi semen portland
menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03-.2) yaitu: Tipe I, semen portland yang
dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus sepertijenis-jenis
lainnya. Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Tipe III, semen portland
yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase
permulaan setelah pengikatan terjadi. Tipe IV, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. Tipe V, Semen portland
yang dalam penggunaaimya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Komposisi kimia dari kelima jenis semen tersebut dapat dilihat Penjelasan

Presentasi Komposisi Semen Portland

Komposisi Dalam Persen %

C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgQ Tipe I, Normal 49 25 12 8 2.9 0.8
2.4 Semen untuk semua Tujuan Tipe II, Modifikasi 46 29 6 12 2.8 0.6 3 Relatif
sedikit pelepasan panas, digunakan untuk struktur besar Tipe III, Kekuatan Awal
Tinggi 56 15 12 8 3.9 1.4 2.6 Mencapai kekuatan awal yang tinggi pada umur 3
hari Tipe IV, Panas

Hidrasi Rendah 30 46 5 13 2,9 0.3 2.7 Dipakai pada bendungan beton Tipe
V, Tahan Sulfat 43 36 4 12 2.7 0.4 1.6 Dipakai pada saluran dan struktur yang
diekspose terhadap sulfat. Dalam SII 0013-1981 dan Ulasan PB 1989, semen Tipe
I digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus. Semen Tipe II yang memiliki kadar C3A tidak lebih dari 8% digunakan
untuk konstruksi bangunan dan beton yang terns menerns berhubungan dengan air
kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertanam di dalam tanah yang
mengandung air agresif (garam-garam sutfat) dan saluran air buangan atau
bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa. Semen Tipe III, memiliki
kadar C3A serta C3S yang tinggi dan butirannya digiling sangat halus, sehingga
cepat mengalami proses hidrasi. Semen jenis ini dipergunakan pada daerah yang
bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai muslin dingin
(winter season). Semen Tipe IV mempunyai panas hidrasi yang rendah, kadar C3S-
nya dibatasi maksimum sekitar 35% dan kadar C3A-nya maksimum 5%. Semen
tipe ini digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar dan masif, umpamanya
untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
Semen Tipe V digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air
buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang
agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung sulfat dalam prosentase yang tinggi. Total alkali yang terkandung
dalam semen dalam campuran beton harus dibatasi sekitar 0.5%-0.6% (Stanton,
1940).

E. Bahan Perekat Kayu


Sebagai contoh pekerjaan laminasi untuk pembuatan bahan dasar Gitar dari
kayu Aghatis yang akan dieksport ke Eropa/Amerika. Maka hal ini tidak akan
berhasil jika menggunakan bahan perekat (lem) berbasis air. Mengapa demikian?
Berdasarkan teori perekatan bahwa perekatan ternyata memainkan peranan yang
penting di dalam teknologi, mulai dari merekat mainan anak-anak, alat-alat rumah
tangga, mebel, dan konstruksi kayu hingga alat-alat transportasi supersonik.
Pembagian bahan perekat dibagi menjadi beberapa bagian secara utama terdiri dari
bahan perekat alami dan bahan perekat alami. Bahan perekat alami berasal dari
hewani, tumbuhan, dan mineral. Beberapa bahan perekat yang berasal dari hewani
adalah Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue). Beberapa
bahan perekat yang berasal dari tumbuhan adalah Damar Alam, Arabic Gum,
Protein, Starch, Dextrin, dan Karet Alam. Beberapa bahan perekat yang berasal
dari mineral adalah Silicate, Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt.
Bahan pereket sintetis berasal dari Elastomer, Thermoplastic, dan
Thermosetting. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Elastomer adalah Poly
Chloropene, Poly Urethane, Silicon Rubber, Polisoprene, Poly Sulphide, dan Butyl
Rubber. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermoplastic adalah Ethyl
Cellulose, Poly Vinyl Acetate, Poly Vinyl Aalcohol, Poly Vinyl Chloride, Poly
Acrylate, dan Hotmelt. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermosetting
adalah Urea
Formaldehyde, Epoxy Polyamide, dan Phenol Formaldehyde.
A. Animal Glue
Secara umum jenis lem mini dikenal lem Kak. Bahan ini dibuat dari
collagen (suatu protein kulit binatang, tulang-tulang dan daging penyambung
tulang). Keistimewaan dari bahan ini adalah dapat larut dalam air panas, dan pada
waktu pendinginan terjadi pembekuan seperti agar-agar (jelly), sehingga lam ini
dapat menghasilkan daya rekat pertama yang cukup kuat. Pada pengeringan
selanjutnya terjadilah daya rekat yang kuat. Lem Kak ini terdapat dipasaran dalam
bentuk granulate (butir-butir), potongan-potongan dan lempengan.
B. Casein
Casein adalah zat protein yang terdapat dalam susu hewan (sapi) sebagai
hasil samping dari perusahaan keju. Larutan casein dalam bentuk pasta banyak
digunakan pada penempelan label kertas ke botol gelas. Keistimewaan dari lem
casein ini ialah hasil penempelannya bersifat tahan terhadap kelembaban dan juga
tehan terhadap air, sehingga jika botol terendam di dalam air kertas tidak akan
lepas.

C. Starch dan Dextrin


Starch atau kanji adalah hasil dari tumbuhan, contoh yang kita jumpai ialah
terbuat dari tepung tapioka. Bahan ini sudah dikenal sejak dahulu sebagai bahan
lem, ialah dengan cara memasaknya dengan air. Dextrin adalah hasil modifokasi
secara kimia dari kanji. Kedua bahan ini banyak digunakan pada pembuatan
kantong-kantong kertas, kotak-kotak karton, dan lain-lain.
D. Poly Vinyl Acetate
Poly vinyl acetate atau disingkat PVAc adalah suatu resin (polymer) dari
hasil polimerisasi di mana sebagai bahan monomernya adalah vinyl acetate. Hasil
dari polimerisasi ini berbentuk disperse atau emulsi di dalam air, berwarna putih
dan pasta. Poly vinyl acetate dipakai secara meluas di bidang lem sejak tahun 1940
sebagai pengganti dari lem Kak (animal glue) di industri perkayuan. PVAc sangat
sesuai digunakan pada mesin-mesin pembungkus yang berkecepatan tinggi. Juga,
PVAc digunakan pada mesin-mesin penjilid buku, kantong kertas, pembuatan
sampul, dan lain-lain. Secara kimia poly vinil acetate mempunyai gugus-gugus
atom yang aktif sehingga ia dapat mengikat bahan-bahan lain dengan cara
hydrogen bonding maupun adsorpsi secara kimia.
E. Urea Formaldehide
Kemajuan yang dicapai dalam hal perekatan perkayuan ialah ditemukannya
bahan perekat sintetis pada tahun pertengahan 1930. Perekat sintatis ini ialah
Phenol Formaldehyde dan Urea Formaldehyde. Disebabkan lebih murah, maka
Urea Formaldehyde lebih banyak dipakai dibanding yang lainnya. Urea
Formaldehyde banyak dipakai pada pembuatan plywood. Pada pemakaiannya
kadang-kadang dicampur dengan tepung terigu untuk menjadikan hasil perekatan
fleksibel. Resin dicampur dengan hardener di dalam air kemudian ditambahkan
tepung terigu sebagai pengisi dan kemudian zat katalis. Adukan ini disebarkan ke
permukaan lapisan kayu dengan rol spreader. Lapisan-lapisan kayu tipis (vinir)
yang telah dispread dengan lem urea ini kemudian disusun lapis tiga (triplek) dan
dipres dengan dipanaskan dengan steam selama 4 sampai 7 menit, dengan
temperature atau suhu dari steam antara 125 derajat hingga 140 derajat Celcius.
BAHAN PEREKAT MORTAR & BETON
Emolsion Acrylic yang berfungsi untuk bonding agent pada permukaan
beton,plester, atau permukaan yang porous. Untuk meningkatkan bonding antara
beton lama dengan yang baru diaplikasi. Bahan ini sangat cocok untuk pekerjaan
perbaikan.

Keunggulan
- Daya rekat tinggi terhadap permukaan beton, plester dan blok.
- Mudah dalam aplikasi, dengan menggunakan kuas atau roller.
- Dapat digunakan untuk penyambungan dan perbaikan yang menuntut
kekuatan
yang tinggi.
Kemasan :5 Kg
Daya sebar : 6 m2/kg

BAB III
KESIMPULAN
` Adapun kesimpulan yang diambil dari makalah ini bahwa bahan
perekat dapat terdiri dari bahan perekat hidrolis, bahan perekat kayu,
maupun bahan perekat mortar dan beton.
Bahan perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka
akan membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut
kembali dalam air.
Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
Gips berfungsi dalam proses pengerasan,memperlambat pengerasan.
2. Kapur
kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian,dan berbagai bidang
industry seperti industri kimia pharmasi, industri baja, dll.Dalam industry sangat
dipengaruhi oleh : mutu dan kemurnian batu kapur sebagai bahan baku,
kesempurnaan pembakaran dan pemadaman kapur tohor.
3. Puzzolan
Pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan
mineral deposit vulkanik.
puzolan mengandung unsur yang tidak mempunyai sifat penyemenan, tetapi
dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan air membentuk senyawa
yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses pengerasan dan setelah
keras tidak larut dalam air.
4. Semen
Semen merupakan salah satu komponen bahan perekat, untuk semen portlan
sendiri terbagi menjadi 5 tipe yaitu semen Portland jenis umum,tahan terhadap
panas hidrasi sedang, semen Portland kekuatan awal tinggi, semen Portland dengan
panas hidrasi rendah,dan semen portland tahan sulfat.
Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat
(lem) yang berbasis air; dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener.
Jenis jenis bahan perekat pada kayu diantaranya yaitu berasal dari hewani seperti
Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue), dan berasal dari
tumbuhan misal Damar Alam, Arabic Gum, Protein, Starch, Dextrin, dan Karet
Alam. Beberapa bahan perekat yang berasal dari mineral adalah Silicate,
Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt.
Selain diatas adapula bahan perekat mortar dan beton yang sering digunakan
pada permukaan beton dan plester atau untuk permukaan yang poros.Bahan ini
digunakan dalam upaya pengerjaan perbaikan untuk meningkatkan bonding yang
lama dengan yang baru.

BAB III
KESIMPULAN
` Adapun kesimpulan yang diambil dari makalah ini bahwa bahan
perekat dapat terdiri dari bahan perekat hidrolis, bahan perekat kayu,
maupun bahan perekat mortar dan beton.
Bahan perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka
akan membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut
kembali dalam air.
Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
Gips berfungsi dalam proses pengerasan,memperlambat pengerasan.
2. Kapur
kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian,dan berbagai bidang
industry seperti industri kimia pharmasi, industri baja, dll.Dalam industry sangat
dipengaruhi oleh : mutu dan kemurnian batu kapur sebagai bahan baku,
kesempurnaan pembakaran dan pemadaman kapur tohor.
3. Puzzolan
Pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan
mineral deposit vulkanik.
puzolan mengandung unsur yang tidak mempunyai sifat penyemenan, tetapi
dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan air membentuk senyawa
yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses pengerasan dan setelah
keras tidak larut dalam air.
4. Semen
Semen merupakan salah satu komponen bahan perekat, untuk semen portlan
sendiri terbagi menjadi 5 tipe yaitu semen Portland jenis umum,tahan terhadap
panas hidrasi sedang, semen Portland kekuatan awal tinggi, semen Portland dengan
panas hidrasi rendah,dan semen portland tahan sulfat.
Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat
(lem) yang berbasis air; dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener.
Jenis jenis bahan perekat pada kayu diantaranya yaitu berasal dari hewani seperti
Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue), dan berasal dari
tumbuhan misal Damar Alam, Arabic Gum, Protein, Starch, Dextrin, dan Karet
Alam. Beberapa bahan perekat yang berasal dari mineral adalah Silicate,
Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt.
Selain diatas adapula bahan perekat mortar dan beton yang sering digunakan
pada permukaan beton dan plester atau untuk permukaan yang poros.Bahan ini
digunakan dalam upaya pengerjaan perbaikan untuk meningkatkan bonding yang
lama dengan yang baru.
BAHAN PEREKAT HIDROLIK DAN SEMEN NON-
HIDROLIK TERMASUK SEMEN PCC

“Paper ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas Beton”

Disusun Oleh:

FAJRI IMAN MULIA


BP 1801022020

Dosen pembimbing:

Mukhlis.,ST.,MT

Program studi DIII Teknik SIPIL

Jurusan Teknik SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PADANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


BAHAN PEREKAT HIDROLIK DAN SEMEN NON-
HIDROLIK TERMASUK SEMEN PCC

“Paper ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas Beton”

Disusun Oleh:

HADRIZAL
BP 1801022032

Dosen pembimbing:

Mukhlis.,ST.,MT

Program studi DIII Teknik SIPIL

Jurusan Teknik SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PADANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai