Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INVESTIGASI

KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN


SIAK III
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR FORENSIK STRUKTUR

DOSEN PENGAMPU : DR. H. MUHAMMAD IKHSAN, S.T., M.SC.

KELOMPOK 1.
 DEWI PADILA ALI
 DWI YUNA SEPTIA HERDINI
 ANDIKA ALFARISI
 IRVAN ARIEF MAULANA
 ZALIMAH
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

KATA PENGANTAR

Puji syukut kami ucapakan kehadirta Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
kami diberi kesempatan untuk menyusun “Laporan Investigasi Kegagalan Struktur
Jembatan Siak III” tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Muhammad Ikhsan, S.T.,


M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Forensik Struktur yang telah
membimbing dalam melalukan proses identifikasi kegagalan pada struktur jembatan
ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Pekanbaru, 02 April 2022

Kelompok 1

ii
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

II. DESKRIPSI JEMBATAN ................................................................................................. 2

III. METODOLOGI ................................................................................................................. 3

3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................. 3

3.2 Bagan Alir ...................................................................................................................... 4

IV. BERITA TERKAIT KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III ..................... 5

V. HASIL PEMERIKSAAN ................................................................................................... 7

5.1 Data Teknis Struktur Jembatan ..................................................................................... 7

5.2 Hasil Pengamatan Visual .............................................................................................. 8

VI. ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN ........................................................................ 9

6.1 Teori Pendukung ............................................................................................................ 9

5.2 Pemodelan .................................................................................................................... 14

VII. KESIMPULAN ............................................................................................................. 19

LAMPIRAN ............................................................................................................................. 20

iii
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

I. PENDAHULUAN
Ketersediaan jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi sangat menunjang
kelancaran pergerakan lalu lintas pada daerah-daerah dan berpengaruh terhadap
terciptanya pengembangan wilayah secara terpadu dan menyeluruh. Mengingat
pentingnya peranan jembatan, maka harus ditinjau kelayakan konstruksi jembatan
tersebut, dalam hubungannya dengan klasifikasi jembatan sesuai dengan tingkat
pelayanan dan kemampuannya dalam menerima beban. Dalam kaitannya dengan
keselamatan maka perlu diperhatikan juga tingkat keamanan dan kenyamanan dalam
pemakaian jembatan tersebut.
Kerusakan komponen struktur dapat terjadi selama masa konstruksi maupun
setelah selesai masa konstruksi atau selama masa layan struktur, hal ini bisa terjadi
antara lain karena beberapa faktor diantaranya adalah beban berlebihan (overloading),
perencanaan yang tidak baik, penggunaan material yang tidak sesuai dengan
persyaratan, kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dan faktor lingkungan yang belum
diantisipasi sebelumnya.
Jembatan Siak 3 merupakan jembatan yang berada di Kota Pekanbaru. Jembatan
ini berdiri di atas Sungai Siak yang menghubungkan antara Kecamatan Rumbai dan
Kecamatan Senapelan.
Dua tahun setelah jembatan ini diresmikan oleh Gubernur Riau HM. Rusli Zainal
pada 3 Desember 2011 yaitu tahun 2013, ramai dibicarakan mengenai keamanan
jembatan siak 3 ini akibat adanya lendutan atau negative chamber yang terlihat oleh
mata secara langsung. Sehingga jembatan ini sempat ditutup sementara karena
kekhawatiran akan keamanan jembatan yang mengalami negative chamber ini. Hingga
saat ini, belum ada kesamaan pendapat mengenai bagaimana yang terjadi dan mengenai
tingkat keamanan jembatan tersebut. banyak sekali asumsi-asumsi tentang akibat
lendutan pada jembatan ini.
Untuk itu, tugas investigasi ini dibuat untuk memenuhi tugas besar mata kuliah
Pengantar Forensik Struktur dan sebagai pengamatan mahasiswa secara langsung
mengenai kasus-kasus pada bangunan dalam sudut pandang keteknikan sipil.

1
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

II. DESKRIPSI JEMBATAN


Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamyah atau biasa dikenal
dengan sebutan Jembatan Siak 3 merupakan jembatan yang dibangun sejak tahun 2001
dan selesai pada tahun 2011. Nama resmi Jembatan Siak 3 ini diambil dari nama Sultan
Siak Sri Indrapura yang pertama kali membuka daerah Senapelan yang kini menjadi
Kota Pekanbaru Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah merupakan figur
yang telah berhasil mengembangkan perdagangan di Kota Pekanbaru.
Pembangunan jembatan ini menghabiskan dana APBD Riau sebesar Rp.136,75
miliar selama 10 tahun penganggaran. Pembangunan jembatan ini awalnya
dilaksanakan kontraktor PT Rantau Bais Sawit Family pada tahun 2001 hingga 2007.
Kemudian pengerjaannya diambil alih oleh PT Waskita Karya sejak tahun 2008 hingga
2011.
Jembatan siak 3 ini dibangun dengan tujuan untuk mengurangi kepadatan lalu
lintas di sekitar daerah setempat, mengingat bahwa di daerah tersebut terdapat jembatan
yang selalu digunakan untuk penghubung daerah Senapelan dan daerah Rumbai yaitu
jembatan siak 1 yang usianya sudah lebih dari 30 tahun. Sehingga, pembangunan
jembatan Siak 3 ini nantinya dimaksudkan untuk mengurangi kendaraan yang melintasi
jembatan siak 1 tersebut dan beralih ke jembatan ini dengan mengingat usia jembatan
Siak 1 tersebut.
Jembatan Siak 3 dibangun dengan sistem jembatan pelengkung. Jembatan
pelengkung adalah jenis jembatan gelagar yang berbentuk kurva pelengkung. Struktur
pelengkung memiliki bentuk lengkung yang ditopang oleh penahan pada kedua sisinya.
Selain itu, jembatan pelengkung memiliki nilai lebih dalam segi arsitektur dan
memberikan kesan monumental.
Umumnya, desain pelengkung akan mengalihkan beban yang diterima lantai
kendaraan jembatan menuju abutment yang menjaga kedua sisi jembatan agar tidak
bergerak ke samping, sehingga desain jembatan pelengkung membutuhkan penahan
yang kuat pada kedua sisinya. Ketika menahan beban akibat beban sendiri dan beban
lalu lintas, setiap bagian pelengkung menerima gaya tekan. Semakin besar sudut
kelengkungannya maka pengaruh gaya tekan akan semakin kecil.

2
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

III. METODOLOGI
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan investigasi ini yaitu
sebagai berikut:
a. Metode Pengamatan dan praktek ke Lapangan
kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2022 sekitar pukul 14:00 sampai
dengan selesai. Hal-hal yang dilakukan meliputi; pengambilan gambar,
pemeriksaan dimensi profil dan lain sebagainya
b. Diskusi
Metode ini dilakukan dengan melakukan Tanya jawab dan sharing bersama dosen
pengampu perihal analisis dan asumsi penyebab-penyebab ketidaksempurnaan
struktur jembatan ini dan hal-hal yang berkaitan dengan forensik struktur
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi ini dilakukan dengan mengambil beberapa
foto terkait dengan pemeriksaan jembatan saat di lapangan
d. Metode Literatur
Metode dilakukan dengan cara pengumpulan data untuk mendapatkan tinjauan
pustaka dari berbagai sumber baik itu dari internet, berita, jurnal tentang hal yang
berhubungan dengan jembatan Siak 3
e. Analisis
Analisis yang dilakukan yaitu dengan bantuan aplikasi yaitu SAP 2000, dimana
aplikasi ini membantu untuk melihat dan dan menganalisis dalam segi struktur
jembatan ini
f. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan ini berisi hasil analisis, observasi dan tahap tahap metode diatas
yang disusun menjadi sebuah laporan investigasi

3
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

3.2 Bagan Alir

Mulai

Inspeksi ke Lapangan

Pengumpulan Bukti

Pengukuran/Testing

Pemodelan Stuktur

Eksperimen

Pada Struktur Pada Model


Sebenarmya

Kesimpulan

Selesai

4
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

IV. BERITA TERKAIT KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III


Hasil peninjauan Tim Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Riau,
menemukan kalau camber jembatan Siak III tersebut negatif, yakni melengkung dan
lentur ke bawah sebanyak 25-26 cm. LPJK juga menyatakan pihak kontraktor salah
dalam proses konstruksi Jembatan Siak III, yang menyebabkan bangunan yang baru
diresmikan itu melengkung ke bawah dan dipastikan mempengaruhi daya tahannya.
Disebutkan bahwa ini akibat pelaksanaan yang salah, yaitu terjadi pergeseran busur ke
arah horizontal sehingga terjadi perenggangan, namun kontraktor pada pelaksanaannya
memaksa untuk ditarik ke arah yang berlawanan sehingga melengkung bentuknya
seperti ular.
Berdasarkan uji frekuensi oleh Prof Dr Ir H Sugeng Wiyono MMT, pada seluruh
hanger Jembatan Siak III Pekanbaru, ada empat hanger (kebel) mengalami nilai
frekuensi sangat tinggi. Bila ini dibiarkan berlarut-larut, maka keempat hanger akan
terputus. Ia juga menilai, selain adanya pelengkung (tempat bergantung hanger, red)
juga agak turun. Disebutkan pula penyebabnya adalah kesalahan perencanaan dan
pelaksanaan di lapangan oleh kontraktor dimana perencanaan yang kurang cermat dan
kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan oleh kontraktor. Menurutnya jika dibiarkan,
maka akan terjadi musibah seperti jembatan Kukar.
Menurut Kepala Dinas PU Riau SF Hariyanto, dari hasil loading test yang
dilakukan beberapa waktu lalu, Jembatan Siak III berkekuatan 80 ton. Hasil
pengamatan di lapangan, kondisi jembatan saat ini tidak terjadi lagi penurunan dan
sudah berhenti. Menurutnya memang kalau dalam istilah bangunan ada sedikit cacat
dalam konstruksi jembatan. Tapi ini tidak membahayakan dan aman.
Menurut Ir. Roni Ardiansyah MT dalam artikel blognya disebutkan bahwa pada
jembatan Siak III beban lantai kendaraan bentang terpanjang dipikul oleh baja profil
yang berbentuk pelengkung, jadi kekuatan bentang tengah jembatan ini sangat
tergantung kepada kekuatan profil baja pelengkungnya. Profil baja pelengkung
biasanya sudah direncanakan dengan baik terhadap gaya tarik, tekan dan lentur, oleh
sebab itu sudah dapat dipastikan baja profil tersebut akan kuat terhadap tarik, tekan dan
lentur.

5
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

Hasil sidak Kementerian Perdagangan RI yang bekerjasama dengan Dinas Perindag


Kota Pekanbaru dan Riau pada 22 Desember 2010 menyatakan bahwa sebanyak 44.250
ribu batang atau lebih dari 70 persen baja tulangan beton (BTB) milik PT Jaya
Glassindo Abadi adalah baja polos dan non SNI. Ironisnya, PT Jaya Glassindo Abadi
merupakan perusahaan yang didapuk untuk mensuplai baja tulangan beton untuk
kebutuhan pembangunan jembatan Siak III.Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi
Kontraktor Seluruh Indonesia (AKSI) menilai pembangunan Jembatan Siak III gagal
konstruksi. Kementerian PU lalu menyatakan jembatan Siak III termasuk salah satu
jembatan yang berbahaya di Indonesia karena tidak sesuai dengan bestek
peruntukannya sebagai jembatan kategori A yang harus sanggup menanggung beban
maksimal 300 ton. Jembatan mengalami banyak kelemahan. Apalagi pada saat
pengujian kualitas proyek, jembatan hanya dijejali beban seberat 80 ton atau sebanyak
empat truk. Padahal seharusnya jembatan dengan kategori A yang diproyeksikan untuk
jangka waktu 50 tahun harus diuji kualitas dengan bebas 300 ton atau sebanyak 15 truk.
Jembatan Siak III mempunyai bentuk melintang sepanjang 120 meter. Dengan kondisi
itu, jembatan maksimal harus sanggup diuji beban sebesar 300 ton atau sekitar 15 truk.
INKINDO Wilayah Riau mengatakan tidak mengenal perusahaan yang menjadi
konsultan perencana dan konsultan pengawas pada proyek jembatan Siak III.
Berdasarkan beberapa informasi di atas, ada kecenderungan bahwa ada yang keliru
dalam proses pembangunan jembatan ini yang menyebabkan adanya negative chamber
dan penurunan pada struktur pelengkung. Hingga saat ini belum ada investigasi yang
mendalam mengenai apa yang menjadi penyebab kejadian tersebut.
Namun yang pasti adalah bahwa telah terjadi frekuensi sangat tinggi pada empat
hanger jembatan yang dianggap sebagai indikasi telah terjadi tegangan yang tinggi pada
hanger tersebut. Hal ini (Hipotesis pertama) bisa jadi masuk akal mengingat jika terjadi
lendutan maka itu berarti terjadi pertambahan panjang (regangan) pada hanger.
Perpanjangan yang berlebihan berarti telah terjadi gaya yang besar yang berdampak
pada tingginya tegangan yang terjadi pada hanger.
Jika melihat besaran lendutan sebesar 25-26 cm dan terlihat permanen, maka gaya
pada hanger diperkirakan telah pernah melewati batas leleh elastiknya. Seperti halnya
struktur baja lain, kondisi leleh adalah kondisi batas kekuatan struktur baja. Hal ini

6
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

berarti, keamanan struktur jembatan juga dinilai telah mencapai batas kekuatannya.
Hipotesa ini mungkin adalah pedoman bagi pihak yang menyatakan jembatan sudah
tidak aman.
Kemungkinan lain (hipotesa ke dua) adalah tidak dilakukan pre-chamber atau
kesalahan dalam menentukan pre-chamber atau kesalahan pelaksanaan proses
konstruksi yang mengakibatkan pre-chamber tidak sesuai rencana awal. Kesalahan ini
dapat berakibat tidak seragamnya penurunan yang terjadi setelah jembatan terbebani
sehingga terlihat ada section yang berbeda penurunannya. Akibat penurunan ini
menyebabkan perbedaan tegangan pada hanger bagian yang lendut dan yang tidak
lendut. Perbedaan tegangan jelas menyebabkan perbedaan frekuensi hanger. Mungkin
hipotesa kedua ini yang menjadi dasar pendapat bahwa jembatan tersebut masih aman
digunakan.
Namun apapun hipotesanya, pemerintah harus segera melakukan investigasi yang
menyeluruh terhadap segala kemungkinan hipotesis yang ada demi menjamin
keamanan infrastruktur yang digunakan oleh publik. Hal ini penting untuk menghindari
terjadinya musibah yang berpotensi menelan banyak korban seperti yang terjadi pada
keruntuhan jembatan Kukar di Kalimantan timur.

V. HASIL PEMERIKSAAN
5.1 Data Teknis Struktur Jembatan

1. Panjang total Jembatan : 520 m


2. Main Span : 100 m
3. Side Span : 35 m, pada masing masing sisi
4. Vehicle Clearance :5m
5. Tinggi Pylon tertinggi : 24 m
6. Tinggi Jembatan : 11 m (dari muka air)
7. Lebar jalur lalu lintas :9m
8. Lebar trotoar : 1 m (tiap sisi)
9. Lebar total jembatan : 11 m
10. Tipe struktur jembatan : Arch Bridge (Jembatan Pelengkung)
11. Material pelengkung : Rangka baja pelengkung

7
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

12. Material bentang pendekat : 4 steel box girder dan 8 steel girder
13. Jumlah Pylon : 19 buah
14. diameter pylon : 64 mm
15. Mutu Pylon : 345 MPa
16. Mutu Baja : 240 MPa
17. Jenis pondasi : Bor pile

5.2 Hasil Pengamatan Visual


Jika dilihat secara langsung dengan mata maka, struktur jembatan Siak 3 tidak
terlalu terlihat letak kesalahan dari jembatan ini, satu-satunya yang terlihat jelas
yaitu pada lantai jembatan terlihat lendutan yang sangat jelas dan cukup besar di
tengah bentang. Hal ini sesuai dengan dugaan dan hasil para peneliti sebelumnya
bahwa terdapat negative chamber pada tengah bentang jembatan siak 3 ini.
Berikut gambar yang menunjukkan lendutan atau negative chamber Jembatan
Siak III

Gambar 1. Lendutan pada Jembatan Siak III

8
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

VI. ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN


6.1 Teori Pendukung
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 dan PP 29 Tahun 2000, definisi
kegagalan bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan yang
tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum, sebagai akibat
kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi. Jembatan berfungsi sebagai prasarana untuk pergerakan arus lalu lintas.
Dengan demikian jembatan direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap
perpindahan kendaraan dari suatu tempat ketempat lain dengan waktu yang
sesingkat mungkin dengan persyaratan nyaman dan aman (comfortable and safe).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan (speed) adalah merupakan faktor yang
dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai apakah suatu jalan atau jembatan
mengalami kegagalan fungsi bangunan atau tidak.
Penyebab Kegagalan Struktur Jembatan :
a. Kegagalan Perencana
Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh:
1) Tidak mengikuti TOR,
2) Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku,
3) Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,
4) Kesalahan atau Kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data
perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi,
5) Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup dan akurat,
6) Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya
beban rencana) dalam perencanaan,
7) Terjadi kesalahan perhitungan aritmatik,
8) Kesalahan gambar rencana.
b. Kegagalan Pengawas
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :

9
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

1) Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,


2) Tidak mengikuti TOR,
3) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi,
4) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh
metode konstruksi yang benar,
5) Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.
c. Kegagalan Pelaksana
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
1) Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,
2) Salah mengartikan spesifikasi,
3) Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,
4) Tidak menggunakan material yang benar,
5) Salah membuat metode kerja,
6) Salah membuat gambar kerja,
7) Pemalsuan data profesi,
8) Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
d. Kegagalan Pengguna Bangunan
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
1) Penggunaan bangunan yang melebihi kapasitas rencana,
2) Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan rencana,
3) Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharaan
yang sudah ditetapkan,
4) Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya.
Penyebab Kegagalan dari segi structural
a. Bangunan Bawah
Pondasi adalah merupakan bagian yang paling penting dari bangunan
bawah struktur jembatan yang harus meneruskan beban kendaraan serta
bagian-bagian diatasnya ke lapisan tanah. Kegagalan bangunan bawah
(pilar atau abutmen) terjadi apabila keruntuhan atau amblasnya bangunan
bawah tersebut dan atau terjadi keretakan struktural yang berpengaruh

10
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

terhadap fungsi struktur bangunan atas. Kegagalan pondasi dibagi sesuai


dengan jenis pondasi yaitu :
1) Pondasi langsung, kegagalan pada pondasi langsung secara fisik dapat
terjadi apabila struktur tersebut mengalami : Amblas, berarti elevasi
pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada elevasi rencana\
Miring, berarti posisi pondasi langsung tersebut tidak sesuai dengan
posisi vertikal rencana Puntir, berarti terjadinya suatu amblas yang
disertai posisi miring yang tidak beraturan
2) Pondasi sumuran, kegagalan pondasi sumuran secara fisik sama
dengan pondasi langsung.
3) Pondasi tiang pancang beton / baja, kegagalan pondasi tiang pancang
beton atau baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut
mengalami : Amblas, berarti elevasi pondasi berada pada level yang
lebih rendah daripada elevasi rencana Patah, yaitu kondisi dimana
tidak ada kesatuan antara tiang bangunan bawah yang mengakibatkan
tiang pancang tidak berfungsi atau tiang pancang beton mengalami
retak struktural
b. Bangunan Atas
Kegagalan bangunan atas jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis
bangunan atas yaitu :
1) Retak Struktural Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur
adalah lebarnya dan kedalaman retak yang terjadi. Lebar retak yang
berlebihan, disamping akan secara langsung mengurangi kekuatan
struktur juga akan memberikan peluang udara dan air yang akan
mengakibatkan terjadinya korosi yang pada akhirnya juga mengurangi
kekuatan struktur. Maka oleh karena itu lebar maksimum dan
kedalaman retak harus dibatasi. Besarnya kedalaman maksimum retak
yang diizinkan adalah proporsional dengan tebal struktur itu sendiri.
2) Lendutan Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi
kekuatan struktur juga mempunyai dampak psikologis bagi si

11
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

pengendara. Besarnya lendutan maksimum yang diizinkan adalah


proporsional dengan bentang jembatan yang bersangkutan.
3) Getaran / Goyangan Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian
rupa, baik akibat angin maupun pergerakan lalu lintas disamping
sehingga masih memenuhi persyaratan baik dari segi stabilitas
struktur maupun dari kenyamanan si pengendara. Besarnya amplitudo
getaran maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan
bentang jembatan yang bersangkutan.
4) Kerusakan Lantai Kendaraan Kerusakan lantai kendaraan berupa
retak, terkelupas dan atau pecah akan berpengaruh secara langsung
terhadap riding quality lantai kendaraan yang menyebabkan
kenyamanan si pengendara akan berkurang. Maka luas kerusakan
dibatasi tidak boleh melebihi angka yang dipersyaratkan yaitu
persentase luas yang rusak terhadap suatu luas segmen yang ditinjau.
5) Tumpuan (Bearing) Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan
mempengaruhi sistem pendukungan tumpuan terhadap beban yang
pada akhirnya sistem distribusi beban berubah. Oleh sebab itu tingkat
kerusakan tumpuan ini harus dibatasi sehingga tidak sampai merubah
sistem pembebanan original. Besarnya tingkat kerusakan maksimum
yang diizinkan tergantung dari jenis tumpuan itu sendiri.
6) Expansion Joint Kerusakan expansion joint yang berupa robek atau
terkelupasnya joint sealantnya tidak terlalu berpengaruh terhadap
kekuatan struktur. Namun akan sangat berbahaya jika lubang yang
terjadi cukup besar yang dapat mengakibatkan bahaya bagi kendaraan
yang melaju dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu tingkat
kerusakan expansion joint ini harus sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan kepada pengendara kendaraan.

Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur


yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya
seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila ia

12
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang
direncanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu-layan bila
kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan kehilangan kemampuan layan
selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat
diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima keausan
dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan
tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
Setiap aksi yang dapat mempengaruhi kestabilan, kekuatan, dan
kemampuan-layan struktur, termasuk yang disebutkan di bawah ini, harus
diperhitungkan:
1) gerakan-gerakan pondasi;
2) perubahan temperatur;
3) deformasi aksial akibat ketaksesuaian ukuran;
4) pengaruh-pengaruh dinamis;
5) pembebanan pelaksanaan.
Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai
dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang
didukung oleh struktur tersebut. Batas lendutan maksimum diberikan pada tabel
berikut :

Komponen Struktur Dengan Beban Tidak Beban Tetap Beban


Terfaktor Sementara

Balok Pemikul Dinding Atau Finishing Yang L/360 -


Getas

Balok Biasa L/240 -

Kolom Dengan Analisis Orde Pertama Saja H/500 H/200

Kolom Dengan Analisis Orde Kedua H/300 H/200


Sumber : SNI 03 1729 2002

13
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

5.2 Pemodelan
Pemodelan dilakukan menggunakan perangkat lunak SAP 2000 Versi 22.
SAP2000 berfungsi untuk menganalisa semua jenis desain struktural. Analilsa desain
struktur meliputi struktur dasar sampai lanjutan, desain 2D sampai 3D, sampai
geometri yang dimodelkan berbasis object praktikal dan intuitif untuk
menyederhanakan proses engineering. Adapun tahapan dalam pemodelan
menggunakan SAP2000 sebagai berikut:
a) Menjalankan Aplikasi SAP2000

Gambar 2 Tampilan SAP2000


b) Pada bagian menu bar, pilih File → New Model → Grid Only

Gambar 3 New Model

14
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

c) Input Grid Data

Gambar 4 Input Grid Data


d) Input Material

Gambar 5 Input Material

15
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

e) Output Pemodelan

Gambar 6 Pemodelan
f) Input Beban yang akan diberikan pada struktur → Define Load Pattern → Define
Load Case

Gambar 7 Input Load Pattern

Gambar 8 Input Load Cases

16
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

g) Input Beban Merata Pada Model → Assign → Frame Load → Distributed

Gambar 9 Input Frame Load

Gambar 10 Distribusi Beban Merata

17
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

h) Input beban terpusat pada model → Assign → Joint Loads → Forced

Gambar 11 Distribusi Beban Terpusat

i) Melakukan Analisis Struktur → Analyze → Run Analysis


j) Menampilkan lendutan akibat berat sendiri struktur

U = -0.0046

Gambar 12 Berat Sendiri

k) Menampilkan lendutan akibat beban mati (merata dan terpusat)

Gambar 13 Beban Merata dan Terpusat


U = -0.0223

18
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

VII. KESIMPULAN
 Batas lendutan gelegar adalah L/360 dengan L adalah panjang bentang/gelegar. Di
mana nilai L/360 = 0,277 m.
 Berita terkait dan teori yang mendukung menyatakan bahwa memang terjadi lendutan
yang hampir mencapai batas toleransi, yaitu 25-26 cm
 Pada pemodelan yang dilakukan lendutan tidak mencapai sebagaimana yang
diberitakan, hal ini dikarenakan adanya human error atau kesalahan dalam perencanaan
model jembatan.
 Penggunaan aplikasi SAP2000 versi 22 tidak disarankan dalam melakukan analisis
struktur, dikarenakan sering terjadi error pada sitem aplikasi tersebut ketika di run
analysis, hal ini bisa menyebabkan model tidak bisa dianalisis sebagaimana mestinya.
 Pada tahap perencanaan, seharusnya jembatan dibangun dengan chamber positif.
Minimal 30 cm dari lendutan yang seharusnya. Hal ini bisa mengatasi terjadinya
lendutan atau penurunan jembatan.
 Adanya lendutan pada bagian jembatan menyebabkan hanger mengalami peregangan
sehingga kekuatannya bisa saja berkurang, sebagai solusi bisa dilakukan perkuatan
dengan penambahan hanger baru diantara hanger yang telah dipasang, dan bisa juga
ditambah hanger silang pada bagian jembatan yang mengalami lendutan besar.

19
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

LAMPIRAN

(Pengukuran dimensi jembatan)

20
IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN SIAK III KELOMPOK I

(Dokumentasi Kuliah Lapangan)

21

Anda mungkin juga menyukai