Anda di halaman 1dari 30

TUGAS STRUKTUR BETON BERTULANG II

PENGAMATAN PROYEK GEDUNG PARKIR RUMAH SAKIT ROEMANI

Dosen Pembimbing :
Yulita Arni Priastiwi, ST., MT

Disusun Oleh :
Kelompok 13
Kelas C

ANDRIAN FAJAR SAPUTRA 21010116140155


BAGUS PANJI PAMUNGKAS 21010117130103
CHIKA DIAZ ISTIQOMAH A. P. 21010116130203
HAPSARI WILDANINGRUM 21010116140137
MUHAMMAD HELMI FALAH 21010117140099
WISNU AJI PRASETYO 21010116140192

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pengamatan
Proyek Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Struktur Beton Bertulang II.

Penyusun menyadari bahwa penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Yulita Arni Priastiwi, ST., MT selaku Dosen pengampu mata kuliah Struktur Beton
Bertulang II kelas C
2. Dosen Struktur Beton Bertulang II.
3. Keluarga di rumah yang telah memberikan dukungan dan doa kepada kami.
4. Teman – teman kelompok 11 yang telah membantu menyelesaikan Penulisan laporan
ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak sepenuhnya sempurna dan tidak mungkin
lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan guna penyempurnaan laporan ini.

Semarang, 2 November 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di
seluruh dunia, artinya Indonesia dinilai memiliki perkembangan penduduk yang sangat
pesat. Saat ini jumlah penduduk Indonesia lebih dari 268 juta jiwa yang sebagian besarnya
berada di kota-kota besar di Indonesia. kota Semarang memiliki jumlah penduduk yang
setiap tahunya mengalami peningkatan, semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Semarang akan meningkatnya pula volume kendaraan di kota semarang, yang
mengakibatkan kemacetan yang terjadi di jalan.hal itu juga dipengaruhi oleh kurangnya
ketersediaan lahan parkir sehingga kendaraan banyak parkir di tepi – tepi jalan, hal itu lah
yang menjadi faktor kemacetan di kota Semarang. Untuk itu diperlukan lahan parkir agar
tidak menghambat lajur lalu lintas.
Keterbatasan lahan merupakan salah satu faktor yang memperlambat pemenuhan
kebutuhan akan lahan parkir. Dengan volume lalu lintas yang semakin meningkat dan
lahan yang semakin terbatas, memunculkan beberapa solusi agar pemenuhan angka
kebutuhan lahan parkir. Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Rumah
Sakit Roemani membangun Gedung parkir Lima Lantai guna memperlancar arus
kendaraan yang akan melewati di daerah rumah sakit tersebut .
Oleh karena itu, dengan dibangunnya Gedung Parkir di Rumah Sakit Roemani
diharapkan menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan tempat parkir, sekaligus juga
menjadikannya sebagai investasi jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum dari proyek pembangunan Gedung parkir rumah sakit
roemani ?
2. Bagaimana identifikasi elemen lentur dan axial dari proyek tersebut?
3. Apakah penulangan dan dimensi yang digunakan dalam proyek tersebut?
4. Apakah pembangunan yang dilakukan sesuai dengan SRPMK?
5. Bagaimana gambar teknik yang ada dalam proyek tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, laporan ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran umum dari proyek pembangunan gedung parkir rumah sakit
roemani.
2. Dapat mengidentifikasi elemen lentur dan axial dari proyek tersebut.
3. Mengetahui penulangan dan dimensi yang digunakan dalam proyek tersebut.
4. Mengetahui pembangunan yang dilakukan sesuai dengan SRPMK atau belum.
5. Mengetahui gambar teknik yang ada dalam proyek tersebut.

1.4 Manfaat Penulisan


Secara rinci, manfaat dari observasi di proyek pembangunan gedung parkir rumah sakit
roemani ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan sistem struktur dalam
perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang konstruksi gedung dan manajemen
ilmunya yang dapat digunakan oleh oleh civitas akademika perguruan tinggi.
2. Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan selama observasi proyek dapat menjadi
bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan di masa
yang akan datang serta dalam upaya membentuk jaringan hubungan antara perguruan
tinggi dan perusahaan.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang dunia kerja cabang
Teknik Sipil dan kenyataan yang ada sehingga nantinya diharapkan mampu
menerapkan ilmu yang telah didapat dalam pembangunan konstruksi

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan ini, penulis menerapkan beberapa metode pengumpulan data antara
lain :
1. Data Primer
a. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung dilakukan terhadap pekerjaan yang saat ini sedang
dilaksanakan yaitu pekerjaan struktur atas . Data yang dihasilkan sangat menunjang
pemahaman terhadap data-data tertulis dari pekerjaan tersebut. Pengamatan
langsung yang dilakukan oleh mahasiswa juga membantu mengetahui tahapan-
tahapan dari pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.
b. Bertanya Langsung
Metode bertanya langsung ini diperoleh dengan melakukan tanya jawab
dengan pihak proyek/ project office yang bersangkutan dengan maksud untuk
memperjelas data-data yang dihasilkan dari pengamatan. Terutama mengenai hal-
hal praktis yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang muncul di
lapangan.
2. Metode Studi Pustaka
Studi Pustaka dipergunakan sebagai referensi dalam penyusunan Laporan Kerja
Praktik. Dengan berbagai macam literatur, mahasiswa dapat membandingkan dalam
menganalisis hal-hal atau permasalahan yang timbul pada pelaksanaan pekerjaan
tersebut. Mahasiswa juga dapat menggunakan referensi dari internet dalam bentuk e-
book, karya tulis ilmiah, skripsi, jurnal dan sumber lainnya untuk menambah materi
atau informasi yang berguna dalam penyusunan laporan kerja praktik

1.6 Deskripsi Proyek


1. Lokasi Proyek
Proyek pembangunan gedung parkir RS Roemani Muhammadiyah Semarang
yang berlokasikan di Jl. Wonodri Baru Raya No.22 Kecamatan Semarang Selatan,
Kota Semarang, Jawa Tengah Kode Pos 50224 memiliki lokasi yang sangat strategis
dari pusat kota Semarang. Dan juga tentunya tempat dan akses ke lokasi Rumah
Sakit sangat mudah untuk dijangkau baik dari pusat kota Semarang maupun yang
ada di daerah Semarang Selatan. Lokasi proyek pembangunan gedung parker RS
Roemani ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 1.1 Lokasi Proyek
Adapun data administrasi dari proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah
Sakit Roemani Semarang adalah:
1. Nama Proyek : Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani Pemilik Proyek
: Rumah Sakit Roemani
2. Lokasi Proyek : Jl. Wonodri No 22 Semarang
3. Konsultan MK : perorangn, dipilih langsung oleh pihak owner
4. Konsultan Arsitek : PT. Mendisain Dadi Sempurna
5. Konsultan Struktur : PT. Mendisain Dadi Sempurna
6. Konsultan ME : PT. Mendisain Dadi Sempurna
7. Kontraktor Utama : PT. Eraguna Bumi Nusa
8. Sistem Kontrak : Lump Sum
9. Nilai Kontrak : ± Rp 25.000.000.000
10. Waktu Pelaksanaan : 330 Hari
11. Masa Pemeliharaan : 180 Hari
2. Data Teknis Proyek
Adapun data teknik dari proyek Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani Semarang
adalah:
1. Luas Tanah : 2.118 m2
2. Luas Bangunan : 6.677,718 m2
3. Ketinggian Per Lantai : bisa dilihat dari table dibawah ini
Tabel 1.1 Ketinggian Gedung Per Lantai

Lantai Elevasi Ketinggian


(m) (m)

Basement 0.00 3.50

Lantai 1 3.50 310

Lantai 2 6.60 310

Lantai 3 9.70 310

Lantai 4 12.80 310

Lantai 5 15.90 310

4. Kolom
a. Jenis Struktur : Beton Bertulang
b. Mutu Beton : Lt Basement (K-350)
Lt. 1 – Lt. 5 (K-350)
5. Balok
a. Jenis Struktur : Beton Bertulang
b. Mutu Beton : Lt Basement 3 – Lt. 4 (K-350)
Lt. 5 – Lt. 24 (K-350)
6. Pelat
a. Jenis Struktur : Beton Bertulang
b. Mutu Beton : Lt Basement 3 – Lt. 4 (K-350)
Lt. 5 – Lt. 24 (K-350)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Balok


Balok merupakan salah satu bagian dari struktur sebuah bangunan yang kaku. Elemen
yang satu ini khusus dirancang supaya dapat menanggung serta mentransfer beban menuju
elemen-elemen kolom penopang lainnya.
Tidak hanya sekedar itu itu ring pada balok juga memiliki berfungsi sebagai pengikat
kolom-kolom. Hal ini dilakukan supaya jika terjadi pergerakan pada kolom-kolom di
sebuah bangunan, kolom-kolom masih bisa tetap bersatu serta mempertahankan bentuk dan
posisinya seperti sedia kala.
Hal lain yang mesti diketahui adalah ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan
kolomnya. Itu juga akan membuat hubungan ring balok dengan kolom itu bersifat kaku
serta tidak mudah untuk berubah bentuk. Pola gaya pada sebuah bangunan yang dibuat jika
tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung atau defleksi, maka harus ditahan
oleh kekuatan internal material.
Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah
transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya
geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994). Balok merupakan elemen struktural yang
menyalurkan beban-beban dari pelat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada
umumnya balok dicor secara monolit dengan pelat dan secara struktural dipasang tulangan
dibagian bawah atau di bagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok
adalah tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral
(Wahyudi L dan Rahim, 1999).
Apabila balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya
momen lentur, maka akan terjadi deformasi (regangan) lentur pada balok tersebut. Pada
kejadian momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan regangan
tarik akan terjadi di bagian bawah penampang. Regangan tersebut akan mengakibatkan
tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan
tegangan tarik di bagian bawah (Dipohusodo, 1994).
Untuk memperhitungkan kemampuan kapasitas daya dukung komponen balok struktur
terlentur, sifat utama bahwa bahan beton kurang mampu menahan tegangan tarik akan
menjadi dasar pertimbangan Dengan cara memperkuat tulangan baja pada daerah dimana
tegangan tarik bekerja akan diperoleh balok yang mampu menahan lentur. Berikut ini
merupakan jenis-jenis balok.
1. Balok sederhana itu sendiri pada kolom di ujung-ujungnya bertumpu. Di mana, dengan
menggunakan satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Balok jenis
ini hampir sama seperti struktur statis lainnya. Nilai dari semua reaksi serta pergeseran
dan juga momen untuk balok sederhana itu sendiri tidak tergantung bentuk penampang
dan materialnya.
2. Kantilever merupakan salah satu jenis balok yang diproyeksikan atau struktur kaku
lainnya didukung hanya pada satu ujung tetap. Dalam arti lain, balok yang satu ini
berguna untuk menanggung beban di ujung yang tidak memiliki penyangga.
3. Balok teritisan merupakan salah satu ragam balok sederhana yang memiliki bentuk
memanjang. Balok yang satu ini melewati salah satu kolom tumpuannya.
4. Jenis balok yang satu ini disebut balok dengan ujung tetap karena dikaitkan kuat. Selain
itu, balok tersebut juga dibuat untuk menahan translasi dan rotasi. Pada umumnya,
ujung-ujung dari balok ini dikunci sedemikian kuat sehingga tidak bergerak ataupun
berotasi karena momen.
5. Bentangan tersuspensi merupakan salah satu jenis balok sederhana yang ditopang oleh
tritisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
6. Balok kontinu atau balok menerus ini memiliki bentuk yang memanjang secara
menerus serta melewati lebih dari dua kolom tumpuan. Hal ini dilakukan untuk
menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian
balok tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama pada bangunan.
Dalam dunia konstruksi memang banyak sekali jenis balok yang dapat digunakan. Anda
dapat menggunakan beberapa jenis balok yang juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
proyek pembangunan yang sedang dilakukan.

2.2 Fungsi Balok


Balok adalah elemen struktur yang berfungsi menyalurkan beban ke kolom. Balok
merupakan bagian dari struktur inti bangunan selain kolom dan pondasi. Sehingga
pengerjaannya harus dilakukan dengan baik. Fungsi utama balok beton adalah sebagai
berikut:
1. Menahan beban/gaya tekan pada bangunan.
2. Menutup baja tulangan agar tidak mudah berkarat.
3. Menahan gaya tarik, meskipun hal tersebut kuat terhadap gaya tekan.
4. Mencegah keretakan pada beton agar tidak melebar.

2.3 Definisi Kolom


Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya adalah menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral kecil. Apabila terjadi kegagalan pada kolom maka dapat berakibat
keruntuhan komponen struktur yang lain yang berhubungan dengannya atau bahkan terjadi
keruntuhan total pada keseluruhan struktur bangunan (Dipohusodo, 1994). Fungsi kolom
di dalam konstruksi adalah meneruskan beban dari sistem lantai ke pondasi. Apabila beban
pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi di seluruh tinggi kolom pada lokasi-
lokasi tulangan sengkang. Saat keadaan batas keruntuhan, selimut beton diluar sengkang
atau spiral akan lepas sehingga tulangan arah memanjangnya akan terlihat. Apabila
bebannya terus bertambah, maka terjadi keruntuhan dan tekuk lokal tulangan memanjang
(Nawy,1990)
Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu
bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan menghasilkan
rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan. Dalam
menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh
kolom dapat dianggap terjepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan
komponen struktur lainnya (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 10.8, hal 55).
Pada kondisi lapangan, sangat sedikit kolom yang hanya memikul beban aksial. Selain
beban aksial, kolom umumnya juga memikul momen lentur yang dapat terjadi akibat
kekangan ujung pada hubungan yang monolit antara balok dan kolom, beban lantai yang
tidak seimbang atau beban lateral seperti beban gempa dan angin.

2.4 Fungsi Kolom


Kolom sebagai struktur utama yang akan menahan beban sebanyak berat gedung dan
akan meneruskan langsung beban yang ditahan ke pondasi, banyaknya jumlah kolom dan
dimensi kolom akan berpengaruh penting pada pembangunan gedung dikarenakan
kapasitas kolom tertentu untuk menahan beban tertentu pada kondisi tertentu. Bangunan
yang dikerjakan akan terjaga kualitas bangunannya apabila pada saat pen design an pondasi
dan kolom tersebut diperhitungkan sesuai untuk menahan beban yang akan dipikul pada
masing masing kolom dan pondasi, maka dari itu penentuan dan desain kolom dan pondasi
itu sangat penting, karena merupakan salah satu item terpenting pada suatu bangunan
gedung dan bangunan lainnya.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan
dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh
beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
2.5 Kapasitas Kolom
Kapasitas dalam suatu struktur kolom yang mendapatkan beban aksial murni apabila
terjadi pada kolom yang menahan berat sentris pada penampang kolom. Dalam kondisi
seperti ini gaya dari luar yang masuk dan akan ditahan dapat diperhitungkan secara
matematis yang dirumuskan dalam persamaan

Dimana :
fc’ = kuat tekan beton (MPa)
Ag = luasan penampang pada kolom
Ast = total luasan tulangan
Fy = kuat tarik pada tulangan baja (MPa)
Namun untuk kekuatan yang dapat diperhitungkan dengan rumus di atas jarang diperoleh
oleh suatu kolom karena normalnya selalu mempunyai momen terhadap struktur kolom
yang bereaksi kapasitas pada kolom, momen akan terjadi apabila :
1. Tidak sentrisnya kolom satu dengan kolom yang lainnya.
2. Mengimbangi berat momen yang terjadi pada suatu balok.
3. Penulangan besi yang tidak sentris pada kolom.

2.6 Pembebanan
Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturan peraturan yang
berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi
berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam Tata Cara Perhitungan Untuk Bangunan
Gedung SK SNI 03-2847-2002. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu
menahan beban mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan
tersebut. Menurut buku pedoman Peraturan Pembebanan Indonesia untuk rumah dan
gedung 1983 (PPI 1983 hal 7, DPU 1983), pengertian dari beban-beban tersebut adalah :
1. Beban mati (Dead Load) adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian
(finishing), mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung. (PPIUG 1983, Pasal 1.0.1)
2. Beban hidup (Life Load) adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang berpindah, mesin mesin serta peralatan yang tidak merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan atap dan lantai
tersebut. (PPIUG 1983, Pasal 1.0.2)
3. Beban gempa (Earthquake Load) adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja
dalam gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa itu, maka yang diartikan dengan gempa disini adalah gaya-gaya dalam
struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa bumi. Pada saat
bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan
sehingga gempa bumi mempunyai kecenderungan menimbulkan gaya-gaya lateral
pada struktur (Schodek, 1992).
4. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih tekanan udara. Kecepatan angin dasar, V, yang
digunakan dalam menentukan beban angin desain di bangunan gedung dan struktur
lain harus ditentukan dan diasumsikan datang dari segala arah horizontal.
Kecepatan angin dasar harus diperbesar jika catatan atau pengalaman menunjukan
bahwa cepat angin lebih tinggi dari pada yang ditentukan. (SNI 1727-2013 pasal
26.5.1)
5. Beban hujan adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan hujan. Setiap bagian dari suatu atap harus dirancang mampu
menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul apabila sistem drainase primer
untuk bagian tersebut tertutup ditambah beban merata yang disebabkan oleh
kenaikan air di atas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran rencananya.
(SNI 1727:2013 pasal 8)
Elemen struktur utama dari bangunan ini terdiri dari balok, kolom, pelat lantai, dan plat
atap yang terbuat dari beton bertulang. Beton bertulang sangat kuat dalam menahan gaya
desak, tetapi lemah terhadap gaya tarikan, sehingga baja kuat terhadap tarikan. Beton
bertulang adalah gabungan logis dari dua jenis bahan yaitu beton polos yang memiliki
kekuatan tekan tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang rendah, dan batangan-batangan baja
yang ditanamkan di dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik yang diperlukan.
(Wang, C.K. dan Salmon, 1985)
2.7. Pengertian SRPMK
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) adalah desain struktur beton
bertulang dengan pendetailan yang menghasilkan struktur yang fleksibel (memiliki
daktilitas yang tinggi). Dengan pendetailan mengikuti ketentuan SRPMK, maka faktor
reduksi gaya gempa R dapat diambil sebesar 8, yang artinya bahwa gaya gempa rencana
hanya 1/8 dari gaya gempa untuk elastis desain (Pengambilan nilai R>1 artinya
mempertimbangkan post-elastic desain, yaitu struktur mengalami kelelehan tanpa
kegagalan fungsi).Ketentuan SRPMK dijelaskan dalam SNI 03-2847-2002 bab 23.3 yang
idem dengan ketentuan ACI 318-02.
SRPMK adalah suatu sistem rangka ruang dimana komponen–komponen struktur dan
join–joinnya dapat menahan gaya – gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial
untuk daerah resiko gempa tinggi (wilayah gempa 5 dan 6). Pada Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK), beban lateral dan beban gravitasi dipencarkan terhadap setiap
tingkat lantai yang didistribusikan kepada semua balok dan kolom dengan pendetailan
yang khusus di wilayah gempa tinggi. Analisis untuk struktur gedung simetris adalah
analisis gempa statik ekuivalen. Metode perencanaan meliputi struktur utama yaitu
pendimensian dan penulangan balok induk, kolom, dan hubungan balok kolom.

2.8. Kuat Lentur


Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan
untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya,
sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas.

2.9 Kuat Tekan Aksial


Kuat tekan aksial merupakan gaya yang menyebabkan suatu material memanjang
atau memendek dalam arah aksial. dimana : σ = Tegangan normal rata-rata. Tegangan
geser adalah tegangan yang diakibatkan oleh gaya/beban yang arahnya sejajar dengan
luasan permukaan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tulangan Balok dan Kolom
● Balok
Balok berguna untuk menyangga lantai yang terletak di atasnya. Selain itu, balok juga
dapat berperan sebagai penyalur momen menuju ke bagian kolom bangunan. Balok
mempunyai karakteristik utama yaitu lentur. Dengan sifat tersebut, balok merupakan
elemen bangunan yang dapat diandalkan untuk menangani gaya geser dan momen
lentur. Pendirian konstruksi balok pada bangunan umumnya mengadopsi konstruksi
balok beton bertulang. Pada pembangunan gedung parkir rumah sakit Roemani ini,
balok yang digunakan memiliki tipe disetiap beban berat yang dipikul. Berikut
merupakan tipe-tipe balok yang digunakan pada lantai 3:

TYPE BALOK BALOK G.3B


DIMENSI 40 X 60
POSISI TUMPUAN(1/4L) LAPANGAN(1/2L) TUMPUAN(1/4L)

TUL. ATAS 5 D22 3 D22 5 D22


TUL. BAWAH 5 D22 3 D22 5 D22
TUL. SENGKANG 2 D10-100 1,5 D10-150 2 D10-100
TUL. SAMPING 2 D13 2 D13 2 D13
TYPE BALOK BALOK G.2B
DIMENSI 40 X 70
POSISI TUMPUAN(1/4L) LAPANGAN(1/2L) TUMPUAN(1/4L)

TUL. ATAS 8 D22 3 D22 8 D22


TUL. BAWAH 4 D22 4 D22 4 D22
TUL. SENGKANG 2 D10-100 1,5 D10-150 2 D10-100
TUL. SAMPING 4 D13 4 D13 4 D13

TYPE BALOK BALOK TYPE G.4


DIMENSI 40 X 50
POSISI TUMPUAN(1/4L) LAPANGAN(1/2L) TUMPUAN(1/4L)

TUL. ATAS 5 D22 3 D22 5 D22


TUL. BAWAH 4 D22 4 D22 4 D22
TUL. SENGKANG 2 D10-100 1,5 D10-150 2 D10-100
TUL. SAMPING - - -
Gambar 3.1 Gambar Balok pada Proyek

● Kolom :
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Pada pembangunan
gedung parkir rumah sakit Roemani ini , kolom yang digunakan berbentuk tabung dang
perssegi memiliki tipe disetiap beban berat yang dipikul dengan tipe K1, K2, dan KB.
MUTU
TUL/TIPE K1
BAHAN
KOLOM
TUMPUAN(lo) LAPANGAN HBK

f’c = 25 MPa POTONGAN


Fy = 420 Mpa
(Tul. Lentur
DIMENSI 600x800
dan Geser)
TUL.POKOK 18D22 18D22 18D22
TUL. H 4kakiD13-100 4kakiD13-100 4kakiD13-100
GESER V 3kakiD13-100 3kakiD13-100 3kakiD13-100
MUTU
TUL/TIPE K2
BAHAN
KOLOM
TUMPUAN (lo) LAPANGAN HBK

f’c = 25
MPa
POTONGAN
Fy = 420
Mpa
(Tul.
DIMENSI 600x600
Lentur dan
TUL.POKOK 16D22 16D22 16D22
Geser)
TUL. H 4kakiD10-100 4kakiD10-150 3kakiD10-100
GESER V 4kakiD10-100 4kakiD10-150 3kakiD10-100

MUTU
TUL/TIPE KB
BAHAN
KOLOM
TUMPUAN(lo) LAPANGAN HBK

f’c = 25 MPa POTONGAN


Fy = 420 Mpa
(Tul. Lentur DIMENSI ø600
dan Geser) TUL.POKOK 10D22 10D22 10D22
TUL.
ø 10-100 ø 10-150 ø 10-100
GESER
Gambar 3.3 Gambar Kolom pada Proyek

3.3 Analisis Elemen Lentur


Sebuah komponen lentur bagian dari SRPMK harus memenuhi beberapa kriteria
dalam SNI 2847-2019 sebagai berikut :
a. Persyaratan dimensi penampang balok
Lebar penampang bw tidak kurang 0,3 kali tinggi penampang namun tidak boleh
diambil kurang dari 250 mm (bw ≥ 0,3h atau 250 mm).
Berdasar persyaratan diatas, balok yang ditinjau dilakukan analisa sebagai berikut :
● Balok G.3B
Lebar balok (b) = 400 mm
Tinggi balok (h) = 600 mm
b ≥ 0,3 h ; b ≥ 250 mm
400 ≥ 0,3 × 600 ; 400 ≥ 250
400 > 180 ; 400 ≥ 250
Jadi, balok G.3B memenuhi persyaratan dimensi penampang

● Balok G.2B
Lebar balok (b) = 400 mm
Tinggi balok (h) = 700 mm
b ≥ 0,3 h ; b ≥ 250 mm
400 ≥ 0,3 × 700 ; 400 ≥ 250
400 ≥ 210 ; 400 ≥ 250
Jadi, balok G.2B memenuhi persyaratan dimensi penampang

● Balok G.4
Lebar balok (b) = 400 mm
Tinggi balok (h) = 500 mm
b ≥ 0,3 h ; b ≥ 250 mm
400 ≥ 0,3 × 500 ; 400 ≥ 250
400 ≥ 150 ; 400 ≥ 250
Jadi, balok G.4 memenuhi persyaratan dimensi penampang

b. Persyaratan tulangan sengkang


Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari muka
tumpuan. Spasi sengkang tidak boleh melebihi :
1) d/4
2) 6d
3) 150 mm
Berdasar persyaratan diatas, balok yang ditinjau dilakukan analisa sebagai berikut :
● Balok G.3B
Tinggi efektif balok (d) = 559 mm
Jarak sengkang pada tumpuan (s) = 100 mm
Diameter tulangan lentur (db) = 22 mm
s ≤ d/4 ; s ≤ 6 db ; s ≤ 150
100 ≤ 559/4 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 150
100 ≤ 139,75 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 150
Jadi, balok G.3B memenuhi persyaratan tulangan sengkang

● Balok G.2B
Tinggi efektif balok (d) = 659 mm
Jarak sengkang pada tumpuan (s) = 100 mm
Diameter tulangan lentur (db) = 22 mm
s ≤ d/4 ; s ≤ 6 db ; s ≤ 150
100 ≤ 659/4 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 150
100 ≤ 164,75 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 150
Jadi, balok G.2B memenuhi persyaratan tulangan sengkang
● Balok G.4
Tinggi efektif balok (d) = 459 mm
Jarak sengkang pada tumpuan (s) = 100 mm
Diameter tulangan lentur (db) = 22 mm
s ≤ d/4 ; s ≤ 6 db ; s ≤ 150
100 ≤ 459/4 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 150
100 ≤ 114,75 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 150
Jadi, balok G.4 memenuhi persyaratan tulangan sengkang

Selain itu, kait pada tulangan sengkang perlu dibengkokkan sebesar 135o dengan
perpanjangan 6db. Syarat ini sudah sesuai dengan balok yang ditinjau di lapangan.

c. Persyaratan sambungan lewatan


Sambungan lewatan tidak boleh digunakan dalam joint, dalam jarak 2 HB dari muka
joint, serta di daerah dimana tulangan longitudinal leleh.
Berdasar persyaratan diatas, jika dilihat dari gambar maka dapat diketahui bahwa
sambungan lewatan balok yang ditinjau sudah sesuai dengan persyaratan karena
posisi sambungan lewatan berada di ¼ bentang dimana besar momen di titik tersebut
relatif lebih kecil sehingga tulangan longitudinal belum leleh dan panjang minimal
sambungan lewatan adalah 40 db.

Gambar 3.4 Detail Sambungan Lewatan


3.4 Analisis Elemen Lentur Axial
Sebuah komponen kolom bagian dari SRPMK harus memenuhi beberapa kriteria
dalam SNI 2847-2019 sebagai berikut :
a. Persyaratan penampang kolom
Ukuran penampang terkecil tidak kurang dari 300 mm dan perbandingan ukuran
dalam arah tegak lurus tidak kurang dari 0,4.

● Kolom K1
C1 = 600 mm ≥ 300 mm
C2 = 800 mm ≥ 300 mm
C1/C2 ≥ 0,4
600/800 ≥ 0,4
0,75 ≥ 0,4
Jadi, kolom K1 memenuhi persyaratan dimensi penampang kolom

● Kolom K2
C1 = 600 mm ≥ 300 mm
C2 = 600 mm ≥ 300 mm
Jadi, kolom K2 memenuhi persyaratan dimensi penampang kolom
● Kolom KB
d = 600 mm ≥ 300 mm
Jadi, kolom KB memenuhi persyaratan dimensi penampang kolom

b. Persyaratan rasio tulangan


Dengan konsep strong column weak beam diharapkan bahwa kolom tidak akan
mengalami kegagalan terlebih dahulu sebelum balok. Rasio tulangan harus dipilih
sedemikian rupa sehingga terpenuhi syarat : 0,01 ≤ ρ ≤ 0,06
● Kolom K1
Tulangan pokok = 18 D22
Dimensi kolom = 600 x 800
1
18 × × 𝜋 ×222
4
Rasio tulangan = = 0,014
600 ×800

Jadi, kolom K1 memenuhi persyaratan rasio tulangan kolom

● Kolom K2
Tulangan pokok = 16D22
Dimensi kolom = 600 x 600
1
16 × × 𝜋 ×222
4
Rasio tulangan = = 0,017
600 ×600

Jadi, kolom K2 memenuhi persyaratan rasio tulangan kolom

● Kolom KB
Tulangan pokok = 10 D22
Dimensi kolom = 600 mm
1
10 × × 𝜋 ×222
4
Rasio tulangan = 1 = 0,013
× 𝜋 ×6002
4

Jadi, kolom KB memenuhi persyaratan rasio tulangan kolom

c. Persyaratan tulangan sengkang


Berdasarkan Pasal 18.7.5.3 , spasi tulangan transversal yang dipasang disepanjang
daerah yang berpotensi sendi plastis tidak boleh lebih dari :
1) ¼ dimensi terkecil komponen struktur
2) 6 db
3) 100 ≤ s ≤ 150
Berdasar persyaratan diatas, kolom yang ditinjau dilakukan analisa sebagai berikut :
● Kolom K1
Dimensi kolom = 600 x 800
Tulangan pokok (db) = 18 D22
Jarak sengkang di tumpuan (s) = 100 mm
s ≤ ¼ × c1 ; s ≤ 6 × db ; 100 ≤ s ≤ 150
100 ≤ ¼ × 600 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 100 ≤ 150
100 ≤ 150 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 100 ≤ 150
Jadi, kolom KB memenuhi persyaratan tulangan sengkang

● Kolom K2
Dimensi kolom = 600 x 600
Tulangan pokok (db) = 16 D22
Jarak sengkang di tumpuan (s) = 100 mm
s ≤ ¼ × c1 ; s ≤ 6 × db ; 100 ≤ s ≤ 150
100 ≤ ¼ × 600 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 100 ≤ 150
100 ≤ 150 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 100 ≤ 150
Jadi, kolom K2 memenuhi persyaratan tulangan sengkang

3.4 Spesifikasi SNI 1726 - 2019


3.4.1 Gempa Rencana
Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai
bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa
dengan kemungkinan terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun
adalah sebesar 2 %.

3.4.2 Faktor Keutamaan Gempa dan Kategori Risiko Struktur Bangunan


Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus
dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan Untuk
Bangunan Gedung SK SNI 03-2847-2002 (BSN, 2002a). Beban–beban yang harus
diperhitungkan untuk perencanaan suatu struktur adalah beban mati, beban hidup,
beban gempa, dan kombinasi dari beban–beban tersebut. Berdasarkan buku pedoman
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, beban–beban yang
mempengaruhi struktur bangunan adalah sebagai berikut:
a) Beban mati (Dead Load) adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaiannya,
mesin–mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari gedung itu.
b) Beban hidup (Live Load) adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban–beban pada lantai
yang berasal dari barang–barang yang dapat berpindah, mesin–mesin serta
peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur dan
dapat diganti selama masa hidup gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan
dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.
c) Beban gempa (Earthquake Load) adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja
pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa tersebut. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung
ditentukan berdasarkan analisis dinamik, maka yang diartikan dengan gempa
disini adalah gaya–gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu.
Suatu bangunan gedung harus direncanakan tahan terhadap gempa sesuai dengan
peraturan yang ada yaitu SNI 03-1726-2003. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam perencanaan gempa yaitu wilayah gempa, kategori gedung, jenis
sistem struktur gedung, dan daktilitas.
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai
Tabel 3/3.2 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor
keutamaan gempa Ie menurut Tabel 4/3.3. Pada proyek pembangunan Gedung Parkir
Rumah Sakit Roemani ini termasuk dalam kategori Risiko II.
Tabel 3.2 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa

Tabel 3.2 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa
(lanjutan)
Tabel 3.3 Faktor Keutamaan Gempa

Struktur gedung kantor dapat dimasukkan ke dalam kategori risiko II, sehingga
faktor keutamaan gempa (Ie) = 1,0

3.4.3 Kategori Desain Seismik


Koefisien-koefisien situs dan parameter-parameter respons spektral percepatan
gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER).
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah,
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada periode 0,2 detik dan periode 1 detik.
Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran
periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran
periode 1 detik (Fv). Parameter respons spektral percepatan pada periode pendek
(SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs,
harus ditentukan dengan perumusan berikut ini:

Keterangan:
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode
pendek;
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode
1,0 detik.
Dengan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 6 dan Tabel 7. Jika kelas situs
SE digunakan sebagai kelas situs berdasarkan 0, maka nilai Fa tidak boleh kurang
dari 1,2. Jika digunakan prosedur desain sesuai dengan pasal 0, maka nilai Fa harus
ditentukan sesuai 0 serta nilai Fv, SMS, dan SM1 tidak perlu ditentukan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang yang berlokasikan di Jl. Wonodri Baru Raya No.22 Kecamatan
Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah..
2. Melalui analisis elemen lentur, didapatkan hasil bahwa penampang balok yang
ditinjau memenuhi persyaratan dimensi penampang, persyaratan tulangan
sengkang dan persyaratan sambungan lewatan yang digunakan sesuai dengan SNI
2847-2019.
3. Melalui analisis elemen lentur axial, didapatkan hasil bahwa penampang kolom
yang ditinjau memenuhi persyaratan penampang kolom, persyaratan rasio
tulangan, dan persyaratan tulangan sengkang sesuai dengan SNI 2847-2019.
4. Pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang sudah sesuai dengan SRPMK karena memenuhi
persyaratan elemen lentur dan elemen lentur axial.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang, maka saran yang dapat diberikan:
1. Pengamatan ini hanya dilakukan pada salah satu lantai dari proyek tersebut yang
hasilnya belum bisa mempresentasikan proyek secara keseluruhan, perlu dilakukan
pengamatan lanjutan untuk meninjau proyek secara keseluruhan.
2. Perlu ditingkatkannya ketelitian untuk melakukan pengamatan proyek secara
keseluruhan sehingga pembangunan proyek dapat sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai