Dosen Pembimbing :
Yulita Arni Priastiwi, ST., MT
Disusun Oleh :
Kelompok 13
Kelas C
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pengamatan
Proyek Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Struktur Beton Bertulang II.
Penyusun menyadari bahwa penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Yulita Arni Priastiwi, ST., MT selaku Dosen pengampu mata kuliah Struktur Beton
Bertulang II kelas C
2. Dosen Struktur Beton Bertulang II.
3. Keluarga di rumah yang telah memberikan dukungan dan doa kepada kami.
4. Teman – teman kelompok 11 yang telah membantu menyelesaikan Penulisan laporan
ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak sepenuhnya sempurna dan tidak mungkin
lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan guna penyempurnaan laporan ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
4. Kolom
a. Jenis Struktur : Beton Bertulang
b. Mutu Beton : Lt Basement (K-350)
Lt. 1 – Lt. 5 (K-350)
5. Balok
a. Jenis Struktur : Beton Bertulang
b. Mutu Beton : Lt Basement 3 – Lt. 4 (K-350)
Lt. 5 – Lt. 24 (K-350)
6. Pelat
a. Jenis Struktur : Beton Bertulang
b. Mutu Beton : Lt Basement 3 – Lt. 4 (K-350)
Lt. 5 – Lt. 24 (K-350)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana :
fc’ = kuat tekan beton (MPa)
Ag = luasan penampang pada kolom
Ast = total luasan tulangan
Fy = kuat tarik pada tulangan baja (MPa)
Namun untuk kekuatan yang dapat diperhitungkan dengan rumus di atas jarang diperoleh
oleh suatu kolom karena normalnya selalu mempunyai momen terhadap struktur kolom
yang bereaksi kapasitas pada kolom, momen akan terjadi apabila :
1. Tidak sentrisnya kolom satu dengan kolom yang lainnya.
2. Mengimbangi berat momen yang terjadi pada suatu balok.
3. Penulangan besi yang tidak sentris pada kolom.
2.6 Pembebanan
Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturan peraturan yang
berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi
berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam Tata Cara Perhitungan Untuk Bangunan
Gedung SK SNI 03-2847-2002. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu
menahan beban mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan
tersebut. Menurut buku pedoman Peraturan Pembebanan Indonesia untuk rumah dan
gedung 1983 (PPI 1983 hal 7, DPU 1983), pengertian dari beban-beban tersebut adalah :
1. Beban mati (Dead Load) adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian
(finishing), mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung. (PPIUG 1983, Pasal 1.0.1)
2. Beban hidup (Life Load) adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang berpindah, mesin mesin serta peralatan yang tidak merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan atap dan lantai
tersebut. (PPIUG 1983, Pasal 1.0.2)
3. Beban gempa (Earthquake Load) adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja
dalam gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa itu, maka yang diartikan dengan gempa disini adalah gaya-gaya dalam
struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa bumi. Pada saat
bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan
sehingga gempa bumi mempunyai kecenderungan menimbulkan gaya-gaya lateral
pada struktur (Schodek, 1992).
4. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih tekanan udara. Kecepatan angin dasar, V, yang
digunakan dalam menentukan beban angin desain di bangunan gedung dan struktur
lain harus ditentukan dan diasumsikan datang dari segala arah horizontal.
Kecepatan angin dasar harus diperbesar jika catatan atau pengalaman menunjukan
bahwa cepat angin lebih tinggi dari pada yang ditentukan. (SNI 1727-2013 pasal
26.5.1)
5. Beban hujan adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan hujan. Setiap bagian dari suatu atap harus dirancang mampu
menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul apabila sistem drainase primer
untuk bagian tersebut tertutup ditambah beban merata yang disebabkan oleh
kenaikan air di atas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran rencananya.
(SNI 1727:2013 pasal 8)
Elemen struktur utama dari bangunan ini terdiri dari balok, kolom, pelat lantai, dan plat
atap yang terbuat dari beton bertulang. Beton bertulang sangat kuat dalam menahan gaya
desak, tetapi lemah terhadap gaya tarikan, sehingga baja kuat terhadap tarikan. Beton
bertulang adalah gabungan logis dari dua jenis bahan yaitu beton polos yang memiliki
kekuatan tekan tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang rendah, dan batangan-batangan baja
yang ditanamkan di dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik yang diperlukan.
(Wang, C.K. dan Salmon, 1985)
2.7. Pengertian SRPMK
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) adalah desain struktur beton
bertulang dengan pendetailan yang menghasilkan struktur yang fleksibel (memiliki
daktilitas yang tinggi). Dengan pendetailan mengikuti ketentuan SRPMK, maka faktor
reduksi gaya gempa R dapat diambil sebesar 8, yang artinya bahwa gaya gempa rencana
hanya 1/8 dari gaya gempa untuk elastis desain (Pengambilan nilai R>1 artinya
mempertimbangkan post-elastic desain, yaitu struktur mengalami kelelehan tanpa
kegagalan fungsi).Ketentuan SRPMK dijelaskan dalam SNI 03-2847-2002 bab 23.3 yang
idem dengan ketentuan ACI 318-02.
SRPMK adalah suatu sistem rangka ruang dimana komponen–komponen struktur dan
join–joinnya dapat menahan gaya – gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial
untuk daerah resiko gempa tinggi (wilayah gempa 5 dan 6). Pada Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK), beban lateral dan beban gravitasi dipencarkan terhadap setiap
tingkat lantai yang didistribusikan kepada semua balok dan kolom dengan pendetailan
yang khusus di wilayah gempa tinggi. Analisis untuk struktur gedung simetris adalah
analisis gempa statik ekuivalen. Metode perencanaan meliputi struktur utama yaitu
pendimensian dan penulangan balok induk, kolom, dan hubungan balok kolom.
● Kolom :
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Pada pembangunan
gedung parkir rumah sakit Roemani ini , kolom yang digunakan berbentuk tabung dang
perssegi memiliki tipe disetiap beban berat yang dipikul dengan tipe K1, K2, dan KB.
MUTU
TUL/TIPE K1
BAHAN
KOLOM
TUMPUAN(lo) LAPANGAN HBK
f’c = 25
MPa
POTONGAN
Fy = 420
Mpa
(Tul.
DIMENSI 600x600
Lentur dan
TUL.POKOK 16D22 16D22 16D22
Geser)
TUL. H 4kakiD10-100 4kakiD10-150 3kakiD10-100
GESER V 4kakiD10-100 4kakiD10-150 3kakiD10-100
MUTU
TUL/TIPE KB
BAHAN
KOLOM
TUMPUAN(lo) LAPANGAN HBK
● Balok G.2B
Lebar balok (b) = 400 mm
Tinggi balok (h) = 700 mm
b ≥ 0,3 h ; b ≥ 250 mm
400 ≥ 0,3 × 700 ; 400 ≥ 250
400 ≥ 210 ; 400 ≥ 250
Jadi, balok G.2B memenuhi persyaratan dimensi penampang
● Balok G.4
Lebar balok (b) = 400 mm
Tinggi balok (h) = 500 mm
b ≥ 0,3 h ; b ≥ 250 mm
400 ≥ 0,3 × 500 ; 400 ≥ 250
400 ≥ 150 ; 400 ≥ 250
Jadi, balok G.4 memenuhi persyaratan dimensi penampang
● Balok G.2B
Tinggi efektif balok (d) = 659 mm
Jarak sengkang pada tumpuan (s) = 100 mm
Diameter tulangan lentur (db) = 22 mm
s ≤ d/4 ; s ≤ 6 db ; s ≤ 150
100 ≤ 659/4 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 150
100 ≤ 164,75 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 150
Jadi, balok G.2B memenuhi persyaratan tulangan sengkang
● Balok G.4
Tinggi efektif balok (d) = 459 mm
Jarak sengkang pada tumpuan (s) = 100 mm
Diameter tulangan lentur (db) = 22 mm
s ≤ d/4 ; s ≤ 6 db ; s ≤ 150
100 ≤ 459/4 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 150
100 ≤ 114,75 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 150
Jadi, balok G.4 memenuhi persyaratan tulangan sengkang
Selain itu, kait pada tulangan sengkang perlu dibengkokkan sebesar 135o dengan
perpanjangan 6db. Syarat ini sudah sesuai dengan balok yang ditinjau di lapangan.
● Kolom K1
C1 = 600 mm ≥ 300 mm
C2 = 800 mm ≥ 300 mm
C1/C2 ≥ 0,4
600/800 ≥ 0,4
0,75 ≥ 0,4
Jadi, kolom K1 memenuhi persyaratan dimensi penampang kolom
● Kolom K2
C1 = 600 mm ≥ 300 mm
C2 = 600 mm ≥ 300 mm
Jadi, kolom K2 memenuhi persyaratan dimensi penampang kolom
● Kolom KB
d = 600 mm ≥ 300 mm
Jadi, kolom KB memenuhi persyaratan dimensi penampang kolom
● Kolom K2
Tulangan pokok = 16D22
Dimensi kolom = 600 x 600
1
16 × × 𝜋 ×222
4
Rasio tulangan = = 0,017
600 ×600
● Kolom KB
Tulangan pokok = 10 D22
Dimensi kolom = 600 mm
1
10 × × 𝜋 ×222
4
Rasio tulangan = 1 = 0,013
× 𝜋 ×6002
4
● Kolom K2
Dimensi kolom = 600 x 600
Tulangan pokok (db) = 16 D22
Jarak sengkang di tumpuan (s) = 100 mm
s ≤ ¼ × c1 ; s ≤ 6 × db ; 100 ≤ s ≤ 150
100 ≤ ¼ × 600 ; 100 ≤ 6 × 22 ; 100 ≤ 100 ≤ 150
100 ≤ 150 ; 100 ≤ 132 ; 100 ≤ 100 ≤ 150
Jadi, kolom K2 memenuhi persyaratan tulangan sengkang
Tabel 3.2 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa
(lanjutan)
Tabel 3.3 Faktor Keutamaan Gempa
Struktur gedung kantor dapat dimasukkan ke dalam kategori risiko II, sehingga
faktor keutamaan gempa (Ie) = 1,0
Keterangan:
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode
pendek;
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode
1,0 detik.
Dengan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 6 dan Tabel 7. Jika kelas situs
SE digunakan sebagai kelas situs berdasarkan 0, maka nilai Fa tidak boleh kurang
dari 1,2. Jika digunakan prosedur desain sesuai dengan pasal 0, maka nilai Fa harus
ditentukan sesuai 0 serta nilai Fv, SMS, dan SM1 tidak perlu ditentukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang yang berlokasikan di Jl. Wonodri Baru Raya No.22 Kecamatan
Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah..
2. Melalui analisis elemen lentur, didapatkan hasil bahwa penampang balok yang
ditinjau memenuhi persyaratan dimensi penampang, persyaratan tulangan
sengkang dan persyaratan sambungan lewatan yang digunakan sesuai dengan SNI
2847-2019.
3. Melalui analisis elemen lentur axial, didapatkan hasil bahwa penampang kolom
yang ditinjau memenuhi persyaratan penampang kolom, persyaratan rasio
tulangan, dan persyaratan tulangan sengkang sesuai dengan SNI 2847-2019.
4. Pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang sudah sesuai dengan SRPMK karena memenuhi
persyaratan elemen lentur dan elemen lentur axial.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data Proyek Pembangunan Gedung Parkir Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang, maka saran yang dapat diberikan:
1. Pengamatan ini hanya dilakukan pada salah satu lantai dari proyek tersebut yang
hasilnya belum bisa mempresentasikan proyek secara keseluruhan, perlu dilakukan
pengamatan lanjutan untuk meninjau proyek secara keseluruhan.
2. Perlu ditingkatkannya ketelitian untuk melakukan pengamatan proyek secara
keseluruhan sehingga pembangunan proyek dapat sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.