PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki ekosistem
khas dan unik serta berpotensi besar bagi kepentingan manusia, antara lain sebagai
penahan ombak, menahan intrusi dan abrasi air laut, wanawisata penelitian dan pendidikan.
Disamping itu proses dekomposisi seresah mangrove yang terjadi mampu menunjang
kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai sumber
penghasilan masyarakat daerah pesisir, tempat berkembangnya beberapa biota berpotensi
ekonomi, seperti udang dan beberapa bivalvia lainnya.
Letak ekosistem mangrove merupakan peralihan antara daerah laut dengan daratan,
sehingga sering mengalami gangguan untuk kepentingan manusia dan mengakibatkan
kawasan mangrove mengalami kerusakan dan penyempitan lahan yang berdampak pada
penurunan diversitas dan keanekaragamannya (Arisandi, 2001).
Konversi lahan untuk pertambakan, pemukiman, jembatan dan jalan raya, serta sarana
wanawisata semakin memperparah kerusakan kawasan mangrove. Luas kawasan
mangrove di Jawa Timur sampai dengan tahun 2005 adalah 7.038,07 Ha termasuk Madura
(Anonimus, 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Jembatan Suramadu yang awal pembangunannya diresmikan oleh mantan Presiden
Megawati Soekarno Putri, pada Agustus 2003 lalu dan pembukaannya oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono bulan Juni, 10, 2009, akan menghubungi Pulau Madura (kawasan
Bangkalan) dan Pulau Jawa (di Surabaya) dengan lintasan selat Madura.
Jembatan Suramadu ini adalah jembatan terpanjang di Indonesia, setidaknya saat ini,
karena mempunyai panjang 5.438 m. Yang unik dari jembatan Suramadu ialah adanya tiga
bagian yang membagi jembatan ini, yakni jembatan penghubung (approach bridge),
jembatan utama (main bridge) dan jembatan layang (causeway)
Konstruksi:
Jembatan Suramadu pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan
dengan panjang keseluruhan sepanjang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter.
Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat
selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara
sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.
Jalan layang atau Causeway dibangun untuk menghubungkan konstruksi jembatan
dengan jalan darat melalui perairan dangkal di kedua sisi. Jalan layang ini terdiri dari 36
bentang sepanjang 1.458 meter pada sisi Surabaya dan 45 bentang sepanjang 1.818 meter
pada sisi Madura.
Jalan layang ini menggunakan konstruksi penyangga PCI dengan panjang 40 meter tiap
bentang yang disangga pondasi pipa baja berdiameter 60 cm.
Jembatan penghubung atau approach bridge menghubungkan jembatan utama
dengan jalan layang. Jembatan terdiri dari dua bagian dengan panjang masing-masing 672
meter. Jembatan ini menggunakan konstruksi penyangga beton kotak sepanjang 80 meter
tiap bentang dengan 7 bentang tiap sisi yang ditopang pondasi penopang berdiameter 180
cm.
Jembatan utama atau main bridge terdiri dari tiga bagian yaitu dua bentang samping
sepanjang 192 meter dan satu bentang utama sepanjang 434 meter. Jembatan utama
menggunakan konstruksi cable stayed yang ditopang oleh menara kembar setinggi 140
meter. Lantai jembatan menggunakan konstruksi komposit setebal 2,4 meter. Untuk
mengakomodasi pelayaran kapal laut yang melintasi Selat Madura, jembatan ini
memberikan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan laut.
Pembagian Lajur Jalan
Lebar Jembatan = 2 x 15.0 m
Lajur kendaraan = 2 x 2 x 3.50 m
Lajur lambat (darurat) = 2 x 2.75 m
Kelandaian maksimum = 3%
Lajur kendaraan
* Kendaraan roda 4 terdiri dari 4 lajur cepat dan 2 lajur darurat
* Kendaraan roda 2 terdiri dari 2 lajur
1.DESAIN
Lokasi casting yard berada di Marina Shipyard, Desa Sidorukun, Gresik, dengan luasan
sekitar 30.000m2berada pada tepi laut dengan kedalaman yang mencukupi sehingga
memudahkan loading/unloading material dari laut. Jarak dari casting yard ke lokasi proyek
bentang tengah sekitar 12 km, yang dapat ditempuh sekitar 45-60 menit dengan speed boat.
Terdiri dari 36 bentang untuk sisi Surabaya dan 45 bentang sisi Madura dengan panjang
masing-masing 40 meter. Konstruksi bangunan diatas menggunakan PCI Girder.
Sedangkan untuk bagian bawah menggunakan pondasi pipa baja berdiameter 60
cm dengan panjang rata-rata 25 meter untuk sisi surabaya dan 27 meter untuk
sisi Madura. Konstruksinya terdiri dari pondasi bored pile 2,4 meter dengan panjang sekitar
80 meter, 2 Pylon kembar dengan ketinggian 140 meter dan lantai komposit double plane
yang ditopang oleh cable stayed dengan bentang 192 m + 434 m + 192 m. Ketinggian
vertical bebas untuk navigasi bentang utama adalah 35 meter.
Detai Pylon
Konstruksi Pylon bentang utama setinggi 146 meter, dengan menggunakan borepile
berdiameter 2,4 meter dengan kedalaman 71 meter, Ketinggian vertikal bebas (untuk
navigasi) bentang utama adalah 35 meter dari permukaan laut
---Approach Bridge---
Untuk bangunan atas menggunakan beton Presstressed Box Girder dengan bentang 80
meter sebanyak 7 bentang, baik untuk sisi Surabaya maupun sisi Madura. Sedangkan
struktur bawah terdiri dari pondasi bored pile berdiameter180 cm dengan panjang 60-90
meter.
2. METODE KONSTRUKSI
Membangun Aktivitas di Tengah Laut Metode Konstruksi Bentang Tengah, proses paling
rumit dan kompleks. Sebuah aktivitas di tengah laut yang butuh kejelian dengan tetap
memperhatikan keselamatan kerja.
Metode konstruksi merupakan suatu tahapan pelaksanaan pekerjaan pada proses
konstruksi. Di Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu terdapat dua metode konstruksi.
Metode konstruksi cable stayed dan metode konstruksi approach bridge.
---Concreate Box Girder---
Sesuai untuk kebutuhan bentang panjang, maka dipilihlah metode balance cantilever.
Metode ini cocok dilakukan untuk pekerjaan di laut dengan bentang 120 meter. Metode
pengecoran box girder adalah menggunakan form traveller, yang terdiri dari sistem trust
stimuler utama, sistem bottom basket, sistem suspensi, sistem form work,sistem
anchoring dan sistem gerak.Sistem form work terdiri dari side formwork, inner form
work dan diafragma formwork. Formwork siap digunakan setelah seluruh kegiatan
perangkaian selesai. Proses semifinish rebar dilakukan di stockyard dan proses finalisasi
rebar dilakukan di lokasi pekerjaan. Penempatan rebar dilakukan beriringan langkah demi
langkah dengan proses formwork dan pengecoran. Proses penempatan rebar
dilakukan setelah formwork terpasang. Pengecoran segmental box girder yang akan
digunakan adalah pengecoran cast insitu. Pengecoran rebar dilakukan setelah rebar dan
duct terpasang dengan baik. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump
dengan bantuan pipa.
Pekerjaan stressing adalah pekerjaan yang sangat penting untuk pekerjaan bentang
panjang yang kontinyu.
---V-Pier (Tumpuan Cantilever Approach Bridge & Cable Stay)---
Pada review desain Pier 42 dan Pier 45 berbentuk V, V - Pier merupakan rigid frame dan
mempunyai panjang deck longitudinal sepanjang 32 m. V - pier digunakan sebagai tumpuan
balance cantilever approach bridge dan cable stay Main Span, karena itu pekerjaan V - Pier
menjadi pekerjaan yang krusial..
---Pier Table---
Tahap - tahap pekerjaan pier table adalah pemasangan concrete box bagian bawah
rencana Pier table pemasangan horisontal IWF suport dan vertikal IWF support
pemasangan side formwork, inner formwork dan bottom formwork.
Side formwork akan didukung steel trust sedangkan inner formwork akan didukung oleh
portal bracing. Formwork frame dibentuk dari berbagai kombinasi bentuk baja dan plat.
Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan rebar akan dilakukan di stock yard sesuai
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Proses finalisasi perakitan dilakukan dilokasi
pekerjaan. Pengecoran pier table dilakukan dalam dua kali pengecoran, bottom slab dan
sebagian web akan dicor terlebih dahulu sedangkan top slab dan sebagian web sisanya
akan dicor pada pengecoran ke dua. Pekerjaan stressing vertikal akan dilakukan
setelah pekerjaan pier table memenuhi kekuatan yang dipersyaratkan.
---Pier Cap & Pier Work---
Seluruh persiapan untuk pekerjaan form work dilakukan di stock yard, balok IWF steel plat
dan balok kayu dipindahkan dari stock yard ke ponton material pembuatan form work untuk
pile cap diangkut dari dermaga Gresik menuju lokasi pile cap dengan menggunakan ponton
form work ponton. Seluruh bahan penyusun beton dibawa menuju ke ponton baching plan.
PLAT LANTAI
Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: tahap persiapan,
pembesian lantai, dan pengecoran plat lantai. Pekerjaan persipan dimulai dari penyiapan
material besi di stockyard untuk selanjutnya potongan besi dibawa ke lokasi pembesian
dengan menggunakan truk.
Besi yang sudah difabrikasi di gudang diletakkan atau ditata berdasarkan tipe yang ada
pada . Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pemasangan tulangan. Untuk
menghindari adanya karat akibat angin dan air laut, besi ditutup dengan menggunakan
terpal. Selain itu disiapkan scupper juga dan pipa PVC. Untuk mengetahui posisi dan elevasi
pembesian, dilakukan pengukuran, dengan menggunakan teodolit dan waterpass. Yang
pertama dipasang adalah tulangan dalam arah lebar jembatan kemudian dalam arah
memanjang.
Selanjutnya adalah pembesian pembatas jembatan pada bagian tepi. Sebagai proses
terakhir pembesian dilakukan pemasangan dudukan untuk kanal dan baja WF yang
berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran dan menghindarkan terinjaknya
tulangan pada saat pengecoran.
Persiapan terakhir sebelum dilakukan pengecoran adalah pembersihan lokasi pembesian
dari kotoran berupa sisa-sisa kawat bendrat maupun kotoran lain yang dapat mengganggu
pada saat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton K -350 yang
dilaksanakan dalam satu tahap. Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton tersebut
kemudian dirawat curring dengan menggunakan curring compound yang bertujuan untuk
menghindarkan terjadi keretakan (cracked) . Metode dengan karung basah juga
dilaksanakan curing sampai dengan umur beton 28 hari.
DIAFRAGMA & DECK SLAB
Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan antara PCI
Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing PCI Girder dalam arah
horisontal. Sistem difragma yang digunakan pada causeway Jembatan Suramadu adalah
sistem pracetak. Pengikatan tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian stressing pada
diafragma dan PCI Girder sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan. Deck slab
merupakan elemen non-struktural yang berfungsi sebagai lantai kerja dan bekisting bagi plat
lantai jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari beton dengan mutu K-350.
PCI GIRDER
Penggunaan Balok PCI Girder
Struktur atas causeway Proyek Jembatan Suramadu menggunakan balok PCI Girder
berkekuatan beton K-500, dengan panjang 40 meter, yang terbagi menjadi 7 segmen.
Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan, untuk memindahkan
balok PCI Girder tersebut secara utuh --sesuai panjang bentang--, dari lokasi pembuatan
(pabrik) ke lokasi pemasangan. Selanjutnya dilakukan post tension dengan menggabungkan
beberapa segmen balok untuk kemudian disatukan dengan
menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
Stressing Girder
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi
stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak
menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu ketujuh segmen
balok girder yang telah menjadi satu kesatuan, dijajarkan sesuai bagiannya. Sebelumnya
dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian
ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas agar balok dapat bergerak mengimbangi
gaya pratekan yang diberikan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan
seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand
dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan
perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing)
dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan
perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000Psi.
Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
ERECTION GIRDER
Metode pelaksanaan pemasangan PCI Girder untuk sisi Surabaya dan Madura memiliki
perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi setempat. Di sisi Madura,
kedalaman laut relatif dalam dan tidak terpengaruh adanya pasang-surut air laut.
Sedangkan di sisi Surabaya, kondisi laut cukup dangkal dan sangat terpengaruh pasang-
surut. Hal ini menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di sisi Surabaya digunakan
metode 'kura-kura' atau roller , sedangkan di sisi Madura Menggunakan crane. Panjang
PCI Girder setelah terangkai adalah 40 meter, dengan tinggi 2,1 meter, dan berat 80 ton.
PCI Girder tersebut didesain untuk hanya menerima beban vertikal dan tidak untuk
menerima beban horisontal. Hal ini menyebabkan proses pengangkutan PCI Girder tersebut
dari lokasi penyimpanan (stockyard) sampai ke lokasi pemasangan harus dibuat sedatar
dan selurus mungkin. Ini untuk menghindarkan terjadinya gaya horisontal akibat gerakan
truk yang berlebihan yang dapat menyebabkan balok girder patah.
Tahapan pemindahan girder dimulai dengan pengangkatan menggunakan dua crane dan
diletakkan pada boogy . Girder tersebut kemudian diangkut dengan boogy ke masingmasing
pier. Proses selanjutnya adalah pemindahan dari boogy ke pile cap yang dilaksanakan
dengan metode yang berbeda antara sisi Surabaya dan sisi Madura.
ABUTMENT & PIER HEAD
Pelaksanaan Pembuatan Dilakukan Bertahap
Dimensi Pile Cap
Dimensi Atas: Dimensi bawah
Panjang : 32 Panjang : 30 m
Lebar : 2 m Lebar : 4 m
Tinggi : 1.05 m Tinggi : 1.5 m
Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam dua tahap,
yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier.
Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi
pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar
bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang,
tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.
Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan hasil test pencampuran/ trial mix. Untuk setiap
truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji slump beton. Slump yang
dipersyaratkan adalah t ± 8-12 cm.
Truk mixer kemudian membawa beton ke lokasi proyek untuk dituangkan ke concrete
pump. Sebelum dituang, dilakukan pengambilan benda uji sebanyak 48 buah untuk tiap pile
cap serta pengujian slump ulang. Dengan bantuan concrete pump, beton tersebut
dituangkan ke dalam pile cap lapis demi lapis sambil dipadatkan. Tebal tiap lapisan ± 30 cm.
Setelah itu dilaksanakan pekerjaan finishing pada permukaan beton
Hal penting yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan pengecoran beton dengan
massa besar (mass concrete)adalah perbedaan suhu. Agar didapat suhu beton merata
tanpa terjadi perbedaan yang besar dilakukan perawatan atau
curing beton dengan karung basah selama 14 hari.
TIANG PANCANG
Tahap Awal Dan Pemancangan Selanjutnya
Pondasi yang digunakan untuk causeway adalah tiang pancang baja dengan diameter
600 mm dengan spesifkasi sesuai dengan ASTM A252 Grade 2. Panjang masing-masing
pipa 12 m, dengan kedalaman pemancangan rata-rata untuk Sisi Surabaya sekitar 25 m dan
sisi Madura 33 m.
Pelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini meliputi pekerjaan pemancangan, pengisian pasir,
pengisian beton tanpa tulangan dan pengisian beton dengan tulangan. Kedalaman dari
masing-masing pengisian ini didasarkan atas kondisi daya dukung tanah dan penggerusan
tanah (scouring).
Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan di tahap awal dilakukan dengan
memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan menimbun, yaitu di Abutment (A0), Pilar 1-5
untuk sisi Surabaya. Sementara di sisi Madura di Abutment (A102), dan Pilar 101 sampai
dengan pilar 96. Untuk pilar selanjutnya pekerjaan pemancangan dilaksanakan dengan
menggunakan ponton pancang.
Persiapan Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancang
pipa baja yang sudah di-coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan
pemancangan. Selanjutnya adalah pemindahan stok pipa ke tepi pantai sesuai dengan
kebutuhan. Peralatan yang digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton
dan truk trailer. harus sudah dipersiapkan di posisi yang telah ditentukan. Kemudian crane
ditempatkan di titik yang ditentukan dan dikontrol dengan teropong teodolit.
5. Metode Pelaksanaan Pemancangan
Ponton service ditarik boat mendekati stok tiang pancang yang telah diposisikan di dekat
pantai. Dengan bantuan crane, tiang pancang diletakkan di atas ponton service untuk
dibawa menuju ponton pancang.
Tahapan selanjutnya adalah pengukuran posisi dengan mengunakan teodolit (lihat
penjelasan metoda pengukuran). Lalu mengarahkan leader crane pancang yang memegang
tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong
yang telah disetting dengan komando dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan
posisi yang diinginkan, maka tiang pancang sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan dengan
menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka tiang
pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk
dipancang.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian
ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10 pukulan
terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan. Selanjutnya tiang
pancang yang elevasinya tidak sama dipotong dengan menggunakan alat las, setelah
terlebih dahulu diukur dengan menggunakan teodolit.
Pengisian Pasir
Pengisian pasir dilakukan dengan menggunakan ponton 120 ft, yang mampu
menampung pasir 200 m3 sesuai dengan kebutuhan satu pile cap serta excavator PC 200
dengan kapasitas ± 67 m3/ jam.
Dump truck mengambil pasir pada stok area dengan bantuan excavator. Selanjutnya dump
truck yang telah berisi pasir menuju dermaga dan menuangkan pasir. Diatas pontoon
diposisikan sebuah excavator untuk memindahkan pasir dari dermaga ke ponton.
Untuk pengisian pasir dipasang tremi di ujung tiang pancang, dan excavator mengisi
pasir ke dalam tiang pancang dengan bantuan tremi. Selanjutnya dilakukan pengukuran
kedalaman tiang pancang dengan menggunakan tali yang ujungnya diberi pemberat dan
diukur dengan meteran, agar bisa mencapai kedalaman rencana dari pasir pada tiang
pancang.
Pengisian Beton
Besi isian pancang dipersiapkan di stockyard. Stok besi diangkut dengan truk
menggunakan bantuan crane menuju dermaga dan dinaikkan ke atas ponton. Besi isian
dimasukan ke tiang pancang dengan bantuan crane. Untuk mengantisipasi agar tulangan
besi tersebut tidak jatuh, maka pada ujung tulangan dimasuki besi melintang yang
panjangnya lebih dari diameter pipa pancang.
Selanjutnya truk mixer dari batching plan menuju ke pompa pengecoran (concrete
pump). Pengecoran dilakukan dengan concrete pump yang dilengkapi dengan belalai untuk
memasukkan beton ke tiang pancang.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Penataan permukiman yang sesuai dengan tata guna lahan yang direncanakan akan
sangat menunjang jika kawasan permukiman nelayan ikut ditata dan ditingkatkan fungsinya
menjadi kawasan wisata bahari/ pantai.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat direkomendasikan bahwa masyarakat perlu
mendapatkan bimbingan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka
sehingga masyarakat, terutama nelayan dan pekerja lain yang berhubungan dengan sektor
kelautan dapat memiliki alternatif mata pencaharian agar mereka mempunyai kemampuan
untuk bersaing dan bertahan hidup mengingat penghasilan mereka dari hasil laut semakin
berkurang akibat dampak dari pembangunan Jembatan Suramadu. Selain itu, dari penelitian
yang telah dilakukan direkomendasikan perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui :
- Alternatif pemberdayaan warga yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
- Kesiapan masyarakat jika terjadi relokasi.
- Kesesuaian system land sharing dengan kondisi di lapangan.