Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN INVESTIGASI FORENSIK

KOLAM SELAM FAKULTAS PERIKANAN UNIVERSITAS RIAU

Disusun oleh:
Kelompok 4

1. Dewi Padila Ali (1807110825)


2. Fadhlurrahman (1807111416)
3. Ridwan Frestantio (1807113219)
4. Aulia Akbar Nadim (1807113246)
5. Nanda Aria Sumanti (1807124999)
6. Fatur Rahman (1807125899)

Dosen Pengampu: DR. Reni Suryanita, S.T., M.T.

Mata Kuliah: Pengantar Forensik Struktur

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Investigasi Forensik Kolam Selam Fakultas Perikanan Universitas Riau ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Investigasi forensik struktur merupakan kegiatan untuk menyelidiki dan
menganalisis penyebab terjadinya kegagalan suatu konstruksi. Salah satu kasus
kegagalan konstruksi yang terjadi di lingkungan Universitas Riau adalah
kegagalan kebocoran pada bangunan kolam selam yang berada di wilayah
Fakultas Perikanan, Universitas Riau. Kebocoran yang terjadi mengakibatkan
kolam tidak dapat menampung air secara penuh sehingga tidak dapat difungsikan
sebagaimana mestinya. Maka dari itu, perlu untuk dilakukan investigasi untuk
mengetahui penyebab dari kegagalan konstruksi tersebut. Investigasi dilakukan
dengan observasi atau pengamatan langsung ke lokasi bangunan kolam, membuat
dokumentasi, dan menganalisis seluruh data yang diperoleh.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu DR. Reni Suryanita, S.T.,
M.T., yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan investigasi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Investigasi Forensik Kolam Selam
Fakultas Perikanan Universitas Riau ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
tugas ini dimasa yang akan datang.

Pekanbaru, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
PRAKATA...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Objek Penelitian.....................................................................................2
BAB II PERMASALAHAN..................................................................................4
2.1 Permasalahan Utama.............................................................................4
2.2 Dugaan Awal.........................................................................................6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................7
3.1 Metode Penelitian..................................................................................7
3.2 Pengujian Lapangan...............................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................12
4.1 Identifikasi Kerusakan.........................................................................12
4.2 Analisis dari Gambar Kerja.................................................................13
4.3 Pengujian Hammer Test.......................................................................14
4.4 Pengujian UPV....................................................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................19
5.1 Kesimpulan..........................................................................................19
5.2 Saran....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
LAMPIRAN..........................................................................................................21

3
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Hasil pengujian hammer test..................................................................16
Tabel 4.2 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kualitas beton...................17
Tabel 4.3 Hasil pengujian UPV.............................................................................17

4
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Tampak bangunan kolam (1)...............................................................2
Gambar 1.2 Tampak bangunan kolam (2)...............................................................3
Gambar 1.3 Lokasi kolam selam..............................................................................3
Gambar 2.1 Kondisi kolam saat ini (1)....................................................................5
Gambar 2.2 Kondisi kolam saat ini (2)....................................................................5
Gambar 3.1 Sketsa alat hammer test........................................................................8
Gambar 3.2 Sudut arah pukulan hammer test..........................................................9
Gambar 3.3 Grafik hubungan nilai rebound dan kuat tekan beton..........................9
Gambar 3.4 Sketsa uji UPV...................................................................................10
Gambar 4.1 Kerusakan pada kolam (1).................................................................12
Gambar 4.2 Kerusakan pada kolam (2).................................................................12
Gambar 4.3 Beton pada lantai dasar kolam...........................................................13
Gambar 4.4 Gambar kerja kolam selam.................................................................14
Gambar 4.5 Proses pengujian hammer test............................................................14
Gambar 4.6 Hasil bacaan pengujian hammer test..................................................15
Gambar 4.7 Konversi nilai rebound.......................................................................15
Gambar 4.8 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kuat tekan beton...........18

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air.
Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana,
prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia untuk
membangun peradabannya. Salah satunya adalah bangunan yang diperuntukkan
sebagai prasarana pendidikan, seperti bangunan gedung kuliah beserta fasilitas
pendukungnya.
Struktur merupakan rangka dari suatu bangunan yang memiliki peranan
sangat penting dalam berdirinya bangunan tersebut dan juga kestabilannya.
Struktur yang direncanakan harus mampu menahan gaya-gaya yang disebabkan
oleh beban-beban yang bekerja pada bangunan. Terjadinya kegagalan pada suatu
konstruksi sangat erat hubungannya dengan proses pembangunannya, mulai dari
perencanaan struktur hingga pelaksanaan pembangunannya di lapangan.
Penyimpangan yang dilakukan selama proses tersebut dapat memicu kerusakan
pada bangunan. Meskipun hanya terjadi kerusakan kecil, namun dapat
mengakibatkan bangunan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang
direncanakan.
Bangunan kolam selam yang berada di wilayah Fakultas Perikanan,
Universitas Riau, merupakan salah satu contoh dari konstruksi yang gagal.
Bangunan yang seharusnya dipergunakan sebagai kolam selam dialihfungsikan
menjadi kolam ikan. Peralihan fungsi kolam tersebut disebabkan oleh adanya
kebocoran pada konstruksi kolam, sehingga kolam tidak dapat menampung air
secara penuh. Konstruksi yang gagal ini tentunya memberikan dampak buruk bagi
pelaksanaan perkuliahan, dimana fasilitas pendukung yang tidak memadai akan
menghambat proses pembelajaran. Kerugian yang diakibatkan tidak hanya bagi
mahasiswa, tetapi juga merugikan anggaran negara yang telah dikeluarkan untuk

6
suatu konstruksi yang tidak dapat difungsikan. Maka dari itu, perlu untuk
dilakukan investigasi forensik pada struktur bangunan kolam, agar dapat
mengetahui secara pasti penyebab dari kegagalan konstruksi tersebut.

1.2 Objek Penelitian


Bangunan yang menjadi objek penelitian dalam investigasi forensik ini
adalah bangunan kolam selam Fakultas Perikanan (Faperika), Universitas Riau.
Secara keseluruhan, kolam ini memiliki panjang 50 meter dan lebar 30 meter.
Struktur kolam ini terdiri dua bagian kedalaman, yaitu kolam renang dengan
kedalaman 1,2 dan 1,5 meter, dan kolam untuk menyelam dengan kedalaman 7 m.
Kolam ini sejatinya dibangun untuk keperluan prasarana pembelajaran bagi
mahasiswa. Dengan adanya kolam, mahasiswa dapat lebih mudah untuk
melakukan praktek lapangan secara langsung di dalam wilayah kampus. Kolam
ini telah selesai dibangun pada tahun 2004, namun hingga saat ini belum dapat
difungsikan karena kebocoran yang terjadi pada dasar kolam. Penampakan
bangunan kolam ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Lokasi dari
kolam ini tepatnya berada di wilayah Fakultas Perikanan, Universitas Riau, kota
Pekanbaru, Provinsi Riau, dapat dilihat seperti pada Gambar 1.3.

Gambar 1.1 Tampak bangunan kolam (1)


Sumber: M. Ikhsan (2022)

7
Gambar 1.2 Tampak bangunan kolam (2)
Sumber: M. Ikhsan (2022)

Gambar 1.3 Lokasi kolam selam


Sumber: Google Maps (2022)

8
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan Utama


Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi,
baik secara keseluruhan maupun sebagian, dari segi teknis, manfaat, keselamatan
kerja dan keselamatan umum sebagai kesalahan penyedia jasa atau pengguna jasa
setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi (PP Nomor 29 Tahun 2000).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi, tanggung jawab dari suatu kegagalan bangunan secara eksplisit
melibatkan dua unsur, yaitu penyedia jasa konstruksi (kontraktor pelaksana) dan
penyedia jasa rencana (konsultan perencana).
Forensik struktur (forensic engineering) adalah suatu kegiatan yang
menginvestigasi kegagalan dari suatu struktur mulai dari penurunan kemampuan
daya layan struktur hingga mencapai keruntuhan. Investigasi biasanya meliputi
berbagai macam aspek, seperti material, produk, struktur atau komponen yang
gagal atau tidak berfungsi dengan baik, yang menyebabkan cedera manusia,
kerusakan harta benda, dan kerugian ekonomi. Konsekuensi dari kegagalan
konstruksi ini bisa berakibat pada hukum sipil maupun kriminal termasuk yang
berkaitan dengan aturan kesehatan dan keselamatan, pelanggaran hukum pada
kontrak, hingga tanggung jawab dan klaim asuransi (Ikhsan, 2022).
Permasalahan yang terjadi pada bangunan kolam selam faperika adalah
kebocoran pada dasar kolam. Adanya kebocoran di beberapa titik pada dasar
kolam selam menyebabkan air tidak dapat terisi secara penuh. Ukuran dan
kedalaman kolam selam yang besar apabila diisi penuh dengan air akan
menimbulkan tekanan yang besar pada dasar kolam. Tekanan air yang sangat
besar menyebabkan terjadinya kebocoran pada dasar kolam. Beberapa langkah
perbaikan dapat dilakukan untuk menutup kebocoran, namun tetap tidak dapat
menyelesaikan permasalahan utama yaitu besarnya tekanan air apabila kolam diisi
penuh. Kondisi inilah yang menyebabkan kolam selam tidak dapat digunakan
sebagaimana fungsinya. Pada awalnya, kolam ini dibangun sebagai prasarana

9
pembelajaran untuk praktek menyelam bagi mahasiswa. Namun, konstruksi kolam
yang tidak mampu menahan beban tekanan air mengakibatkan kolam tidak dapat
difungsikan sebagai kolam selam. Bahkan, pada saat ini kolam hanya diisi air
dengan setengah volume kolam, dan digunakan sebagai tambak atau tempat
budidaya ikan. Selain itu, kondisi kolam dan sekitarnya juga menjadi sangat buruk
karena tidak adanya perawatan. Penampakan kondisi kolam saat ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Kondisi kolam saat ini (1)

Gambar 2.2 Kondisi kolam saat ini (2)

10
2.2 Dugaan Awal
Kebocoran yang terjadi pada kolam selam faperika diduga disebabkan oleh
struktur dasar kolam yang tidak mampu menahan beban tekanan air. Dengan
kedalaman kolam selam yang mencapai 7 meter, apabila diisi air secara penuh
akan memberikan tekanan yang sangat besar pada dasar kolam. Struktur dasar
kolam yang lemah akan menimbulkan retakan dan memungkinkan air untuk
merembes keluar atau meresap ke dalam tanah. Hal ini menimbulkan dugaan
bahwa struktur pelat lantai pada dasar kolam tidak cukup kuat untuk memikul
beban di atasnya.
Kegagalan pada konstruksi kolam dapat terjadi akibat kesalahan pada saat
perencanaan atau kesalahan pada saat pelaksanaan pembangunan. Dalam
perencanaan harus mempertimbangkan aspek beban yang akan dipikul, atau
dalam hal ini adalah beban tekanan air. Mutu beton dan kebutuhan pemakaian
tulangan pada pelat lantai menjadi sangat vital, karena beban pada struktur kolam
secara langsung dan terlebih dahulu dipikul oleh pelat lantai. Meski demikian,
perencanaan yang sangat matang tidak dapat menjamin konstruksi dapat berdiri
kokoh. Pelaksanaan pembangunan harus berjalan sesuai standar dan tetap
berpedoman pada perencanaan awal. Penyimpangan yang dilakukan selama
pelaksanaan konstruksi, seperti mutu beton atau besi tulangan yang tidak sesuai,
dapat memicu terjadinya kegagalan (failing) pada struktur. Terkait hal ini,
kegagalan yang terjadi pada kolam selam faperika layak untuk diselidiki lebih
lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Investigasi dilakukan untuk mengetahui
apakah terjadi penyimpangan pada pembangunan kolam tersebut.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Investigasi dilakukan dengan observasi atau pengamatan secara langsung
pada lokasi penelitian. Metode yang dilakukan yaitu mengamati kerusakan yang
ada, membuat dokumentasi, melakukan pengujian, menganalisis data hasil
observasi dan pengujian, kemudian menyusun seluruh data yang diperoleh
menjadi satu laporan investigasi yang padu. Survei atau pengamatan ke lokasi
kolam selam faperika dilakukan pada hari Senin, 23 Mei 2022.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan
investigasi ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan bangunan yang akan diinvestigasi
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi
3. Melakukan observasi atau pengamatan langsung ke lokasi
4. Mengidentifikasi kerusakan pada bangunan
5. Membuat dokumentasi
6. Melakukan pengujian lapangan
7. Menganalisis data
8. Menyusun laporan investigasi

3.2 Pengujian Lapangan


Dalam investigasi forensik ini dilakukan pengujian lapangan, berupa
pengujian tidak merusak atau non-destructive test (NDT). Pengujian yang
dilakukan terdiri dari:
1. Pengujian hammer test (SNI ASTM C805:2012)
Hammer test merupakan metode pengujian yang dilakukan untuk
melakukan penilaian kualitas beton. Dalam pelaksanaannya, hammer test
memerlukan penggunaan alat khusus yang dikenal dengan nama rebound
schmidt hammer. Alat ini merupakan hasil temuan dari ahli Swiss bernama
Ernst Schmidt, yang berfungsi untuk menguji kekerasan pada permukaan

12
beton. Berkaitan dengan uji kekerasan permukaan, ada dua jenis hammer
test yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda, yaitu:
a. Tipe N dan NR. Jenis hammer test ini mempunyai fungsi untuk
melakukan pengujian kekuatan tekan beton bermutu keras (100
kg/cm2 – 500 kg/cm2), baik pada balok, kolom, ataupun pelat.
b. Tipe P dan PT. Jenis hammer test yang satu ini memiliki kegunaan
untuk menguji kekuatan tekan beton yang memiliki kualitas rendah,
contohnya pekerjaan dinding.
Dalam pelaksanaannya, alat hammer test bekerja dengan cara
melontarkan pemukul atau hammer. Pemukul tersebut dilengkapi dengan
pegas yang punya nilai kekakuan tertentu. Sketsa alat hammer test dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Sketsa alat hammer test


Sumber: SNI ASTM C805:2012 (2012)
Langkah-langkah pengujian hammer test adalah sebagai berikut:
a. Penentuan titik pengujian. Tes pada kolom memerlukan 5 titik
pengujian, dan masing-masing titik terdiri dari 9 titik tembak.
Pengujian balok perlu 3 titik tes, dengan masing-masing titik punya 5
titik tembak. Sementara itu, hammer test untuk pelat lantai
membutuhkan 5 titik uji dan masing-masing terdiri dari 5 titik tembak.
b. Tempatkan ujung plunger hammer test pada titik tembak yang telah
ditentukan. Pastikan bahwa ujung hammer itu menyentuh dalam posisi

13
tegak lurus atau miring dengan permukaan beton. Sudut arah pukulan
saat pengujian dapat dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar 3.2
c. Tekan plunger secara perlahan menuju ke arah titik tembak. Jangan
lupa untuk menjaga agar hammer test tetap dalam kondisi stabil.
Ketika ujung plunger tidak terlihat, alat akan menembakkan pemukul
ke permukaan.
d. Lakukan pengujian dengan cara serupa pada setiap titik tembak yang
telah ditentukan.
e. Hasil pengujian menggunakan hammer test dapat dikonversi
berdasarkan grafik yang memperlihatkan hubungan antara nilai pantul
dengan kuat tekan beton (Grafik diperlihatkan pada Gambar 3.3).

Gambar 3.2 Sudut arah pukulan hammer test

Gambar 3.3 Grafik hubungan nilai rebound dan kuat tekan beton
Sumber: ASTM C805:2012 (2012)

14
2. Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity/UPV (SNI ASTM C597:2012)
Uji UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) merupakan salah satu uji non-
destruktif struktur bangunan gedung dengan menggunakan gelombang
ultrasonik, dimana metode uji ini mencakup penentuan kecepatan rambat
gelombang longitudinal melalui beton. Pengukuran UPV melalui beton
dimulai di Amerika Serikat pada pertengahan 1940-an dan kemudian
diadopsi di beberapa tempat sebagai NDT (Non-Destructive Test) pada
beton.
Metode UPV pada dasarnya terdiri dari transmisi pulse (rambat
gelombang) yang dihasilkan secara mekanis (dalam rentang frekuensi 20-
150/dtk) melalui beton dengan bantuan transduser elektro-akustik dan
mengukur kecepatan gelombang longitudinal yang dihasilkan oleh pulse
yang diterapkan. Uji UPV memiliki korelasi terhadap sifat-sifat beton,
seperti modulus elastis, kekuatan dan keseragaman beton, ketebalan
lapisan, retak, dan kerusakan beton. Sketsa pengujian UPV dapat dilihat
pada Gambar 3.2.

Gambar 3.4 Sketsa uji UPV


Sumber: SNI ASTM C597:2012 (2012)

15
Langkah-langkah pengujian UPV adalah sebagai berikut:
a. Atur posisi yang akan diukur, selanjutnya permukaan komponen beton
dibuat rata dengan gerinda
b. Permukaan tersebut diolesi dengan vaselin pada kekentalan tertentu
c. Pasang transducer receiver dan transmitter pada posisi tersebut
d. Ukur travel time dalam detik atau mikrodetik
e. Lakukan pengukuran di tempat lain dan selalu catat jarak antara ke dua
transducer dan travel time
f. Buat grafik hubungan transducer spacing dan travel time

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Kerusakan


Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat banyak
kerusakan yang terjadi pada kolam. Kerusakan non struktural seperti keramik
yang pecah, dan ditumbuhi tanaman liar ditemukan di seluruh bagian kolam. Dari
hal ini dapat dinyatakan bahwa tidak adanya langkah perawatan yang dilakukan
pada kolam dalam kurun waktu yang lama. Pembiaran seperti ini akan
mengakibatkan kerusakan yang semakin meluas di waktu yang akan datang.
Beberapa kerusakan yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar
4.2.

Gambar 4.1 Kerusakan pada kolam (1)

Gambar 4.2 Kerusakan pada kolam (2)

17
Selain itu, pada dasar kolam yang terdapat bagian keramik yang lepas,
yang dapat dilihat pada Gambar 4.3, ditemukan beton pelat lantai yang sangat
lunak. Bahkan, beton tersebut dapat dikerok dengan mudah menggunakan tangan.
Hal ini mengindikasikan bahwa mutu beton yang digunakan adalah mutu rendah.
Lalu dapat terlihat juga bahwa struktur pelat lantai pada kolam tidak
menggunakan besi tulangan. Dengan kombinasi mutu beton yang rendah dan
tanpa besi tulangan, dapat dinyatakan bahwa kekuatan struktur pelat lantai kolam
sangat buruk, sehingga dinilai wajar tidak mampu menahan beban dari tekanan
air.

Gambar 4.3 Beton pada lantai dasar kolam


Sumber: M. Ikhsan (2022)

4.2 Analisis dari Gambar Kerja


Pernyataan terkait penggunaan mutu beton rendah dan tidak adanya besi
tulangan pada pelat lantai dasar kolam didukung oleh gambar kerja dalam
pembangunan kolam ini. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4, material
beton untuk pelat lantai tidak secara spesifik menunjukkan mutu beton yang
disyaratkan, melainkan hanya berupa takaran campuran. Hal demikian
menyebabkan kualitas beton yang digunakan tidak dapat dikontrol. Selain itu,
pada gambar juga tidak ada disebutkan terkait penggunaan besi tulangan, sehingga
dapat dinyatakan bahwa konstruksi kolam sudah diragukan dari awal
perencanaannya.

18
Gambar 4.4 Gambar kerja kolam selam
Sumber: M. Ikhsan (2022)

4.3 Pengujian Hammer Test


Hammer Test merupakan metode pengujian kekerasan permukaan beton,
yang tergolong sebagai pengujian yang tidak merusak (Non-Destructive Test).
Pengujian ini dilakukan untuk memperkirakan nilai mutu beton. Pada investigasi
forensik ini dilakukan pengujian hammer test pada pelat lantai. Proses pengujian
atau pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.

Gambar 4.5 Proses pengujian hammer test

19
Gambar 4.6 Hasil bacaan pengujian hammer test

Hasil pengujian hammer test yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Untuk nilai konversi diperoleh berdasarkan grafik hubungan antara nilai pantulan
dengan kuat tekan beton. Sebagai contoh, untuk konversi angka pantulan titik
pengujian P1 dapat dilihat seperti pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Konversi nilai rebound

20
Tabel 4.1 Hasil pengujian hammer test
Titik Nomor Titik Angka Pantulan Nilai Konversi Rata-rata
Arah Pukulan
Pengujian Pengujian (Rebound) dari Grafik (MPa) (MPa)
P11 26 22
P12 27 23
1 P13 25 21 21,8
P14 25 21
P15 26 22
P21 27 23
P22 27 23
2 P23 25 21 22
P24 25 21
P25 26 22
P31 25 21
P32 26 22
3 P33 23 18 20,8
P34 26 22
P35 25 21
P41 24 19
P42 27 23
4 P43 25 21 20
P44 24 19
P45 23 18
P51 27 23
P52 25 21
5 P53 24 19 20,6
P54 25 21
P55 24 19
NILAI KUAT TEKAN RATA-RATA (MPa) = 21,04

Berdasarkan pengujian hammer test yang dilakukan pada 5 titik, maka


diperoleh nilai rata-rata kuat tekan beton untuk pelat lantai pada kolam selam
faperika adalah sebesar 21,04 MPa.

4.4 Pengujian UPV


Pengujian UPV Pundit dilakukan berdasarkan BS 1881 : Part 203: 1986
atau ASTM C597:2012. Prinsip kerja pengukuran dengan dengan metode UPV
didasarkan pada durasi/waktu tempuh (travel time) yang dibutuhkan oleh
perambahan gelombang suara di dalam material beton. Apabila di dalam bahan
padat tersebut terdapat cacat atau rongga, maka gelombang tersebut akan
merambat melalui bagian yang tidak cacat (masih utuh), sehingga waktu tempuh
yang dibutuhkan akan lebih lama dibandingkan dengan waktu tempuh gelombang

21
pada bahan pada yang utuh/ padat (tanpa cacat), sehubungan dengan jarak tempuh
gelombang menjadi lebih jauh.
Sedangkan untuk menentukan mutu beton adalah dengan mengukur
besarnya kecepatan pulse yang melewati suatu panjang lintasan beton. Pada suatu
lintasan yang jaraknya sama/ tetap, semakin kecil waktu tempuh yang diperlukan,
maka semakin besar/ tinggi kecepatan rambat gelombangnya dan ini berarti
semakin baik kondisi/ kualitas betonnya (padat). Sebaliknya, semakin lama/ besar
waktu tempuh rambatan gelombangnya dari transducer ke receiver, berarti
semakin kurang baik kualitas betonnya (tidak padat/ banyak porinya). Menurut
ACI-1989 hubungan cepat rambat gelombang dengan kualitas beton ditunjukkan
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kualitas beton

Sumber: ACI (1989)

Tabel 4.3 Hasil pengujian UPV


Kode Jarak t1 V V Kuat Tekan Rata-rata
No
Pengujian
mm m/s km/s MPa MPa
1 P1 150 346 2450 2,45 21
2 P2 150 350 2550 2,55 20,8 21,07
3 P3 150 360 2600 2,6 21,4

Hasil pengujian UPV dalam investigasi forensik ini dapat dilihat pada
Tabel 4.3, dimana diperoleh nilai kuat tekan rata-rata beton pelat lantai adalah
sebesar 21,07 MPa. Nilai kuat tekan diperoleh dari grafik hubungan cepat rambat
gelombang dengan kuat ketan beton, contoh untuk pengujian P1 seperti pada
Gambar 4.8. Sedangkan apabila ditinjau dari kecepatan rambat gelombang,
kualitas beton termasuk kategori cukup.

22
Gambar 4.8 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kuat tekan beton

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data yang diperoleh, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegagalan konstruksi yang terjadi pada kolam selam faperika berupa
kebocoran, dan kerusakan non struktural lainnya seperti keramik pecah
dan ditumbuhi tanaman liar.
2. Kebocoran terjadi akibat struktur pelat lantai tidak mampu menahan beban
tekanan air.
3. Pengujian hammer test dan UPV masing-masing menunjukkan nilai kuat
tekan beton sebesar 21,07 dan 21,04 MPa
4. Mutu beton yang rendah dan tidak adanya besi tulangan menjadi faktor
utama penyebab kebocoran.
5. Dari hasil pengamatan, kondisi kolam tampak buruk akibat tidak adanya
perawatan berkala.

5.2 Saran
Berikut saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan:
1. Pembangunan suatu konstruksi harus didasari perencanaan yang matang
dengan mempertimbangkan segala aspek desain.
2. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai standar dan memenuhi spesifikasi.
3. Investigasi forensik harus dilakukan secara detail agar memperoleh hasil
yang akurat.

24
DAFTAR PUSTAKA

American Concrete Institute. ACI 318-89. Building Code Requirements for


Reinforced Concrete and Commentary. Detroit, Michigan.
ASTM International. (2002). ASTM C-597:02. Standard Test Method for Pulse
Velocity Through Concrete.
ASTM International. (2002). ASTM C-805:02. Standard Test Method for
Rebound Number of Hardened Concrete.
Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI ASTM C597:2012. Metode uji
kecepatan rambat gelombang melalui beton.
Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI ASTM C805:2012. Metode uji angka
pantul beton keras.
Ikhsan, M. (2022). Bahan ajar kuliah: Forensic Engineering. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi

25
LAMPIRAN

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai