Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LIMNOLOGI

PROFIL BENDUNGAN JATILUHUR

Oleh:

JIHAN MAWADDA WAROHMAH (195080100111006)

TRIBUANA KUSUMAWARDHANI PITALOKA (195080100111010)

KENNY FAJAR APRILIAN (195080100111016)

TITAN ABDUL AZIZ (195080100111042)

RIFKA DAMAYANTI (195080100111066)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Profi Bendungan

Jatiluhur” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas [dosen/guru] pada [bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah]. Selain

itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu] [nama guru/dosen],

selaku [guru/dosen] [bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah] yang telah

memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai

dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Malang, 18 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................... 2

2. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
2. 1. Sejarah ............................................................................................................... 3
2. 2. Geografi.............................................................................................................. 3
2. 3. Topografi ............................................................................................................ 4
2. 4. Sifat Fisika .......................................................................................................... 5
2. 5. Sifat Kimia .......................................................................................................... 5
2. 6. Komponen Biologi............................................................................................... 7
2.6.1. Plankton ...................................................................................................... 7
2.6.2. Tumbuhan Air .............................................................................................. 7
2.6.3. Sumberdaya Ikan ........................................................................................ 8
2. 7. Sosial-Ekonomi................................................................................................... 9

3. PENUTUP ...................................................................................................................10
3. 1. Kesimpulan ........................................................................................................10
3. 2. Saran .................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................12

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Desain Waduk Jatiluhur dan proses pembangunan ...................................................... 3

2. Letak Bendungan Jatiluhur dalam peta ......................................................................... 4

3. Prankton yang ada di Bendungan Jatiluhur ................................................................... 7

4. Tumbuhan air yang ada di Bendungan Jatiluhur ........................................................... 8

5. Ikan yang ada di Bendungan Jatiluhur .......................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Waduk merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumberdaya air yang

mempunyai fungsi sebagai penyedia dan penyimpan air, baik sebagai bahan baku

air bersih maupun untuk irigasi. Suatu waduk penampung dapat menahan air pada

musim penghujan untuk dimanfaatkan selama musim kemarau. Fungsi utama dari

suatu waduk adalah menstabilkan aliran air, baik dengan arah pengaturan

persediaan air yang berubah-ubah pada suatu sungai alamiah, maupun dengan

cara memenuhi kebutuhan para konsumen.

Di Indonesia, salah satu waduk yang pertama kali dibangun adalah Waduk

Ir. H. Djuanda atau lebih dikenal dengan nama Waduk Jatiluhur. Waduk ini terletak

di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Waduk Jatiluhur

membendung Sungai Citarum dan memiliki luas maksimum 8.300 ha dengan

kedalaman rata-rata 37,6 m serta kapasitas tampung air 3 juta meter kubik. Selain

fungsi utama waduk untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), irigasi dan

pencegahan banjir, perairan waduk juga dapat dimanfaatkan untuk transportasi,

rumah tangga, perikanan (baik budidaya maupun perikanan tangkap) dan

pariwisata.

Pengoptimalan fungsi pengelolaan waduk merupakan salah satu cara agar

sumberdaya air dapat dikelola dengan baik dan optimal. Penungkatan jumah unit

KJA yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah yang

berdampak negatif, baik secara ekonomi maupun terhadap lingkungan perairan

dan perikanan tangkap waduk. Limbah organik yang tidak terurai dengan

sempurna akibat ketidakefisienan pakan berdampak pada menumpuknya limbah

1
di dasar perairan. Hal ini juga memicu eutrofikasi yang menyebabkan blooming

alga diikuti dengan munculnya gas-gas yang dapat membunuh orgaisme lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu

dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain

sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah Waduk Jatiluhur?

2. Bagaimana topografi Waduk Jatiluhur?

3. Apa saja manfaat Waduk Jatiluhur?

4. Bagaimana kualitas air Waduk Jatiluhur jika ditinjau dari sifat fisika?

5. Bagaimana kualitas air Waduk Jatiluhur jika ditinjau dari sifat kimia?

6. Apa saja organisme yang terdapat di Waduk Jatiluhur?

7. Apa saja upaya untuk menjaga kelestarian Waduk Jatiluhur?

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu:

1. Agar mengetahui sejarah Waduk Jatiluhur

2. Agar mengetahui topografi Waduk Jatiluhur

3. Agar mengetahui manfaat Waduk Jatiluhur

4. Agar memahami kualitas air dari segi sifat fisika

5. Agar memahami kualitas air dari segi sifat kimia

6. Agar mengetahui jenis organisme di Waduk Jatiluhur

7. Agar memahami cara menjaga kelestarian waduk

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Sejarah

Ide pembangunan proyek bendungan terbesar di Indonesia (Jatiluhur Multi

Purpose Project) berawal dari gagasan Prof. Dr. Ir. W. J. van Blommestein tahun

1948 (Ciujung sampai Kali Rambut di Pekalongan), dan kemudian dikaji ulang oleh

Ir. Van Scravendijk tahun 1955 serta menjadi Rencana Induk Pengembangan

Proyek Serbaguna Jatiluhur oleh Ir. Abdullah Angudi tahun 1960 (Gambar 1).

Gambar 1. Desain Waduk Jatiluhur dan proses pembangunan

Rencana pembangunan Waduk Jatiluhur ditandai dengan peletakkan batu

pertama oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno pada tahun 1957 dan selesai pada

tahun 1967.Penamaan Waduk Jatiluhur secara resmi menjadi Waduk Ir. H.

Djuanda merupakan sebuah penghargaan atas peran dan jasa Perdana Menteri

terakhir Indonesia, yaitu Ir. H. Djuanda dalam mewujudkan pembangunan

bendungan terbesar di Indonesia ini.

2. 2. Geografi

Waduk Jatiluhur berjarak kurang lebih 100 km arah Tenggara Jakarta, yang

dapat dicapai melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan jalan tol Cipularang (ruas

Cikampek – Jatiluhur), dan 60 km arah Barat Laut Bandung, yang dapat dicapai

3
melalui jalan tol Cipularang (ruas bandung – Jatiluhur). Dari Kota Purwakarta

sekitar 7 km arah barat. Berdasarkan koordinat geografis, posisi Tubuh

Bendungan Jatiluhur berada pada 6o31’ Lintang Selatan dan 107o23’ Bujur Timur.

Kotak merah pada gambar kiri menunjukkan posisi Bendungan Jatiluhur pada

peta.

Gambar 2. Letak Bendungan Jatiluhur dalam peta

Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia,

membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur – Kabupaten

Purwakarta – Provinsi Jawa Barat, membentuk waduk dengan genangan seluas ±

83 km2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air normal +107 m di atas

permukaan laut (dpl).

2. 3. Topografi

Waduk Ir. H Juanda atau yang sering di sebut Waduk Jatiluhur terletak di

kecamatan Jatiluhur,Kabupaten Purwakarta,Provinsi Jawa Barat. Waduk ini

berjarak sekitar 9 km dari kota purwakarta. Waduk ini memiliki kedalaman rata-

rata sekitar 37,6 m dan memiliki kedalaman maksimum sekitar 90 m.

4
a) Nama bendungan :Ir.H.Djuwanda/Jatiluhur

b) Tipe bendungan : Rock fill with inclined clay core

c) Tinggi bendungan : 105 m

d) Panjang bendungan : 1.220 m

e) Elevasi puncak : +114.,5 m.dpl

f) Elevasi normal : +107 m.dpl

g) Elevasi banjir max : +111,6 mdpl

h) Volume urugan : 9.100.000 m3

Dari analisis volumetrik waduk jatiluhur,diperoleh nilai total volume air yang

dapat di tampung sebesar 700 juta m3 . Volume yang di peroleh ini jauh berkurang

di banding kapasitas awal yang dapat menampung 3 milyar m3. Pada tahun 2009

total volume sedimen yang dapat di hitung sebesar 500 juta m3, di bandingkan

dengan hasil pengukuran tahun 2013 merupakan penambahan sedimentasi deret

hitung dengan pengurangan kapasitas maksimum air yang dapat di tampung

sebesar 2 milyar m3.

2. 4. Sifat Fisika

Tingkat kecerahan di waduk ini setiap tahunnya mengalami penurunan.

Paada tahun 1984 kecerahan air berkisar antara 1-4 m,dan pada tahun

2015kecerahannya hanya berkisar antara 0,4-2,9 m.penurunan ini diduga karena

peningkatan partikel terlarut yang berasal dari partikel tanah yang terbawa run off

ataupun dari sisa pakan ikan yang tidak termakan dan kotoran ikan pada budidaya

ikan dalam KJA.

2. 5. Sifat Kimia

Seiring berjalannya waktu setelah pembangunan waduk jatiluhur, sifat kimia

air di waduk ini selalu mengalami perubahan. Konsetrasi minimum oksigen terlarut

(DO) pada tahun 1997 masih berkisar anatara 5,4 mg/l. Sedangkan pada tahun

5
2013 menglami penurunan 4,26-8,16 mg/l. Serta pada tahun 2019 kadar DO di

waduk jatiluhur menjadi 3,72 mg/l. Penurunan kadar DO ini disebabkan karena

penambahan keramba jaring apung, sehingga jumlah limbah yang masuk ke

waduk menjadi semakin banyak.

Hasil pengukuran kadar nitrit pada perairan Waduk Jatiluhur dan di perairan

setelah outlet Waduk Jatiluhur mempunyai nilai rata-rata berkisar antara 0,001 –

0,150 mg/l. Kondisi tersebut telah melebihi batas baku mutu yang ditentukan

pemerintah RI sehingga cukup mengkhawatirkan.

Kadar sulfat pada perairan Waduk Jatiluhur memiliki nilai konsentrasi rata-

rata yang berkisar antara 23,4–61,6 mg/l pada Desember 2013. Perubahan atau

naik turunnya kandungan sulfat diduga masukan sisa pakan Keramba Jaring

Apung (KJA) dan dari kegiatan lainnya. Hasil pengukuran kadar sulfida sebagai

H2S di setiap stasiun pengamatan pada perairan Waduk Jatiluhur memiliki nilai

konsentrasi ratarata berkisar antara 0,001–1,00 mg/l. Dari kadar H2S yang

diperoleh selama penelitian berada diatas baku BMA kelas 1 (0,002 mg/l).

Konsentrasi ortofosfat di Waduk Jatiluhur berfluktuasi, selama periode 2004-

2016 nilai terendah terjadi pada tahun 2010 dan 2011 dengan nilai rata-rata 0,07

dan 0,09 mg/L. Nilai tertinggi pada tahun 2006 dan 2015, yaitu rata-rata 0,53 mg/L.

Hal ini berkaitan dengan penebaran ikan bandeng pada tahun 2009 dan 2010

dimana ikan bandeng mampu mengkonsumsi plankton secara efektif sehingga

memberikan dampak positif bagi perbaikan lingkungan perairan waduk. Seperti

halnya konsentrasi orthofosfat, konsentrasi nitrat juga mempunyai nilai berfluktuasi

dari 2004-2016 dengan kisaran 0,06-7,64 mg/L. Tingginya kisaran fluktuasi

konsentrasi nitrat disebabkan oleh peningkatan masukan bahan organik yang

masuk ke perairan.

6
2. 6. Komponen Biologi

2.6.1. Plankton

Fitoplankton yang mendominasi di Waduk Jatiluhur adalah dari kelas

Cyanophyceae sedangkan zooplankton yang dominan adalah dari kelas Rotatoria.

Kelompok kelas fitoplakton penyusun utama di Waduk Jatiluhur terdiri dari kelas

Cyanophycae, Chlorophyceae dan Bacillariophyceae. Kelas Dinophyceae

mendominasi akibat tingginya konsentrasi bahan organik dan unsur hara di

perairan waduk.Keberadaan fitoplankton memiliki hubungan yang positif dengan

kelimpahan zooplankton, sehingga ketika fitoplankton rendah kelimpahan

zooplankton di perairan tersebut juga akan menurun sesuai dengan piramida

makanan.

Gambar 3. Cyanophycae (kiri) dan Rotaria (kanan)

2.6.2. Tumbuhan Air

Tumbuhan air yang banyak terdapat di Waduk Jatiluhur adalah eceng

gondok, (Eichhornia crassipes) dan kayu apu (Pistia sp). Kedua jenis tumbuhan

air ini termasuk tumbuhan mengapung sehingga dengan adanya tiupan angin bisa

bergerak kesana-kemari.

Secara ekologis, kehadiran tumbuhan air diperlukan sebagai pengatur

keseimbangan ekosistem. Bagi ikan, kehadiran tumbuhan air secara terbatas di

suatu perairan dapat berfungsi sebagai tempat berlindung, tempat mencari makan

dan asuhan serta tempat menempelkan telur jenis ikan tertentu pada waktu

7
pemijahan. Namun demikian, apabila keadaan tumbuhan air ini sudah merugikan

karena keberadaannya melebihi yang diinginkan maka akan berubah menjadi

gulma.

Gambar 4. Eichhornia crassipes (kiri) dan Pistia sp. (kanan)

Tumbuhan air berguna sebagai penyerap nutrien dan logam berat, pupuk

organik dan bahan biogas tetapi jika sudah menjadi gulma akan berdampak negatif

karena mengurangi kandungan oksigen terlarut, meningkatkan pendangkalan

(sedimentasi), meningkatkan evapotranspirasi (mengurangi jumlah air),

mengganggu transportasi, dan mengganggu operasional fungsi waduk.

2.6.3. Sumberdaya Ikan

Ikan asli di Waduk Jatiluhur merupakan ikan Sungai Citarum. Ikan yang

semula terbiasa hidup pada habitat air mengalir ini, kemudian beradaptasi dan

berkembang di waduk yang berubah menjadi perairan tergenang. Perubahan

karakteristik habitat dari berbentuk sungai menjadi waduk ini berpengaruh

terhadap kehidupan dan perkembangbiakan komunitas ikan tersebut.

Beberapa jenis ikan yang ada di waduk jatiluhur, antara lain ikan gabus

(Channa striata), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan hampal (Hampala

macrolepidota), ikan tawes (Barbonymus balleroides), ikan belida (Chitala lopis),

ikan mas (Cyprinus carpio).

8
Gambar 5. Ikan yang ada di Bendungan Jatiluhur.

Baris pertama: ikan gabus dan ikan nila. Baris kedua: ikan hampal dan ikan

tawes. Baris ketiga: ikan belida dan ikan mas.

2. 7. Sosial-Ekonomi

Gambaran perubahan sistem sosial dengan adanya pembangunan waduk

tercermin dari tipologi mata pencaharian masyarakat yang melakukan usaha

penagkapan ikan di Waduk Jatiluhur. Contoh perubahan mata pencaharian utama

dari petanimenjadi nelayan yang terjadi pada masyarakat Desa Panyindangan.

Perkembangan jumlah pembudidaya dan jumlah unit KJA yang dioperasikan

terus meningkat setiap tahunnya. Dalam periode tahun 2005-2012 jumlah RTP

pembudidaya meningkat dari 1.227 RTP sampai 2.135 RTP, jumlah KJA yang

beroperasi meningkat dari 5.141 petak sampai 21.579 petak dan produksi ikan

bududaya meningkat dari 28.424 ton/th menjadi 82.571 ton/th atau setara dengan

Rp 1.651,42 milyar. Perkembangan sector ini telah memberikan kontribusi

signifikan bagi peningkatan produksi perikanan budidaya perairan umum.

9
BAB III

PENUTUP

3. 1. Kesimpulan

Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia. Terletak

di Kabupaten Purwakarta, Bendungan Jatiluhur dapat menampung air sebanyak

700 m2. Bendungan yang mulai beroperasi pada tahun 1967 ini memiliki fungsi

utama untuk memenuhi kebutuhan irigasi lahan persawahan, pasokan air baku

minum DKI Jakarta dan sekitarnya, pembangkit listrik, pengendali banjir di

Kabupaten Karawang, Bekasi dan Jakarta, pasokan air untuk industri dan untuk

budidaya perikanan darat, untuk pariwisata dan olahraga air.

Penetapan kualitas air di Bendungan jatiluhur ditentukan oleh faktor fisika

(kecerahan) dan faktor kimia (DO, nitrit, sulfat, orthofosfat). Sumber cemaran

eksternal yang masuk ke Waduk Jatiluhur adalah massa air yang masuk dar

Waduk Cirata dan sungai-sungai di sekitar waduk. Adapun sumber cemaran

internal berasal dari aktivitas di dalam lingkungan waduk itu sendiri (aktivitas

budidaya KJA). Biota yang hidup di bendungan Jatiluhur cukup beragam, mulai

dari plankton, tumbuhan air dan juga ikan. Kualitas air di Bendungan Jatiluhur tiap

tahunnya mengalami penurunan.

Perekonomian masyarakat sekitar waduk mayoritas begantung pada

budidaya keramba jarring apung. Keuntungan budidaya sistem KJA berasal dari

hasil produksi ikan yang dibudidayakan. Besar keuntungan budidaya KJA

dipengaruhi oleh harga jual ikan hasil produksinya.

10
3. 2. Saran

Masyarakat harus senantiasa mendapatkan sosialisasi dan penyuluhan

yamg kontiniu sehingga penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan

antara keadilan dan kepastian hukum. Dalam hal ini penegakan hukum yang harus

dilakukan misalnya, penegakan undang-undang keberadaan julah KJA di Waduk

Jatiluhur, keberadaan/penempatan KJA pada zonasi yang tepat, pengelolaan

pembuangan limbah industry, pertanian, dan peternakan ke perairan sungai

khususnya ke DAS Citarum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, L. P., A. Nurfiarini, Y. Sugiarti, A. Warsa, A. Rahman, dan A. L. S.

Hendrawan. 2016. Tata kelola perikanan berkelanjutan di Waduk Jatiluhur.

Yogyakarta: Deepublish.

Nuramini, T. M. (2017). Studi optimalsasi pola pengoperasian Waduk Bajulmati.

Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Hamzah, H., M. S. Maarif, M. Marimin, dan E. Riani. 2017. Status mutu air Waduk

jatiluhur dan ancaman terhadap proses bisnis vital. Jurnal Sumber Daya Air.

12(1): 47-60.

Agung, P. F. 2017. Analisis optimalisasi operasi Waduk Ir. H. Djuanda Jatiluhur

untuk pembangkitan listrik dengan menggunakan solver. Publikasi Ilmiah

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Effendi, P. 2017. Membangun kerangka pengelolaan terpadu sumberdaya lahan

dan air: perspektif sejarah dan politik. Analisis Kebijakan Pertanian. 6(4):

297-313.

Putri, M. A., R. Affandi, I. Setyobudiandi, dan G. Yulianto. 2019. Status

keberlanjutan perikanan budidaya keramba jarring apung (KJA) di Waduk

Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Journal of Natural Resources and

Environmental Management. 9(3): 771-786.

12

Anda mungkin juga menyukai