Anda di halaman 1dari 24

BENDUNGAN AIR

“Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia”

oleh,

Sri Yunitalia Dewi

197011030

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SILIWANGI
LEMBAR PENGESAHAN/PENERIMAAN

1. Judul Makalah : Bendungan Air


2. Penulis
a. Nama : Sri Yunitalia Dewi
b. NPM : 197011030
3. Dosen Mata Kuliah : Ai Siti Nurjamilah, M.Pd.

Makalah ini telah diterima pada hari……… tanggal……….

Oleh

Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Ai Siti Nurjamilah, M.Pd.

Ciamis, 6 April 2020

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah Bahasa Penulis Makalah


Indonesia

(Ai Siti Nurjamilah, M.Pd.) (Sri Yunitalia Dewi)

NIP. 0031019001 NPM. 197011030

i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kini makalah yang berjudul “Bendungan Air” dapat
terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Saya mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, karena tanpa bantuannya
makalah ini tidak akan terselesaikan sebagaimana mestinya.

Makalah ini dibuat untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai


bangunan air, khususnya di bidang Bendung dan sekaligus sebagai tugas
pembuatan makalah yang harus dipenuhi mahasiswa dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia. Dalam Penulisan makalah ini, saya sebagai penulis menyadari
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga penyusunan makalah ini
masih jauh dari memadai dan dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal tambahan
di masa yang akan datang.

Demikian kata pengantar yang saya sampaikan. Terimakasih yang sebesar-


besarnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ciamis, 6 April 2020

ii | P a g e
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN/PENERIMAAN..........................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Permasalahan.............................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

2.1 Pengertian Bendung..................................................................................6

2.2 Jenis-Jenis Bendung..................................................................................6

2.3 Pemilihan Lokasi Bendung.......................................................................7

2.4 Bagian-Bagian Bendung............................................................................8

2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung......................................................................14

2.6 Pemilihan Tipe Bendung.........................................................................15

2.7 Perencanaan Tubuh Bendung..................................................................15

2.8 Stabilitas Bendung...................................................................................20

BAB III..................................................................................................................21

PENUTUP..............................................................................................................21

3.1 Kesimpulan..............................................................................................21

3.2 Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii | P a g e
iv | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun
kecil yang menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama
petani sebagai basis dasar negara Agraris. Kebutuhan akan ketersediaan air pada
suatu daerah sangatlah perlu diperhatikan dikarenakan air merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupannya.
Indonesia merupakan daerah yang memiliki dua musim yakni musim kemarau dan
musim penghujan. Sehingga perlu dikembangkan potensi - potensi sungai tersebut
guna meningkatkan hasil produksi pertanian, salah satunya dengan membangun
bendung.

Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali,
bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja
bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti
untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran suatu
kota. Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung
sementara, bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri
dari pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air sungai
sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk
meninggikan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air
dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.

Bendung sebagai salah satu contoh bangunan air mencakup hampir


keseluruhan aspek bidang ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah, geoteknik,
dan manajemen konstruksi didalam perencanaan teknis strukturnya. Untuk
mendapatkan struktur bendung yang tepat perlu dilakukan analisis dan
perhitungan yang detail dan menyeluruh, hal ini dikarenakan adanya hubungan
saling ketergantungan dari banyak aspek dalam pelaksanaannya.

1|Page
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diangkat pada makalah ini yaitu apa itu bendung,
bagian-bagiannya serta fungsinya dalam kehidupan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang bendung
serta bagian-bagiannya dan fungsinya di dalam kehidupan manusia.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademik
(teoritis) untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bendung serta
syarat-syarat perencanaannya.
1.5 Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang
digunakan adlaah deskriptif. Melaui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan komperehensif. Data teoritis dalam
makalah dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan
tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan
mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema
makalah.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendung


Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu
bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari
bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure),
bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing structure)
dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan
elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan
dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
2.2 Jenis-Jenis Bendung
a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak
dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang
dikehendaki.
Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan
debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun
turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah
hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di
daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap
(fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak
membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.
b. Bendung gerak/bendung berpintu  (gated weir, barrage)
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat
diubah sesuai dengan yang dikehendaki.

3|Page
Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan
naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air
(gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara.
Pada daerah hilir sungai atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai
relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir,
maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa
diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber
kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat
pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung
Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling
menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan
sebagainya. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak
semua persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung
ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung didasarkan
pada beberapa faktor, yaitu :
a. Keadaan Topografi
- Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari
- Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan
- Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.
b. Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor-
faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi
bendung tergantung pada debit rencana. Faktor- faktor yang diperhitungkan, yaitu
masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi
curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site atau bendung.

4|Page
c. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
- Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung
sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebih
dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan pelaksanaannya.
- Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannya
tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi – untuk tidak
menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk dibatasi sampai
dengan kedalaman delapan meter.
- Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan
dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga dapat dihindari.
d. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
- Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil
- Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil
- Tinggi muka air pada debit banjir rencana
- Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
e. Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu
potensi kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
f. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor
penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi
ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu
sulit.
2.4 Bagian-Bagian Bendung
a. Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi

5|Page
awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan
bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran
sungai. Tubuh bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik
dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap
tekanan air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa.

b. Pintu Air (Gates)


Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.
Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:
- Daun Pintu (Gate Leaf)
Merupakan bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat
digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
- Rangka Pengatur Arah Gerakan (Guide Frame)
Merupakan alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton
yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai
dengan yang direncanakan.
- Angker
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan
dari pintu air ke dalam konstruksi beton.

6|Page
- Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.
c. Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada
bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan
bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja. 
d. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung
dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak
pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua
buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu
pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara
dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar
dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa
yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan
yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen
dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama
kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi
pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua
bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat
lewat diatasnya.

7|Page
   

e. Kolam Peredam Energi


Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi
loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan
gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu,
dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan
suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan
penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4
(empat) tipe, yaitu :

8|Page
- Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh
tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan
muka air banjir hilir.
- Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis
kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi
energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air
banjir di hilir. 
- Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted
rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini
mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder).
Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang
melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting
ke arah hilirnya.
- Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter.
Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada
empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya.
Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang
olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari
aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II
merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini
cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m,
ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi

9|Page
pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang
aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe
USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung
hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
- Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan
bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar.
Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar
antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat
diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi
sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan
lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor
keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
f. Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang
lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan
persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap
dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran
pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan
endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
g. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke
bangunan utama untuk keperluan :
- Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
- Pengoperasian pintu.
- Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
- Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

10 | P a g e
2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung
a. Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh
lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai –
sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi
muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena
lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2
jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
b. Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang
tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer
pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya.
Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir.
Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah
disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang
cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan
penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat
lebih hemat.

11 | P a g e
c. Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak
membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d. Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang
mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.
2.6 Pemilihan Tipe Bendung
Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan
pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air
balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka
bendung gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah
yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan
pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka
pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-
batu bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak
mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang
sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).
2.7 Perencanaan Tubuh Bendung
Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam
energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung.
a. Pelimpah (spilway)
Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak
pelimpah direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air
rencana di bangunan bagian paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur,
kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi
energi pada pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran antara
bangunan intake dengan bangunan bagian paling hulu.

12 | P a g e
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat,
pelimpah profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut
standard WES (Waterways Experiment Station) serta banyak lagi bentuk profil
lainnya.
b. Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
-    Kemiringan dasar sungai ( I );
-    Lebar dasar sungai (b);
-    Debit maksimum (Qd).
c. Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
-    Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
-    Elevasi kedalaman air di sawah;
-    Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
-    Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
-    Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
-    Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
-    Kehilangan tekanan di alat – alat ukur;
-    Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
-    Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
-    Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar
sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu
bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
-    Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;
-    Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
-    Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
-    Kesempurnaan aliran pada bendung;
-    Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
-    Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).

13 | P a g e
Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan
minimum 0.5 H.
d. Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung
Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan
tinggi energy – debit, yaitu :
Qd = Cd  ⅔    ⅔ g b H3/2
Dimana :
            Qd = Debit desain, m3/det
            Cd = Koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
              g =  Percepatan gravitasi
            b = Lebar mercu efektif
            H = Tinggi energy di atas mercu
e. Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan
terhadap :
-    Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
-    Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit
desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
-     Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur
(bank full discharge);
-    Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai
yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu
lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi
muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan
bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas.
Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar
pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat
menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.
f. Lebar Efektif Mercu Bendung

14 | P a g e
Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung bruto, Bb,
dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung
yang efektif melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
Be = Bb – 20% Σb – Σt
Be = Bb – 2 (n . kp + ka)H
Dimana  :
Be = Lebar mercu efektif (meter)
Bb = Lebar mercu bruto (meter)
Σb = Jumlah lebar pembilas
Σt = Jumlah pilar-pilar pembilas
n = Jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = Koefisien kontraksi pilar
ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung
H = Tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan
Irigasi,  KP-02.
g. Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi
yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu
aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi
loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.
h. Menentukan Panjang Lantai Muka
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan,
selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari
jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk
memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai
muka atau suatu dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat
dicari dengan rumus atau teori :
-    Teori Bligh

15 | P a g e
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
-    Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi
yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar
daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1. 
i. Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai
dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas
bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
-    Gaya berat
-    Gaya gempa
-    Tekanan Lumpur
-    Gaya hidrostatis
-    Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat)
j. Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu
pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari
2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak daerah yang
akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai.
Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan
kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada
waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda
kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di
sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah
setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu
biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih
besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.
k. Pintu Penguras

16 | P a g e
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu,
maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal
pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir
2.8 Stabilitas Bendung
Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari
bendung, antara lain:
a. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
b. Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai
dan aliran air yang meresap di dalam tanah
c. Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
d. Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka
air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi

17 | P a g e
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu
bagian dari bangunan utama. Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah
untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
Bendung terdiri atas dua jenis yaitu, bendung tetap dan bendung gerak. Dalam
penentuan suatu bendung perlu dilihat pemilihan lokasi bendung yang tepat.
b. Saran
Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendung, perlu memperhatikan
pemilihan lokasi yang tepat berdasarkan faktor-faktor, seperti keadaan topografi,
keadaan hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik dan morfologi, kondisi
tanah serta biaya perencanaan. Selain itu, pemilihan tipe bendung yang tepat dan
perlu memperhatikan stabilitas bendung tersebut.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://civilioengineerio.blogspot.com/2012/01/makalah-bendung.html
https://www.insanteknik.com/2011/01/pertimbangan-pemilihan-lokasi
bendung.html
https://putusukmakurniawan.blogspot.com/2010/09/perencanaan-bendung.html
Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.
Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.
https://id.123dok.com/document/q5mpmmjy-penggerusan-di-hilir-bendung-
dengan-mercu-type-vlugter.html

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai