Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

KIMAS (Kerja Ilmiah Mahasiswa Sipil)


“BENDUNGAN DAN PDAM TELAGA TUNJUNG ”

OLEH :
C1
(ANGKATAN 2017)

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan laporan KIMAS (Kerja Ilmiah Mahasiswa
Sipil), meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Penyusun berterima kasih kepada
Bapak Ir. Cok Agung Yujana, MT dan Ibu Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, MT selaku
dosen pendamping beserta petugas Bendungan dan PDAM Telaga Tunjung yang telah
membantu penyusun dalam mendampingi dan memberikan informasi yang berguna dalam
penyusunan laporan ini.
Penyusun berharap laporan ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Bendungan Telaga Tunjung dan PDAM. Penyusun juga menyadari
sepenuhnya bahwa laporan yang telah penyusun selesaikan ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu mengingat tidak ada sesuatu yang bisa sempurna
tanpa adanya saran yang membangun, penyusun berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan tugas yang penyusun buat di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga laporan yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan yang kurang berkenan.

Denpasar, 16 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka kegiatan Kemah Kerja Sosial Mahasiswa, Kegiatan Ilmiah Mahasiswa
Sipil dan Kegiatan Ilmiah Mahasiswa Arsitektur yang diadakan oleh Fakultas Teknik
Universitas Warmadewa, yang berlokasi di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan,
Kabupaten Tabanan. Kegiatan – kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan kuliah yang
dilakasanakan langsung di tempat survey. Yang bertujuan untuk mengetahui pembangunan
yang ada pada desa itu.
Pembangunan suatu prasarana penyediaan air baku berupa waduk sebagai tempat
penampungan air merupakan suatu alternatif dalam mengatasi masalah pemenuhan
kebutuhan air domestik. Disamping itu pembangunan suatu waduk juga merupakan suatu
usaha konservasi sumber daya air sehingga diharapkan dengan adanya tampungan selain
mengurangi degradasi sumber air juga untuk pengendalian/menghambat air hujan terbuang
ke laut. Berdasarkan potensi Sumber Daya Air di Daerah Tabanan, salah satunya dapat
dikembangkan untuk dimanfaatkan airnya dengan membangun Sub. DAS Tukad Yeh Hoo,
merupakan daerah aliran sungai yang bendungan yang berlokasi di Dusun Telaga Tunjung,
Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.
Pembangunan Bendungan Telaga Tunjung ini merupakan upaya pemerintah untuk
mengantisipasi kekurangan dengan meningkatkan penyediaan air baku, baik untuk air bersih
di wilayah Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur
maupun untuk air irigasi langsung pada Di Meliling, Di Gadungan dan Di Sungang.
Pembangunan prasarana penyediaan air baku bukan hanya berupa waduk, prasarana
penyediaan air baku juga dapat berupa fasilitas PDAM. PDAM yang ada pada tempat ini
memasok kebutuhan air yang ada pada Kecamatan Kerambitan. Air pada PDAM ini juga
dibagi untuk ke saluran irigasi.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari Kemah Ilmiah Mahasiswa Sipil (KIMAS) yaitu :
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengalaman yang lebih luas ketika
melaksanakan kegiatan Kemah Ilmiah Mahasiswa Sipil (KIMAS) dalam dunia kerja.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam
dunia Kemah Ilmiah Mahasiswa Sipil (KIMAS)
3. Mahasiswa dapat memadukan atau mencocokan antara teori yang diperoleh
diperkuliahan mengenai penerapan system dilapangan sehingga mendapat
pemahaman yang lebih mudah dipahami.
4. Mahasiswa juga dapat mengetahui secara langsung tentang keadaan sebenarnya
dilapangan
5. Untuk membina dan menjaring mahasiswa yang kelak akan menjadi penerus untuk
memajukan bangsa Indonesia
6. Meningkatkan minat, motivasi dan daya saing dalam hal penulisan karya ilmiah di
kalangan mahasiswa.

1.3. Manfaat
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang
telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian yang
sebenarnya.
2. Hasil survey dapat digunakan untuk menggambarkan sistem penilaian pelayanan
yang berjalan saat ini .
3. Hasil survey dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab
masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem penilaian pelayanan yang
sedang berjalan. Dengan demikian akan memudahkan pencarian alternatif
pemecahan masalah-masalah tersebut.
4. Hasil survey dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi
pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Bangunan Bendungan

2.1.1 Definisi Bangunan Bendungan Urugan

Bendungan urugan atau bendungan type urugan adalah suatu bendungan yang dibangun
dengan cara menimbunkan bahan-bahan seperti: batu, krakal, krikil, pasir dan tanah pada
kompesisi tertentu dengan fungsi sebagai pengangkat permukaan air yang terdapat didalam
waduk udiiknya.

Berdasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan secara umum dapat
dibedakan 2 type bendungan urugan yaitu :

1. Bendungan urugan batu ( Rock Fill Dam ) disingkat dengan istilah “Bendungan
Batu”
2. Bendungan urugan tanah ( Earth Fill Dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
Tanah”

Selain kedua jenis tersebut terdapat pula bendungan urugan campuran, yaitu terdiri dari
timbunan batu dibagian hilirnya yang berfungsi sebagai penyangga, sedang bagian udiknya
terdiri dari timbunan tanah yang disamping berfungsi sebgai penyangga tambahan, terutama
berfungsi sebgai tirai kedap air.

Didalamnnya kegiatan-kegiatan baik perencananya maupun pelaksanaan pembangunannya,


kedua type bendungan tersebut mempunyai banyak persamaan-persamaan yang cukup
nyata.

2.1.2 Klasifikasi Bendungan Urugan


Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengempang air atau pengangkat permukaan
air di dalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh bendungan merupakan penahan
rembesan air ke arah hilir serta penyangga tandonan air tersebut. Ditinjau dari penempatan
serta susunan bahan yang membentuk tubuh bendungan untuk dapat memenuhi 'fungsinya
dengan baik, maka bendungan urugan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) type utama, yaitu:
* Bendungan urugan homogen (bendungan homogen). "' Bendungan urugan zonal
(bendungan zonal). * Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat). Untuk dapat
membedakan ketiga type tersebut, maka skema serta uraian singkatnya tertera pada Gbr. 1-
l.
(1) Bendungan homogen Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type
homogen, apabila bahan yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang
hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam. Tubuh
bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan penyangga dan
sekaligus sebagai penahan rembesan air (Gbr. 1-2).
(2) Bendungan zonal Bendungan urugan digolongkan dalam type zonal, apabila
timbunan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan
ukuran butiran) yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu (Gbr. 1-l).
Gambar 1. Klasifikasi Bendungan Urugan
Pada bendungan type ini sebagai penyangga terutama dibebankan kepada timbunan
yang lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan dibebankan kepada timbunan yang
kedap air (zone kedap air). Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka
type ini masih dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau "bendungan tirai" (front core
fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zone kedap air yang membentuk
lereng udik bendungan tersebut (Gbr. 1-3).
b. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau "bendungan inti
miring" (inclined-core fill type dam), ialah bendungan zonaf yang zone kedap
airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir
(Gbr. 1-4 dan 1-5).
c. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau "bendungan inti tegak"
(central – core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap airnya
terletak di dalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti
tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan (Gbr. 1-6 dan 1-7).

(3) Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat) Bendungan urugan digolongkan


dalam type sekat (facing) apabila di lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan
sekat tidak lulus air (dengan kekedapan yang tinggi) seperti Iembaran baja tahan
karat, beton aspal, lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok,
dan lain-lain. (Gbr. 1-8).
2.1.3. Perancangan Untuk Bendungan Urugan
Pada hakekatnya existensi suatu bendungan telah dimulai sejak diadakannya
kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan sampai akhir dari umur efektif bendungan tersebut. Semakin mendalam
pelaksanaan survey dan perancangan dikerjakan, inaka semakin mudahlah pembuatan
perencanaan-teknisnya dan semakin mudah pula pelaksanaan pembangunannya karena
kemungkinan terjadinya modifikasi-modifikasi konstruksi akan semakin kecil.
Tetapi sebaliknya apabila survey dan perancangannya kurang teliti dan kurang
mendalam, kadang-kadang pilihan yang semula (pada tingkat perancangan) jatuh pada
bendungan beton, dapat berubah menjadi bendungan urugan setelah tiba pada saat
pembuatan perencanaan-teknisnya, sehingga seluruh basil survey dan perancangan yang
semula, terpaksa ditinjau kembali. Bahkan pada beberapa kasus, kadang-kadang di saat suatu
bendungan dalam proses pelaksanaan pembangunannya, akibat diketemukannya kondisi-
kondisi geologi yang kurang menguntungkan, terpaksa harus memindahkan sumbu
bendungan yang telah ditetapkan atau memperbaiki kemiringan-kemiringan lereng
bendungan, yang mengakibatkan bahwa volume urugan dapat berubah dengan sangat
menyolok. Contoh-contoh kejadian tersebut di atas, dapat mengakibatkan terlambatnya
pelaksanaan pembangunannya, dan kadang-kadang bahkan terpaksa harus ditinggalkan
begitu saja, karena timbulnya tambahan-tambahan pembiayaan yang melampaui batas
persyaratan ekonomis. Berhubung tersebut, maka kemantapan perencanaan-teknis suatu
bendungan sangat ditentukan oleh ketelitian pada pelaksanaan survey dan investigasi,
sehingga mendapatkan data-data yang dapat dipercaya dan selanjutnya akan diperoleh
analisa-analisa yang jitu.
Dari basil analisa-analisa teknis tersebut, maka akan dapat ditentukan dengan mantap
hal-hal sebagai berikut:
a. Kendudukan bendungan yang paling baik (the most favorable dam site).
b. Type bendungan yang paling cocok.
c. Metode pelaksanaan pembangunan yang paling efektif.
Berdasarkan data-data yang betul-betul lengkap serta dapat mencerminkan kondisi
sesungguhnya dari tempat kedudukan calon bendungan dan disertai dengan analisa-analisa
yang jitu dengan mengadakan sistem coba-banding dari berbagai alternatif secara berulang
kali, barulah akan dapat diharapkan ketepatan dan kemantapan dari ketiga unsur pokok
tersebut di atas.
Beberapa aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan
pembangunan suatu bendungan adalah:
1. Topografi.
2. Geologi teknik.
3. Pondasi.
4. Hidrologi.
5. Bahan bendungan.
6. Bangunan pelimpah.
7. Bangunan penyadap.
8. Dan Lain-lain.
1. Topografi
Apabila peninjauan hanya didasarkan pada kondisi topografi, maka bendungan
beton akan lebih menguntungkan jika sekiranya dibangun pada alur sungai yang dalam
tetapi sempit, sebaliknya pada alur sungai yang dangkal tetapi lebar, bendungan urugan
akan lebih murah.
Akan tetapi, berhubung banyaknya faktor lain yang perlu diperhitungkan, antara
lain kondisi geologi di daerah calon bendungan, tersedianya bahan dengan kwalitas
yang memenuhi syarat untuk tubuh bendungan, kemampuan teknologi pelaksanaan
pembangunannya; maka pada kenyataannya kadang-kadang bahkan terjadi hal yang
sebaliknya.
Selain itu sering juga dijumpai bendungan dengan konstruksi kombinasi (type
urugan dikombinasikan dengan bendungan beton). Karenanya secara pasti sukarlah
untuk dapat ditetapkan langsung type mana yang paling cocok untuk suatu Iokasi calon
bendungan, sebelum diactakan penelitian-penelitian secara menctalam ctan saksama
terhactap semua faktor-faktor yang akan rnempengaruhi rencana pembangunan suatu
bendungan.
Walaupun demikian kernampuan actaptasi bendungan urugan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan bendungan beton, sehingga kemungkinan terpilihnya bendungan
urugan lebih besar ctari pacta benctungan beton.
Dalarn keadaan dimana rnernbangun bendungan urugan pacta alur yang sempit
tetapi dalam, merupakan altematif yang terpilih, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Diusahakan agar pemilihan bahan untuk tubuh bendungan sedemikian rupa
sehingga potongan melintangnya paling sederhana. (Jenis bahan serta
gradasinya diusahakan supaya tidak banyak). Hal tersebut akan
menguntungkan, karena pelaksanaan pembangunannya lebih sederhana,
mengingat sempitnya lapangan pelaksanaannya, dan terbatasnya ruang gerak
untuk alat-alat berat yang digunakan untuk pengangkutan bahan tubuh
bendungan.
b. Retak-retak pada tubuh bendungan kemungkinan dapat terjadi akibat
perbedaan angka konsolidasi yang besar antara bagian tubuh bendung yang
terletak diatas sungai, dimana bagian tubuh bendung yang terletak diatas
tebing sungai.
c. Biasanya kebocoran-kebocoran yang paling mudah terjadi adalah di daerah
kontak antara timbunan yang kedap air (inti, tirai, ctll.) ctengan tebing sungai.
Karenanya dianjurkan agar penggalian untuk landasan inti tersebut pada
tebing dan dasar sungai supaya dibuat berparit-parit agar kontak menjadi lebih
luas antara timbunan kedap air dengan alasnya (tebing dan dasar sungai)
menjadi lebih sempuma. Penggalian-penggalian pada calon landasan inti
kedap air supaya dilaksanakan dengan teliti dan pekerjaan penimbunannya
agar dilakukan dengan cermat serta diusahakan agar digunakan bahan tanah
liat dengan angka P. I. (Plasticity Index) tidak kurang dari 15.
d. Pacta keadaan topografi, dimana tebing sungainya terlalu curam, sehingga
rnenyukarkan_ pembuatan bangunan-bangunan pelengkap untuk bendungan
(seperti: bangunan pelimpah, bangunan penyactap, bangunan pengglontoran
ctan jaringan jalan-jalan exploitasi) ctan apabila debit banjirnya relatif sangat
besar dibandingkan dengan lebar sungai, maka dalam hal ini bendungan beton
merupakan alternatif yang paling rnemungkinkan.
e. Pada kondisi topografi seperti yang tertera pada di atas stabilitas bendungan
akan lebih meningkat, karena tebing sungai dapat pula bekerja sebagai
penyangga, baik untuk beban vertikal maupun beban-beban horizontal secara
langsung (sehingga tubuh bendungan dapat disangga oleh alur sungai secara
stereornetris).
2. Geologi teknik Pada hakekatnya penelitian geologi teknik yang perlu dilakukan,
tidak hanya di daerah sekitar tempat kedudukan calon bendungan yang akan
dibangun, tetapi harus pula diadakan penelitian di daerah calon waduk dan sekitarnya
untuk mengidentifisir adanya celah-celah yang mengakibatkan kebocoran ataupun
kemungkinan adanya daerah-daerah yang mudah longsor (sliding zones). Pekerjaan
sementasi yang dilaksanakan pada celah-celah patahan tersebut serta pencegahan
longsoran-longsoran dalam keadaan waduk sudah terisi akan membutuhkan biaya
yang lebih besar. Sedangkan apabila dibiarkan begitu saja, mungkin akan terjadi
kehilangan-kehilangan air yang sangat berlebihan, yang mengalir keluar dari celah-
celah patahan-patahan tersebut. Selain itu adanya retakan-retakan yang luas
penyebarannya, dapat mengakibatkan terjadi longsoran-longsoran berkapasitas
besar, yang mungkin dapat meluncur masuk ke dalam waduk. Dengan masuknya
suatu masa tebing di sekitar waduk tersebut akan menyebabkan penuhnya waduk
terisi sedimen dalam waktu yang amat singkat, yang diikuti oleh keluarnya air waduk
secara mendadak, sehingga terjadi luapan-luapan yang sangat membahayakan
daerah-daerah di sebelah hilirnya. Penting pula diperhatikan usaha-usaha
pencegahan kebocoran-kebocoran yang timbul di sekitar waduk, yang sering terjadi
karena kurangnya perhatian terhadap patahan-patahan, retakan-retakan, bahkan gua-
gua di bawah tanah pada saat penelitian geologi teknis dilaksanakan.
3. Pondasi Pada dasarnya, seperti telah dijelaskan terdahulu, bendungan urugan dapat
dibangun di atas hampir semua keadaan topografi dan geologi yang dijumpai,
sedangkan bendungan beton hanya mungkin dibangun di atas pondasi yang kukuh.
Di atas batuan yang lemah (batuan sedimen seperti: batuan lumpur dan beberapa
batuan metamorf dan batuan lepas), pembangunan bendungan urugan akan lebih
aman dibandingkan dengan bendungan beton. Apabila pondasi terdiri dari tanah
yang lulus a1r a tau daya dukungnya rendah diperlukan perbaikan dengan sementasi
(grouting) yang kadang-kadang biayanya cukup besar. Mengingat struktur geologi
suatu lapisan. Walaupun secara makrokospis kelihatannya homogen, tetapi tidak
selalu demikian dalam susunan mikroskopisnya, sehingga hanya dari hasil-hasil
survey dan pengamatan-pengamatan visuil saja, kondisi geologi yang sebenarnya tak
dapat secara pasti digambarkan. Karenanya di dalam pembuatan perencanaan
teknisnya diperlukan angka-angka keamanan yang cukup, untuk menghindarkan hal-
hal tak terduga yang mungkin saja dapat terjadi, baik pada saat-saat pelaksanaan
pembangunan suatu bendungan, ataupun pada masa-masa exploitasinya. Jika hasil-
hasil perhitungan dan analisa mendapatkan angka pembiayaan sangat tinggi untuk
pekerjaan perbaikan pondasinya, maka dianjurkan agar rencana tempat kedudukan
bendungan (proposed dam site), maupun dimensi dari pada bendungan perlu ditelaah
kembali dan meninjau kemungkinan-kemungkinan pada alternatif yang lain.
4. Bahan bendungan Didasarkan atas pemikiran, bahwa type bendungan yang paling
ekonomis yang harus dipilih, maka dipandang perlu untuk memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(a) Kwalitas dan kwantitas bahan yang mungkin terdapat di sekitar tempat
kedudukan calon bendungan.
(b) Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian (borroll'-pits and quarry-areas) ke
tempat penimbunan calon tubuh bendungan. Lokasi bahan yang terdapat di daerah
calon waduk merupakan perhatian pertama, sebelum mempertimbangkan bahan-
bahan yang terdapat di daerah lainnya. Demikian pula perlu diteliti cara-cara
penggalian yang paling efisien, sesuai dengan sifat-sifat dan formasi dari bahan
tersebut dan cara-cara pengangkutan yang efektif dari tempat pengambilan ke
tempat-tempat penimbunannya pada calon tubuh bendungan tersebut.
Mengingat hampir semua batuan (seperti: tanah, pasir, kerikil dan batu) dapat
digunakan untuk konstruksi tubuh bendungan urugan, maka akan banyaklah alternatif yang
harus dipertimbangkan dan diperbandingkan, sebelum mendapatkan sebuah alternatif
konstruksi tubuh bendungan yang paling ekonomis. Untuk mempersiapkan kemungkinan-
kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan volume timbunan tubuh bendungan, maka
penyediaan bahan sebaiknya 2 (dua) kali lebih banyak dari pada perhitungan volume pada
rencanateknisnya. Akan sangat menguntungkan apabila tempat pengambilan bahan batu dan
bahan tanah terletak pada suatu daerah yang berdekatan dengan calon tubuh bendungan.
Apabila bahan-bahan yang diperoleh tak dapat digunakan secara langsung atau pada
saat penggalian, pengangkutan, penimbunan, pemadatan maupun masa exploitasinya bahan
tersebut akan berubah karakteristika mekanis dan kimiawinya, maka diperlukan adanya
usaha-usaha penyesuaian seperlunya ataupun pencegahan-pencegahan agar dapat
dihindarkan perubahan-perubahan tersebut di atas, antara lain dengan cara sebagai berikut:
(a) Untuk bahan kedap air
* Menyesuaikan angka kadar air (kelembaban) dengan kebutuhan (kalau terlalu tinggi
dijemur, kalau terlalu rendah disiram air.)
* Mencampurkan beberapa macam bahan galian asli, sehingga dapat diperoleh bahan dengan
gradasi yang diinginkan.
* Mengeluarkan butiran-butiran yang terlalu besar, di luar ukuran-ukuran yang diinginkan.
(b) Untuk bahan lulus air
* Memperbaiki gradasi (dengan mencampur-campur beberapa bahan galian) agar dapat
digunakan untuk bahan filter.
* Memproses batuan lunak agar tidak mudah pecah.
* Mengayak bahan berbutiran, lepas untuk bahan dasaran atau timbunantimbunan khusus
lainnya.
Untuk semua hal tersebut di atas, diperlukan adanya biaya-biaya tambahan.
Selanjutnya pengujian-pengujian bahan secara sempurna dengan dukungan metodemetode
penyempurnaan kwalitas bahan secara ekonomis adalah suatu usaha yang sangat
menentukan guna mendapatkan bahan yang ekonomis serta pembuatan bendungan yang
paling murah.
(5) Bangunan pelimpah
Apabila debit banjir suatu bendungan diperkirakan akan berkapasitas besar
dibandingkan dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya penempatan
sua tu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif bendungan urugan
mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggungjawabkan dan bendungan beton
mungkin akan lebih memadai dan penelitian-penelitian serta analisa-analisa selanjutnya
yang lebih mendalam terhadap kemungkinan pembangunan bendungan beton perlu
dilaksanakan.
Kekurangan yang paling menonjol pada bendungan urugan adalah lemahnya daya
tahan bendungan terhadap limpasan (over-topping) dan dalam kondisi hydrologi seperti terse
but di atas, maka bendungan urugan merupakan alternatif yang tidak meyakinkan.
Memforsir alternatif bendungan urugan harus pula diimbangi dengan pembuatan
bangunan pelimpah yang besar, agar kapasitasnya mampu menampung debit yang besar
terse but. dan pembuatannya akan membutuhkan biaya yang sedemikian besarnya, sehingga
kalau dibandingkan dengan harga bangunan pelimpahnya telah mendekati harga alternatif
bendungan beton, sebagaimana halnya bendungan beton sekaligus dapat pula berfungsi
sebagai bangurian pelimpah.
Pada beberapa contoh yang extrim telah menunjukkan bahwa telah banyak
dibangunnya suatu bendungan urugan, dimana harga bangunan pelimpahnya sudah meliputi
(40 sfd 50%) dari harga bendungan secara keseluruhan. Akan tetapi dengan mencoba
mendapatkan Iokasi-Iokasi dari pada punggung perbukitan yang agak rendah yang akan
mengelilingi calon waduk (saddle-backed topography), mungkin dapat diketemukan suatu
punggung perbukitan yang cukup rendah, sehingga dapat dibuat suatu bangunan pelimpah
frontal yang lebar.
Selanjutnya hasil dari penggalian untuk tempat kedudukan bangunan pelimpah dan
bangunan-bangunan pelengkap lainnya diusahakan agar dapat dipergunakan untuk bahan
penimbunan tubuh bendungan dan demikian harga pembangunan waduk dapat ditekan pada
tingkat yang paling ekonomis.
Pada penentuan kapasitas bangunan pelimpah supaya dipertimbangkan pula hal-hal
yang berkenaan dengan fungsi dari waduk dan cara-cara penyadapan air dari waduk terseb
ut.
Apabila suatu bendungan urugan akan dibangun di daerah-daerah yang exploitasinya
agak sukar, perlu dipertimbangkan pembuatan suatu pelimpah darurat, sehingga debit banjir
dapat ditangani secara lebih mantap.
(6) Bangunan penyadap
Pada hakekatnya air yang terdapat di dalam waduk akan dipergunakan untuk
berbagai macam kebutuhan dengan berbagai macam syarat-syarat teknis penyadapannya,
sehingga bangunan penyadap yang ditetapkan supaya dapat disesuaikan dengan syaratsyarat
penyadapan yang dibutuhkan tersebut. Umumnya air yang disadap dari waduk dipergunakan
untuk keperluan-keperluan irigasi, pembangkit tenaga listrik, air minum, pengendalian
banjir, penggelontoran dan Iain-Iainnya.
Seyogyanya diperhatikan pula kemungkinan-kemungkinan type bangunan penyadap
yang berfungsi ganda, sesuai dengan tujuan pembangunan waduk yang bersangkutan,
misalnya air penggelontoran dikeluarkan melalui terowongan pembuang, terowongan
penggelontor lumpur atau terowongan pelimpah banjir dan kesemuanya ini agar selalu
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomis.
Seperti halnya bangunan penyadap type menara (bangunan penyadap menara)
mempunyai suatu kelebihan, bahwa operasi pintunya mudah dan dapat mengatur debit
pengambilan secara ketat, tetapi harganya begitu tinggi dibandingkan dengan bangunan
penyadap type lainnya. Selain itu bangunan penyadap type menara ini membutuhkan
pondasi yang kuat serta memerlukan exploitasi dan pemeliharaan yang teliti pula.
Sebaliknya bangunan penyadap sandar berterowongan miring, selain pembiayaannya
rendah, type ini tidak memerlukan pondasi yang kuat, demikian pula biaya exploitasi dan
pemeliharaannya tidak terlalu tinggi.
Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, dapat kiranya dicatat, bahwa untuk
mendapatkan lokasi pembuatan type penyadap kedua inipun tidaklah selalu mudah.
Disamping itu semakin panjang terowongannya, maka pelaksanaan operasinya akan
semakin sukar, karena membutuhkan penampang yang semakin besar untuk mengalirkan
debit yang sama, yang berarti memerlukan pintu-pintu yang besar dan berat.
Demikian pula bila diperhatikan perbedaan pada terowongan penyalurnya (outlet
conduit) antara kedua type bangunan penyadap tersebut di atas dapat dicatat hal-hal sebagai
berikut:
* Pada bangunan penyadap type kedua, terowongan penyalurnya berformasi miring,
sehingga akan lebih panjang dari terowongan pada bangunan penyadap type pertama.
* Berhubung karena terowongan penyalur pada bangunan penyadap type kedua Ietak
pin tu pengambilannya lebih dangkal, maka diperlukan terowongan. yang lebih panjang.
* Terowongan penyalur pada bangunan penyadap type kedua, biasanya terletak di
atas permukaan pondasi yang lemah, sehingga pembuatannya dengan sistem terbuka, sedang
terowongan penyalur pada bangunan penyadap type pertama dibuat dengan sistim tertutup,
karena biasanya letaknya lebih dalam.
* Pada terowongan pengatur bangunan penyadap type pertama pada masa-masa
exploitasinya akan mendapat beban dari tubuh bendungan, beban hydrostatis dan gempa,
sedang untuk terowongan penyalur pada type kedua beban-beban tersebut hampir tidak ada.
Dengan cara memperbandingkan seperti uraian tersebut di atas, maka suatu type
bangunan penyadap dapat dipertimbangkan dan akhirnya dapat ditetapkan suatu type yang
teknis-ekonomis paling cocok untuk suatu bendungan yang akan dibangun.
(7) Lain-lain
Selain problema yang bersifat teknis dan ekonomis, pembangunan sebuah waduk
akan menyangkut problema-problema sosial, seperti pembebasan tanah dan pemindahan
penduduk dari areal-areal yang akan digunakan sebagai waduk, bendungan dan komplex-
komplex pelaksanaan serta penggantian-penggantian pada bangunan-bangunan umum yang
harus ditinggalkan penduduk.
Demikian pula pemindahan-pemindahan fasilitas-fasilitas umum dari daerah yang akan
tergenang, seperti jalan-jalan raya, jalan-jalan kereta api, kantor-kantor pemerintahan, pasar-
pasar dan lain-lainnya.
Selain itu karena membangun sebuah waduk merupakan suatu bangunan yang besar,
sehingga mempunyai pengaruh-pengaruh yang sangat luas pada kehidupan masyarakat,
yang antara lain adalah peningkatan yang drastis pada kondisi sosial ekonomi penduduk
yang berada baik di sekitar waduk, maupun daerah-daerah lain yang masih dalam jangkauan
pengaruh dari waduk tersebut.
2.2 PDAM
2.2.1 Definisi Bangunan PDAM
PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik daerah,
yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. PDAM terdapat di
setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia. PDAM merupakan
perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh
aparataparat eksekutif maupun legislatif daerah.
Perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern sudah ada sejak zaman
penjajahan Belanda pada tahun 1920an dengan nama Waterleiding sedangkan pada
pendudukan Jepang perusahaan air minum dinamai Suido Syo.

BAB III
METEDOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Survei
3.1.1. Lokasi Survei
Survey ini mengambil lokasi di Desa Timpag, kecamatan Kerambitan, Kabupaten
Tabanan.

Gambar 1. Lokasi Survei


Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum

3.1.2. Waktu Survei


Survei dilakukan selama 2 hari yakni di Bendungan Telaga Tunjung dan PDAM

Tabel 1 Waktu dan Tempat Penelitian


Lokasi Penelitian Hari Tanggal Waktu

Bendungan Telaga 13.40-14.25


Sabtu 1/12/2018
Tunjung WITA
10.30 -Selesai
PDAM Minggu 2/12/2018
WITA

Sumber : Hasil Analisis

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
1.Meteran / Pita Ukur
2.Buku/Kertas
3.Pulpen / Pensil
4.Buku ‘’Irigasi Dan Bangunan Air’’
5.Papan Ujian
3.2.2.Bahan
1.Data Bendungan
2.Struktur Organisasi Pengelola Bendungan
3.Ijin Kunjungan

3.3. Metode Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data kami dibagi menjai 3 kelompok untuk mempermudah dalam
pengumpuln data. Digunakan 2 metode dalam pengumpulan data yakni :
1. Metode Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara
surveyer dengan informan. Metode ini dilakukan secara mendalam. Adapun hasil
wawancara sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Wawancara
Pertanyaan jawaban
Apa saja pemanfaatan air di Bendungan Pemanfaatan air ini untuk Irigasi dan PDAM
Telaga Tunjung ini Bu?

Apa prioritas utama dari Bendungan Telaga Prioritas utamanya yakni irigasi
Tunjung ini?
Kapan Bendungan ini dilakukan inveksi? Inveksi besar dilakukan selama 5 tahun,
direkomendasikan menambah beton parafet.

Apa pemasalahan dari Bendungan Telaga Permasalahannya di desimentasi, desimentasinya


Tunjung ini? tinggi, karena tata guna di hulu pemukiman.
Desimentasinya selalu lolos ke bendungan.

Apa tindak lanjutunya dari permasalahan itu Masalah desimentasi tindak lanjutnya dengan
sendiri Bu? pengendalian – pengendalian sedimen di hulunya,
konstruksinya belum. Sosialnnya dengan subak,
yakni dengan adanya pola operasi

Apa konservasi dari Bendungan Telaga Perlu diadakannya penggerukan, itu belum
Tunjung ini Bu? Perlu menambah tampungan air

Bagaimana pengoperasian dari Bendungan Bendungan idealnya kita yang ngatur, kalau di
Telaga Tunjung ini Bu? lapangan mereka yang ngatur (petani), idealnya
ada pola operasinya. Namun pada petani ada pola
tanammnya sendiri, jadi mau tidak mau harus
menuruti selagi kita masih bisa, namun tidak
sesuai dengan norma. Karena pada pola operasi
tidak ada pengesahan dari pemkab (pemerintah
kabupaten)
Sumber: Hasil Wawancara

2. Pengamatan Langsung
Dalam metode ini kami mengamati secara langsung mengenai Bendungan Telaga
Tunjung dan PDAM dengan pengambilan foto maupun video
3.4. Langkah Kerja
Langkah kerja Bendungan Telaga Tunjung dan PDAM
1. Semua kelompok berkumpul di Kampus Universitas Warmadewa
2. Menuju lokasi ke Desa Rejasa Penebel Tabanan
3. Masing - masing kelompok menuju lokasi survei yang sudah dibagi, ada yang
menuju ke Bendung Telaga Tunjung da nada juga ke PDAM
4. Pengambian data
a. Dengan proses wawancara
b. Pengamatan secara langsung dengan pengambilan video dan foto

BAB IV

4.1 Fasilitas Pada Bendungan dan PDAM Telaga Tunjung


4.1.1 Fasilitas Pada Bendungan Telaga Tunjung

Berdasarkan gambar terdapat 3 fasilitas bendungan yang akan dibahas, yakni :


1. Main Dam
Main Dam berfungsi untuk menahan dan mengalirkan air ke saluran irigasi dan
PDAM.
2. Spillway
Spillway berfungsi untuk mengalirkan debit banjir dari hulu ke hilir dam sehingga, air
di hulu dam tidak melebihi tinggi tertentu tinggi terntentu yang berbahaya terhadap
mercu dan main dam.
3. Intake
Intake berfungsi untuk menyedap atau mengambil air baku dari badan air sesuai
dengan debit yang diperlukan untuk pengolahan PDAM.
4.1.2 Fasilitas Pada PDAM

Terdapat 3 fasilitas bendungan yang akan dibahas, yakni :

1. Intake Building

Sesuai dengan namanya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertama masuknya air dari
sumber air. Bangunan ini dilengkapi dengan screen bar yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda asing yang terdapat dalam air. Selanjutnya air akan masuk ke dalam bak besar
sebelum dipompakan ke water treatment plant.

2. Water Treatment Plant

WTP merupakan instalasi utama pengolahan air bersih. Terdapat beberapa bagian
pengolahan pada STP yang membuat air menjadi layak digunakan. Adapun bagian tersebut:
 Koagulasi

Bagian pertama kita kenal dengan bak koagulasi. Di bak ini air akan di destabilisasi dari
partikel koloid/kotoran. Proses destabilisasi dapat dilakukan secara kimiawi dengan
penambahan zat tawas (aluminium sulfat) maupun dengan cara fisika yaitu dengan rapid
mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump) dan secara mekanis
(batang pengaduk) agar tawas bercampur merata dengan air.

 Flokulasi

Proses selanjutnya adalah flokulasi untuk membentuk dan memperbesar flok (kumpulan
kotoran). Prosesnya air akan diaduk perlahan agar tawas yang tercampur di air dapat
mengikat partikel kotoran dan membentuk flok yang lebih besar agar lebih mudah
mengendap.

 Sedimentasi

Setelah flok terbentuk (biasanya berbentuk lumpur), air akan masuk ke bak sedimentasi
dimana berat jenis flok yang lebih berat akan otomatis mengendap di dasar bak dan air bersih
dapat terpisah dari lumpur.

 Filtrasi

Setelah air terpisah dari lumpur, air akan disaring lagi agar benar-benar bersih dengan
dimasukkan ke bak filtrasi. Bak filtrasi dapat menggunakan teknologi membran, namun
dapat pula disubtitusi dengan media lainnya seperti pasir dan kerikil silica. Proses ini
dilakukan dengan bantuan gaya grafitasi.

 Desinfeksi

Setelah proses pengolahan selesai, biasanya juga dilakukan proses tambahan (disinfeksi)
berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dll untuk menghindari adanya potensi
kuman dan bakteri yang terkandung di dalam air.

3. Reservoir
Setelah air selesai diolah, air akan dimasukkan ke tempat penampungan sementara di dalam
reservoir sebelum didistribusikan ke rumah dan bangunan. Untuk mengalirkan air, biasanya
digunakan pipa HDPE dan PVC.

Untuk lebih menghemat biaya pembangunan dan operasional, bianya Instalasi Pengolahan
Air (IPA) dibangun di daerah yang cukup tinggi (bukit atau gunung) sehingga dapat
menghemat penggunaan pompa air karena dapat dialirkan dengan gaya grafitasi. Untuk
menjangkau wilayah yang lebih luas, biasanya air akan ditampung lagi di reservoir di tiap
daerah sebelum dipompakan ke rumah dan bangunan.

4.3. Masalah-masalah (Bangunan Bendungan Telaga Tunjung dan PSDA)


4.3.1. Masalah di Bendungan Telaga Tunjung
1. Sedimentasi tinggi
Hal ini dikarenakan tata guna di hulu pemukiman
2. Banjir probable maximum flat
Hal ini bias terjadi atau tidak, bila debit rencana melebihi periode ulang tertentu,
dan air melimpas ke puncak tubuh bendung
3. Kerusakan karet pada pintu intakenya, dikarenakan masa berlakunya, namun tidak
terlalu berpengaruh
4. Saluran pipa di terowongan bangunan Konwik berkarat
Namun sudah dilakukan pengecetan, dan permasalahan waktu pengecetan itu
pipanya dalam keadaan lembab di karenakan pipa itu full berisi air dan berada di
dalam goa
5. Lampu di dalam goa banyak yang mati di karenakan model-model lampu yang
kurang pas di pasang di dalam terowongan

4.3.2. Masalah di PDAM


1. Pada musim kemarau tidak bisa berproduksi karena Bendung Telaga Tunjung sedikit
kapasitas tak tercapai, solusinya saat musim hujan buat banyak reservoir buat panen
air ke subak ke meliling kerambitan
2. Jumlah Reservoir yang tersedia kurang mengakibatkan air yang tersedia pada musim
kemarau sedikit, bahkan tidak sama sekali
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dalam rangka kegiatan Kemah Kerja Sosial Mahasiswa, Kegiatan Ilmiah
Mahasiswa Sipil dan Kegiatan Ilmiah Mahasiswa Arsitektur yang diadakan oleh Fakultas
Teknik Universitas Warmadewa, yang berlokasi di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan,
Kabupaten Tabanan.
Pembangunan Bendungan Telaga Tunjung ini merupakan upaya pemerintah untuk
mengantisipasi kekurangan dengan meningkatkan penyediaan air baku, baik untuk air bersih
di wilayah Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur
maupun untuk air irigasi langsung pada Di Meliling, Di Gadungan dan Di Sungang.
Pembangunan prasarana penyediaan air baku bukan hanya berupa waduk, prasarana
penyediaan air baku juga dapat berupa fasilitas PDAM. PDAM yang ada pada tempat ini
memasok kebutuhan air yang ada pada Kecamatan Kerambitan. Air pada PDAM ini juga
dibagi untuk ke saluran irigasi.

5.2. SARAN

Anda mungkin juga menyukai