Anda di halaman 1dari 24

TUGAS :

WADUK DAN PLTA


“APLIKASI PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
PEMANFAATAN BENDUNGAN”

OLEH:
MAHARANI NUR IKHSANI
E1A1 20 008

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah membarikan
taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan ini dengan baik dan lancar. Seiring dengan berakhirnya
penyusunan tugas ini, sepantasnyalah saya mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah mendukung saya dalam menyusun makalah ini.

Saya juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan


tugas ini, oleh karena itu saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau
kekurangan dalam tugas ini. Selain itu, saya berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar tugas ini menjadi lebih baik. Semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Kendari, 21 Juni 2023

MAHARANI NUR IKHSANI


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................
1.4 Manfaat....................................................................................................

BAB II TIJNAUAN PUSTAKA....................................................................


2.1 Pengertian Bendungan.............................................................................
2.2 Jenis-Jenis Bendungan............................................................................
2.3 Pemilihan Lokasi Bendungan..................................................................
2.4 Bagian-Bagian Bendungan......................................................................
2.5 Kriteria Pokok Desain Bendungan..........................................................

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................


3.1 Perencanaan Bendungan.........................................................................
3.2 Pelaksanaan Bendungan..........................................................................
3.3 Pemanfaatan Bendungan.........................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sendi utama kehidupan manusia. Air bukan hanya sekadar
memenuhi kebutuhan mendasar manusia sebagai air minum, namun juga
berfungsi untuk sumber penghidupan seperti mengairi lahan pertanian, perikanan,
hingga pembangkit listrik. Terdapat berbagai kegiatan perekonomian lain juga
sangat tergantung kepada ketersediaan air, bahkan air bisa menjadi salah satu
limiting factors dalam pertumbuhan ekonomi jika ketersediaannya sangat terbatas.
Kebutuhan air hampir dapat dipastikan mempunyai kecenderungan tidak sejalan
dengan tingkat ketersediannya baik terkait dengan dimensi waktu dan ruang,
maupun jumlah dan kualitasnya. Untuk itu manusia melakukan intervensi ke pola
ketersediaan air melalui pembuatan tampungantampungan air melalui
pembangunan bendungan.
Bendungan merupakan salah satu bangunan yang digunakan untuk
menampung air pada saat musim hujan dan dimanfaatkan pada saat musim
kemarau, sehingga tidak terjadi kekurangan air. Bendungan memiliki beberapa
manfaat antara lain sebagai sumber air irigasi, sumber penyediaan air bersih,
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pengendali banjir, perikanan, dan
pariwisata.
Bendungan juga bermanfaat untuk melakukan konservasi air. Dengan
menahan air lebih lama di darat sebelum mengalir kembali ke laut akan
memberikan waktu untuk meresap dan memberikan kontribusi terhadap pengisian
kembali air tanah. Meskipun nilai manfaat yang besar tersebut, pembangunan
bendungan juga menyimpan berbagai potensi permasalahan. Di dalam makalah ini
akan dipaparkan potret kondisi bendungan di Indonesia saat ini untuk menjadi
masukan bagi rencana pembangunan bendungan baru yang akan datang. Selain itu
juga akan direkomendasikan kebijakan penanganan bendungan-bendungan yang
telah ada untuk meminimalkan resiko dengan tetap mengoptimalkan keberlanjutan
fungsinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah :
1. Apa saja tahapan dalam perencanaan bendungan?
2. Tahapan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan bendungan?
3. Apa manfaat dari suatu pembangunan bendungan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang diuraikan di atas, maka
tujuan makalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tahapan dalam perencanaan bendungan.
2. Mengetahui Tahapan dalam pelaksanaan bendungan.
3. Mengetahui manfaat dari suatu pembangunan bendungan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini, yaitu:
1. Agar dapat mengetahui tahapan dalam perencanaan bendungan.
2. Agar dapat mengetahui Tahapan dalam pelaksanaan bendungan.
3. Agar dapat Mengetahui manfaat dari suatu pembangunan bendungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bendungan


Bendungan adalah sebuah struktur fisik yang dibangun di sungai atau
lembah untuk menahan atau mengalihkan aliran air secara terkendali. Tujuan
utama dari pembangunan bendungan adalah untuk menyimpan air, mengontrol
banjir, memperoleh energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air,
memenuhi kebutuhan irigasi pertanian, atau kombinasi dari beberapa tujuan
tersebut.
Bendungan terdiri dari berbagai komponen, termasuk dinding penahan
(embankmen atau dinding beton), pondasi, inti bendungan (biasanya terbuat dari
tanah liat atau bahan impermeabel lainnya), saluran pelimpah (overflow spillway)
untuk mengalirkan kelebihan air saat banjir, pintu air untuk mengatur aliran air,
dan sistem pengendalian yang terkait.
Dalam mengoperasikan bendungan, pengaturan aliran air sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan air dan mencegah banjir. Air yang ditampung di
belakang bendungan dapat digunakan untuk penyediaan air minum, irigasi
pertanian, pengembangan industri, atau sebagai sumber daya energi melalui
pembangkit listrik tenaga air. Bendungan juga memiliki dampak sosial, ekonomi,
dan lingkungan yang signifikan.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan bendungan, perlu dilakukan studi
kelayakan yang mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat setempat,
ekosistem, penyebaran tanah, dan perubahan aliran sungai. Dengan fungsi dan
tujuan yang beragam, bendungan menjadi infrastruktur penting dalam pengelolaan
sumber daya air dan memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum.

2.2 Jenis-jenis Bendungan


Ada beberapa jenis bendungan yang umum digunakan, tergantung pada
material yang digunakan dalam konstruksinya dan karakteristik topografi di
sekitar lokasi. Berikut ini adalah beberapa jenis bendungan yang umum
1) Bendungan Beton: Bendungan beton adalah bendungan yang terbuat dari
beton bertulang. Mereka menggunakan struktur beton yang kuat untuk
menahan tekanan air. Bentuknya dapat bervariasi, termasuk bentuk
lengkung (curved), gravitasi, atau kombinasi dari keduanya. Bendungan
beton biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang membutuhkan
kapasitas besar, seperti pembangkit listrik tenaga air.
2) Bendungan Tanah: Bendungan tanah dibangun dengan menggunakan
material alami seperti tanah, kerikil, pasir, dan batu. Struktur bendungan
ini mengandalkan kekuatan material tanah yang dipadatkan untuk
menahan tekanan air. Mereka biasanya lebih fleksibel dalam hal perubahan
deformasi daripada bendungan beton. Contoh bendungan tanah termasuk
bendungan tumpukan (embankment dam) dan bendungan tebing (rockfill
dam).
3) Bendungan Gabion: Bendungan gabion terbuat dari dinding berbentuk
kotak yang terdiri dari jaring kawat yang diisi dengan batu atau material
alami lainnya. Mereka biasanya digunakan untuk bendungan yang lebih
kecil atau di lokasi dengan material konstruksi terbatas. Bendungan gabion
umumnya lebih cepat dan lebih ekonomis untuk dibangun.
4) Bendungan Homogen: Bendungan homogen dibangun dengan
menggunakan material yang sama di seluruh struktur bendungan.
Misalnya, bendungan homogen beton adalah bendungan yang seluruhnya
terbuat dari beton, baik inti maupun dinding pelimpahnya. Keuntungan
bendungan homogen adalah konsistensi dalam karakteristik material,
sedangkan kelemahannya adalah biaya dan sumber daya yang lebih
tinggi.
5) Bendungan Kerucut Pasir (Cofferdam): Bendungan kerucut pasir adalah
bendungan sementara yang dibangun di sungai atau di sekitar daerah
kerja yang akan menjadi konstruksi bendungan permanen. Bendungan ini
berfungsi untuk mengalihkan aliran sungai dan menciptakan area kering di
dalamnya untuk memudahkan konstruksi bendungan utama. Biasanya
terbuat dari material pasir atau kerikil yang dipadatkan.

2.3 Pemilihan Lokasi Bendungan


Dalam pemilihan lokasi bendungan, perlu dipertimbangkan aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Kondisi topografi
Kondisi topografi akan berpengaruh pada: tinggi dan panjang tubuh
bendungan, volume tampungan, tata letak/penempatan bangunan pelengkap,
kemudahan jalan masuk, stabilitas lereng, dan lain-lainnya.
Kondisi topografi yang perlu menjadi perhatian antara lain:
 Bentuk dan lebar penampang melintang dan memanjang lembah,
 Bentuk kolam waduk, kemiringan tebing sungai, dll.
Rona topografi adalah merupakan merupakan hasil kegiatan geodinamik
masa lalu seperti: pergerakan tanah, kegiatan vulkanik, geomorfologi (pelapukan,
erosi), dan lain sebagainya. Hal ini berarti rona topografi juga mencerminkan rona
geologi secara tidak langsung seperti: kekerasan batuan, struktur geologi,
pergerakan tanah, dan lain-lainnya.
Dilihat dari kondisi topografi, lokasi yang baik untuk bendungan:
 Untuk tubuh bendungan, adalah pada palung sungai tidak terlalu lebar,
 Untuk waduk adalah pada lembah yang luas dan landai.

b. Kondisi geologi fondasi:


Beberapa kondisi geologi yang perlu menjadi pertimbangan dalam
pemilihan lokasi bendungan adalah:
1) Jenis dan sifat batuan fondasi,
2) Daya dukung fondasi,
3) Longsoran skala besar,
4) Struktur sesar sekala besar,
5) Adanya material yang berbahaya seperti abu vulkanik, logam berat dialiran
sungai,
6) Adanya bidang-bidang diskontinyuitas, dll. Dilihat dari kondisi gelogi
fondasi, lokasi yang baik untuk bendungan, adalah daerah yang memiliki
batuan dasar yang kuat dengan endapan sungai yang tipis

c. Pertimbangan lain
Disamping aspek-aspek diatas, aspek berikut juga tidak kalah pentingnya
untuk dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bendungan, yaitu:
1) Kesesuaian dengan rencana pengembangan wilayah: Lokasi bendungan
sebaiknya dekat daerah layanan dan mempunyai daerah tangkapan/tadah
hujan yang cukup memadai.
2) Kaitannya dengan masyarakat dan ekonomi Pertimbangkan besar ganti
rugi, pengaruh terhadap lahan pertanian, pemukiman, fasilitas umum, aset
budaya, monumen alam, dll
3) Rencana pengembangan jangka panjang Bendungan yang direncanakan
hendaknya terintegrasi dengan proyekproyek yang sudah ada dan rencana
pengembangan jangka panjang
4) Kelestarian lingkungan Dalam pemilihan lokasi dan tipe, perlu di
pertimbangkan fenomena perubahan di daerah tangkapan air dan
pembusukan tumbuhan akibat penggenangan.

2.4 Bagian-bagian Bendungan


Bendungan terdiri dari beberapa bagian yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bendungan tersebut. Berikut ini adalah beberapa bagian utama
yang umumnya ada dalam sebuah bendungan:
a) Embankmen (Dinding Penahan): Embankmen adalah bagian bendungan
yang berfungsi untuk menahan tekanan air dari reservoir. Biasanya terbuat
dari material tanah yang dipadatkan, tapi embankmen dapat terdiri dari
dinding beton yang kuat. Embankmen bertugas untuk mendistribusikan
beban air secara merata ke dasar bendungan.
b) Inti Bendungan: Inti bendungan adalah lapisan impermeabel yang ada di
tengah embankmen untuk mencegah kebocoran air. Inti bendungan
biasanya terbuat dari tanah liat, bahan geosintetik, atau kombinasi
keduanya. Tujuannya adalah untuk menjaga kestabilan dan mencegah air
merembes melalui embankmen.

c) Pelimpah (Spillway): Pelimpah adalah bagian bendungan yang dirancang


untuk mengalirkan kelebihan air yang melebihi kapasitas tampungan
bendungan saat terjadi banjir. Pelimpah dapat berupa saluran beton
dengan pintu-pintu pelimpah atau berupa saluran alami yang dibangun di
sekitar bendungan. Fungsi pelimpah adalah menjaga keamanan dan
stabilitas bendungan dengan mengalirkan air melalui saluran yang aman.
d) Pintu Air (Gates): Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air melalui
bendungan. Pintu air dapat berupa pintu geser, pintu baja berengsel, atau
pintu lain yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Dengan
mengontrol pintu air, debit air yang melewati bendungan dapat diatur
untuk memenuhi keperluan seperti pengaturan pasokan air, pengendalian
banjir, atau pengoperasian pembangkit listrik tenaga air.
e) Reservoir: Reservoir adalah area penyimpanan air di belakang bendungan.
Reservoir terbentuk ketika aliran sungai terhambat oleh bendungan dan air
tertampung di wilayah tersebut. Reservoir berfungsi untuk menyimpan air
dan memenuhi berbagai kebutuhan, seperti penyediaan air minum.
f) Sistem Pengendalian dan Pemantauan: Bendungan dilengkapi dengan
sistem pengendalian dan pemantauan yang terdiri dari instrumen dan
perangkat untuk mengawasi kondisi bendungan, aliran air, dan operasi
pintu air. Sistem ini memberikan informasi penting untuk pengoperasian
yang efektif dan pengambilan keputusan yang tepat terkait manajemen
bendungan.
Selain bagian utama tersebut, bendungan juga dapat memiliki komponen
lain seperti saluran pembuangan, jaringan pipa, pompa, jalan akses, dan bangunan
pendukung lainnya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan bendungan tersebut.
2.5 Kriteria pokok desain bendungan
Agar keamanan struktur terpenuhi, Desain dan konstruksi bendungan harus
layak teknis (proper), memenuhi 3 kriteria pokok berikut, yaitu:
• Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional,
• Aman terhadap kegagalan hidrolik, dan
• Aman terhadapi kegagalan rembesan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perencanaan Bendungan
Pembangunan bendungan adalah salah satu wujud dari usaha memenuhi
kebutuhan air dengan membendung air. Bendungan merupakan sebuah konstruksi
yang didesain agar kuat untuk menahan dan menyimpan air, sehingga air dapat
digunakan sesuai dengan keperluan. Perencanaan bendungan melibatkan tahapan
yang cermat untuk memastikan pembangunan bendungan yang efisien, aman, dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berikut ini adalah langkah-langkah umum
dalam perencanaan bendungan:
1. Studi Kelayakan: Tahap awal perencanaan adalah melakukan studi
kelayakan untuk menentukan apakah pembangunan bendungan di suatu
lokasi memungkinkan dan ekonomis. Studi ini melibatkan analisis geologi,
hidrologi, topografi, dan aspek lingkungan untuk evaluasi stabilitas tanah,
potensi banjir, kapasitas waduk, dan dampak lingkungan.
2. Desain Hidrologi: Desain hidrologi melibatkan karakteristik hidrologi suatu
daerah, seperti curah hujan, aliran sungai, dan pola banjir. Data hidrologi
digunakan untuk mengestimasi debit udara yang akan ditangani oleh
bendungan selama berbagai kondisi, termasuk banjir maksimum yang
diharapkan.
3. Desain Hidraulik: Desain hidraulik melibatkan pengendalian dimensi dan
struktur bendungan yang dapat menahan aliran udara yang diharapkan.
seperti ketinggian bendungan, lebar puncak, lereng dinding bendungan, dan
tipe pintu air atau saluran pembuangan yang dipertimbangkan dalam desain
ini.
4. Analisis Stabilitas: Analisis stabilitas dilakukan untuk memastikan
keamanan dan stabilitas bendungan. Ini melibatkan evaluasi kemampuan
tanah atau batuan di sekitar bendungan untuk menahan beban udara dan
tekanan yang dihasilkan oleh waduk. Metode analisis geoteknik digunakan
untuk mengidentifikasi risiko keruntuhan dan pergeseran tanah yang
mungkin terjadi.
5. Analisis Dampak Lingkungan: Dalam perencanaan bendungan, penting
untuk melakukan analisis dampak lingkungan untuk memahami
konsekuensi pembangunan terhadap ekosistem, flora, fauna, dan masyarakat
setempat. Evaluasi dampak lingkungan membantu mengidentifikasi
tindakan mitigasi yang diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan
memastikan keberlanjutan lingkungan.
6. Perizinan dan Izin: Pembangunan Bendungan biasanya memerlukan
persetujuan dari otoritas yang berwenang dan pihak terkait, termasuk
lembaga lingkungan, pemilik lahan, dan komunitas setempat. Proses
perizinan dan perolehan izin harus dilakukan sesuai dengan peraturan dan
regulasi yang berlaku.
7. Konstruksi dan Pengawasan: Setelah perencanaan selesai, tahap konstruksi
dimulai. Kontraktor yang berwenang akan melaksanakan pembangunan
sesuai dengan rencana yang telah disetujui. Selama tahap konstruksi,
pengawasan yang ketat diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap
desain, kualitas bahan, dan keamanan pekerja.
8. Pengelolaan dan Operasi: Setelah bendungan selesai dibangun, tahap
pengelolaan dan operasi dimulai. Ini melibatkan pengoperasian dan
pemeliharaan bendungan, termasuk pengaturan aliran air, pemantauan
stabilitas bendungan, dan perawatan infrastruktur pendukung seperti pintu
air dan saluran pembuangan.
Perencanaan bendungan sangat penting untuk memastikan keberhasilan
proyek dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
di sekitarnya. Tahapan perencanaan yang komprehensif membantu dalam
merancang dan membangun bendungan yang aman, efisien, dan berkelanjutan.

3.2 Proses Pelaksaan Bendungan


Proses pelaksanaan bendungan melibatkan langkah-langkah yang meliputi
persiapan, konstruksi, pengujian, dan penyelesaian. Berikut adalah penjelasan
rinci tentang proses pelaksanaan bendungan:
1. Persiapan
a. Studi Kelayakan: Melakukan studi untuk menentukan kelayakan
pembangunan bendungan di lokasi yang dipilih. Studi ini mencakup
analisis geologi, hidrologi, topografi, dan aspek lingkungan.
b. Detail Perencanaan: Menyusun rencana teknis yang mencakup desain
struktural, hidrologi, hidraulik, dan perizinan yang diperlukan.
c. Perolehan Izin: Mengurus perizinan dan izin dari pihak pemilikan dan
memperoleh persetujuan dari pemilik hak.
2. Konstruksi:
a. Persiapan Lokasi: Melakukan pembersihan lahan, pengukuran
topografi, dan persiapan infrastruktur pendukung seperti akses jalan,
pemenuhan air, dan pengaturan kamp kerja.
b. Pembangunan Pondasi: Membangun fondasi yang kuat untuk
mendukung struktur bendungan. Ini melibatkan pertarungan dan
pemadatan tanah serta pengecoran beton untuk bisikan.
c. Konstruksi Struktur Bendungan: Membangun dinding bendungan
dengan menggunakan material seperti beton, batu, atau tanah
tergantung pada desain yang dipilih. Proses ini melibatkan pengecoran
dan pemadatan lapisan struktural hingga mencapai tinggi yang
ditentukan.
d. Pemasangan Pintu Air dan Saluran Pembuangan: mengganti pintu
udara, pos jaga, saluran pembuangan, dan peralatan terkait untuk
mengatur aliran udara dan mengelola waduk tinggi. e. Pelengkap
Konstruksi:
3. Pengujian dan Pemantauan:
a. Pengujian Struktur: Setelah selesai dibangun, struktur bendungan diuji
untuk memastikan kekuatan, stabilitas, dan kesesuaiannya dengan
standar dan desain yang ditetapkan. Pengujian meliputi tes beban,
pengujian kebocoran, dan pengujian struktural lainnya.
b. Pemantauan Hidrologi: Setelah waduk terisi air, pemantauan terus
dilakukan untuk mengamati perilaku hidrologi di sekitar waduk,
termasuk aliran sungai, curah hujan, dan udara tinggi di waduk.
c. Pemantauan Stabilitas: Pemantauan deformasi tanah, pergerakan
struktur, dan parameter geoteknik dilakukan secara berkala untuk
memastikan stabilitas bendungan selama operasi dan masa pakainya.
4. Penyelesaian Proyek:
a. Penyelesaian Administratif: Pada tahap ini, proses administrasi
proyek, seperti pengajuan laporan akhir, penyelesaian kontrak, dan
audit keuangan, diselesaikan.
b. Operasionalisasi: Setelah penyelesaian proyek, bendungan siap untuk
dioperasikan. Ini melibatkan pengaturan manajemen operasional,
termasuk pemeliharaan rutin, pengoperasian pintu udara, pengawasan
kualitas udara, dan pengelolaan waduk sesuai dengan tujuan proyek
bendungan.

 Metode Pelaksanaan Bendungan


Metode pelaksanaan pada bendungan memang lebih kompleks dibanding
dengan bangunan lain. Pada proyek bendungan terdapat berbagai macam jenis
pekerjaan mulai dari pekerjaan tanah, struktur, jalan, MEP, arsitektural dan lain
sebagainya. Oleh karena itu pada artikel ini akan dijelaskan gambaran secara
umum tentang sequence pekerjaan bendungan besar.
Sebelum menjelaskan mengenai metode pelaksanaan bendungan besar,
terlebih dahulu harus dipahami pekerjaan apa saja yang ada di pekerjaan
bendungan antara lain: pekerjaan pengalihan air sungai (pengelak) berupa
terowongan atau pun saluran terbuka, pekerjaan galian tubuh bendungan,
pekerjaan cofferdam, pekerjaan shotcrete, pekerjaan grouting, pekerjaan timbunan
tanah, pekerjaan jalan akses, pekerjaan spillway, struktur tower intake, bangunan
outlet, pekerjaan hidromekanikal dan lain sebagainya.
1. Membangun Direksi Keet
Pekerjaan pertama adalah membangun area perkantoran direksi keet.
Penentuan lokasi sebisa mungkin tidak terlalu jauh dari lokasi proyek.
2. Pengukuran
Pengukuran merupakan pekerjaan awal sebelum memulai clearing area.
Pekerjaan pengukuran terdiri dari penentuan koordinat BM yang akan dijadikan
acuan untuk pekerjaan selanjutnya. Penentuan BM ini harus disepakati antara
kontraktor, konsultan dan pemberi jasa yang tertuang di berita acara. Setelah
penentuan BM dilanjutkan pembuatan patok-patok CP di area pembebasan lahan.
Pada pekerjaan pengukuran juga diperlukan survey awal topografi untuk membuat
kontur tanah. Pengukuran topografi bisa menggunakan alat Total Station atau
Drone (Photogrammetry).
3. Clearing dan Jalan Akses
Pekerjaan selanjutnya adalah membersihkan pohon- pohon di area kerja
terutama di jalur jalan akses menuju lokasi pekerjaan. Jalan akses ini sangat
penting untuk dibangun terlebih dahulu karena digunakan sebagai mobilisasi alat
berat dan kendaraan.
4. MC-0
Sebelum memulai penggalian pekerjaan pengelak dilakukan pengukuran MC-0
terlebih dahulu. MC-0 harus disepakati bersama antara kontraktor, konsultan, dan
owner. Tujuannya adalah sebagai acuan opnam penghitungan volume pekerjaan
galian.
5. Galian Pengelak (Diversion Channel)
Pengelak adalah pekerjaan pada bendungan yang bertujuan untuk
mengalihkan air sungai agar area kerja di tubuh bendungan kering dan bisa
dikerjakan.Bangunan pengelak terdiri dari berbagai jenis struktur, ada yang
menggunakan saluran terbuka, struktur konduit, dan terowongan.
6. Shotcrete
Pekerjaan Shotcrete bertujuan untuk memperkuat tebing hasil galian agar tidak
runtuh. langkah pekerjaannya adalah pertama memasang pipa pipa Wep hole
Untuk aliran air tanah. kedua memasang ground anchor bila diperlukan.
Selanjutnya memasang besi wiremesh. Yang terakhir adalah menyemprotkan
beton shotcrete dengan ketebalan sesuai design. Biasanya ketebalan shotcrete
sekitar 10 cm. Untuk lebih detailnya metode shotcrete bisa dibaca pada
artikel Pengertian Metode Shotcrete.
7. Cofferdam Sementara dan Pengalihan Air
Cofferdam merupakan timbunan tanah yang bertujuan untuk membendung
aliran sungai agar aliran tersebut berbelok ke pengelak. Metode pelaksanaannya
adalah pekerjaan galian di ujung pengelak dan timbunan Cofferdam dilakukan
secara bersama-sama.
8. Dewatering
Apabila aliran sungai sudah dialihkan maka pekerjaan selanjutnya adalah
dewatering. Dewatering bertujuan untuk memompa genangan air pada area kerja
menggunakan mesin pompa air.
9. Galian Tubuh Bendung
Sebelum dilakukan galian tanah di tubuh bendungan, dilakukan pengukuran
terlebih dahulu. Galian tanah langsung menggunakan excavator dan diangkut
dengan dumptruck. Sedangkan untuk galian batu biasanya di blasting terlebih
dahulu dan dihancurkan dengan excavator breaker. kemudian diangkut dengan
dumptruck.
10. Grouting
Pekerjaan grouting biasa dilakukan untuk memperbaiki dan memperkuat lapisan
tanah. Seperti yang sudah diketahui, bahwa di dalam tanah terdapat lapisan-
lapisan dan rongga- rongga yang kosong. Rongga- rongga di dalam tanah harus
diisi dengan cairan campuran semen untuk memperkuat lapisan tanah.
Grouting di proyek bendungan bertujuan untuk memperkuat dan menahan air agar
tidak melewati bahwa tubuh bendungan.
11. Timbunan Main Dam
Timbunan merupakan pekerjaan utama pada bendungan. Item pekerjaan ini
mempunyai bobot pekerjaan yang besar sehingga perlu direncanakan dari awal
mengenai metode timbunan, jalur akses, dan quarry material.
Desain timbunan bendungan terdiri dari beberapa jenis material dan dibagi
menjadi beberapa zona. Misalkan zona 1 (clay), Zona 2 (Filter), Zona 3 (Random
batu gamping klastik), Zona 4 (Random batu gamping koralin), Zona 5 (Rip rap).
12. Jalan Di Atas Main Dam
Setelah pekerjaan timbunan selesai, selanjutnya adalah pembuatan jalan
akses di atasnya. Mulai dari pekerjaan LPB, LPA, dan Pengaspalan.
13. Tower Intake dan Bangunan Outlet
Pekerjaan tower intake ini berfungsi untuk pengambilan air pada saat sudah
beroperasional. Air tersebut akan dialirkan ke hilir dan dijadikan Pembangkit
Listrik Tenaga Air. Struktur tower intake dan bangunan outlet menggunakan
beton bertulang.
14. Jembatan Tower Intake
pekerjaan selanjutnya adalah membangun jembatan penghubung antara
tower intake dengan jalan akses di atas tubuh bendung.
15. Spillway
Spillway merupakan saluran pelimpah apabila terjadi over flow. Pelimpah
ini biasanya menggunakan struktur beton bertulang. Pekerjaan ini bisa dimulai
bersamaan dengan tubuh bendung karena dilokasi yang berbeda. Yang terpenting
elevasi rencana spillway sudah diketahui
16. Hidromekanikal
Pekerjaan hidromekanikal terdiri dari pemasangan pintu- pintu air, power
house, pemipaan, elektrikal dan lain- lain. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan
setelah pekerjaan struktur selesai.

17. Plugging
Plugging adalah pekerjaan penyumbatan saluran pengelak dengan beton
bertulang. Tujuannya untuk menyumbat aliran sungai agar bendungan terisi penuh
air. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan tubuh bendung, spillway, dan intake
selesai. Metode pelaksanaannya adalah pengecoran dari dalam konduit
menggunakan concrete pump dan dilakukan secara bertahap 1 m.
18. Impounding
Impounding adalah proses pengisian air untuk bendungan. Proses pengisian air
dalam bendungan bisa menghabiskan waktu berbulan- bulan agar terisi penuh
sesuai kapasitasnya.
Selama seluruh proses pelaksanaan bendungan, penting untuk
memperhatikan aspek keselamatan, keberlanjutan lingkungan, dan partisipasi
masyarakat yang terkait dengan proyek. Selain itu, patuhi peraturan dan standar
konstruksi yang berlaku adalah hal yang sangat penting dalam menjamin
keberhasilan proyek bendungan.

3.3 Pemanfaatan Bendungan


Pemanfaatan bendungan memiliki berbagai tujuan dan manfaat yang dapat
diperoleh dari keberadaan struktur bendungan. Berikut adalah beberapa
pemanfaatan bendungan utama:
1. Penyediaan Air:
 Pasokan Air Irigasi: Bendungan digunakan untuk menyimpan air dan
memasok air irigasi bagi pertanian. Air yang disimpan di reservoir
dapat dialirkan ke saluran irigasi dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman.
 Penyediaan Air Minum: Bendungan juga dapat digunakan sebagai
sumber air minum. Air yang disimpan di waduk diproses dan dialirkan
ke sistem pengolahan air untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi
masyarakat.
 Penyediaan Air Industri: Air yang disimpan di bendungan juga dapat
dimanfaatkan untuk keperluan industri, seperti pembangkit listrik
tenaga air, pengolahan industri, dan industri lainnya yang memerlukan
pasokan udara yang stabil.
2. Pengendalian Banjir:
 Mengurangi Banjir: Bendungan dapat mengendalikan aliran air sungai
dan mengurangi risiko banjir dengan menahan air di waduk saat aliran
sungai meluap. Air kemudian dilepaskan secara terkendali melalui
saluran pembuangan.
 Pengaturan Aliran Sungai: Dengan mengatur aliran udara melalui pintu
air dan saluran pembuangan, bendungan dapat mengatur aliran sungai
secara lebih stabil, mencegah banjir tiba-tiba, dan menjaga
keberlanjutan lingkungan di hilir bendungan.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Air:
 Energi Terbarukan: Bendungan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik tenaga air, mengubah energi kinetik air menjadi energi listrik. Ini
merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
 Pasokan Listrik: Pembangkit listrik tenaga air dapat memberikan suplai
listrik yang stabil dan konsisten, membantu memenuhi kebutuhan listrik
dalam skala lokal atau regional.
4. Pasokan Air Baku:
 Bendungan juga dapat berperan dalam penyediaan pasokan baku air
untuk pemenuhan kebutuhan air minum, industri, dan domestik. Air
yang disimpan dalam waduk dapat dialirkan ke instalasi pengolahan air
untuk diolah menjadi air minum yang aman dan berkualitas tinggi.
 Selain itu, bendungan juga dapat menyediakan sumber air untuk
kegiatan industri yang membutuhkan pasokan air yang stabil.
5. Pariwisata dan Rekreasi:
 Daya Tarik Wisata: Bendungan sering menjadi daya tarik wisata karena
keindahan dan ukuran waduknya. Masyarakat dapat menikmati kegiatan
rekreasi di sekitar bendungan, seperti berperahu, memancing, berenang,
atau piknik di tepi waduk.
 Potensi Ekonomi: Pariwisata di sekitar bendungan dapat memberikan
potensi ekonomi bagi masyarakat setempat, seperti pendapatan dari
penginapan, restoran, atau penyediaan layanan wisata lainnya.
Selain manfaat utama di atas, bendungan juga dapat memberikan manfaat
lain seperti pengendalian erosi, pengelolaan sumber daya udara, peningkatan
navigasi sungai, pengembangan habitat perairan, dan peningkatan aksesibilitas
udara di daerah yang kekurangan suplai udara.
Pemanfaatan bendungan harus dilakukan dengan bijaksana,
mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Perencanaan yang
baik, pengelolaan yang efisien, dan pemantauan yang teratur diperlukan untuk
memaksimalkan manfaat bendungan sambil meminimalkan dampak negatifnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan
bendungan adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan:
 Perencanaan bendungan penting untuk memastikan pembangunan yang
efisien, aman, dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
 Studi kelayakan, desain hidrologi, analisis stabilitas, dan analisis
dampak lingkungan adalah langkah kunci dalam perencanaan banjir.
 Tujuan perencanaan meliputi pengendalian aliran air, penyediaan suplai
udara, pembangkitan listrik, dan pengelolaan lingkungan.
2) Pelaksanaan:
 Pelaksanaan bendungan meliputi tahap konstruksi yang meliputi
persiapan situs, struktur pembangunan, pemasangan sistem pengontrol
air, dan pengujian.
 Kepatuhan terhadap perizinan, analisis geoteknik, dan standar
konstruksi sangat penting selama pelaksanaan bendungan.
 Pengawasan yang ketat dan pemantauan terhadap kualitas konstruksi
dan keselamatan pekerja juga harus dilakukan.
3) Pemanfaatan:
 Pemanfaatan bendungan mencakup pengoperasian, pemeliharaan, dan
pengawasan rutin untuk memastikan fungsi dan konstruksi bendungan.
 Tujuan pemanfaatan meliputi penyediaan suplai air, pengendalian
banjir, pembangkitan listrik, irigasi pertanian, dan kegiatan lain yang
memanfaatkan sumber daya air.
 Pengawasan terhadap parameter hidrologi, stabilitas struktur, dan
kondisi lingkungan penting untuk menjaga kinerja dan keamanan
bendungan.
DAFTAR PUSTAKA

CD. Soemarto. 1986. “Hidrologi Teknik”. Erlangga. Jakarta

CV. Studi Teknik. 2015. “Data Survey Proyek Perancangan Ulang Bendung
Kaliloro Kecamatan Kajoran Kab. Magelang”. Semarang

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 1986. “ Kriteria Perencanaan Bangunan


Air Dan Irigasi (KP 01-KP 06)”. Jakarta

Girsang F. 2008 “Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan
Metode Rasional Pada DAS Belawan Kabupaten Deli Serdang”, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Google Maps, 2015. “Peta Citra Lokasi Penelitian”,


http://www.googlemaps.com. diakses tanggal 4 September 2015.

Anda mungkin juga menyukai