OLEH:
NAMA : STARTOSIUS EPINGADO
NIM : 2123716460
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah Rekayasa Gempa juga untuk lebih memperluas pengetahuan dan
menambah wawasan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi menyempurnakan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
2. Pengertian Bangunan Tahan Gempa
Membangun bangunan yang dapat menahan beban gempa adalah tidak
ekonomis. Oleh karena itu, prioritas utama dalam membangun bangunan
tahan gempa adalah terciptanya suatu bangunan yang dapat mencegah
terjadinya korban, serta memperkecil kerugian harta benda.
Dari hal tersebut pengertian bangunan tahan gempa adalah :
Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami
kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun pada
komponen strukturalnya.
Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan
pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural
tidak boleh rusak
Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan
baik pada komponen non-struktural maupun komponen
strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat,
artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi
penghuni bangunan untuik keluar menyelamatkan diri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa prinsip / konsep dasar jembatan?
2. Apa persyaratan bangunan tahan gempa (jembatan tahan gempa)?
3. Bagaimana pengaruh gempa?
4. Bagaimana dasar perencanaan dan cara analisis tahan gempa?
5. Bagaimana analisis terhadap tahan gempa?
6. Bagaimana kombinasi pengaruh gaya gempa?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini dibatasi hanya membahas tentang bangunan
tahan gempa yaitu jembatan tahan gempa.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
memiliki kedalaman yang cukup untuk menopang struktur jembatannya,
dan memiliki tipe tanah yang baik.
4) Material dan tenaga kerja
Dalam pembangunan jembatan, kualitas pekerja dan material harus
dipastikan dalam kondisi terbaik, agar menghasilkan jembatan dengan
kualitas yang baik pula
5) Aliran air
Aliran air harus tegak lurus terhadap garis tengah dari jembatan. Ini
dilakukan agar pondasi tidak menerima beban yang terlalu besar akibat
aliran air.
6) Bentang sungai
Sungai harus dalam keadaan lurus disisi hulu dan sisi hilir. Ini juga
membuat aliran air menjadi seragam dan teratur. Apabila bagian sungai
yang dilalui tidak lurus, ini memungkinkan aliran yang tidak teratur.
7) Aliran sungai
Pengerjaan struktur jembatan tergantung pada aliran air sungainya.
Apabila alirannya tidak sesuai dengan syarat tertentu, pendangkalan akan
terjadi di dasar sungai.
8) Lebar sungai
Apabila lebar sungai kecil, dapat digunakan tipe jembatan yang lebih
ekonomis, begitupula sebaliknya.
9) Parameter hidrologi
Meliputi permukaan air terendah, permukaan air tertinggi, kemiringan
sungai, kecepatan sungai, debit banjir, dan lainnya.
10) Data geoteknik dan seismic
Meliputi kestabilan sungai, lokasi longsor, rincian data gempa di masa
lampau, klasifikasi tanah, kedalaman lapisan tanah, dan lainnya.
11) Persyaratan navigasi
Meliputi volume lalu lintas dibawah jembatan, baik kapal, atau kendaraan
bermotor lainnya, ukuran kendaraan, dan lainnya.
7
2.2 Syarat-syarat Bangunan Tahan Gempa / Jembatan Tahan Gempa
Secara umum persyaratan agar bangunan termasuk dalam kategori
bangunan tahan gempa, menurut Kementerian PU-Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman adalah sebagai berikut :
1. Bangunan harus terletak diatas tanah yang stabil (kering, padat dan merata
kekerasannya).
Karena getaran akibat yang bersumber dari pusat gempa akan diteruskan
ke permukaan tanah oleh partikel-partikel tanah tersebut. Semakin keras
dan padat, partikel tanah akan mengalami gerak yang semakin kecil,
sehingga getaran pada permukaan tanah juga akan semakin kecil.
2. Denah bangunan sebaliknya sederhana, simetris, atau seragam
8
Koefisien respon elastik diperoleh dari peta percepatan batuan dasar dan
spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa
rencana. Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa
dikalikan dengan suatu faktor amplikasi sesuai dengan kondisi tanah
sampai kedalaman 30 meter di bawah struktur jembatan. Ketentuan pada
standar ini berlaku untuk jembatan konvensional. Pemilik pekerjaan harus
menentukan dan menyetujui ketentuan yang sesuai untuk jembatan non
konvensional.
2.3.2 Bahaya Gempa
Bahaya gempa pada jembatan harus dikarakterisasi dengan menggunakan
respon percepatan dan faktor situs untuk kelas situs yang sesuai.
Respon spektra percepatan dapat ditentukan baik dengan prosedur umum
atau berdasarkan prosedur spesifik-situs. Prosedur respon spesifik-situs
dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut :
Jembatan berada dalam jarak 10 km dari patahan aktif
Situs termasuk dalam kategori situs kelas F
A. Prosedur umum
Peta gempa dalam ketentuan ini meliputi peta percepatan puncak
bantuan dasar (PGA) dan respon spektra percepatan 0,2 detik dan 1
detik di batuan dasar yang mewakili level hazard (potensi bahaya)
gempa 1000 tahun dengan kemungkinan telampaui 7% dalam 75
tahun.
B. Prosedur spesifik situs
Prosedur spesifik-situs dapat dilakukan untuk pembuatan respon
spectra rencana dan dapat dilakukan di lokasi manapun sesuai dengan
persetujuan pemilik pekerjaan. Tujuan dari analisis probabilitas gerak
tanah situs spesifik adalah untuk menghasilkan respon spectra
percepatan yang memperhitungkan kemungkinan telampaui 7% dalam
75 tahun pada nilai spectra dalam rentang periode yang ditentukan.
Pada analisis ini harus ditetapkan hal-hal sebagai berikut :
Sumber gempa yang berkontribusi sekitar situs yang ditinjau,
Batas atas magnitudo gempa untuk setiap sumber gempa,
9
Median dari hubungan atenuasi untuk nilai spectra respon
percepatan dan deviasi standar yang terkait,
Hubungan magnitudo dan pengulangan yang terjadi untuk tiap
sumber gempa, dan
Hubungan panjang runtuh patahan untuk tiap patahan yang
berkontribusi.
Ketidakpastian dalam pemodelan sumber gempa dan
parameter harus diperhitungkan dalam analisis. Bila analisis untuk
menentukan pengaruh situs diperlukan untuk kelas situs F,
pengaruh kondisi tanah lokal harus ditentukan berdasarkan
penyelidikan geoteknik dan analisis respon dinamik situs.
Untuk situs yang terletak dalam jarak 10 km dari patahan aktif atau
patahan dangkal, maka pengaruh dari patahan terhadap gerak tanah
harus diperhitungkan karena dapat berpengaruh signifikan terhadap
jembatan.
Spektra deterministik dapat digunakan pada daerah yang
telah diketahui patahan aktif bila spektra deterministik tidak lebih
kecil dari 2/3 respon spekta probabilistik pada periode 0,5 Tf
hingga 2Tf, dengan Tf adalah periode fundamental jembatan.
Bilamana penggunaan spektra deterministik lebih sesuai, maka
spektra tersebut harus :
Merupakan nilai terluar (envelope) dari nilai median
spektra yang dihitung untuk magnitudo gempa maksimum
karakteristik pada patahan aktif yang diketahui, atau
Spektra deterministik dapat ditentukan untuk tiap patahan
dan tanpa adanya spektra control, maka tiap spektra harus
digunakan.
Bila respon spektra ditentukan berdasarkan kajian spesifik situs,
maka spektra tersebut tidak boleh lebih kecil dari 2/3 dari respon
spektra yang diperoleh berdasarkan prosedur umum pada periode
0,5Tf hingga 2Tf pada spektra, dengan Tf adalah periode
fundamental jembatan.
10
2.4 Dasar Perencanaan dan Cara Analisis Tahan Gempa
Jembatan umumnya direncanakan dengan massa tebesar dalam bangunan
atas, yang dikendalikan oleh beeban mati, beban hidup, beban termal dan perilaku
keseluruhan (misalnya fleksibilitas akibat pembebanan lalu lintas). Dengan cara
sama pilar dan pangkal jembatan direncanakan untuk memikul bangunan atas dan
beban tambahan. Tetapi pada saat gaya gempa bekerja, bangunan bawah dan
bangunan atas harus direncanakan untuk menampung gaya inersia dan gerakan
relatif yang terjadi bersamaan. Perilaku tersebut menuntut perencanaan cermat
untuk pilar, pangkal dan pondasi khususnya, dan kecerrmatan untuk detail
tumpuan dan hubungan antara pilar dan bangunan atas, serta perlengkapan untuk
menampung gaya seismik dan gerakan yang terjadi dalam seluruh system.
Pemodelan jembatan untuk analisis seismik menjadi sangat sulit bila
meninjau persyaratan diatas. Pemodelan harus mencerminkan system struktur
aktual dan hubungan antara elemen, sehingga terwujud model pembebanan dan
parameter ketahanan yang realistik.
Analisis seismik rinci tidak harus dilakukan untuk jembatan dengan
bentang tunggal sederhana. Bagaimanapun disyaratkan panjang perletakan
minimum serta hubungan antara bangunan atas dan bangunan bawah
direncanakan menahan gaya inersia yaitu perkalian antara reaksi beban mati dan
koefisien gempa.
Pilihan prosedur perencanaan tergantung pada tipe jembatan, besarnya koefisien
akselerasi gempa dan tingkat kecermatan. Terdapat empat prosedur analisis,
dimana prosedur 1 dan 2 sesuai untuk perhitungan tangan dan digunakan untuk
jembatan beraturan yang terutama bergetar dalam moda pertama. Prosedur 3 dapat
diterapkan pada jembatan tidak beraturan yang bergetar dalam beberapa moda
sehingga diperlukan program analisis rangka ruang dengan kemampuan dinamis.
Prosedur 4 diperlukan untuk struktur utama dengan geometrik yang rumit dan
atau berdekatan dengan patahan gempa aktif.
11
Prosedur analisis tahan gempa
12
Persyaratan minimum lebar dudukan harus dipenuhi pada tiap kepala jembatan.
2.5.2 Jembatan bentang majemuk
a) Pemilihan metode analisis
Untuk jembatan dengan bentang lebih dari satu, maka perlu dilakukan analisis
gempa.
Keberaturan jembatan tergantung pada jumlah bentang dan distribusi berat
serta kekakuan. Jembatan beraturan memiliki bentang kurang dari tujuh
bentang, tidak ada perubahan yang besar dalam hal berat, kekakuan, dan
geometri pada tiap bentangnya. Jembatan yang memenuhi ketentuan pada
Tabel 9 dapat dikatakan sebagai jembatan beraturan. Jembatan yang tidak
memenuhi ketentuan pada Tabel 9 dapat dikatakan sebagai jembatan tidak
beraturan.
Curved bridges yang terdiri dari beberapa bentang sederhana (multi span)
dapat dikatakan jembatan tidak beraturan bila sudut yang dibentuk pada
denahnya lebih besar 20°. Jembatan tersebut dapat dianalisis dengan
menggunakan metode multimoda elastis atau dengan menggunakan metode
riwayat waktu.
Curved bridges dapat dianalisis sebagai jembatan yang lurus bila dipenuhi
ketentuan- ketentuan sebagai berikut :
Jembatan termasuk dalam jembatan beraturan sesuai dengan kecuali
jembatan dua bentang rasio bentang ke bentang tidak boleh melebihi 2,
Sudut yang dibentuk pada jembatan dalam denah tidak melebihi 90°,
dan
Panjang bentang jembatan lurus ekivalen adalah sama dengan
panjang lengkung pada curved bridge.
Bila ketentuan tersebut tidak terpenuhi, maka curved bridge harus dianalisis
sesuai dengan geometri yang melengkung.
13
pada arah y
100% gaya gempa pada arah y dikombinasikan dengan 30% gaya gempa
pada arah x
Sehingga apabiladiaplikasikan dengan memperhitungkan variasi arah maka
kombinasi gaya gempa menjadi sebagai berikut :
DL + EQLL ± EQX ± 0,3 EQY
DL + EQLL ± EQY ± 0,3 EQX
Jika pada pondasi dan atau hubungan kolom ditentukan oleh mekanisme sendi
plastis kolom, maka gaya yang dihasilkan ditentukan tanpa menggunakan
kombinasi beban. Sehingga gaya hubungan kolom diambil sebagai gaya geser
dan momen yang dihitung dengan basis mekanisme sendi plastis. Gaya aksial
diambil sebagai hasil dari kombinasi beban aksial dan yang berkaitan dengan
mekanisme sendi plastis sebagai EQ. Bila pilar direncanakan sebagai kolom,
pengecualian dilakukan pada sumbu lemah pilar dimana pengaruh gaya akibat
sendi plastis digunakan kemudian kombinasi beban harus digunakan pada
sumbu kuat pilar.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bangunan tahan gempa adalah :
Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan
baik pada komponen non-struktural maupun pada komponen
strukturalnya.
Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada
komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh
rusak
Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada
komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi
jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh
masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuik keluar menyelamatkan
diri.
15
11) Persyaratan navigasi
16
DAFTAR PUSTAKA
17