Anda di halaman 1dari 16

PAPER

HUBUNGAN GEMPA BUMI DENGAN TEKNIK SIPIL

“REKAYASA GEMPA”

DOSEN PENGAMPU :

Ir. I Ketut Yasa Bagiarta, M.T.

DISUSUN OLEH :

Made Putra Kimba Karmanta

NIM. 1961121043

C1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas paper yang
berjudul “HUBUNGAN GEMPA BUMI DENGAN TEKNIK SIPIL” dapat diselesaikan.
Adapun tujuan disusunnya tugas paper ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Rekayasa
Gempa

Penyusunan paper ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ir. I Ketut Yasa Bagiarta, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Gempa
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Warmadewa.
2. Teman – teman dari kelas C1 dan teman – teman terdekat yang sudah memberi
dukungan dalam menyelesaikan tugas paper ini.
Semoga paper ini dapat memberikan informasi berupa wawasan dan pengetahuan yang
lebih luas bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Sebagai
akhir kata dengan penuh kerendahan hati sangat diharapkan bimbingan, saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 25 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Hubungan Gempa Bumi dengan Teknik Sipil..............................................................3
2.2 Filosofi Bangunan Tahan Gempa..................................................................................3
2.3 Konsep Dasar Bangunan Tahan Gempa.......................................................................4
2.4 Dasar - Dasar Perencanaan Bangunan..........................................................................5
2.5 Efek Gaya Gempa pada Bangunan................................................................................6
2.6 Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Bumi.................................................................7
2.7 Perbaikan Bangunan Akibat Gempa.............................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

DAFTAR GAMBA
Gambar 2.1 Level Kerusakan.........................................................................................................4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi adalah sebuah planet yang sangat kompleks serta memiliki beragam kehidupan
di dalamnya. Semua makhluk, hidup di lapisan Lithosfer, lapisan ini memiliki bentuk –
bentuk yang berbeda, ada dataran, pegunungan, perbukitan dan bentuk – bentuk lainnya
yang masing – masing bentuk memiliki potensi dan kerawanan terhadap bencana yang
berbeda.
Semua potensi, keragaman bentuk, dan kerawanan terhadap bencana berawal dari
suatu proses, yaitu proses pergeseran lempeng – lempeng benua dan samudera atau yang
lebih dikenal dengan teori tektonik lempeng. Dengan adanya proses tersebut kehidupan
makhluk di atasnya mendapatkan keuntungan sekaligus kerugian dari bencana yang
ditimbulkan. Gempa bumi menjadi salah satu bencana yang memberikan dampak negatif.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Gempa bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Selain itu gempa bumi juga bisa
disebabkan oleh letusan gunung api.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat rawan bencana yang sangat
tinggi. Dalam perihal bencana gempa bumi, wilayah di Indonesia memiliki lokasi titik –
titik gempa yang terjadi. Akibat dari bencana gempa bumi tersebut banyak dari masyarakat
Indonesia yang sudah menjadi korban.
Korban nyawa yang tidak sedikit disebabkan banyaknya kerusakan dan runtuhnya
bangunan. Rusak dan runtuhnya bangunan tersebut akibat ketidakmampuan konstruksi
bangunan dalam menahan gaya gempa yang menimpanya. Oleh karena itu, perencanaan
konstruksi bangunan yang tahan dalam menerima beban gempa merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting guna mengurangi terjadinya korban manusia dan rusak
serta runtuhnya bangunan yang terjadi akibat goncangan gempa bumi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan gempa bumi dengan teknik sipil.
2. Mengetahui dan memahami filosofi dan konsep bangunan tahan gempa.
3. Mengetahui dan memahami kerusakan struktur akibat gempa.
4. Menambah wawasan mengenai peran teknik sipil dalam menghadapi gempa bumi.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa hubungan gempa bumi dengan teknik sipil?
2. Bagaimana filosofi bangunan tahan gempa?
3. Bagaimana konsep dasar bangunan tahan gempa?
4. Bagaimana dasar perencanaan bangunan tahan gempa?
5. Bagaimana efek gaya gempa terhadap bangunan?
6. Bagaimana kerusakan bangunan akibat gempa bumi?
7. Apa saja jenis perbaikan bangunan akibat gempa bumi?

1.4 Manfaat
Mengetahui dan memahami tentang hubungan gempa bumi dengan bidang teknik
sipil baik itu dari perananan teknik sipil, dasar perencanaan bangunan tahan gempa, dan
perbaikan bangunan akibat gempa. Yang dimana hal ini menjadi dasar dalam mengikuti
mata kuliah “Rekayasa Gempa” kedepannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Gempa Bumi dengan Teknik Sipil


Suatu bencana gempa bumi yang terjadi secara mendadak mengakibatkan kerugian
yang besar dari beberapa aspek dalam kehidupan manusia, pada akhirnya manusia dituntut
agar selalu sigap dalam menghadapi suatu bencana atau peristiwa yang akan terjadi dalam
kehidupannya salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh manusia yaitu munculnya
teknologi aneka desain rumah tahan gempa.
Negara yang sering menerapkant teknologi rumah tahan gempa yaitu Negara jepang,
letak yang berada pada zona rawan gempa menyebabkan Negara jepang sering terjadi
suatu bencana seperti gempa dan tsunami, gempa dahsyat yang terjadi pertama kali di
jepang pada tahun 1855. Semenjak peristiwa gempa bumi dahsyat tersebut konstruksi
struktur bangunan – bangunan tahan gempa di jepang mulai diterapkan dengan memasang
batang silang sebagai elemen pembuat kaku secara horizontal dan vertikal, demikian juga
di Indonesia yang menerapkan metode rumah tahan gempa tersebut, dengan konstruksi
bangunan yang akan berjalan dengan baik yang dipengaruhi beberapa faktor seperti,
pemilihan lokasi yang tepat, sistem material yang memadai dan bentuk konstruksi yang
memenuhi syarat.

2.2 Filosofi Bangunan Tahan Gempa


Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang mampu bertahan dan tidak runtuh jika
terjadi gempa. Bangunan tahan gempa bukan berarti tidak boleh mengalami kerusakan
sama sekali namun bangunan tahan gempa boleh mengalami kerusakan asalkan masih
memenuhi persyaratan yang berlaku. Menurut Widodo (2012) filosofi bangunan tahan
gempa adalah sebagai berikut.
a. Pada gempa kecil (light, atau minor earthquake) yang sering terjadi, maka struktur
utama bangunan harus tidak rusak dan berfungsi dengan baik. Kerusakan kecil
yang masih dapat ditoleransi pada elemen non struktur masih dibolehkan,
b. Pada gempa menengah (moderate earthquake) yang relatif jarang terjadi, maka
struktur utama bangunan boleh rusak/retak ringan tapi masih dapat diperbaiki.
Elemen non struktur dapat saja rusak tetapi masih dapat diganti yang baru,
c. Pada gempa kuat (strong earthquake) yang jarang terjadi, maka bangunan boleh
rusak tetapi tidak boleh runtuh total (totally collapse). Kondisi seperti ini juga
diharapkan pada gempa besar (great earthquake), yang tujuannya adalah
melindungi manusia/penghuni bangunan secara maksimum.

Gambar 2.1 Level Kerusakan

2.3 Konsep Dasar Bangunan Tahan Gempa


Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh
elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa
sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara bersama-sama dan proporsional.
Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yang cukup
kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang
tepat. Penggunan bahan yang baik dan mempunyai mutu sesuai yang disyaratkan
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam membuat rumah tahan gempa. Untuk
mendapatkan mutu bangunan yang baik, pengerjaan rumah tahan gempa, harus mengikuti
prosedur-prosedur yang baik dan benar.
2.4 Dasar - Dasar Perencanaan Bangunan
Perencanaan bangunan rumah dan bangunan gedung mempertimbangkan:
a. Kondisi alam (termasuk keadaan geologi dan geofisik), kondisi teknik, dan
keadaan ekonomi pada suatu daerah dimana bangunan gedung dan rumah ini akan
dibangun,
b. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terkait dengan perencanaan struktur
bangunan rumah dan gedung
c. Kerusakan-kerusakan akibat gempa bumi yang pernah terjadi pada rumah dan
gedung dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia.
d. Sistem struktur untuk bangunan gedung dan rumah tinggal pada umumnya hanya
mengunakan dua macam sistem struktur, yaitu:
- Struktur dinding pemikul;
- Struktur rangka pemikul yang terdiri dari struktur rangka sederhana dengan
dinding pengisi untuk menahan beban lateral (beban gempa) secara bersama-
sama, dan struktur rangka balok dan kolom kaku untuk menahan beban lateral.
Dalam perencanaan bangunan struktur tahan gempa harus diperhitungkan dampak dari
gaya lateral akibat gaya gempa yang sifatnya siklis (bolak-balik). Karena itu penting
dipahami bahwa struktur harus dapat memiliki daktilitas yang cukup di daerah pertemuan
balok kolom atau pada elemen struktur penahan gempa lainnya seperti dinding geser
(shearwall) . Untuk membuat struktur bangunan dapat berdeformasi maksimum maka
untuk menjamin bangunan masih tetap berdiri walaupun sudah terjadi kerusakan pada
struktur bangunan perlu penempatan terjadinya sendi-sendi plastis pada balok.
Dalam perencanan dirancang supaya sendi plastis terjadi pada balok di kedua ujung
dekat pertemuan balok-kolom dan pada kaki kolom lantai dasar. Konsep struktur yang
memiliki karakteristik seperti ini adalah konsep kolom kuat balok lemah atau yang sering
disebut sebagai “strong column weak beam”. Dengan konsep struktur ini, maka pada saat
terjadi proses mekanisme keruntuhan, sendi plastis akan terjadi lebih dahulu pada semua
balok di kedua ujung dekat pertemuan balok kolom dan pada tahap akhir disusul kemudian
pada ujung bawah kolom lantai dasar. Hal ini disyaratkan agar sejumlah besar sendi plastis
yang terjadi membuat struktur memiliki daktilitas yang cukup yang dapat memencarkan
sebagian energi gaya gempa melalui proses terjadinya sendi plastis.
2.5 Efek Gaya Gempa pada Bangunan
Gaya gempa terjadi karena pengaruh getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba. Jenis gempa bumi ini adalah gempa tektonik
dan beresiko memunculkan gaya yang tidak beraturan/acak kesegala arah pada bangunan.
Gaya yang dihasilkan adalah gaya dinamik yang disebut Gaya gempa.

Gaya gempa tersebut berbanding lurus dengan massa bangunan dan percepatan
gempa di permukaan tanah dimana bangunan itu berada. Hukum Newton merumuskan
bahwa besar gaya gempa adalah F = m.a (m = massa bangunan, a = percepatan tanah yang
terjadi). Pada rumus ini ditunjukkan ada dua parameter yang menimbukan perubahan pada
gaya F yaitu massa bangunan dan percepatan tanah. Massa bangunan dapat kita kendalikan
melalui berbagai pilihan material yang sesuai sedangkan percepatan gempa pada
permukaan tanah tidak bisa dikendalikan. Konsep ini adalah dasar utama untuk
mengendalikan besar gaya gempa terhadap bangunan. Pada perhitungan struktur bangunan
gaya gempa dibedakan dengan dua macam, yaitu:

a. Gaya Vertikal
Gaya vertikal membebani arah vertikal pada elemen struktur bangunan.
Gaya ini dapat merusak kolom, balok kantilever dan dinding geser karena adanya
beban ekstar searah vertikal terutama pada elemen struktur kantilever karena
dapat menimbulkan terjadinya momen dan geser ekstra besar di daerah tumpuan
jepit. Gaya vertikal terjadi bolak balik sehingga menimbulkan terjadi tegangan
dua arah pada penampang balok.
b. Gaya Horizontal
Gaya horizontal adalah akibat adanya respons bangunan dan sistem
pondasinya terhadap gempa. Gaya gempa horizontal dianggap bekerja dalam arah
sumbu-sumbu utama bangunan berupa Gaya geser lateral V pada lantai dasar
kemudian terdistribusi gaya lateral F pada tiap tingkat bangunan proporsional
sesuai dengan berat dan ketinggian lantai bangunan.
2.6 Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Bumi
Adapun beberapa kategori kerusakan bangunan, diantaranya:
a. Kerusakan Ringan Non-Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan nonstruktur apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut:
- retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran
- serpihan plesteran berjatuhan
- mencakup luas yang terbatas
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) secara arsitektur tanpa
mengosongkan bangunan.
b. Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
- retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding.
- plester berjatuhan.
- mencakup luas yang besar.
- kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb.
- kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang.
- laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur
agar daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan
pada struktur dapat dilakukan tanpa mengosongkan bangunan.
c. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
- retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding;
- retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul
beban, kolom; cerobong miring; dan runtuh;
- kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian.
- laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah restorasi bagian struktur dan perkuatan
(strenghtening) untuk menahan beban gempa; perbaikan (repair) secara arsitektur;
bangunan dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses restorasi selesai.
d. Kerusakan Struktur Tingkat Berat
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat berat
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
- dinding pemikul beban terbelah dan runtuh;
- bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat;
- kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan;
- tidak laik fungsi/huni.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan. Atau dilakukan
restorasi dan perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali.
Dalam kondisi kerusakan seperti ini, bangunan menjadi sangat berbahaya
sehingga harus dikosongkan
e. Kerusakan Total
Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total / roboh apabila terjadi hal-
hal sebagai berikut:
- bangunan roboh seluruhnya
- sebagian besar komponen utama struktur rusak
- tidak laik fungsi/ huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, membersihkan
lokasi, dan mendirikan bangunan baru.

2.7 Perbaikan Bangunan Akibat Gempa


Perbaikan bangunan pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
a. Perbaikan Arsitektur (Repair)
Tujuannya adalah mengembalikan bentuk arsitektur bangunan agar semua
perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali. Tindakan-tindakan yang
termasuk jenis ini yaitu:
- Menambal retak-retak pada tembok, plesteran.
- Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca.
- Memperbaiki kabel-kabel listrik.
- Memperbaiki pipa-pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.
- Membangun kembali dinding-dinding pemisah, cerobong, pagar.
- Memplester kembali dinding-dinding.
- Mengatur kembali genteng-genteng.
- Mengecat ulang, dll.
b. Restorasi (Restoration)
Tujuannya melakukan perbaikan pada elemen-elemen struktur penahan
beban. Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini yaitu:
- Menginjeksikan air semen ke dalam retak-retak kecil yang terjadi pada
dinding pemikul beban, balok, maupun kolom. Retak kecil adalah retak
yang mempunyai lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm.
- Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul, balok, maupun
kolom yang mengalami retak besar kemudian diplester kembali. Retak
besar adalah retak yang mempunyai lebar celah lebih besar dari 0,6 cm.
- Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan menggantikannya
dengan dinding baru dengan spesi yang lebih kuat dan dijangkar pada
portal.
c. Perkuatan (Strengthening)
Tujuannya meningkatkan kekuatan struktur dibandingkan dengan kekuatan
semula. Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini yaitu:
- Menambah daya tahan terhadap beban lateral dengan jalan menambah
dinding, menambah kolom, dll.
- Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat
semua unsur penahan beban satu dengan lainnya.
- Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan di bagian-bagian tertentu,
seperti:
a) Penyebaran letak kolom yang tidak simetris.
b) Penyebaran letak dinding yang tidak simetris.
c) Beda kekakuan yang menyolok antara lantai yang satu dengan yang
lainnya.
- Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara memasang
tulangan sesuai dengan detail-detail untuk mencapai daktilitas yang
cukup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu bencana gempa bumi yang terjadi secara mendadak mengakibatkan kerugian
yang besar dari beberapa aspek dalam kehidupan manusia, pada akhirnya manusia dituntut
agar selalu sigap dalam menghadapi suatu bencana atau peristiwa yang akan terjadi dalam
kehidupannya salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh manusia yaitu munculnya
teknologi aneka desain rumah tahan gempa.

Dengan mengetahui filosofi bangunan tahan gempa serta mengetahui konsep dasar
dari bangunan tahan gempa tersebut, maka dapat dilakukan perencanaan bangunan tahan
gempa yang memiliki dasar – dasar perencanaan. Dasar – dasar perencanaan juga
dipertimbangkan berdasarkan adanya efek gempa yang terjadi. Apabila adanya kerusakan
akibat gempa bumi, bangunan yang mengalami kerusakan wajib memenuhi syarat yang
benar dan akan segera dilakukan perbaikan. Oleh karena itu, peranan teknik sipil dalam
merencanakan bangunan tahan gempa sangat besar. Selain itu juga dalam mempelajari
ilmu di bidang teknik sipil dalam mengatasi gempa bumi mengutamakan keselamatan jiwa
manusia, sehingga dalam merencanakan suatu bangunan tahan gempa harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai bangunan tahan gempa.

3.2 Saran
Sebaiknya mengetahui dan memahami pengetahuan mengenai perencanaan bangunan
tahan gempa yang dimana hal ini sangat penting dalam keamanan suatu bangunan
konstruksi agar tidak adanya korban jiwa atau bisa dikatakan bangunan konstruksi yang
aman.
DAFTAR PUSTAKA

Desain Bangunan Tahan Gempa diakses pada 25 Maret 2021 pada URL:

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/3739/DESAIN%20BANGUNAN
%20TAHAN%20GEMPA.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Ditjen Cipta Karya. 2006. Pedoman Teknis Bangunan Tahan Gempa.

Filosofi Bangunan Tahan Gempa diakses pada 25 Maret 2021 pada URL:

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10233/09.BAB%20III.pdf?
sequence=9&isAllowed=y

Hubungan Bencana Alam Gempa dengan Teknik Sipil diakses pada 25 Maret 2021 pada URL:

https://pdfslide.net/documents/hubungan-bencana-alam-gempa-dengan-teknik-sipil.html

Sarwidi. 2013. Peran Teknik Sipil dalam Penanggulangan Bencana Alam.

Simanjuntak, Pinondang. 2020. E-Journal CENTECH. Vol. 1 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai