GEMPA
“ Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Analisis Struktur dengan dosen pengampu
Dr. Eng. Prima Yane Putri, S.T, M.T “
Oleh :
Rindu Elisany
NIM :
19061018
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Beliau telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Analisis Struktur” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
“Analisis Struktur” yang diberkan oleh bu Dr. Eng. Prima Yane Putri, S.T, M.T . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bu Dr. Eng. Prima Yane Putri, S.T, M.T .,
selaku Dosen Mata Kuliah Analisis Struktur yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
B. Pendekatan Beban Statuk Ekivalen Untuk Analisis Struktur Akibat Gempa ................. 5
Penutup .................................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................................. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi.
Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api. Pada bangunan gedung
tentu sudah direncanakan agar dapat menahan gaya-gaya gempa. Untuk menentukan gaya-
gaya gempa ada dua pendekatan yaitu beban gempa statistik ekivalen dan beban gempa
dinamik.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Konsep Gempa
2
Ukuran Gempa
Skala Modified marcelli Pengaruh tipikal
richter intensitas (MMI)
0-2 I-II Pada umumnya tidak terasa
3 II Terasa didalam rumah oleh beberapa orang dan tidak
terjadi kerusakan
4 IV-V Terasa oleh banyak orang, barang-barang bergerak, tidak
ada kerusakan struktur
5 VI-VII Terjadi beberapa kerusakan struktur, seperti retak-retak
dinding dan cerobong asap
6 VII-VIII Terjadi beberapa kerusakan struktur seperti hancurnya
dinding dan tumbangnya cerobong asap
7 IX-X Terjadinya kerusakan besar seperti; runtuh
struktur/bangunan yang lemah dan retaknya struktur
bangunan yang kuat
8-10 X-XII Rusak total atau hancur total
3
Tsunami adalah gelombang laut yang ditimbulkan oleh goncangan gempa yang
ditimbulkan oleh goncangan gempa (tektonik atau vulkanik) yang menjalar keseluruh
penjuru mata angin dengan panjang gelombnag yang besar (>150 km) dan kecepatam
yang cukup tinggi (150-800km/jam).
Cara menghadapi gempa :
1. Sebelum gempa :
1) Kenali titik-titik ama di setiap ruangan
Di sisi dinding bagian dalam
Dibawah meja
Dibawah kusen pintu
2) Kenali titik-titik tidak aman di setiap ruangan
Jendela
Kaca/cermin
Benda-benda tergantung
Furnitur berukuran tinggi yang tidak diikat (lemari, rak, dsb)
3) Siapkan nomor-nomor telepon darurat
4) Siapkan peralatan darurat: makanan ringan, senter, radio baterai, obat-obatan, pakaian
5) Cek apakah semua benda yang ada di ruangan sudah terikat dengan baik
6) Cek apakah rumah anda sudah memenuhi persyaratan rumah tahan gempa: semua
elemen sudah terikat dengan baik
7) Buat perjanjian antar keluarga dimana tempat bertemu di luar rumah jika rumah
hancur akibat gempa
2. Saat gempa
1) Jangan panik. Tenangkan juga orang lain.
2) Jika mampu keluar rumah dalam beberapa detik, lakukanlah dan cari tempat yang
lapang
3) Jika tidak mampu keluar dalam beberapa detik, segera sembunyi di bawah meja atau
di bawah benda-benda yang kaku. Jika gempa berhenti, segera keluar untuk
mengantisipasi gempa susulan
4) Jika berada di jalan, jauhi tempat-tempat yang memungkinkan jatuhnya benda-benda
berbahaya: kaca, kabel listrik, papan reklame
5) Jika berada pada bangunan bertingkat sebaik menuju atas
4
6) Kalau memungkinkan, matikan listrik, gas
7) Jika sedang mengemudi, segera ke tepi dan berhenti
Analisis beban gempa statik ekivalen pada struktur gedung adalah cara analisis
yang paling sederhana dan dapat dilakukan secara manual.
Analisa beban statik ekivalen adalah suatu cara analisis struktur, dimana pengaruh gempa
pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa
yang sesungguhnya. Jenis analisis ini hanya boleh dilakukan untuk struktur-struktur
gedung sederhana dan beraturan yang tidak menunjukan perubahan yang menyolok dalam
perbandingan antara berat dan kekakuan pada tingkat-tingkatnya, karena beban statik
ekivalen hanyalah pendekatan yang meniru pengaruh beban dinamik dari gempa
sesungguhnya.
Menurut SNI – 1726 – 2002 Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung
beraturan, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.
3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai
coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
5. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun
mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung
yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran
terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur
5
rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap
menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
6. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya
tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu tingkat, di mana
kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya
atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di atasnya. Dalam hal
ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang
bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar-tingkat.
Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya
setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai
tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu
memenuhi ketentuan ini.
7. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban
lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan
tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
8. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi
20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut Standar ini analisisnya dapat
dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen
Beban geser dasar nominal yang secara numerik nilainya sama dengan gaya geser
ditingkat dasar adalah gaya yang bekerja pada titik berat struktur gedung. Secara
sederhana beban geser dasar akibat gempa ditentukan dengan mengalikan berat efektif
struktur gedung dengan suatu faktor modifikasi. Perlu disadari bahwa beban statik
ekivalen yang dietentukan dengan cara demikian bukanlah beban-beban yang
menyebabkan gaya-gaya di dalam struktur pada waktu gempakuat. Gaya-gaya yang terjadi
6
pada waktu gempa kuat mempunyai nilai-nilai yang lebih besar. Taraf beban geser dasar
yang ditetapkan dalam peraturantelah ditentukan sedemikian rupa, sehingga gempa-
gempa sedang dapat dipikul dengan aman tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti.
Ketahanan struktur pada gempa yang lebih kuat adalah proses pelelehan dan pemencaran
energi oleh struktur melalui perubahan bentuk plastis.
Menurut SNI – 1726 – 2002 beban geser dasar nominal statik ekivalen yang terjadi
di tingkat dasar gedung ;
Dimana
C = Koef dasar gempa ( SNI 1726-2002
Rumus Sebenarnya √
I = faktor keutamaan
R = faktor reduksi untuk struktur gedung
Wt = Berat total bangunan / gedung
Falsafah dasar dari perencanaan struktur gedung tahan modern adalah proses dua
tahap yang tujuannya dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Struktur gedung hendaknya memilikin kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk
menahangempa-gempa sedang, sehingga frekuensi terjadinya kerusakan pada
unsur primer dan sekunder adalah cukup rendah
7
gedung, sedangkan tujuan pertama dicapai dengan menetapkan pengaruh beban gempa
rencana pada taraf yang tepat. Hal ini dilakukan dengan menentukan koefisien gempa
dasar yang telah dikembangkan untuk berbagai wilayah, jenis tanah, dan waktu getar
alami struktur gedung sedemikian rupa sehingga terdapat tingkat bahaya yang setaraf
terhadap kerusakan oleh gempa diseluruh indonesia.
Koefisien gempa dasar harus ditentukan dari gambar 2 halaman 23 SNI – 1726 –
2002 untuk wilayah gempa yang ditunjukan dalam gambar 1 halaman 21 SNI – 1726 –
2002 dan jenis tanah dalam tabel 4 halaman 18 SNI – 1726 – 2002 serta waktu alami
struktur gedung.
1. Wilayah Gempa
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah
dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan
perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan
dalam Tabel 5 .
Jika suatu lokasi gedung akan dianalisis terletak pada suatu batas wilayah,
sehingga kepastian wilayahnya tidak jelas, maka gedung tersebut harus dianggap terletak
di dalam wilayah yang nilai koefisien gempanya lebih besar.
2. Jenis tanah
Jenis tanah ditetapkan sebagai Tanah Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak,
apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang
8
tercantum dalam Tabel 4.
di mana ti adalah tebal lapisan tanah ke-i, vsi adalah kecepatan rambat gelombang
geser melalui lapisan tanah ke-i, Ni nilai hasil Test Penetrasi Standar lapisan tanah ke-i,
Sui adalah
kuat geser niralir lapisan tanah ke-i dan m adalah jumlah lapisan tanah yang ada
di atas batuan dasar. Selanjutnya, dalam Tabel 4 PI adalah Indeks Plastisitas tanah
lempung, wn adalah kadar air alami tanah dan Su adalah kuat geser niralir lapisan tanah
yang ditinjau.
Yang dimaksud dengan jenis Tanah Khusus dalam Tabel 4 adalah jenis tanah
yang tidak memenuhi syarat–syarat yang tercantum dalam tabel tersebut. Di samping itu,
yang termasuk dalam jenis Tanah Khusus adalah juga tanah yang memiliki potensi
likuifaksi yang tinggi, lempung sangat peka, pasir yang tersementasi rendah yang rapuh,
tanah gambut, tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan lebih
dari 3 m, lempung sangat lunak dengan PI lebih dari 75 dan ketebalan lebih dari 10 m,
lapisan lempung dengan 25 kPa < Su < 50 kPa dan ketebalan lebih dari 30 m. Untuk jenis
Tanah Khusus percepatan puncak muka tanah harus ditentukan dari hasil analisis
perambatan gelombang gempa menurut Pasal 4.6.1.
9
getar alami setruktur gedung yang fundamental.
Rumus-rumus pendekatan waktu getar alami struktur adalah ;Untuk struktur
gedung berupa portal tanpa unsur-unsur pengaku : Untuk portal beton T = 0,06 H ¾ dan
untukportal baja T = 0,08 H ¾ dimana H adalah tinggi bangunan diukur dari tumpuan
jepit sampai puncak struktur. Dapat juga dipakai rumus pendekatan T = 0,2 detik
Rumus waktu getar alami struktur yang fundamental ditentukan dengan rumus T.
Reyleigh sebagai berikut
di mana ;
I = I1 I2 (1)
10
sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut. Faktor-faktor Keutamaan I1, I2 dan
I ditetapkan menurut Tabel 1.
Tabel 1 faktor keutamaan I untuk berbagi kategori gedung dan bangunan
Kategori Gedung Faktor keutamaan
I1 I2 I3
Gedung umum seperti untuk penghunian 1,0 1,0 1,0
perniagaan dan perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti 1,4 1,0 1,4
rumah sakit, instalasi, pusat penyelamatan
dalam keadaan darura, fasilitas radio dan
televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan 1,6 1,0 1,6
berbahaya seperti gas,produk minyak
bumi, asam, bahan beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Catatan :
11
e. Berat Total Bangunan/Struktur (Wt)
Berat struktur adalah beban grafitasi pada bangunan yang terdiri dari berat sendiri
bangunan di tambah dengan beban hidup yang telah direduksi yang bekerja pada
bangunan tersebut. Berat sendiri bangunan ditetapkan dari volume masing-masing
material bangunan dikalikan dengan berat jenis masing-masing material bangunan
tersebut.
W = Wm + Wh x Keof. reduksi
Sedangkan besarnya beban hidup dapat diambil diri dari dari Buku Peraturan
Muatan Indonesia .
Besarnya koefisien reduksi beban hidup ditetapkan seperti
Berat total bangunan merupakan jumlah berat semua lantai tingkat yang ada pada
bangunan tersebut.
Wt = W1 + W2 + W3 + + Wn
12
Berat masing-masing lantai merupakan berat sendiri dan beban hidup yang ada
masing-masing lantai. Berat sendiri masing-masing lantai ditinjau dari separuh tinggi
kolom di bawah lantai dan separoh tinggi kolom di atas lantai, sehingga lantai yang
paling atas hanya setinggi kolom di bawahnya dan separuh kolom sebelah bawah
menyatu dengan tumpuan (pondasi).
13
Selama gempa terjadi goncangan vertikal dan horizontal sebagai berikut :
1. Goncangan/gerakan vertikal
Besar nilainya disekitar daerah episenter
Tidak besar pengaruhnya karena dilawan oleh gaya grafitasi
Tegangan yang timbul adalah tekanan, umumnya struktur jarang
runtuh
2. Goncangan/gerakan horizontal
Besar nilainya pada daerah diluar/jauh dari episenter
Sangat besar pengaruhnya karena hanya ditahan oleh kekakuan kolom
struktur
Tegangan yang timbul adalah lentur (moment), struktur mudah runtuh
karena betonnya tertarik
b. Pengaruh gempa terhadap bangunan
1. Bangunan runtuh/hancur
Strukturnya sudah runtuh/patah. Sebaiknya dibongkar dan dibuat bangunan
baru.
Beberapa alasan bangunan hancur sebagai berikut :
Dinding bata ada perkuatan beton bertulang tapi tidak diplester
Kekuatan elemen bangunan rendah karena belum diplester
Bangunan dekat dengan pusat gempa
2. Bangunan rusak
Biasanya strukturnya masih kuat, hanya elemennya yang rusak/hancur dan ini
dapat diperbaiki saja.
Beberapa alasannya sebagai berikut :
Kekuatan lantai 1 rendah dibandingkan dengan lantai lainnya
Mutu dan jumlah material kurang
Lantai 1 adalah lantai yang paling besar menerima gaya dalam
(M,D,N)
3. Bangunan tidak rusak/runtuh
Dapat langsung digunakan atau dioperasikan kembali.
Persyaratan pokok agar bangunan atau rumah menjadi lebih aman dari goncangan
14
gempa bumi dapat dengan melihat kualitas bangunan yang baik, keberadaan dan dimensi
struktur yang sesuai, seluruh elemen struktur yang sesuai, dan mutu pengerjaan yang
baik. Untuk mendapatkan hal-hal tersebut maka perlu diperhatikan bagian-bagian dari
persyaratan bangunan aman gempa sebagai berikut :
a. Bahan bangunan
1. Beton
1) Campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : 0,5 air,
dengan memperhatikan penambahan air sedikit demi sedikiy dan
disesuaikan agar beton dalam keadaan pulem (tidak terlalu encer
dan tidak terlalu kental). Pengujian kepulenan beton yang paling
sederhana adalah dengan meletakkan beton diatas tangan, maka
beton akan terlihat tegap dan tidak lembek atau cair seperti pada
gambar berikut.
15
2) Ukuran kerikil yang baik maksimum 2mm dengan gradasi yang
baik
3) Gunakan semen tipe 1
2. Mortar
Campuran mortar terdiri dari 1 semen + 4 semen bersih + air secukupnya.
3. Batu fondasi
Batu fondasi berasal dari batu kali atau batu gunung yang keras
4. Kayu
Dalam merenanakan rumah yang aman gempa kayu yang harus digunakan
sebagai berikut :
1) Berkualitas baik
2) Keras
3) Kering
4) Berwarna gelap
5) Tidak ada retak
6) Lurus
b. Struktur utama
1. Fondasi
Ukuran minimun dari fondasi yaitu jika keadaan tanah cukup keras, maka
fondasi batu dapat dibuat dengan ukuran sebagai berikut :
1) Lebar atas fondasi 30cm
2) Lebar bawah fondasi 60cm
3) Ketinggian fondasi 60 cm
16
2. Balok pengikat/sloof
Berikut merupakan spesifikasi dari balok pengikat atau sloof :
1) Ukuran balok pengikat 15 x 20 cm
2) Tulangan utama 10 mm
3) Tulangan begel 8 mm
4) Jarak tulangan begel 15 cm
5) Tebal selimut beton 15 cm
3. Kolom
Berikut spesifikasi dari kolom yaitu :
1) Ukuran balok 15 x 15 cm
2) Tulangan utama baja 10 mm
3) Tulangan begel 8 mm
4) Jarak antar begel 15 cm
5) Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm
17
5. Struktur atap
a. Kategori Kerusakan
18
kemampuan struktur untuk memikul beban sudah sebagian
berkurang retak besar adalah retak dengan lebar celah lebih besar
dari 0,5cm.
2) Tindakan : bangunan perlu dikosongkan dan boleh dihuni kembali
setelah dilakukan restorasi dan perkataaan, laksanakan restorasi
komponen struktur yang rusak dan kalau peru diakukan perkuatan
untuk menahan beban gempa setelah itu baru dilakukan perbaikan
secara arsitektur.
5. Kategori IV : berat (V)
1) Kerusakan : dinding pemikul beban terbelah dan roboh, kegagalan
komponen-komponen pengikat menyebabkan bangunan terpisah
kira-kira lebih dari 40 % komponen struktur utama mengalami
kerusakan bangunan menjadi sangat berbahaya.
2) Tindakan : bangunan harus dikosongkan bangunandapat
dirobohkan atau dilakukan restoria dan perkuatan secara
menyeluruh sebelum dihuni kembali.
19
Restorasi Restoration
Perkuatan(Strengthening)
1) Perbaikan
Tujuan utamanya adalah untuk mengembalihan gentuk arsitektur
bangunan agar semua perlengkapan peralatan dapat berfungsi
kembali persa ikan tidak ada kaitan dengan kekuatan struktur.
Tindakan Tindakan Yang Termasuk Kategoriini Meliput :
Menambal retak-retak pada tembok, plesteran dll
Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca,
dll.
Memperbaiki kabel-kabel listrik
Memperbaiki pipa air, pipa gas, saluran pembuangan
Membangun kembali dinding-dinding pemisah, pagar
Memplester kembali dinding-dinding
2) Restorasi
Tujuannya adalah untuk melakukan perbaikan pada komponen-
komponen.
Struktur penahan beban dan mengembalikan kekuatan semula
Tindakan tindakan yang termasuk jenis ini:
menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila
ada) ke dalam retak retak kecil yang terjadi pada dinding
pemikul beban
Balok maupun kolom 8. Penambahan jaringan tulangan
pada dinding pemikul balok maupun kolom yang
mengalami retak besar kemudian diplester kembali
Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan
menggantikannya dengan dinding baru dengan spesi yang
lebih
20
kolom balok yang rusak, memperbaiki tulangannya, lalu
dicor kembali
3) Perkuatan
Tujuannya adalah membuat bangunan menjadi lebih kuat dari
kekuatan semula
21
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Analisa beban statik ekivalen adalah suatu cara analisis struktur, dimana pengaruh gempa
pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa
yang sesungguhnya. Jenis analisis ini hanya boleh dilakukan untuk struktur-struktur
gedung sederhana dan beraturan yang tidak menunjukan perubahan yang menyolok dalam
perbandingan antara berat dan kekakuan pada tingkat-tingkatnya, karena beban statik
ekivalen hanyalah pendekatan yang meniru pengaruh beban dinamik dari gempa
sesungguhnya.
Menurut SNI – 1726 – 2002 Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung
beraturan, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.
22
3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai
coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
5. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun
mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung
yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran
terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur
rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap
menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
6. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya
tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu tingkat, di mana
kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya
atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di atasnya. Dalam hal
ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang
bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar-tingkat.
Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya
setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai
tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu
memenuhi ketentuan ini.
7. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban
lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan
tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
8. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi
20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
23
B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.
24
Daftar Pustaka
Dr. Eng, Prima Yane Putri, S.T, M.T, Prima Zola, S.T, M.T (2020) Gempa Bumi Modul
Analisis Struktur Minggu 12-13
Gempa Dan Tsunami Modul 9a Gempa Dan Tsunami. Mata Kuliah Analisis Struktur Minggu
12-13
Persyaratan Pokok Pembangunan Rumah Aman Gempa. Modul 10 Persyaratan Rumah Aman
Gempa Jurusan Teknik Sipil. Universitas Negeri Padang
Model Perbaikan Bangunan Yang Rusak Akibatvgempa. Modul 11 Perbaikan Rumah Rusak
Akibat Gempa Jurusan Teknik Sipil. Universitas Negeri Padang
25