Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KEGIATAN FORENSIK STRUKTUR BANGUNAN

SMAN 10 PADANG

Dosen Pengampu :

Mohammad Sulton, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

ELLEN BERLIAN PITALOKA

(200522529602)

Offering A5-10MA

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA


BANGAUNAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................4
1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH.........................................5
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN....................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
2.1 FORENSIC ENGINEERING................................................................6
2.2 TUJUAN FORENSI ENGINEERING..................................................6
2.3 FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BANGUNAN........................6
2.4 JENIS DAN TIPE KERUSAKAN BANGUNAN..............................11
BAB III..................................................................................................................14
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................14
3.1 OBJEK PENELITIAN.........................................................................14
3.2 METODE PENGUMPULAN DATA.................................................14
BAB IV..................................................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................15
4.1 DATA UMUM....................................................................................15
4.2 KONDISI BANGUNAN.....................................................................15
4.3 HASIL ANALISIS..............................................................................16
BAB V....................................................................................................................25
KESIMPULAN..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proyek tepat pada
waktunya. Laporan yang telah penulis selesaikan memiliki judul Analisis
Kegiatan Forensik Struktur Bangunan Sekolah.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen pada mata kuliah Forensik Struktur Bangunan. Selain itu, laporan
ini juga bertujuan untuk menambah sebuah wawasan bagi penulis dan juga bagi
para pembaca.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Forensik Struktur Bangunan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi yang
sedang kami tempuh. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 15 Desember 2022

Ellen Berlian Pitaloka


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan gedung bertingkat merupakan salah satu dari wujud fisik


dari industri konstruksi. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi
yang amat sangat parah. Mata uang rupiah seakan tidak ada nilainya, perusahaan
yang menjadi penopang ekonomi Negara banyak mengalami kebangkrutan
ditambah investor asing yang tidak mau lagi menanamkan modal di Indonesia.

Hal ini ternyata berdampak terhadap gedung-gedung bertingkat yang


dibiayai oleh investor diberhentikan untuk sementara pembangunannya sampai
kondisi perekonomian Indonesia stabil. Tentunya usia bangunan yang
diterbengkalaikan bervariasi antara 3 tahun sampai 10 tahun.

Bangunan tersebut secara alami mengalami penurunan kualitas seiring


dengan bertambahnya usia bangunan tersebut, dan ini dapat diartikan dengan
berkurangya tingkat keamanan dan kenyamanan. Pertambahan usia bangunan
bukan hanya satu-satunya faktor yang menurunkan kualitas bangunan. Tidak
jarang dijumpai bahwa bangunan mengalami kerusakan atau tingkat kenyamanan
berkurang tidak lama setelah difungsikan. Beberapa faktor yang menimbulkan
kerusakan pada bangunan antara lain disebabkan oleh: bencana alam (Gempa,
angin kencang, tanah longsor, tsunami); kebakaran, kesalahan perencanaan,
pelaksanaan atau pengawasan selama proses pembangunan, serta pengubahan
fungsi dan penggunaan selama masa penggunaan.

Berdasarkan hasil penelitian kerusakan bangunan lebih banyak diakibatkan


faktor kesalahan manusia (human error) dibandingkan dengan pengaruh bencana.
Melalui kemajuan teknologi, perbaikan bangunan dapat dilakukan dengan
berbagai alternatif yang sangat lugas, tergantung pada tingkat kerusakan yang
dialami dan tujuan perbaikan. Dari hal-hal yang telah dikemukakan diatas penulis
ingin menganalisa sejauh mana kelayakan bangunan untuk difungsikan kembali
tanpa harus merubuhkan.
1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

1.2.1 RUMUSAN MASALAH

a. Apa saja factor kerusakan bangunan?


b. Apa saja kerusakan bangunan non structural?
c. Apa saja kerusakan bangunan structural?
d. Bagaimana analisis struktur bangunan?

1.2.2 BATASAN MASALAH

a. Hanya meninjau pada bangunan sekolah dari segi struktur maupun non
struktur
b. Hanya menganalisis kerusakan

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1 MAKSUD

a. Memberikan informasi jenis faktor kerusakan bangunan.


b. Memberikan informasi tentang hipotesa penyebab kerusakan.
c. Memberikan informasi tentang Analisa struktur bangunan.

1.3.2 TUJUAN

Tujuan dari kegiatan analisis ini sebagai langkah awal untuk


mengetahui kondisi bangunan sebagai dasar menentukan prioritas
perbaikan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 FORENSIC ENGINEERING

Forensic Engineering adalah seseorang atau team yang harus


sesuai dengan bidangnyaseperti teknik struktur, teknik geoteknik, teknik
hidro, teknik transportasi dan lainsebagainya yang mampu memberikan
saran-saran perbaikan.

Oleh karena itu agar dapat diperoleh dan diketahui penyebab


suatu kerusakan bangunanataupun sturktur konstruksinya maka perlu
dikembangkan suatu bidang ilmu yangtampaknya sangat diperlukan
diamasa-masa mendatang yaitu Teknik Forensic dan repair pada
bangunan dan konstruksi bangunan yang disebabkan oleh kerusakan
akibat bencanalam murni (natural disaster) atau kerusakan diakibatkan
oleh tangan manusia (artificial disaster).

2.2 TUJUAN FORENSI ENGINEERING

Tujuan bidang ilmu Forensic ini adalah untuk membuka wawasan


pemerintah, masyarakat, praktisi dalam bidang asuransi, lembaga
pengambil keputusan dalam permasalahan yang terjadi berdasarkan
teknik Forensic.

2.3 FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BANGUNAN

2. 3.1 FAKTOR UMUR BANGUNAN

Dengan bertambahnya usia bangunan terjadi penurunan kualitas


dan kemampuan untuk menahan beban, bila tidak dilakukan pemeliharaan
secara teratur, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa kerusakan
bangunan tergantung pada waktu (time dependent).

Penurunan kualitas dapat dipengaruhi oleh gaya yang bekerja dari


luar atau dari dalam komponen itu sendiri. Pengaruh gaya dalam bentuk
jangka panjang dapat menimbulkan proses rangkak (Creep), getaran yang
terjadi dapat menimbulkan kelelahan atau fatigue, pengaruh radiasi
matahari dan hujan silih berganti dapat menimbulkan dekarbonisasi pada
bahan bangunan, pengaruh gaya gempa dapatmengakibatkan kerusakan
pada komponen non struktural dan struktural.

Gambar 2.1 Masa Pakai VS Kenyataan pada Struktur Beton

2. 3.2 FAKTOR KONDISI TANAH DAN AIR TANAH

Penempatan seluruh bangunan berdiri diatas tanah, kecuali


bangunan tradisional yang dikenal bangunan panggung atau rumah diatas
air yang sering dengan pondasi tapak. Sifat tanah berbeda antara satu
lokasi dengan lokasi lainnya walaupun dalam satu lokasi yang sekecil
apapun prilaku tanahpun berbeda, perbedaan tanah tersebut akibat
mekanisme pembentukannya. Bila hendak mendirikan bangunan harus
dilakukan penelitian yang intensif untuk mendapat sifat fisis dan
mekanisnya.

Semua ini tujuan untuk memilih pondasi yang tepat untuk


bangunan tersebutsehingga penurunan yang terjadi dapat dihindari
terutama sekali penurunan tidak seragam (differential settlement) yang
menimbulkan tegangan ekstra padakomponen bangunan lain.

Air tanah juga dapat memberikan permasalahan pada bangunan.


Ada beberapa pengaruh akibat air tanah yang tinggi antara lain :
pelumutan, perembesan pada komponen bangunan dan dapat mengangkat
akibatnya terjadi tekanan padadinding atau lantai basement terjadinya daya
angkat (up lift) dan ketika terjadi perubahan kadar air tanah akibat
perubahan musim.
Tanah dengan kemampuan mengambang (swelling) dan menyusut
(shrinkage) sangat tinggi dapat menimbulkan tegangan ekstra yang besar
terhadap komponen struktur bawah (Sub Structure Component).

2. 3.3 FAKTOR ANGIN

Angin sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan namun angin


dapat juga merupakan ancaman bagi manusia, angin kencang sering
mengakibatkan kerusakan pada bangunan. Untuk itu pula perlu diketahui
prilaku angin disuatu daerah dan diperhitungkan terhadap bangunan
dengan bentuk tertentu dan bangunan dengan ketinggian tertentu, angin
dapat menimbulkan daya isap ataupun daya tekan dan juga pada bangunan
asimetris dapat mengakibatkan efek gaya punter / torsi (torsion).

2. 3.4 FAKTOR GEMPA

Gempa sebagaimana angin merupakan fenomena alam yang akan


terjadi pada tempat dan waktu tertentu dan dapat berulang pada lokasi
yang sama dengan periode ulang tertentu. Pergerakan kulit bumi biasanya
terjadi secara mendadakyang diakibatkan terlepasnya energy yang ditahan
oleh kulit bumi yang saling bergesekan atau berbenturan.

Energi yang dilepaskan dapat merambat keseluruh penjuru dengan


kecepatan rambat tergantung pada kedalaman dan jarak gempa serta
kondisi tanah dimana bangunan didirikan. Selain hal tersebut kerusakan
pada struktur tergantung pada jenis dan kualitas bangunan.

2. 3.5 FAKTOR LONGSOR

Tanah longsor dapat terjadi akibat beberapa dampak seperti: banjir,


curah hujan yang tinggi, erosi tanah, pembebanan bangunan, getaran
kendaraan beban, gempa dan lain-lain. Peristiwa longsor dapat terjadi
dimana saja bila keseimbangan daya dukung tanah terganggu akibat hal-
hal tersebut diatas.
2. 3.6 FAKTOR PETIR

Di beberapa daerah di Indonesia petir merupakan jenis bencana


alam yang sering terjadi. Sembaran petir sering mengakibatkan korban
jiwa dan kerusakan pada bangunan serta peralatan listrik dalam bangunan.

2. 3.7 FAKTOR KUALITAS BANGUNAN

Suatu bangunan terbentuk dan tersusun dari berbagai macam dan


jenis bahan, apakah bahan alami atau bahan buatan, sehingga kualiatas
dari masing-masing bahan yang digunakan jelas. Pemilihan kualitas dari
bahan bangunan yang dipakai harus ditentukan dari berdasarkan tujuan
pengguna yaitu apakah bangunan sementara atau bangunan permanen atau
bangunan dengan spesifik tertentu seperti tahan terhadap zat reaktif, tahan
terhadap kebakaran dan sebagainya.

2. 3.8 FAKTOR HAMA

Rayap adalah fauna jenis serangga yang paling banyak


mengakibatkan kerusakan pada bahan kayu, terutama sekali menyerang
kayu yang tidak diawetkan dengan membuat sarang didalam tanah dan
berkumpul dalam koloni yang besar. Serangan pada bahan kayu sering
tidak terlihat dan baru disadari bila bahan telah mengalami kerusakan
berat. Kemampuan rayap untuk menghancurkan bahan kayu sangat
dahsyat, koloni rayap dengan 60.000 anggota mampu menghabiskan kayu
pinus berukuran 40 m x 2 x 4 cm selama 118 s.d 157 hari. Sedangkan
dengan berkoloni 1-2 juta ekor akan menghabiskan kayu 1 m3
diperlukan waktu
9.000 s/d 21.000 hari bila penyerang berasal dari 1 koloni saja.

2. 3.9 FAKTOR KUALITAS PERENCANAAN

Daya tahan suatu bangunan sangat ditentukan berbagai unsure


yang mungkin mempengaruhi atau pemilihan bahan yang digunakan.
Berdasarakan hal tersebut maka dilakukan berbagai asumsi ataupun
pendekatan yang diperlukan dalam proses penentuan beban-beban yang
mungkin bekerja. Selanjutnya berdasarkan beban yang mungkin bekerja
dilakukan analisis kekuatan-kekuatan dengan asumsi-asumsi mekanika
struktur yang dianggap sesuai. Tidak jarang ditemukan bangunan yang
mengalami kerusakan akibat kelalaian manusia yang kurang tepat dalam
mengambil asumsi atau pendekatan yang seharusnya diperhitungkan akan
mempengaruhi bangunan. Untuk itu perlu dipahami secara jelas oleh
perencana bahwa karakteristik suatu wilayah, bahan bangunan yang akan
dipakai dan philosopi mekanika struktur yang tepat perlu dipertimbangkan
dengan matang sebelum menentukan pilihannya dalam perencanaan.
Kesalahan-kesalahan dalam penentuan asumsi-asumsi akan
mengakibatkan kerusakan bangunan.

2. 3.10 FAKTOR KESALAHAN PERENCANA

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada bangunan yang


mengalami kerusakan, banyak diantaranya yang kesalahan dalam
pelaksanaan. Kesalahan ini karena para pelaku pembangunan seperti
pengawas dan pelaksana tidak melaksanakan secara tepat sesuai aturan
yang telah direncanakan dalam spesifikasi oleh perencana, masalah lain
ketidakmampuan pelaksana yang kurang dalam memahami teknologi yang
harus digunakan dalam pelaksanaan.

2. 3.11 FAKTOR PERUBAHAN FUNGSI

Sering dijumpai suatu bangunan berubah fungsi dari fungsi


awalnya seperti bangunan perumahan menjadi bangunan perkantoran
ataupun bangunan industri ataupun bangunan yang direncanakan dua
tingkat menjadi bangunan tiga tingkat. Semua ini akan mengubah asumsi
dasar perencanaan semula. Perubahan ini semua akan mempengaruhi
terhadap beban yang bekerja dan selanjutnya akan mempengaruhi
stabilitas atau usia layan bangunan.

2. 3.12 FAKTOR KEBAKARAN

Kebakaran dapat terjadi kapan dan dimana saja, sehingga peristiwa ini
dapat terjadi pada semua jenis dan kualitas bangunan. Berdasarkan teori
kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 unsur yaitu :
 Benda/bahan bakar;
 Sumber panas dan;
 Oksigen.

Kebakaran terjadi bila ketiga unsur sumber penyebab api tersebut


mencapai titik nyala. Kebakaran dapat terjadi akibat peristiwa alam seperti
sambaran petir atau dampak bencana gempa. Tetapi berdasarkan penelitian
pada umumnya kebakaran karena kesalahan manusia (human error).

2.4 JENIS DAN TIPE KERUSAKAN BANGUNAN

Jenis kerusakan yang terjadi pada bangunan sangat bervariasi,


tergantung pada penyebab kerusakan yang mempengaruhi. Dari setiap
klasifikasi jenis kerusakan, masih dapat dibedakan atas berapa
penyebab. Dari satu penyebab kerusakan masih dapat menghasilkan
lebih dari satu tipe kerusakan, maka secara kelompok besar dapat dibagi
beberapa tipe kerusakan menurut Syafei Amri, 2006 :

 Kerusakan komponen arsitektur;


 Kerusakan komponen atas (Upper Structuer) dan struktur bawah (Sub
Structure)
 Kerusakan komponen mekanikal dan elektrikal.

Menurut Skempton dan Mc Donald 1956; Bromhead 1984;


Boscardin & Cording 1989; Fed & Carper 1997 type kerusakan adalah
sebagai berikut :

 Kerusakan arsitektural
Tipe kerusakan ini sangat berkaitan dengan retak-retak pada
bangunan gedung, lantai dan cat penutup. Retakan pada plester dinding
> 0,5 mm lebar, retak pada dinding pasangan batu > 1 mm lebar, perlu
dipertimbangkan sebagai nilai ambang untuk bangunan berpenghuni
(Burland dkk, 1997).
 Kerusakan fungsional
Berkaitan dengan penggunaan bangunan (pintu dan jendela macet,
retakan dinding luas dan plester berjatuhan, dinding atau lantai miring).
Gerakan tanah dapat sebagai penyebab kerusakan ini.
 Kerusakan struktural
merupakan kerusakan yang berkaitan dengan stabilitas bangunan
(runtuh dalam mendukung beban), termasuk kerusakan total dari
struktur.
 Kerusakan tersembunyi
Berkaitan dengan tidak dapat dilihat secara visual. Misalnya
penurunan mutu material pekerjaan. Hal ini baru dapat diketahui kalau
ada review design, uji standar bahan, dan lain-lain. Contoh pengaruh
piping, creep yang terjadinya dalam waktu cukup lama dan sulit untuk
diteksi (Greenspan dkk, 1989).
 Membengkaknya biaya
Kerusakan yang terjadi berkaitan dengan membengkaknya biaya,
biaya yang dikeluarkan terlalu besar untuk kegiatan pekerjaan tersebut,
kegagalan menyelesaikan pekerjaan proyek tepat waktu. Tampak
kegagalan struktur geoteknik dapat masuk kerusakan fungsional dan
struktural, namun tidak menutup kemungkinan pada kerusakan
tersembunyi (latent) dan membengkaknya biaya.
 Keperluan ahli
Dari kondisi kerusakan yang terjadi perlu dicari penyebab
kerusakan, siapa yang bertanggung jawab, apakah dapat diajukan
kepengadilan, ganti rugi yang menjadi korban. Oleh karena itu
dibutuhkan seorang Ahli sesuai dengan bidan keahliannya guna
memberikan jawaban tentang sebab terjadinya kerusakan akibat
bencana, atau sebab-sebab lain, dan siapa yang bertanggung jawab,
serta memberikan rekomendasi penanggulangan atau perbaikannya.
Ahli ini harus mempunyai pengalaman, keahlian dalam bidangnya atau
dikenal sebagai Ahli Teknik Forensik (Forensic Engineer). Seorang
Forensic Engineer mempunyai tugas :
 Menyelidiki kerusakan, kekurangan atau keruntuhan suatu konstruksi,
 Menentukan penyebab masalah tersebut (kerusakan, keruntuhan dsb),
 Dalam banyak kasus memberikan rekomendasi tentang perbaikannya,
 Menentukan siapa yang harus bertanggung jawab akan kerusakan atau
kemunduran suatu konstruksi.

Menurut ASCE (Greespan dkk, 1989) kualifikasi seorang Forensic


Engineer adalah :

 Seorang expert dalam bidangnya,


 Mempunyai pengetahuan yang seksama pada subject yang diselidiki,
 Pengetahuan sebagai expert dapat juga bagi ahli teknik yang
berpengalaman di bidangnya,
 Bila subject yang diselidiki tidak sesuai dengan bidangnya, pekerjaan
tersebut harus ditolak,
 Dan perlu dihindari sebagai seorang Forensic Engineer adalah
konflikkepentingan, prasangka, pembelaan (Carper, 1989)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 OBJEK PENELITIAN

Proyek Pembangunan dan Rehabilitasi SMAN 10 Padang

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA

Metodologi yang digunakan untuk kajian teknis ini adalah


dengan melakukanrekonstruksi pada keruntuhan yang terjadi
berdasarkan data-data yang ada dan kondisi lapangan.

Dalam rangka kajian teknis tersebut telah dilakukan


serangkaian kegiatan sebagai berikut

a. Survei kondisi struktur beton (balok, plat, dan kolom) yang runtuh
dan yang masih berdiri, yang terdiri dari:
 Pengamatan secara visual.
 Analisa struktur bangunan.
b. Wawancara dengan pelaksana lapangan dan pihak-pihak terkait.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA UMUM

Nama objek : SMAN 10 Padang

Fungsi Objek : Bangunan Sekolah

4.2 KONDISI BANGUNAN

Struktur utama gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 10 (SMAN


10) Padang yang terletak di Padang, terdiri atas 3 (tiga) lantai
menggunakan tipe struktur rangka yang terdiri atas elemen kolom, balok
dan pelat lantai.

Geometrik bangunan gedung Sekolah Menengah Atas Negeri


(SMA N) 10 Padang ini berbentuk persegi panjang dengan dimensi
gedung 31 m
× 8.55 m, dan pada bagian depan bangunan dilengkapi balok kantilever
(denah dan tampak bangunan dapat dilihat pada Gambar 1). Bangunan
gedung SMAN 10 Padang ini mempunyai 33 kolom per lantainya dengan
22 buah kolom dimensi 30 cm × 50 cm, 10 buah kolom 20 cm × 50 cm dan
2 buah kolom tambahan berukuran 20 cm × 20 cm pada bagian tangga.
Pada setiap kolom dihubungkan oleh balok induk dengan dimensi 30 cm ×
55 cm, baik dalam arah x ataupun dalam arah y, terdiri dari 3 lantai dimana
tinggi masing-masing lantai 3 m. Dengan tinggi total adalah 12 meter
termasuk atap.
Dari evaluasi existing struktur bangunan gedung tersebut dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu bentuk struktur persegi panjang dengan
tipe rangka yang digunakan pada gedung SMAN 10 Padang merupakan
tipe struktur yang dianjurkan dalam memikul beban gempa. Kualitas beton
gedung ini bervariasi yang menunjukkan kurangnya pengawasan dan
ketelitian dalam pencampuran beton, namun jika dilihat secara visual
cukup baik. Beton yang digunakan tidak keropos dan ikatan agregatnya
cukup kuat. Kerusakan yang terjadi umumnya terjadi akibat penulangan
yang tidak memenuhi standar perencanaan.

Dari hasil pengamatan visual di lapangan, secara umum kerusakan yang


terjadi akibat gempa bumi tanggal 30 September 2009 dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu, kerusakan struktural dan kerusakan
non struktural.

4.3 HASIL ANALISIS

4.3.1 KRONOLOGI KEJADIAN

Gempa tektonik yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 yang


lalu telah menimbulkan banyak kerusakan pada konstruksi bangunan.
Untuk mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa,
perlu dilakukan analisa mengenai kerusakan struktur bangunan yang
terjadi. Salah satu bangunan yang dianalisa adalah bangunan Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMA N) 10 Padang yang mengalami kerusakan
struktural dan non-struktural akibat gempa tanggal 30 September 2009.

4.3.2 KERUSAKAN BANGUNAN NON STRUKTURAL


(DINDING , PLAFON , JENDELA , DAN PINTU)

Dari hasil pengamatan visual dan pengecekan langsung di lapangan,


kerusakan non-struktural yang terjadi adalah berupa kerusakan pada
sebagian dinding bangunan. Kerusakan ini digolongkan dalam dua
kerusakan yaitu kerusakan total yang harus diganti dan kerusakan retak
yang dapat diperbaiki. Sementara untuk jendela, kusen, pintu dan plafond
tidak mengalami kerusakan yang berarti. Kerusakan yang terjadi dapat
dilihat pada Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 2. Kerusakan pada dinding

Gambar 3. Keusakan pada jendela , kusen , dan pintu

Gambar 4. Kerusakan pada plafon


4.3.3 KERUSAKAN BANGUNAN STRUKTURAL (PONDASI ,
KOLOM , BALOK , DAN PLAT LANTAI)

Dari hasil pengamatan secara visual di lapangan, dapat


disimpulkan kerusakan struktur yang terjadi pada bangunan. Untuk
pondasi bangunan, menunjukkan adanya penurunan yang terjadi, hal ini
terlihat pada penurunan lantai di bagian sekitar kolom. Penurunan yang
terjadi dapat dilihat pada Gambar 5. Namun penurunan yang terjadi
adalah penurunan seragam, sehingga penurunan yang terjadi tidak
membahayakan struktur bangunan (Ahvlin, Richard G and Smooth,
1988).

Gambar 5. Penurunan pondasi

Kolom merupakan elemen jenis batang tekan yan paling umum.


Adapun fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban dari sistem
lantai ke pondasi (Wahyudi dan Rahim, 1997). Kerusakan yang terjadi
pada kolom merupakan kerusakan sedang. Kerusakan yang terjadi pada
kolom berupa hancurnya beton kolom serta pembengkokan beberapa
tulangan utama kolom, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Kerusakan pada kolom

4.3.4 DENAH KERUSAKAN PADA KOLOM

Gambar 7. Denah kerusakan kolom

Kerusakan yang terjadi pada balok merupakan kerusakan sedang,


berupa hancurnya beton balok serta lepasnya ikatan antara kolom dan
balok yang menunjukkan buruknya pengerjaan pemasangan
tulangan.Kerusakan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8. Kerusakan pada balok


Tidak terjadi kerusakan fatal pada pelat lantai baik pada lantai 2
maupun pada lantai 3. Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa tidak ada
kerusakan berarti pada pelat lantai.

Gambar 9. Kerusakan pada plat lantai


4.3.5 ANALISA STRUKTUR BANGUNAN

Untuk mengetahui kerusakan struktur dan penyebab dari


kerusakan struktur yang dialami oleh gedung SMA N 10 Padang,
dilakukan perhitungan dan analisa struktur bangunan ini. Beban-beban
yang diperhitungkan meliputi beban mati, beban hidup, dan beban
gempa. Perhitungan gaya dalam dilakukan dengan menggunakan
program analisa struktur ETABS. Untuk mengetahui kekuatan struktur
bangunan, dapat dianalisa dengan menggunakan diagram kapastitas
penampang. Perhitungan kekuatan batang-batang yang dibebani secara
eksentris sangat kompleks. Perilaku batang ini sangat bervariasi,
dimulai dari apabila batang ditekan secara kosentris (P = Pn0, M = 0),
pada interval dimana keruntuhan terjadi dengan hancurnya beton,
melalui kondisi seimbang serta interval dimana keruntuhan yang
terjadi dengan melelehnya tulangan. Kekompleks-an ini dapat
dibayangkan dengan lebih mudah apabila hasil-hasil perhitungan
digambarkan secara grafis melalui diagram interaksi (Winter dan
Nilson, 1993).

Gambar 10. Permodelan struktur bangunan SMAN 10 Padang

4.3.6 Analisa Kapasitas Penampang Kolom

Hasil analisa struktur kolom bangunan Sekolah Menengah


Atas Negeri (SMA N) 10 Padang, dapat dilihat pada Gambar 10,
Gambar 11 dan Gambar 12.
Dari hasil diagram interaksi P-M2 dan P-M3 kolom yang
dilakukan pada bangunan SMA N 10 Padang, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan bangunan cukup baik karena mampu menanggung beban
dari semua kombinasi beban yang diberikan. Khusus untuk bagian kolom
tangga bebannya sedikit melebihi kapasitas kolom tersebut, sehingga
perlu dilakukan perkuatan. Kerusakan struktur bangunan SMA N 10
Padang akibat gempa yang terjadi disebabkan oleh kesalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan pembangunan tidak mengikuti peraturan yang ada
seperti terlihat pada Tabel 1.
4.3.7 Analisa Kuat Geser Kolom

Dari hasil perhitungan gaya geser , diketahui bahwa semua kolom


utama mampu menanggung gaya geser yang bekerja, kecuali untuk
kolom bagian tangga. Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan gaya geser
yang bekerja pada kolom serta kemampuan kolom untuk menaggung
gaya geser.
Dari hasil analisa stuktur yang dilakukan, terlihat bahwa hampir
semua struktur terpasang, yang dianggap sebagai struktur rencana, dapat
menanggung baik beban lentur maupun beban geser yang bekerja.
Namun jika ditinjau secara visual, masih terlihat terjadinya kerusakan
pada kolom (Gambar 6) yang seharusnya mampu menahan beban geser
dan beban lentur. Sehingga terlihat bahwa kerusakan struktur yang terjadi
lebih disebabkan oleh tidak sesuainya pengerjaan di lapangan dengan
perencanaan, terutama pada bagian pekerjaan detail sambungan tulangan
dan jarak pemasangan tulangan sengkang yang tidak sesuai dengan
perencanaan.
BAB V

KESIMPULAN

 Hasil Assesment

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan secara


langsung, dapat disimpulkan kondisi bangunan sebagai berikut:

1). Komponen Non Struktur

Kerusakan non-struktural yang terjadi adalah berupa kerusakan


pada sebagian dinding bangunan, baik pada sisi dalam dan sisi luar
bangunan. Kerusakan ini digolongkan dalam dua kerusakan, yaitu
kerusakan total yang harus diganti dan kerusakan retak yang dapat
diperbaiki dengan cara melakukan plesteran ulang pada bagian yang
rusak. Untuk kusen, jendela dan plafond tidak mengalami kerusakan yang
berarti.

2). Komponen Struktur

a) Pondasi Adanya penurunan yang terjadi pada pondasi bangunan,


hal ini terlihat pada penurunan lantai di sekitar kolom. Penurunan
yang terjadi adalah penurunan seragam.
b) Kolom pada lantai 1, 2, dan 3 Kerusakan yang terjadi pada kolom
merupakan kerusakan sedang, berupa hancurnya beton kolom serta
pembengkokan beberapa tulangan utama kolom.
c) Balok Kerusakan yang terjadi pada balok merupakan kerusakan
sedang, berupa hancurnya beton balok serta lepasnya ikatan antara
kolom dan balok yang menunjukkan buruknya pengerjaan
pemasangan tulangan.
d) Joint Kolom-Balok Umumnya kerusakan pada bangunan terjadi
pada bagian joint kolom dan balok, berupa retaknya kolom dan
balok.
 Hasil Perhitungan Analisa Struktur

Dari hasil perbandingan hasil evaluasi kondisi existing bangunan


dan analisa struktur, dapat dilihat bahwa struktur yang direncanakan cukup
mampu menahan beban yang bekerja padanya. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa kegagalan struktur yang terjadi diakibatkan oleh
kesalahan pada pelaksanaan konstruksi. Beberapa kesalahan yang terjadi
adalah :

1. Pengerjaan di lapangan tidak mengikuti perencanaan dan aturan yang


ada. Hal ini terlihat dari terdapat beberapa kolom yang memiliki kuat
tekan hasil Hammer Test yang sangat jauh dari nilai rata-rata. Pada
bagian yang pengerjaannya tidak baik menghasilkan mutu beton yang
yang tidak baik pula sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan
struktur.
2. Tulangan geser/ sengkang/ beugel yang dipasang pada kenyataannya
tidak mengikuti perencanaan dan aturan yang ada. bahkan untuk
beberapa bagian, jarak sengkang yang satu dengan yang lain sangat
jauh. Sehingga pada bagian tersebut tidak mampu menahan beban geser
yang bekerja padanya.
3. Kesalahan pada poin satu dan poin dua menunjukkan tidak adanya
pengawasan yang baik selama proses konstruksi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

FORENSIK_BANGUNAN_GEDUNG_SEKOLAH_VOKASI.pdf
ANALISA_KERUSAKAN_STRUKTUR_BANGUNAN_GEDU.pdf

Anda mungkin juga menyukai