KATA PENGANTAR ( )
DAFTAR ISI ( )
BAB I : PENDAHULUAN ( )
1.1 Latar Belakang ( )
1.2 Rumusan Masalah ( )
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ( )
2.1 Kegagalan Konstruksi ( )
2.2 Penyelesaian Kegagalan Proyek Konstruksi ( )
BAB III : PEMBAHASAN ( )
3.1 Pengertian Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan ( )
3.2 Penyebab Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan ( )
3.3 Unsur-Unsur Cacat dan Kegagalan Konstruksi ( )
3.4 Kasus-Kasus Cacat dan Kegagalan Konstruksi ( )
3.4 Identifikasi Cacat dan Kegagalan Konstruksi serta Solusinya ( )
BAB IV : PENUTUP ( )
4.1 Kesimpulan ( )
4.2 Saran ( )
DAFTAR PUSTAKA ( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kasih dan
kemurahan-Nya, sehingga makalah yang berjudul Cacat dan Kagagalan Konstruksi Bangunan
ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan tugas kelas mata kuliah mekanika tanah
dalam pekerjaan konstruksi.
Sebagai wujud syukur, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan begitu juga pada teman-teman yang
semuannya itu memberi andil yang cukup besar dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, kesempurnaan itu hanya milik pencipta. Oleh karena itu, kami sangat
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan sebagai masukan yang berguna dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi yang membaca dan
mempelajarinya .
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Ervianto 2002, Manajemen pengelolaan setiap proyek rekayasa sipil meliputi
fungsi dasar manajemen yaitu :
1.Perencanaan (Planning)
Setiap proyek konstruksi pasti selalu dimulai dengan proses perencanaan, agar proses
tersebut berjalan dengan baik maka ditentukan terlebih dahulu sasaran utamanya.
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan
perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk perencanaan dapat berupa perencanaan prosedur,
perencanaan metoda kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran
biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal).
2. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individuindividu dalam
organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini berlangsung secara
kontinu dari waktu ke waktu guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan
berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi bertujuan mendapatkan hasil yang
telah ditetapkan oleh pemilik proyek, sedangkan pengawasan oleh pemilik bertujuan untuk
memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
3. Pelaksanaan (Construction)
Tahap pelaksanaan ini bertujuan mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik
proyek dan sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu
yang telah disepakati, serta dengan mutu yang telah diisyaratkan. Kegiatan yang dilakukan
adalah merencanakan, mengoordinasi, mengendalikan semua operasional di lapangan.
BAB III
PEMBAHASAN
Kesalahan pendetailan :
o Kekurangan tulangan
o Tulangan terlalu rapat
o Persyaratan selimut tidak terpenuhi
o Toleransi pendetailan tidak terpenuhi
o Pendetailan yang tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin dilaksanakan
Pengerjaan
o Kurang pemadatan (sarang kerikil, gelembung udara)
o Segregasi (tinggi jatuh)
o Bliding, penurunan seting
Perawatan pasca
o Kurang perawatan (retak susut)
o Pembongkaran acuan yang terlalu cepat
o Perbaikan yang tidak baik
Semua proyek konstruksi berjalan secara bertahap sesuai dengan daur hidupnya (life
cycle), yang umumnya terdiri dari 4 tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah:
a. Konsep dan kelayakannya.
b. Desain, detail, dan spesifikasi dokumen kontrak.
c. Kinerja pekerjaan, konstruksi aktual, kontrol, bimbingan, dan inspeksi
pengawasan.
d. Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.
4.1 Kesimpulan
Cacat dan gagal konstruksi diakibatkan oleh faktor ketidak telitian pada saat
perencanaan dan pelaksanaan bangunan. Selain itu faktor lain yang juga menyebabkan
cacat dan kegagalan konstruksi yaitu permasalahan dalam pondasi seperti terjadi
patahan, penurunan, terjadi kesalahan ukuran pondasi, posisi pondasi berada pada area
terjal dll.
4.2 Saran
Penyedia jasa konstruksi harus lebih fokus dan berhati-hati pada saat proses
pengerjaan, dan apabila tanahnya tidak baik maka lakukan perbaikan tanah terlebih
dahulu agar tidak terjadi cacat dan kegagalan konstruksi bangunan.