Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ( )
DAFTAR ISI ( )
BAB I : PENDAHULUAN ( )
1.1 Latar Belakang ( )
1.2 Rumusan Masalah ( )
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ( )
2.1 Kegagalan Konstruksi ( )
2.2 Penyelesaian Kegagalan Proyek Konstruksi ( )
BAB III : PEMBAHASAN ( )
3.1 Pengertian Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan ( )
3.2 Penyebab Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan ( )
3.3 Unsur-Unsur Cacat dan Kegagalan Konstruksi ( )
3.4 Kasus-Kasus Cacat dan Kegagalan Konstruksi ( )
3.4 Identifikasi Cacat dan Kegagalan Konstruksi serta Solusinya ( )
BAB IV : PENUTUP ( )
4.1 Kesimpulan ( )
4.2 Saran ( )
DAFTAR PUSTAKA ( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kasih dan
kemurahan-Nya, sehingga makalah yang berjudul Cacat dan Kagagalan Konstruksi Bangunan
ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan tugas kelas mata kuliah mekanika tanah
dalam pekerjaan konstruksi.
Sebagai wujud syukur, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan begitu juga pada teman-teman yang
semuannya itu memberi andil yang cukup besar dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, kesempurnaan itu hanya milik pencipta. Oleh karena itu, kami sangat
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan sebagai masukan yang berguna dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi yang membaca dan
mempelajarinya .
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegagalan, termasuk kegagalan struktur
bangunan. Dengan mengetahui penyebab-penyebabnya, bisa diharapkan akan tahu
bagaimana menghindarinya. Dalam hal konstruksi bangunan memang unik, karena ia
merupakan produk dari serangkaian kegiatan-kegiatan dari berbagai disiplin keahlian,
mungkin dari berbagai perusahaan, yang secara kontraktual terpisah. Tanggung jawabnya
juga tidak terpusat pada satu pihak. Ini yang mungkin membuat rumit dalam menentukan
siapa yang sebenarnya bertanggung jawab, jika terjadi kegagalan struktur atau konstruksi
bangunan. Tapi jika terjadi cacat dan kegagalan, korban pertama adalah pemilik proyek.
Konstruksi bangunan gedung yang baik harus memenuhi 3 kriteria yaitu kuat, kaku,
dan stabil. Oleh karenanya, suatu bangunan gedung dikatakan cacat atau mengalami
kegagalan konstruksi, bila unsur-unsur struktur tidak memenuhi salah satu atau
keseluruhan kriteria di atas.
Cacat dan Kegagalan bangunan merupakan kejadian yang memiliki spectrum yang
sangat luas. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun penggunaan
dan pemanfaatan. Lebih detail seperti kesalahan desain, pelaksanaan yang tidak sesuai
bestek, metode pelaksanaan yang tidak baik, dan kesalahan penggunaan pembebanan
berlebih serta perawatan yang kurang serta hingga penggunaan yang melampaui batas
umur bangunan semua itu berpotensi untuk menimbulkan cacat dan kegagalan konstruksi.
Cacat dan Kegagalan bangunan karena strukturnya gagal berfungsi dapat
menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa. Oleh karena itu perlu
diantisipasi secara cermat. Bangunan yang didesain terhadap beban-beban rencana dari
code-code yang ada, belum dapat menjamin sepenuhnya bebas dari segala risiko cacat
dan kegagalan bangunan, karena penyebabnya kompleks. Salah satu strategi
mengantisipasi risiko dapat dimulai dari tahap perencanaan. Langkah pertama yang
penting adalah memperkirakan penyebab cacat dan kegagalan sehingga dapat dibuat
simulasi kejadiannya. Selain simulasi fisik (eksperimen) maka simulasi numerik berbasis
komputer menjadi alternatif lain yang canggih dan relatif murah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan!
2. Apakah Penyebab Cacat dan Kegagalan Konstruksi?
3. Sebutkan Beberapa Unsur - Unsur Cacat dan Kegagalan Konstruksi
4. Berikan Contoh serta Penyebab Kasus - Kasus Terjadinya Kegagalan Konstruksi!
5. Sebutkan Identifikasi serta Berikan Solusi Cacat dan Kegagalan Konstruksi!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegagalan Konstruksi

Kegagalan konstruksi pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi


yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan pengguna jasa
atau penyedia jasa (Ryan Anggrian, 2013).
Dalam pekerjaan konstruksi bangunan sering ditemukannya kegagalan bangunan yang
dapat diakibatkan oleh pihak penyedia jasa atau pengguna jasa. Semua pekerjaan konstruksi
melakukan pergerakannya sesuai dengan tahapan (siklus) kegiatannya yaitu diawali dengan
perencanaan, sifat bahan bangunan yang digunakan, pengujian bahan dan
bangunan/konstruksi, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaan bangunan.
Faktor penyebab kegagalan konstruksi sangat dimungkinkan terjadi pada industri
konstruksi, karena industri konstruksi sangat kompleks, banyak pihak yang terlibat.
Kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan dapat disebabkan oleh kompetensi sumber
daya baik kompetensi badan usaha, kompetensi keahlian maupun kompetensi keterampilan.
Antara lainnya faktor tenaga kerja menjadi salah satu penyebab dari kegagalan konstruksi,
yaitu penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian tertentu sehingga
pekerjaan yang dihasilkan menjadi efisien dan efektif. Menurut (Olo Molaiyle 1987), tanpa
sumber daya manusia ini tidak akan dihasilkan apa-apa pada pekerjaan pembangunan
proyek konstruksi. Dengan demikian perencanaan, penyiapan dan distribusi penyediaan
sumber daya dengan susunan dan jumlah yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan
pelaksanaan yang ada.
2.2 Penyelesaian Kegagalan Proyek Konstruksi
Mengatasi proyek konstruksi bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kejelian dan
kreatifitas dalam hal ide. Seperti yang telah diketahui bahwa proyek terutama konstruksi
merupakan industri yang paling tinggi kompleksitasnya dan terdapat banyak sekali resiko
yang apabila tidak dikelola dengan baik akan membuat proyek mengalami kerugian. Untuk
mengatasinya diperlukan langkah sistematis untuk menemukan strategi untuk mengatasi
kerugian proyek.
Herry Ludiro Wahyono (2011). Kegagalan konstruksi pada bangunan gedung terjadi
pada kegagalan : elemen struktur dengan rata-rata penyimpangan sebesar 4,36 % dari nilai
kontrak, elemen atap 2,53 %, pondasi 0,15 %, utilitas 0,12 % dan finishing 0,07 %.
Kesuksesan proyek konstruksi juga sangat tergantung dari peran pengawas. Antara lain
Pengawas Internal (Kontraktor) dan Pengawas Eksternal (Konsultan Pengawas)
berpengaruh signifikan terhadap kualitas proyek. Faktor internal supervisi(Kontraktor)
mempengaruhi kualitas dan eksternal supervisi(Konsultan Pengawas), sedangkan faktor
kualitas sangat tergantung eksternal Supervisi.

Menurut Ervianto 2002, Manajemen pengelolaan setiap proyek rekayasa sipil meliputi
fungsi dasar manajemen yaitu :
1.Perencanaan (Planning)
Setiap proyek konstruksi pasti selalu dimulai dengan proses perencanaan, agar proses
tersebut berjalan dengan baik maka ditentukan terlebih dahulu sasaran utamanya.
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan
perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk perencanaan dapat berupa perencanaan prosedur,
perencanaan metoda kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran
biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal).

2. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individuindividu dalam
organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini berlangsung secara
kontinu dari waktu ke waktu guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan
berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi bertujuan mendapatkan hasil yang
telah ditetapkan oleh pemilik proyek, sedangkan pengawasan oleh pemilik bertujuan untuk
memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang
dikehendaki.

3. Pelaksanaan (Construction)
Tahap pelaksanaan ini bertujuan mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik
proyek dan sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu
yang telah disepakati, serta dengan mutu yang telah diisyaratkan. Kegiatan yang dilakukan
adalah merencanakan, mengoordinasi, mengendalikan semua operasional di lapangan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan


CACAT KONSTRUKSI: Suatu kondisi penyimpangan atau ketidak
sempurnaan hasil dan atau proses pekerjaan konstruksi yang masih dalam batas
toleransi. Artinya belum atau tidak membahayakan konstruksi secara keseluruhan.
KEGAGALAN KONSTRUKSI: adalah suatu kondisi penyimpangan,kesalahan
dan atau kerusakan hasil pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan keruntuhan
konstruksi
Berdasarkan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Bab 1, Pasal 1
ayat 6 menyatakan Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah
diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi
baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang
menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Sedangkan menurut Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa Konstruksi,
Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
Bab V Pasal 34 menyatakan Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang
tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat
kesalahan Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi.
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) pada tahun 2001 mencoba
mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, dan
memberikan usulan definisi sebagai berikut:
a. Definisi Umum
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu
(persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan
tidak berfungsi dengan baik.
b. Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur.
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja
tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga
mengakibatkan struktur bangunan tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan
(strength), stabilitas (stability) dan kenyamanan layak pakai (serviceability)
yang disyaratkan.

3.2 Penyebab Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan


3.2.1Penyebab Kegagalan dari Aristuktur Bangunan Gedung Ketika Masa
Perencanaan

 Kesalahan hitung yang berasal dari :


o Sistem mekanika yang salah
o Pembebanan kombinasi
o Lendutan yang terlalu besar

 Kesalahan pendetailan :
o Kekurangan tulangan
o Tulangan terlalu rapat
o Persyaratan selimut tidak terpenuhi
o Toleransi pendetailan tidak terpenuhi
o Pendetailan yang tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin dilaksanakan

 Kesalahan lainnya, misalnya :


o Serangan fisik/ kimia yang tidak diperkirakan
o Investigasi tanah yang minim
o Akibat deformasi struktur yang tidak diperkirakan. dan perencanapun harus
memperhatikan daerah beton yang akan terkena air, sehingga dapat
direncanakan untuk memberi pelindung berupa waterproofing. Hal ini dapat
memperkecil merembesnya air kedalam struktur beton bertulang.
3.2.2Penyebab Kegagalan dari Struktur Bangunan Gedung Ketika Masa
Pelaksanaan Konstruksi

 Bahan dan komposisinya


o Semen yang tidak memadai (kurang atau berlebih)
o Agregat yang reaktif, yang peka terhadap alkali
o Bahan yang mengandung sulfat, bahan organic dsb
o Faktor air semen terlalu tinge
 Acuan
o Kurang stabil dan deformasi besar
o Kurang pembasahan
o Kebocoran
o Penyambungan yang buruk

 Pengerjaan
o Kurang pemadatan (sarang kerikil, gelembung udara)
o Segregasi (tinggi jatuh)
o Bliding, penurunan seting
 Perawatan pasca
o Kurang perawatan (retak susut)
o Pembongkaran acuan yang terlalu cepat
o Perbaikan yang tidak baik

3.3 Unsur-Unsur Cacat dan Kegagalan Konstruksi

Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur, diantaranya


sebagai berikut :
a. Kelalaian perencanaan, ketika perencana melakukan kelalaian dalam
memperhitungkan dan mendesain struktur dan gambar rencana proyek
konstruksi.
b. Kesalahan dalam pelaksanaan dan pengawasan, dimana pada saat pelaksanaan
terjadi kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor / engineer dalam pelaksanaan,
kurangnya ketelitian dalam pengawasan dapat pula menjadi penyebab terjadinya
kecacatan pada struktur bangunan pada saat pelaksanaan dan dimasa yang akan
datang.
c. Kurangnya maintenance pada saat operasional bangunan.
d. Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi ada, maka
akan mengakibatkan keruntuhan total.
e. Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika terjadi suatu
kesalahan pada satu bagian saja, akan berefek kepada bagian lain dalam struktur
dan ini dapat berlangsung cepat sejak kegagalan awal dimulai, dinamakan
kegagalan "efek domino".
f. Kinerja yang tidak bagus.

Semua proyek konstruksi berjalan secara bertahap sesuai dengan daur hidupnya (life
cycle), yang umumnya terdiri dari 4 tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah:
a. Konsep dan kelayakannya.
b. Desain, detail, dan spesifikasi dokumen kontrak.
c. Kinerja pekerjaan, konstruksi aktual, kontrol, bimbingan, dan inspeksi
pengawasan.
d. Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.

3.4 Kasus-Kasus Cacat dan Kegagalan Konstruksi


3.4.1 Runtuhnya Rukan Cendrawasih, Samarinda (Juni 2014)
Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang terletak di kompleks
Cendrawasih Permai, Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda
Kalimantan Timur runtuh pada tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam proses
pengerjaan yang menyebabkan 12 pekerjanya tewas. Bangunan ini memiliki lebar 25
m dan panjang 100 m dengan biaya konstruksi senilai kurang lebih 15 Milyar rupiah.

Gambar 1. Keruntuhan Bangunan

Dari observasi yang dilakukan penyebab keruntuhan bangunan ini sangatlah


kompleks diantaranya:
Pertama, Kegagalan pondasi. Hal ini didasarkan keterangan bahwa pengerjaan
pengerukan lahan sampai lantai 1 selesai dikerjakan hanya memerlukan waktu enam
bulan. Padahal kondisi tanah eksisting adalah rawa dan merupakan tanah lempung
sehingga memerlukan waktu lama untuk terkonsolidasi jika tanpa penanganan khusus
seperti vertical drain.
Kedua, Kegagalan Struktur Utama. Struktur utama yang dimaksud adalah
balok- kolom. Hal ini didasarkan fakta bahwa pekerja sempat diminta untuk
mengecek kolom yang retak di lantai 2. Meskipun tidak ada data detail mengenai
dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi hal ini seharusnya telah menjadi indikasi
awal bahwa ada masalah dengan struktur yang sedang dibangun. Apalagi apabila
didasarkan pada filosofi desain struktur yang benar yaitu “strong column- weak beam”
yang artinya kolom tidak boleh mengalami kegagalan struktur terlebih dahulu
daripada balok. Kegagalan kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi antara
perencanaan dan pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi kolom dan
jumlah tulangan yang dipakai.
Ketiga, Kesalahan sistem perancah pengecoran lantai. Penyebab awal keruntuha
adalah lantai 3 yang sedang dikerjakan secara tiba- tiba roboh. Selain karena kolom
yang mengalami kegagalan, maka sistem perancah yang dipakai juga patut dicurigai
tidak dirancang dengan benar. Dari dokumentasi yang ada terlihat bahwa sistem
perancah yang digunakan menggunakan scafolding besi dan beberapa menggunakan
kayu dolken. Bekisting dan sistem perancah seharusnya didesain secara detail baik
dalam desain maupun metode pemasangannya. Inspeksi harus dilakukan secara ketat
termasuk pengecekan terhadap kekuatan beton yang telah dicor yang akan menopang
perancah tersebut.

Gambar 2. Perancah dolken patah


Keempat, organisasi proyek tidak benar. Proyek rukan ini diketahui tidak
memiliki konsultan perencana. Desain bangunan yang digunakan tidak diketahui
darimana dibuatnya. Pengawasan proyek ini pun hanya dilakukan oleh mandor dari
pemborong.
Kelima, adanya pengalihan pekerjaan secara serampangan. Kontraktor proyek
rukan ini semula PT. Firma Abadi yang beralamat di Surabaya menyerahkan
sepenuhnya pekerjaan kepada perseorangan/ individu yang merupakan pemborong
berinisial NI yang beralamat di Samarinda yang kemudian menyerahkan lagi kepada
mandor yang berinisial S. Pengalihan pekerjaan ini meliputi keseluruhan pekerjaan
dan sama sekali tidak ada pengawasan dari Kontraktor utama.

Gambar 3. Keruntuhan Gedung Harbour Cay Condominium

Dari sisi konstruksi juga terdapat kesalahan sebagai berikut:


 Dari sisi konstruksi didapati pula bahwa kaki ayam untuk menopang tulangan
atas terlalu pendek sehingga mengurangi ketebalan efektif pelat lantai yang
akhirnya akan mengurangi kapasitas geser “punch”.
 Banyak tulangan bawah plat yang tidak terpasang melewati kolom.
 Beberapa tulangan vertical telah dibengkokkan selama proses fabrikasi
 Kualitas beton yang tidak konsisten yang sulit untuk dilakukan pengecoran
yang baik
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Cacat dan gagal konstruksi diakibatkan oleh faktor ketidak telitian pada saat
perencanaan dan pelaksanaan bangunan. Selain itu faktor lain yang juga menyebabkan
cacat dan kegagalan konstruksi yaitu permasalahan dalam pondasi seperti terjadi
patahan, penurunan, terjadi kesalahan ukuran pondasi, posisi pondasi berada pada area
terjal dll.

4.2 Saran

Penyedia jasa konstruksi harus lebih fokus dan berhati-hati pada saat proses
pengerjaan, dan apabila tanahnya tidak baik maka lakukan perbaikan tanah terlebih
dahulu agar tidak terjadi cacat dan kegagalan konstruksi bangunan.

Anda mungkin juga menyukai