Anda di halaman 1dari 38

@rody T@ng@

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Penyelesaikan masalah matematika dapat diklasifikasikan atas dua cara yaitu :
1. Cara Analitik, dimana solusi yang dihasilkan merupakan solusi eksak.
2. Cara Numerik, dimana solusi yang dihasilkan merupakan solusi pendekatan.
Penyelesaian numerik menggunakan suatu metode yang dinamakan metode numerik
yaitu teknik-teknik yang digunakan untuk merumuskan masalah matematika
sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan hanya dengan operasi-operasi
matematika yang sangat elementer yakni operasi tambah, kurang, kali dan bagi. Dalam
metode numerik ini mencakup sejumlah besar operasi hitungan dan dilakukan
berulang-ulang sehingga bantuan program komputer sangat diperlukan untuk
menyelesaikan hitungan. Tanpa bantuan komputer, analisa numerik tidak akan banyak
memberi manfaat. Oleh karena itu sangat diharapkan mahasiswa yang mengambil
matakuliah ini sudah menguasai dasar-dasar pemograman komputer, minimal salah
satu bahasa pemograman yaitu BASIC, FORTRAN atau pun PASCAL. Dalam tulisan
ini, contoh-contoh pemograman menggunakan bahasa Fortran oleh karena bahasa ini
umumnya digunakan dalam ilmu teknik sipil.
Untuk memudahkan pemahaman dari langkah-langkah perhitungan yang
dilakukan komputer, kadangkala digambarkan diagram alir dari metode-metode yang
dipakai. Simbol-simbol yang dipergunakan untuk menggambarkan diagram alir
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Simbol

Keterangan
Untuk menyatakan START, STOP, RETURN

Untuk menyatakan proses perhitungan.

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Untuk menyatakan proses membandingkan atau


pengambilan keputusan.

Untuk menyatakan sambungan, terminal.

Untuk menyatakan proses pengulangan.

Untuk menyatakan input/output atau baca/cetak.

Untuk menyatakan subproses berupa subroutine.

Untuk menyatakan arah aliran proses


1.2. Kesalahan Numerik (residu)
Oleh karena solusi numerik merupakan solusi pendekatan (hampiran) yang
mendekati solusi eksak dari solusi analitik maka dalam solusi numerik terdapat
kesalahan (residu) terhadap solusi eksak.

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Kesalahan Absolut adalah besarnya kesalahan yang terjadi yaitu selisih antara nilai
eksak (sebenarnya) dan nilai pendekatan (hampiran), yang dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Kesalahan absolut Nilai eksak Nilai pendeka tan

(1.1)
Kesalahan relatif adalah besarnya tingkat kesalahan yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk persen yaitu dengan membandingkan kesalahan yang terjadi dengan nilai yang
sebenarnya (eksak).

Kesalahan relatif

Kesalahan absolut
x100%
Nilai eksak

(1.2)

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

BAB II
AKAR-AKAR PERSAMAAN NON-LINEAR
2.1. Umum
Dalam matematika terapan kita sering ditemui persamaan yang berbentuk :
f ( x) 0

dimana x adalah bilangan-bilangan sedemikian sehingga f(x) sama dengan nol dan f
disini adalah fungsi non-linear. Nilai-nilai x yang memenuhi disebut akar persamaan
atau titik nol dari fungsi f.
Untuk polinomial derajat dua, persamaan dapat diselesaikan dengan rumus
persamaan kuadrat yang sangat sederhana. Misalnya bentuk f(x) = ax2 + bx + c = 0,
dapat dicari akar-akarnya secara analitik dengan menggunakan rumus kuadratik :

x12

b b 2 4ac
2a

Untuk polinomial derajat tiga, empat atau yang lebih tinggi tidak ada rumus yang
dapat digunakan untuk menyelesaikannya. Bentuk persamaan tersebut misalnya :
f(x) = x5 + 2x4 + 3x3 + 4x2 - 3x - 1 = 0
f(x) = x3 + ln x = 0
f(x) = e-x + sin x = 0
Bentuk persamaan-persamaan seperti tersebut diatas sulit atau tidak mungkin
diselesaikan secara eksplisit. Metode numerik memberikan cara-cara untuk
menyelesaikan bentuk persamaan tersebut yaitu dengan metode pendekatan yang
berurutan atau paling tepat disebut metode iterasi. Dengan metode iterasi numerik ini,
kita memilih suatu nilai tebakan awal x0 sembarang dan kemudian secara beruntun
menghitung barisan nilai pendekatan x1, x2, x3, , dst hingga diperoleh satu nilai x
yang mendekati solusi eksak dengan toleransi kesalahan yang diijinkan.

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisa numerik ini seperti
metode bagi dua, posisi palsu, Newton-Raphson dan secant. Dalam tulisan ini hanya
satu metode yang diberikan yaitu metode Newton-Raphson. Pemilihan metode ini
karena dari semua metode yang ada, metode ini yang paling banyak digunakan
khususnya dalam ilmu teknik sipil.
2.2. Metode Newton-Raphson
Jika tebakan awal dari akar suatu persamaan adalah xi maka sebuah garis
singgung dapat dibuat dari titik ( xi,f(xi) ). Titik dimana garis singgung ini memotong
sumbu x biasanya memberikan tebakan yang lebih dekat dengan nilai akar sebenarnya.
Metode alternatif yang didasarkan pada deret Taylor, seperti pada Gambar 2.1.
dimana turunan pertama pada xi adalah ekuivalen dengan kemiringan (slope) :

f ' ( xi )

f ( xi ) 0
f ( xi )

x
x i x i 1

atau
x i 1 x i

f ( xi )
f ' ( xi )

(2.1)

f(x)
Garis singgung di A

Gambar 2.1. Prosedur dari Metode Newton-Raphson secara grafis

Gambar 2.2. menunjukkan bagan alir dari f(x


metode
Newton-Raphson A
)
i
B
0
Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

xi+1 xi
xi
Fungsi f(x)

f(xi)-0
x

@rody T@ng@

Mulai

Beri
nilai tebakan awal

f(x i ),f'(x

xi

Hitung
i ) dan

x i+1

Hitung
f(x i+1 )

f(x

i+1

Periksa
) telah

kecil ?

x i =x

No

i+1

Yes

Selesai

Contoh-contoh penerapan metode Newton-Raphson.


Contoh 1.
TEKNIK PONDASI. Tentukan kedalaman turap didalam tanah bila dalam
merancang dinding pancang turap berangker diperoleh persamaan :
x 3 42 ,30 x 2 1939 ,60 0

Penyelesaian
Persamaan yang diselesaikan :
Turap
3

f ( x ) x 42,30 x

1939,60 0

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Turunan pertama dari persamaan tersebut adalah :


f ' ( x ) 3x 2 84,60 x

Pada awal hitungan diambil tebakan nilai xi sembarang, misalnya x1 = 8,00 maka :
Iterasi 1 :
f ( x1 ) 8,00 3 42,30.8,00 2 1939,60 1279,60

f ' ( x1 ) 3.8,00 2 84 ,60.8,00 868,80

Hitung xi+1 dengan menggunakan pers. (2.1) :

x i 1 x i

f ( xi )
f ' ( xi )

x 2 x1

f ( x1 )
1279,60
8,00
6,53
f ' ( x1 )
868,80

Hitung f(x2) :
f ( x 2 ) 6,53 3 42,3.6,53 2 1939,60 140,63

Misalkan diambil toleransi kesalahan 0,001, karena nilai f(x2) belum mendekati 0,001
maka hitungan dilanjutkan iterasi berikutnya dengan mengambil x1=x2 = 6,53.
Iterasi 2 :
f ( x1 ) 6,53 3 42,30.6,53 2 1939,60 140,63

f ' ( x1 ) 3.6,53 2 84 ,60.6,53 680,01

Hitung xi+1 dengan menggunakan pers. (2.1) :

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

x i 1 x i

f ( xi )
f ' ( xi )

x 2 x1

f ( x1 )
140,63
6,53
6,32
f ' ( x1 )
680,01

Hitung f(x2) :
f ( x 2 ) 6,32 3 42,3.6,32 2 1939,60 2,64

Untuk perhitungan selanjutnya dilanjutkan dengan program komputer seperti pada


Listing 2.1. Hasil hitungan komputer seperti terlihat pada Tabel 2.1. dimana diperoleh
nilai x = 6,32 m.
Tabel 2.1. Hasil hitungan metode Newton-Raphson
ITERASI
1
2
3
4

Xi

F(Xi)

8.000
6.527
6.320
6.316

1279.600
140.626
2.638
.001

NILAI X ADALAH =

Xi+1

F(Xi+1)

6.527
6.320
6.316
6.316

140.626
2.638
.001
.000

6.32

Listing 2.1. Program komputer metode Newton-Raphson


NEWRAP1.FOR
C PROGRAM INI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN X^3+42,3X^2-1939,6 = 0 DENGAN METODE NEWTON-RAPHSON
C DIBUAT OLEH ARODY TANGA
C TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TADULAKO
OPEN (8,FILE = 'NEWRAP1.HAS')
C ----- MASUKKAN TEBAKAN NILAI AWAL ----WRITE (*,10)
10 FORMAT (1x,'TEBAKAN NILAI AWAL
Read (*,*) Xi
WRITE (*,20)
WRITE (8,20)
20 FORMAT (//,1x,' ITERASI

Xi

= '\)

F(Xi)

I = 1
C ----- HITUNG F(Xi) DAN F'(Xi) ----30 FXi = Xi**3+42.3*Xi**2-1939.6
DFXi = 3*Xi**2+84.6*Xi
C ----- HITUNG Xi+1 DAN F(Xi+1) -----

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

Xi+1

F(Xi+1) ',/)

@rody T@ng@

Xii = Xi-(FXi/DFXi)
FXii = Xii**3+42.3*Xii**2-1939.6
C ----- TULIS HASIL HITUNGAN ----WRITE (*,40) I,Xi,FXi,Xii,FXii
WRITE (8,40) I,Xi,FXi,Xii,FXii
40 FORMAT(3x,I3,4F10.3)
I = I+1
C ----- PERIKSA APAKAH F(Xi+1) TELAH KECIL ----IF (ABS(FXii).GT.0.001) THEN
Xi = Xii
GO TO 30
END IF
C ----- TULIS HASIL HITUNGAN AKHIR ----WRITE (*,50) Xii
WRITE (8,50) Xii
50 FORMAT (/,' NILAI X ADALAH = ',F10.2)
CLOSE (8)
END

Contoh 2.
TEKNIK PELABUHAN. Dalam analisa gelombang di laut, diperoleh
persamaan yang menyatakan hubungan antara perbandingan kedalaman air (d) dan
panjang gelombang di laut dalam (Lo) dengan perbandingan kedalaman air (d) dan
panjang gelombang pada kedalaman tersebut (L) seperti berikut :
d
d
d
tanh 2
Lo
L
L

Bila L 0,1000 , coba cari nilai


L
o
Penyelesaian
Persamaan yang diselesaikan :
d
d
d
tanh 2
Lo
L
L
d
d
d
d
f ( ) tanh 2
0
L
L
L Lo

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Turunan pertama dari persamaan tersebut adalah :


d
d d
f ' ( ) tanh 2
L
L L

1
d
cosh 2
L
2

Pada awal hitungan diambil tebakan nilai

d
d
1,0000 maka
sembarang, misalnya
L
L

:
Iterasi 1 :

f(

d
) 1,0000 tanh 2 (1,0000) 0,1000 0,9000
L

f '(

Hitung

d
1
) tanh 2 (1,0000) (1,0000)
2 1,0001
2
L
cosh 2 (1,0000)

d
dengan menggunakan pers. (2.1) :
L i 1

x i 1 x i

f ( xi )
f ' ( xi )

d
d

L i 1 L

Hitung f (

f(

d
f( )
L 1,0000 0,9000 0,1001
d
1,0001
f '( )
L

d
):
L i 1

d
) 0,1001 tanh 2 ( 0,1001) 0,1000 0,0442
L i 1

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Misalkan diambil toleransi kesalahan 0,00001, karena nilai f (


0,00001

maka

hitungan

dilanjutkan

iterasi

d
) belum mendekati
L i 1

berikutnya

dengan

mengambil

d d

0,1001 .
L L i 1

Iterasi 2 :

f(

d
) 0,1001 tanh 2 (0,1001) 0,1000 0,0442
L

f '(

Hitung

d
1
) tanh 2 (0,1001) (0,1001)
2 0,9910
2
L
cosh 2 (0,1001)

d
dengan menggunakan pers. (2.1) :
L i 1

x i 1 x i

f ( xi )
f ' ( xi )

d
d

L i 1 L

Hitung f (

f(

d
f( )
L 0,1001 0,0442 0,1447
d
0,9910
f '( )
L

d
):
L i 1

d
) 0,1447 tanh 2 (0,1447) 0,1000 0,0043
L i 1

Untuk perhitungan selanjutnya dilanjutkan oleh program komputer seperti pada


Listing 2.2. Hasil hitungan komputer seperti pada Tabel 2.2. dimana diperoleh nilai
d
0,1410 .
L

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Tabel 2.2. Hasil hitungan metode Newton-Raphson


ITERASI
1
2
3
4

Xi
1.00000
.10008
.14472
.14099

F(Xi)
.89999
-.04423
.00432
.00002

NILAI d/L ADALAH =

Xi+1

F(Xi+1)

.10008
.14472
.14099
.14098

-.04423
.00432
.00002
.00000

.1410

Listing 2.2. Program komputer metode Newton-Raphson


NEWRAP2.FOR
C
C
C
C

PROGRAM INI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GELOMBANG


(d/Lo)=(d/L)tanh(2*PHI(d/L)) DENGAN METODE NEWTON-RAPHSON
DIBUAT OLEH ARODY TANGA
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TADULAKO
OPEN (8,FILE = 'NEWRAP2.HAS')
PHI = ACOS(-1.0)

C ----- MASUKKAN NILAI d/Lo ----WRITE (*,10)


10 FORMAT (1x,'MASUKKAN NILAI d/Lo
READ (*,*) DLO

(?) = '\)

C ----- TEBAKAN NILAI AWAL ----WRITE (*,5)


5 FORMAT (1x,'MASUKKAN TEBAKAN NILAI d/L AWAL (?) = '\)
READ (*,*) DL
WRITE (*,20)
WRITE (8,20)
20 FORMAT (//,1x,' ITERASI

Xi

F(Xi)

Xi+1

F(Xi+1) ',/)

I = 1
C ----- HITUNG F(Xi) DAN F'(Xi) ----30 FDL = DL*TANH(2*PHI*DL)-DLO
DFDL = TANH(2*PHI*DL)+DL*2*PHI*(1/(COSH(2*PHI*DL))**2)
C ----- HITUNG Xi+1 DAN F(Xi+1) ----DLL = DL-(FDL/DFDL)
FDLL = DLL*TANH(2*PHI*DLL)-DLO
C ----- TULIS HASIL HITUNGAN ----WRITE (*,40) I,DL,FDL,DLL,FDLL
WRITE (8,40) I,DL,FDL,DLL,FDLL
40 FORMAT(3x,I3,4F10.5)
I = I+1
C ----- PERIKSA APAKAH F(Xi+1) TELAH KECIL ----IF (ABS(FDLL).GT.0.00001) THEN
DL = DLL
GO TO 30
END IF
C ----- TULIS HASIL HITUNGAN AKHIR ----WRITE (*,50) DLL
WRITE (8,50) DLL

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

50 FORMAT (/,' NILAI d/L ADALAH = ',F6.4)


CLOSE (8)
END

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

BAB III
SOLUSI NUMERIK DARI SISTEM PERSAMAAN ALJABAR LINEAR
3.1. Umum
Dalam permasalahan teknik sering dijumpai suatu sistem n persamaan dengan n
bilangan anu yang tidak diketahui. Bentuk umum sistem persamaan aljabar linear :
a11 x1 a12 x 2 ... a1n x n b1
a 21 x1 a 22 x 2 ... a 2 n x n b2
.
.
.
a n1 x1 a n 2 x 2 ... a nn x n bn

dengan aij dan ci adalah koefisien konstan yang diberikan, n adalah jumlah persamaan,
dan x1, x2, , xn adalah bilangan anu yang tidak diketahui. Jika semua ci nilainya nol
maka sistem disebut homogen dan jika tidak maka sistem disebut tak homogen.
Contoh sistem persamaan aljabar linear ini adalah :
x1 2 x 2 x 3 4 x 4 13
3x1 2 x 2 5x 3 7 x 4 41
2 x 1 x 2 x 3 x 4 4
x1 3x 2 5x 3 3x 4 26

Untuk dapat menyelesaikan sistem persamaan seperti diatas, ada dua macam cara
yang bisa dilakukan yaitu cara langsung (direct method) seperti seperti eliminasi
Gauss dan cara tak langsung (iterative solver) seperti Iterasi Jacobi, Iterasi GaussSiedel, Sucessive Over-Relaxation,dan lain-lain. Penyelesaian dengan cara langsung
memiliki beberapa keterbatasan antara lain :
1. Memerlukan operasi aritmetika yang sangat kompleks.
2. Memerlukan memori komputer yang sangat banyak.
3. Pemogramannya relatif lebih sulit.

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan cara iterasi.


Dengan cara iterasi ini, solusi persamaan diperoleh dengan cara iterasi dari suatu
harga solusi tebakan awal sampai didapat harga tertentu yang mendekati solusi eksak.
Kelemahan metode iterasi adalah matriks yang diselesaikan harus memenuhi
persyaratan tertentu seperti diagonal yang dominan. Diantara metode iterasi yang ada,
metode iterasi Jacobi adalah yang paling sederhana tapi sudah jarang digunakan.
Dalam bab ini akan dipelajari metode iterasi yang cukup sederhana namun masih
sering digunakan saat ini yaitu Point Gauss-Seidel.
3.2. Metode Point Gauss-Seidel
Pandang sistem 3 persamaan aljabar linear dengan 3 bilangan anu :
a1,1 x1 a1,2 x 2 a1,3 x 3 b1
a 2 ,1 x1 a 2 ,2 x 2 a 2 ,3 x 3 b2
a 3,1 x1 a 3,2 x 2 a 3,3 x 3 b3

Dengan memberikan nilai tebakan awal x10 c1 , x 20 c2 dan x 30 c3

maka

persamaan pertama dari sistem diatas dapat digunakan untuk menghitung nilai x1
sebagai fungsi dari x2 dan x3. Demikian juga persamaan kedua dan ketiga untuk
menghitung x2 dan x3, sehingga didapat :

x11

x 21

x 31

b1 a1,2 x 20 a1,3 x 30
a1,1
b2 a 2 ,1 x11 a 2 ,3 x 30
a 2 ,2
b3 a 3,1 x11 a 3,2 x 21
a 3, 3

Prosedur diatas diulangi lagi hingga tercapai kriteria konvergensi atau sampai nilai
setiap variabel pada iterasi ke n mendekati nilai pada iterasi ke n-1. Secara umum
iterasi Gauss-Seidel dapat dinyatakan dalam bentuk :

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@
x ik 1

k
bi a i ,1 x1k 1 a i ,2 x 2k 1 ... a i ,i 1 x ik11 a i ,i 1 x ik1 ... a i , N x N

a i ,i

(3.1)
untuk i = 1,2, , N
Contoh 3.
MEKANIKA TEKNIK. Hitung gaya-gaya batang dan reaksi perletakan pada
analisa rangka dibawah ini :
1000 kg

90 o

60 o

30 o

Penyelesaian
1000 kg
1

90 o

F1

H3

F2
60 o

30 o

F3
V3

V2

Karena jumlah gaya arah horisontal dan vertikal setiap titik simpul harus nol maka :
Titik Simpul 1 :

H 0

F1 cos 30 o F2 cos 60 o 0

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

(1)

@rody T@ng@
V

F1 sin 30 o F2 sin 60 o 1000 0

(2)

H 0

F2 cos 60 o F3 0

(3)

F2 sin 60 o V2 0

H 0

F1 cos 30 o F3 H 3 0

F1 sin 30 o V3 0

Titik Simpul 2 :

(4)
Titik Simpul 3 :

(5)
0

(6)
Dari keenam persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk :
-0,866F1 + 0,500 F2 +

0 F3 +

0 V2 +

0 H3 +

0 V3

= 0

-0,500F1 - 0,866 F2 +

0 F3 +

0 V2 +

0 H3 +

0 V3

= 1000

0 F1 - 0,500 F2 - 1,000 F3 +

0 V2 +

0 H3 +

0 V3

= 0

0 F3 + 1,000 V2 +

0 H3 +

0 V3

= 0

0 V3

= 0

0 H3 + 1,000 V3

= 0

0 F1 + 0,866 F2 +
0,866F1 +

0 F2 + 1,000 F3 +

0 V2 + 1,000 H3 +

0,500F1 +

0 F2 +

0 V2 +

0 F3 +

Bilangan yang tidak diketahui dicari dengan :

F1

0,500 F2
0,866

F2

1000 0,500 F1
0,866

F3 0,500 F2
V2 0,866 F2

H 3 0,866 F1 F3
V3 0,500 F1

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Untuk tebakan nilai awal diambil F10 F20 F30 V20 H 30 V30 0 maka :
Iterasi 1 :
F11

0,500 F20
0,500 x 0

0
0,866
0,866

F21

1000 0,500 F11


1000 ( 0,500 x 0)

1154,73
0,866
0,866

F31 0,500 F21 0,500 x ( 1154,73) 577,37


V21 0,866 F21 0,866 x ( 1154,73) 1000,00

H 31 0,866 F11 F31 ( 0,866 x 0) 577,35 577,37


V31 0,500 F11 0,500 x 0 0

Hitung konvergensi dari hasil iterasi diatas dengan persamaan :


Re s x Abs x k 1 x k

Dari hasil diatas didapat kesalahan

1154,73 dan bila diambil toleransi kesalahan

0,002 maka iterasi 1 belum konvergen. Hitungan dilanjutkan ke iterasi berikutnya.


Iterasi 2 :
F11

0,500 F20
0,500 x ( 1154,73)

666,71
0,866
0,866

F21

1000 0,500 F11


1000 (0,500 x ( 666,706))

769.80
0,866
0,866

F31 0,500 F21 0,500 x ( 769,80) 384,90

V21 0,866 F21 0,866 x ( 769,80) 666,65


H 31 0,866 F11 F31 ( 0,866 x ( 666,71)) 384,90 192,47

V31 0,500 F11 0,500 x ( 666,71) 333,35

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Kemudian hitung lagi konvergensi dari hasil iterasi diatas dimana didapat kesalahan
sebesar 769,83 jadi hasil iterasi 2 belum konvergen. Hitungan dilanjutkan ke iterasi
berikutnya. Untuk perhitungan berikutnya dilanjutkan oleh program komputer pada
Listing 3.1. Data input hitungan komputer pada Tabel 3.1.dan hasil hitungan
komputer seperti pada Tabel 3.2. dimana diperoleh nilai akhir pada iterasi ke-15
dengan besar kesalahan maksimum 0,0007 kg adalah :
Gaya-gaya batang :
F1 500 kg ( batang tekan)
F2 866 kg ( batang tekan)
F3 433 kg ( batang tarik )

Gaya-gaya reaksi perletakan :


V2 750 kg ( )

H 3 0 kg
V3 250 kg ( )

Tabel 3.1. Data input hitungan dengan metode Gauss-Seidel


Jumlah varibel yang tidak diketahui :
6
Koefisien-koefisien dari persamaan aljabar
-0.866 0.500 0.000 0.000 0.000 0.000
-0.500 -0.866 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 -0.500 -1.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.866 0.000 1.000 0.000 0.000
0.866 0.000 1.000 0.000 1.000 0.000
0.500 0.000 0.000 0.000 0.000 1.000
Nilai pendekatan awal untuk setiap variabel
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Tabel 3.2. Data hasil hitungan dengan metode Gauss-Seidel
ITERASI KE =
.000
-1154.734
577.367
1000.000
-577.367

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

0.000
1000.000
0.000
0.000
0.000
0.000

@rody T@ng@
.000
KESALAHAN

1154.7340

ITERASI KE =
-666.706
-769.800
384.900
666.647
192.467
333.353
KESALAHAN =

ITERASI KE =
-444.458
-898.119
449.060
777.771
-64.159
222.229
KESALAHAN =

769.8342
3

256.6264

dan seterusnya ...

ITERASI KE =
-500.022
-866.038
433.019
749.989
.000
250.011
KESALAHAN =

14

ITERASI KE =
-500.022
-866.038
433.019
749.989
.000
250.011
KESALAHAN =

15

.0017

.0007

Listing 3.1. Program komputer metode Gauss-Seidel


GAUSEID.FOR
C PROGRAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN ALJABAR LINEAR DENGAN GAUSS-SEIDEL
C STUDI KASUS ANALISA GAYA BATANG DAN GAYA LUAR PADA RANGKA STATIS

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

C DIBUAT OLEH ARODY TANGA


C TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TADULAKO
PARAMETER (NUM = 7)
REAL A(NUM,NUM),B(NUM),X(NUM)
CHARACTER*20 DAT,HAS
WRITE (*,2)
2 FORMAT (3X,' MASUKKAN NAMA FILE DATA
READ (*,'(A20)') DAT

(?) : ',\)

WRITE (*,3)
3 FORMAT (3X,' MASUKKAN NAMA FILE HASIL
READ (*,'(A20)') HAS

(?) : ',\)

WRITE (*,5)
5 FORMAT (3X,' MASUKKAN JUMLAH ITERASI MAKSIMUM (?) : ',\)
READ (*,*) ITER
WRITE (*,7)
7 FORMAT (3X,' MASUKKAN TOLERASI KESALAHAN IZIN (?) : ',\)
READ (*,*) TOL
OPEN (4,FILE = DAT)
OPEN (8,FILE = HAS)
C ----- MASUKKAN JUMLAH VARIABEL YANG DICARI ----READ (4,*)
READ (4,*) N
NI = N+1
C ----- MASUKKAN KOEFISIEN VARIABEL ----READ (4,*)
DO 6 I=1,N
READ (4,*) (A(I,J), J=1,NI)
B(I) = A(I,NI)
6 CONTINUE
C ----- MASUKKAN TEBAKAN NILAI AWAL ----READ (4,*)
READ (4,*) (X(I), I=1,N)
C ----- MEMERIKSA KONVERGENSI ----ITR = 0
18 ITR = ITR+1
WRITE (*,19) ITR
WRITE (8,19) ITR
19 FORMAT (/2X,' ITERASI KE = ',I4)
RES = 0
DO 14 I=1,N
XA = X(I)
SUM = B(I)+A(I,I)*X(I)
DO 16 J=1,N
SUM = SUM-A(I,J)*X(J)
16
CONTINUE
X(I) =SUM/A(I,I)
C ----- PERIKSA KESALAHAN ----BEDA = ABS(X(I)-XA)
IF (RES.LE.BEDA) RES = BEDA

C ----- TULIS HASIL HITUNGAN -----

30

WRITE (*,30) X(I)


WRITE (8,30) X(I)
FORMAT (3X,F9.3)

14 CONTINUE

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@
WRITE (*,20) RES
WRITE (8,20) RES
20 FORMAT (2X,' KESALAHAN

= ',F10.4,/)

IF (RES.LT.TOL.OR.ITR.EQ.ITER) GOTO 22
GOTO 18
22 CLOSE (4)
CLOSE (8)
END

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

BAB IV
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
4.1. Umum
Analisa numerik untuk persamaan diferensial amat penting bagi orang yang
bergelut dengan ilmu teknik sipil sebab banyak permasalahan dalam bidang ilmu teknik
sipil yang dapat diformulasikan ke dalam bentuk persamaan diferensial, seperti
persamaan lendutan balok, profil muka air tanah, aliran air dan lain-lain. Kebanyakan
permasalahan yang diformulasikan dalam bentuk persamaan diferensial ini amat sulit
untuk untuk mencari penyelesaan analitisnya sehingga dibutuhkan pendekatan
numerik.
Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung turunan fungsi.
Persamaan diferensial dapat dibedakan atas dua macam yang tergantung dari jumlah
variabel bebas. Apabila persamaan mengandung hanya satu variabel bebas maka
persamaan disebut persamaan diferensial biasa, dan jika mengandung lebih dari satu
variabel bebas maka disebut persamaan diferensial parsial. Derajat (order) dari
persamaan diferensial ditentukan oleh derajat tertinggi dari turunannya.
dy
3y 0
dx

d2y
dx 2

3y 0

d d

0
dx dy

Pers. diferensial biasa order satu dengan variabel bebas x.


Pers. diferensial biasa order dua dengan variabel bebas x
Pers. diferensial parsial order satu dengan variabel bebas x

dan y.
d 2
dx

d 2
dy 2

Pers. diferensial parsial order dua dengan variabel bebas x dan y.

Untuk mendapat solusi yang unik dari suatu persamaan diferensial maka pada
persamaan tersebut perlu dilengkapi dengan kondisi tambahan yang disebut kondisi
awal (Initial Condition) dan kondisi batas (Boundary Condition). Kondisi awal adalah
kondisi yang harus dipenuhi variabel tak bebas pada saat awal perhitungan dan kondisi

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

batas adalah kondisi yang harus dipenuhi variabel tak bebas pada akhir dari solusi
yang diselesaikan. Selain masalah kondisi awal dan kondisi batas, solusi pendekatan
yang dilakukan pada persamaan diferensial ini dilakukan dengan metode langkahdemi-langkah (interval). Langkah ini adalah suatu bilangan tetap misalnya 0,1 atau 2.
Pada bab ini, hanya akan dipelajari solusi dari suatu persamaan diferensial linear
biasa dengan bentuk :
dy
f ( x, y)
dx

Persamaan diatas dapat didekati dengan bentuk :


dy y y i 1 y i

f ( x, y)
dx x x i 1 x i

atau
y i 1 y i f ( x , y ) x i 1 x i

atau
y i 1 y i x

(4.1)

dimana adalah kemiringan yang digunakan dalam pendekatan dari nilai yi ke yi+1
yang berjarak x. Dengan menggunakan persamaan (4.1) dapat diperoleh nilai y
dengan menghitung untuk setiap langkah-demi-langkah x.
4.2. Metode Runge-Kutta
Metode Runge-Kutta adalah metode yang paling populer dan paling sering
digunakan dalam mencari solusi dari persamaan diferensial biasa. Kepopuleran metode
ini oleh karena metode ini efisien untuk hitungan komputer dan mempunyai ketelitian
yang tinggi. Bentuk umum metode ini adalah :
y i 1 y i ( x i , y i , x ) x

(4.2)

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

dimana (xi,yi,x) disebut sebagai suatu fungsi pertambahan yang dapat


diinterpretasikan sebagai sebuah kemiringan rata-rata sepanjang interval. Fungsi
pertambahan ini dapat ditulis dalam bentuk umum sebagai :
a1 k1 a 2 k 2 a 3 k 3 ... a n k n

(4.3)

dimana a adalah suatu kontasta dan besarnya k adalah :


k 1 f ( xi , y i )

(4.4.a)

k 2 f ( x i p1 x , y i q11 k 1 x )

(4.4.b)
k 3 f ( x i p 2 x , y i q 21 k 1 x q 22 k 2 x )

(4.4.c)
.
.
.
k n f ( x i p n 1 x , y i q n 1,1 k 1 x q n 1,2 k 2 x

...

q n 1,n 1 k n 1 x )

(4.4.c)
Ada beberapa tipe metode Runge-Kutta yang tergantung pada nilai n yang
digunakan. Untuk n=1 disebut metode Runge-Kutta order satu, untuk n=2 disebut
metode Runge-Kutta order dua, dan seterusnya. Nilai-nilai a, p dan q dicari dengan
menyamakan persamaan (4.2) dengan suku-suku dari deret Taylor.
Metode dengan order yang lebih tinggi mencapai akurasi yang lebih baik untuk
komputasi yang sama dan Metode Runge-Kutta yang paling populer adalah order
keempat. Bentuk umum metode Runge-Kutta order keempat ini adalah :
1

k 1 2 k 2 2 k 3 k 4 x

y i 1 y i

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

(4.5)

@rody T@ng@

dimana :
k1 f ( xi , yi )
k 2 f ( xi

(4.5.a)

1
1
x , y i k 1 x )
2
2

1
1
x , y i k 2 x )
2
2

(4.5.b)
k 3 f ( xi

(4.5.c)
k 4 f ( x i x , y i k 3 x )

(4.5.d)

Contoh 4.
HIDROLIKA. Suatu bendung dibangun pada saluran empat persegi panjang
dengan lebar 30,5 m mengalirkan air 71 m3/det. Kemiringan dasar pada 1:1000 dan
kedalaman air didepan tubuh bendung adalah 2 m. Apabila koefisien Chezy pada
saluran itu adalah 55 dianggap tetap, hitung panjang dan gambarkan kurva air balik
(back water curve). Aliran adalah aliran tetap (steady flow).

71 m3/det

2m
yn

Penyelesaian :
Persamaan dasar aliran untuk saluran empat persegi panjang yang lebar adalah :

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

dy
So
dx

y
1 n
y

yc
1 y

Kedalaman kritis yc dan kemiringan kritis Sc :

q2
g

y c

1
3

dimana q

Q
B

q2

Sc

C 2 y c3

Kedalaman normal yn :

QQ

y n
2
2

B C SO

1
3

dimana :
So

= kemiringan dasar saluran

Sc

= kemiringan kritis

= debit aliran

= lebar saluran

= percepatan gravitasi

yc

= kedalaman kritis

yn

= kedalaman normal

= tinggi muka air

= koefisien Chezy

Kedalaman dan kemiringan kritis :

Q
71

2,328 m 2 / det.
B
30,5

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@
yc

q2

g

1
3

q2

Sc

C 2 y c3

2,328 2

9 ,81

1
3

2,33 2
55 2 .0,82 3

0,821 m

0,003

Syarat batas (boundary condition) :


Pada persoalan ini ada dua syarat batas yaitu pertama pada bagian hulu saluran
berupa kedalaman normal yn dan kedua yaitu bagian hilir berupa tinggi muka air
didepan bendung.
1) Syarat batas di bagian hulu saluran :
Pada bagian hilir, kedalaman air adalah kedalaman normal yn :

yn

QQ


2
2

B C SO

1
3

71. 71

30,5 2 .55 2 .0,001

1
3

1,214 m

2) Syarat batas di hilir saluran :


Pada bagian hilir, kedalaman air adalah tinggi muka air di depan bendung
sebesar :
y control 2,00 m

Syarat awal (initial condition) :


Sebagai dasar permulaan perhitungan dimulai dari kedalaman normal yn dan
agar program komputer bisa melakukan iterasi step maka diambil hitungan awal :
y y n 0,01 1,214 0,01 1,224 m

Langkah jarak :
Dalam hitungan langkah-demi-langkah diambil langkah jarak dx = 50 m dan
hitungan dimulai dari x = 0.

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Nilai x dan y awal hitungan :

x0
y n 1,214 m

Iterasi 1 :
y1 y 1,224

y
1 n
y1

yc

1 y
1

k1 S o

1,214
1

1,224

0,001
1 0,821
1,224

0,000035

y 2 y 0,5. dx. k 1 1,224 0,5.50.0,000035 1,225

y
1 n

y2

yc
1 y
2

k2 So

1,214
1

1,225

0,001
1 0,821

1,225

0,000038

y 3 y 0,5. dx. k 2 1,224 0,5.50.0,000038 1,225

yn

y3

yc
1 y
3

k 3 So

1,214
1

1,225

0,001
1 0,821

1,225

0,000038

y 4 y dx. k 3 1,224 50.0,000038 1,226

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

y
1 n

y4

yc

1 y
4

k 4 So

1,214
1

1,226

0,001
1 0,821

1,226

0,000041

Hitung nilai y :
1

( k 2 k 2 2 k 3 k 4 )dx
6 1

y y

(0,000035 2.0,000038 2.0,000038 0,000034)50 1,226 m


6

y 1,224

Hitung nilai x :
x x dx 0 50 50 m

Iterasi 2 :
y1 y 1,226

yc
1 y
1

k1 S o

y
1 n

y1

1,214
1

1,226

0,001
1 0,821

1,226

0,000041

y 2 y 0,5. dx. k 1 1,226 0,5.50.0,000041 1,227

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

y
1 n

y2

yc

1 y
2

k2 So

1,214
1

1,227

0,001
1 0,821

1,227

0,000045

y 3 y 0,5. dx. k 2 1,226 0,5.50.0,000045 1,228

yn

y3

yc
1 y
3

k 3 So

1,214
1

1,228

0,001
1 0,821

1,228

0,000045

y 4 y dx. k 3 1,226 50.0,000045 1,229

y
1 n

y4

yc
1 y
4

k4 So

1,214
1

1,229

0,001
1 0,821

1,229

0,000049

Hitung nilai y :
1

( k 1 2 k 2 2 k 3 k 4 )dx
6

y y

(0,000041 2.0,000045 2.0,000045 0,000049)50 1,229 m


6

y 1,226

Hitung nilai x :
x x dx 50 50 100 m

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Kemudian hitung lagi ke iterasi 2,3,4,dst hingga diperoleh tinggi muka air sama
dengan tinggi muka air ycontrol = 2,00 m. Untuk perhitungan berikutnya dilanjutkan
oleh program komputer pada Listing 4.1. Diagram alir proses hitungan diatas dapat
dilihat pada Gambar 4.1. Hasil hitungan komputer seperti Tabel 4.1. dimana diperoleh
panjang kurva air balik adalah 1850 m. Gambar kurva air balik seperti Gambar 4.2.

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Mulai

Masukkan
Q,B,C,Y

,S o ,dx,g

control

Hitung
q = Q/B
y c = (q 2 /g) 1/3
S c = q 2 /(C 2 .y c 3 )
Hitung
2

y n = (Q.abs(Q)/(C

x=0
y=y

k 1 =S
k 2 =S
k 3 =S
k 4 =S
y = y+((1/6).(k

.S o .B 2 ))

1/3

Hitung
y 1 =y
((1-(y
/y 1 ) 3 )/(1-(y
o
n
y 2 = y+0.5.dx.k
((1-(y
/y 2 ) 3 )/(1-(y
o
n
y 3 = y+0.5.dx.k
((1-(y
/y 3 ) 3 )/(1-(y
o
n
y 4 = y+dx.k
3
((1-(y
/y 4 ) 3 )/(1-(y
o
n
+2k
1
x = x+dx

+2k

/y 1 ) 3 ))

/y 2 ) 3 ))

/y 3 ) 3 ))

/y 4 ) 3 ))

1
2

+k 4 )dx)
No

Jika
y >= y

control

Yes

Selesai

Gambar 4.1 : Diagram alir analisa back water curve

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

KURVA AIR BALIK


DIDEPAN BENDUNG
TINGGI AIR (M )
TINGGI KRITIS (M )

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

TINGGI NORM AL (M )
DASAR SALURAN

1,21 m

P A NJ ANG KURVA A IR BALIK (M )

Gambar 4.2 : Gambar Kurva air balik

Tabel 4.1. Data hasil hitungan dengan metode Runge-Kutta order empat
DATA - DATA YANG DIMASUKKAN :
DEBIT ALIRAN
Q =
LEBAR SALURAN
B =
KOEFISIEN CHEZY
C =
KEMIRINGAN DASAR
So =
TINGGI AIR DEPAN BENDUNG Ycont =
LANGKAH JARAK
dx =
PERCEPATAN GRAVITASI
G =

71.00
30.50
55.00
.001
2.00
50.00
9.81

HASIL HITUNGAN :
KEMIRINGAN KRITIS
KEDALAMAN KRITIS
KEDALAMAN NORMAL

.003
.821 M
1.214 M

JARAK (M)
.000
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
500.000
550.000

TINGGI AIR (M)


1.214
1.226
1.229
1.231
1.234
1.238
1.242
1.247
1.253
1.260
1.267
1.276

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

Sc =
Yc =
Yn =

M3/DET
M
M
M
M/DET2

1800

1700

1600

1500

1400

1300

2,00 m

1200

1100

1000

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0,82 m

@rody T@ng@
600.000
650.000
700.000
750.000
800.000
850.000
900.000
950.000
1000.000
1050.000
1100.000
1150.000
1200.000
1250.000
1300.000
1350.000
1400.000
1450.000
1500.000
1550.000
1600.000
1650.000
1700.000
1750.000
1800.000
1850.000

1.286
1.298
1.310
1.325
1.341
1.358
1.377
1.398
1.420
1.444
1.470
1.497
1.526
1.556
1.587
1.620
1.654
1.689
1.724
1.761
1.799
1.838
1.877
1.917
1.958
2.000

Listing 3.1. Program komputer metode Runge-Kutta order empat


RUNGEKUT.FOR
C PROGRAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA
C STUDI KASUS KURVA AIR BALIK (BACK WATER CURVE) DIDEPAN BENDUNG
C DIBUAT OLEH ARODY TANGA
C TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TADULAKO
REAL K1,K2,K3,K4
WRITE (*,2)
2 FORMAT (3X,' DEBIT ALIRAN AIR (M3/DET)

(?) : ',\)

READ (*,*) Q
WRITE (*,4)
4 FORMAT (3X,' LEBAR SALURAN (M)

(?) : ',\)

READ (*,*) B
WRITE (*,6)
6 FORMAT (3X,' KOEFISIEN CHEZY

(?) : ',\)

READ (*,*) C
WRITE (*,8)
8 FORMAT (3X,' KEDALAMAN AIR DIDEPAN BENDUNG (M)(?) : ',\)
READ (*,*) YCONTROL

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

WRITE (*,10)
10 FORMAT (3X,' KEMIRINGAN DASAR SALURAN

(?) : ',\)

READ (*,*) SO
WRITE (*,12)
12 FORMAT (3X,' LANGKAH JARAK (M)

(?) : ',\)

READ (*,*) DX
WRITE (*,14)
14 FORMAT (3X,' PERCEPATAN GRAVITASI (M/DET2)

(?) : ',\)

READ (*,*) G
OPEN (8,FILE = 'RUNGEKUT.HAS')
C ----- KEDALAMAN & KEMIRINGAN KRITIS ----QI = Q/B
YC = (QI**2/G)**(1./3.)
SC = (QI**2/(C**2*YC**3))
C ----- SYARAT BATAS ----* --- SYARAT BATAS DI HILIR BERUPA TINGGI AIR DIDEPAN BENDUNG

-----

* --- SYARAT BATAS DI HULU BERUPA KEDALAMAN NORMAL Yn --YN = (Q*ABS(Q)/(C**2*SO*B**2))**(1./3.)


C ----- TULIS DATA INPUT & HASIL HITUNGAN DIATAS ----* --- DATA INPUT --WRITE (8,*) ' DATA - DATA YANG DIMASUKKAN

: '

WRITE (8,22)Q,B,C,SO,YCONTROL,DX,G
22 FORMAT (3X,' DEBIT ALIRAN

= ',F6.2,' M3/DET',/,

3X,' LEBAR SALURAN

= ',F6.2,' M',/,

3X,' KOEFISIEN CHEZY

= ',F6.2,/,

3X,' KEMIRINGAN DASAR

So = ',F6.3,/,

3X,' TINGGI AIR DEPAN BENDUNG

3X,' LANGKAH JARAK

dx = ',F6.2,' M',/,

3X,' PERCEPATAN GRAVITASI

Ycont = ',F6.2,' M',/,


= ',F6.2,' M/DET2',/)

* --- KEDALAMAN / KEMIRINGAN KRITIS & NORMAL DAN KEMIRINGAN SALURAN --WRITE (8,*) ' HASIL HITUNGAN

: '

WRITE (8,24)SC,YC,YN
24 FORMAT (3X,' KEMIRINGAN KRITIS

Sc = ',F6.3,/,

3X,' KEDALAMAN KRITIS

Yc = ',F6.3,' M',/,

3X,' KEDALAMAN NORMAL

Yn = ',F6.3,' M',/)

C ----- NILAI AWAL HITUNGAN DIMULAI DARI KEDALAMAN NORMAL Yn -----

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

Y = YN+0.01
C ----- ANALISA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA ----X = 0.00
WRITE (*,*) '

JARAK (M)

TINGGI AIR (M)'

WRITE (8,*) '

JARAK (M)

TINGGI AIR (M)'

WRITE (*,40) X,YN


WRITE (8,40) X,YN
30 Y1 = Y
K1 = (SO*(1-(YN/Y1)**3))/(1-(YC/Y1)**3)
Y2 = Y+0.5*DX*K1
K2 = (SO*(1-(YN/Y2)**3))/(1-(YC/Y2)**3)
Y3 = Y+0.5*DX*K2
K3 = (SO*(1-(YN/Y3)**3))/(1-(YC/Y3)**3)
Y4 = Y+DX*K3
K4 = (SO*(1-(YN/Y4)**3))/(1-(YC/Y4)**3)
Y = Y+((1./6.)*(K1+2*K2+2*K3+K4)*DX)
IF(Y.GT.YCONTROL) STOP
X = X+DX
WRITE (*,40) X,Y
WRITE (8,40) X,Y
40 FORMAT (2(3X,F10.3))
GOTO 30
CLOSE (8)
END

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

@rody T@ng@

DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, J.E., Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga, Jakarta, 1993.
2. Chapra, S.C., Canale, R.P., Metode Numerik untuk Teknik, Universitas Indonesia,
Jakarta, 1991.
3. Dake, J.M.K., Hidrolika Teknik, Erlangga, Jakarta, 1985.
4. Munadi, S., Perhitungan Matriks dengan Fortran, Andi Offset, Yogyakarta, 1990.
5. Spiegel, M.R., Matematika Lanjutan untuk Para Insinyur dan Ilmuwan,
Erlangga, Jakarta, 1992.
6. Susila, I.N., Dasar-dasar Metode Numerik, ITB, Bandung, 1994.
7. Triatmodjo, B., Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta, 1992.
8. Triatmodjo, B., Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta, 1996.

Selamat
belajar

Fakultas Teknik UNTAD

Pengenalan Analisa Numerik untuk Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai