Anda di halaman 1dari 96

REKAYASA HIDROLOGI

PENDAHULUAN

Pengertian Hidrologi : ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan


gerakan air di alam ini meliputi berbagai bentuk air dan perubahanperubahan bentuknya.
Jumlah air di planet bumi : 1400 x 1015 m3.
Air laut/asin : 97 %
Air tawar : 3 %
24 % berupa air tanah
0,3 % terdapat di danau-danau
0,065 % sebagai butir-butir air atau lengas tanah
0,035 % ada di atmosfir berupa awan, kabut, embun, hujan dll
0,03 % berupa air hujan
Jumlah air tawar yang dapat digunakan langsung oleh manusia sangat
terbatas

Daur/Siklus Hidrologi

Daur/Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara yang kemudian


jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presifitasi
lain dan akhirnya mengalir ke laut kembali.
Skema daur hidrologi dapat digambarkan sebagai berikut :

DAUR HIDROLOGI

Proses daur hidrologi


Air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang
terjadi oleh uap air, bergerak di atas daratan karena didesak oleh angin
Presifitasi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat
desakan angin dapat berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke tanah
membentuk limpasan (run off) yang mengalir kembali ke laut
Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak
terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone)
Air dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akwifer masuk
ke sungai atau kadang-kadang langsung ke laut
Ada empat macam proses dalam daur hidrologi :

Presifitasi
Evaporasi dan transpirasi
Infiltrasi dan perkolasi
Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface
runoff)

75 % terdapat di kutub (salju)

Fungsi Hidrologi dalam Rekayasa


Sipil
Pembuatan bendung pengelak
Bila seorang kontraktor membuat bendung pengelak, maka
ahli hidrologinya akan menyarankan untuk membangun pada
ketinggian tertentu sehingga hanya akan dilampaui pada kala
ulang tertentu

Merencanakan jalan yang melewati bangunan


persilangan (gorong-gorong, jembatan, talang, sipon
dll) perlu diperhatikan dimensi bangunan tersebut.
Irigasi
Dalam merencanakan bangunan irigasi perlu diperhatikan kebutuhan
air irigasi, ketersediaan air sungai, debit banjir dll.

EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi evaporasi :


Radiasi matahari
Perubahan dari keadaan cair menjadi gas memerlukan input energi
berupa panas laten untuk evaporasi. Proses tersebut akan sangat aktif
jika ada penyinaran langsung dari matahari.

Angin
Agar proses evaporasi berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti
dengan udara kering. Pergantian ini dimungkinkan jika ada angin.
Jadi kecepatan angin memegang peranan penting dalam proses
evaporasi.

Kelembaban udara (humaditas) relatif


Jika kelembaban udara naik, kemampuan menyerap uap air akan
berkurang sehingga laju evaporasi akan menurun

Suhu (temperatur)
Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan
berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara dan
tanah rendah.

TRANSPIRASI
Proses pengangkutan air dari daerah perakaran
(rootzone) suatu tanaman dan diangkut sampai ke daun
dengan membawa karbondioksida (CO2) dan menguap
ke atmosfir
Evapotranspirasi : proses penguapan dari seluruh tubuh
air, tanah, tumbuh-tumbuhan dan permukaan bumi
seperti es dan salju serta transpirasi dari vegetasi.
Jumlah air yang hilang dari tanah oleh evapotranspirasi
tergantung :
Adanya persediaan air yang cukup (hujan dll)
Faktor-faktor iklim ( suhu, kelembaban, dll)
Tipe dan cara kultivasi tumbuh-tumbuhan tersebut

PENGUKURAN EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

Atmometer : alat untuk mengukur evaporasi dari permukaan basah


yang dibakukan (standardized wet surface).
Macam-macam atmometer :
Atmometer Piche : terdiri atas gelas yang diberi skala, bagian bawahnya
diisi dengan air. Diantara gelas berskala dan bagian bawahnya diberi
sehelai kertas filter yang ditekan terhadap suatu piringan (disk)

- Atmometer Livingstone
Merupakan bola porselin berpori diisi dengan air untuk memberikan muka
evaporasi.

Panci Evaporasi

Dibuat untuk meniru (stimulate) kondisi evaporasi permukaan air bebas


Panci evaporasi dapat dipasang :
Di atas permukaan tanah

Mengambang di air

- Ditanam dalam tanah

Prinsip Pengukuran Penguapan

Penguapan diukur dengan panci penguapan Type A yang merupakan standar


pengukuran yang disarankan untuk digunakan oleh World Meteriological
Organization.
Penguapan netto diperoleh dengan cara menambah dan mengambil air dari
panci penguapan yang berbentuk silinder dengan tujuan agar muka air didalam
tabung penenang tetap sama tinggi dengan titik tinggi pedoman (fixed
point).
Alat-Alat dan Bahan
Tangki penguapan Type A merupakan suatu wadah yang berbentuk silinder
yang memiliki tinggi 25 cm, diameter dalam 120.7 cm.
Terbuat dari besi yang digalvanisir atau baja monel yang dilengkapi dengan
tabung penenang yang terbuat dari pipa besi diameter 3 inci dengan tinggi 20
cm .
Didalamnya diisi besi runcing untuk menentukan titik tinggi pedoman dalam
mengukur posisi air didalam panci penguapan.
Dalam panci penguapan diisi air hingga mencapai ketinggian 5 cm di bawah
bibir panci (rim) dan diharuskan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di bawah bibir
panci (rim).
Panci penguapan ini diletakkan di atas punggung kayu dengan ketinggian 15
cm dari dasar tanah dengan tujuan untuk memberikan sirkulasi udara di bawah
panci.

Gambar Panci Evaporasi


1

Mengukur radiasi Matahari

Pada stasiun pencatat meteorologi dilengkapi dengan radiometer untuk


mengukur gelombang pendek radiasi yang masuk dari
matahari/angkasa dan radiasi netto yang dipantulkan.
Radiasi yang dipantulkan merupakan penjumlahan dari radiasi
gelombang pendek dan gelombang panjang

Mengukur Kecepatan Angin


Kecepatan angin diukur dengan anemometer, sedang arah angin
dengan kipas (wind vane)
Rumus empiris antara kecepatan angin dengan ketinggian :
(u/uo)=(z/zo)0,15
Dimana :
uo = kecepatan angin pada ketinggian zo
u = kecepatan angin pada ketinggian z yang lebih besar dari z o
z

= standar baru ketinggian alat = 2 m

Mengukur Kelembaban Udara

Udara dapat menyerap air dalam bentuk uap air


Makin tinggi suhu udara makin banyak uap air yang dapat diserap
Uap air menghasilkan tekanan yang besarnya 1 bar = 10 5 N/m2
Kelembaban relatif dirumuskan :
h = ea / es

Tekanan uap udara (ea) pada suhu t dicari dengan rumus :


(es ea) = (t tw)
Dimana :
Es = tekanan uap jenuh (tergantung suhu, ada tabelnya)
Tw = suhu bola basah
T = suhu bola kering
= konstanta psychrometer, = 0,66 (e dalam milibar) = 0,485 (e dalam
mm Hg)

Mengukur suhu
Suhu dicatat dengan termometer yang ditempatkan dalam sangkar
yang diberi ventelasi dan diletakkan 1,2 m di atas permukaan tanah

MENAKSIR EVAPOTRANSPIRASI DENGAN RUMUS EMPIRIS


Metode Thornwaite

1.
2.
3.
4.

Metode ini dikembangkan di Amerika Serikat di daerah beriklim sedang.


Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah :
1, 51
12
T
I

Dari data temperatur udara ( C/bulan)



m 1 5
Hitung indeks panas tahunan (I) dengan persamaan :
Hitung koefisien (a), yang besarnya tergantung lokasi analisis dengan persamaan :
a = (675 . 10-9)I3 (771 . 10-7)I2 + (179 . 10-4).I + 0.492
Hitung besarnya evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang 0 0 dengan
a
10 . T
0
persamaan
ET0 o 1.62

5. Hitung besar evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang lokasi pengamatan dengan
persamaan : ET0 = c . ET0 (00)
Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi (cm/bulan)

T = Temperatur udara (0C/bulan)


I
= Indeks panas tahunan
a dan c = Koefisisien yang tergantung pada lokasi studi

Metode Blaney-Criddle
Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah 1.

Dari data temperatur rata-rata (0C/bulan)


2. Hitung nilai (p) dengan persamaan :
P = j / J . 100
3. Hitung evapotranspirasi dengan persamaan :
ETo = P (0.46 T + 8.13)
dimana :
j = rata-rata lamanya waktu siang hari untuk bulan tertentu
J = jumlah waktu lamanya siang dalam setahun
T = temperatur rata-rata (0C/bulan)
P = koefisien

Metode Penman Modifikasi


Prosedur perhitungan metode Penman-modifikasi :
1. Data yang dibutuhkan :
a) Temperatur udara (oC)
b) Kelembaban udara relatif. (%).
c) Kecepatan angin (m/dt)
d) Durasi matahari
e) Menentukan elevasi daerah dan tekanan atmosfir.
2. Menentukan fungsi kecepatan angin, F(u) = 0,27 (1 + U/100)
3. Menentukan defisit tekanan uap
a) Tekanan uap jenuh (es)
Tekanan uap jenuh diperoleh berdasarkan fungsi temperatur udara yang terjadi
b) Menentukan tekanan uap aktual, e a = es . (RH/100)
c) Menentukan defisit tekanan uap (es ea).

4. Menentukan faktor koefisien yang tergantung dari temperatur dan


(W).

radiasi

5. Menentukan Radiasi netto (Rn), Rn = Rns Rnl


(a) Rns = (1- ). Rs = 0,25
dimana :
Rs = (0,25 + 0,5. n/N). Ra
Ra ditentukan berdasarkan tabel
N ditentukan berdasarkan tabel
n = N x Lama penyinaran
(b) Rnl = f(T) . f (es) . f (n/N)
dimana :
f (T) , ditentukan berdasarkan tabel
f (ed) = 0,34 0,044 . ea^0,5
f (n/N) = 0,1 + 0,9 . n/N
6. Menentukan faktor koreksi akibat iklim siang dan malam (C)
Faktor koreksi C ditentukan berdasarkan tabel

7.

Menentukan evapotranspirasi

ETo = C (W . Rn + (1 W) . f (u). (ed ea))


dimana :
f (u) = fungsi kecepatan angin
f (T) = efek temperatur
f(n/N)= rasio penyinaran aktual terhadap penyinaran maksimum
es = tekanan uap jenuh
ea = tekanan uap aktual
RH = kelembaban relatif
W = koefisien yang tergantung dari temperatur dan radiasi
Rn = radiasi netto
Rn1 =radiasi bersih gelombang panjang
Rns = radiasi bersih gelombang pendek
Rs = intensitas radiasi matahari

= albedo

Contoh Perhitungan Penman Modifikasi

PRESIPITASI
Bentuk-bentuk presipitasi :
1.
2.
3.
4.
5.

Hujan : bentuk yang paling penting


Embun : Hasil kondensasi di permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan
Kondensasi di atas lapisan es
Kabut : Partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan
Salju dan es

Unsur-unsur hujan :
1.

Intensitas (i) : tinggi air persatuan waktu, mm/jam, cm/jam dll

2.
3.
4.
5.

Lama (durasi : lamanya curah hujan, menit, jam


Tinggi hujan (d) : banyaknya hujan , mm, cm
Frekuensi : kala ulang/return period
Luas : luas geografi curah hujan

Pengukuran Curah Hujan


1.

Penakar Hujan
a.

Penakar hujan biasa, terdiri atas corong dan penampung yang


diletakkan pada ketinggian tertentu

b.

Penakar hujan rata tanah

c.

Penakar hujan Inggris, kombinasi antara penakar hujan biasa dan


penakar hujan rata tanah

d.

Interim Refference Precipitation Gauge


Penakar ini dilengkapi perisai Nipher untuk mengurangi pengaruh
turbulensi angin.

2. Pencatat hujan

Pencatat hujan dapat bekerja secara otomatis sehingga pencatatan tinggi hujan
dapat dilakukan setiap saat.

Hujan yang tertangkap oleh corong 1 tercurah kedalam penampung 2. Dengan


terisinya penampung 2, pelampung 3 akan terangkat. Penampung 3
dihubungkan dengan alat penulis yang dapat membuat grafik pada drum
pencatat 4 yang diputar dengan pertolongan pegas jam. Jika pencatatannya
menjadi d = 10 mm, air dalam penampung akan tersedot keluar oleh sifon 5
sehingga penampung menjadi kosong yang sekaligus membawa alat penulis
ke posisi nol.

Syarat Pemasangan alat Pengukur hujan

Tinggi corong di atas permukaan tanah harus sedemikian sehingga


pengaruh angin sekecil mungkin
Pengukur hujan harus diletakkan minimal 4 kali tinggi rintangan
(bangunan, pohon dll) yang terdekat
Harus dilindungi terhadap gangguan dari luar (orang, binatang)
Diusahakan dengan dengan tenaga pengamat
Syarat-syarat teknis alat terpenuhi
Syarat-syarat yang menyangkut kerapatan jaringan

Lengkung Massa Ganda


Nonhomogenitas data disebabkan oleh :
Perubahan mendadak pada sistim lingkungan hidrolis (pembangunan
gedung, pohon dsb)
Pemindahan alat pengukur
Perubahan cara pengukuran (alat baru, metode baru)

Menentukan hujan daerah

Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan


merupakan data hujan lokal (point rainfall)
Cara menentukan curah hujan daerah :
a.

Cara Tinggi Rata-rata (aritmetic mean)


Mengambil harga rata-rata hitung dari penakaran curah hujan

Ri = 1/x (R1 + R2 + .....+ Rx)


Apabila pos penakar hujan terbagi merata pada areal tersebut dan hasil
penakaran tidak menyimpang jauh dari harga rata-rata seluruh pos
penakar

R1

R3

R2

b.

Cara Thiessen
Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
dua pos penakar.
Ri =(A1.R1 + A2. R2 + ........+Ax.Rx)/(A1 + A2 + ....... + Ax)

A1
A3

R1

R3

A2
R2

Dimana :
Ri

= curah hujan daerah (mm)

R1, R2, ..Rx = curah hujan ditiap titik pengamatan dan x adalah jumlah titik pengamatan
A1, A2, Ax = luas daerah yang mewakili tiap titik pengamatan, km2

c. Cara Isohiet
Peta Isohiet digambar pada peta topografi dengan interval 10 sampai 20 mm
berdasarkan data curah hujan pada tiap titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang
dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis Isohiet yang berdekatan diukur dengan
planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis Isohiet yang berdekatan yang
termasuk bagian-bagian daerah tersebut dapat dihitung. Sehingga curah hujan daerah
dapat dihitung dengan rumus :
Ri =

A1 (

R R3
R Rx
R1 R 2
) A2 ( 2
) ... Ax ( x 1
)
2
2
2
A1 A2 ... Ax

Dimana :
Ri

= curah hujan daerah (mm)

A1, A2, Ax = luas bagian-bagian antara garis Isohiet (km2)


R1, R2, Rx = Curah hujan pada Isohyet 0,1,2,,x (mm)
R2
R1

garis Isohiet
A2

A3

A1
R3

CARA PENENTUAN HUJAN DAERAH HARIAN MAX


1.
2.
3.
4.
5.
6.

TENTUKAN DI SALAH SATU POS HUJAN SAAT


TERJADINYA HUJAN MAKSIMUM
PADA SAAT YANG SAMA TENTUKAN BESARNYA
PADA POS HUJAN YANG LAIN
DENGAN METODE THIESSEN/ARITMATIK MEAN
TENTUKAN BESARNYA HUJAN DAERAH
TENTUKAN BESARNYA HUJAN MAX PADA POS
YANG LAIN
BERULANG PADA LANGKAH KE-2 DAN KE-3
HUJAN DAERAH MAKSIMUM DIPEROLEH DARI
HUJAN DAERAH YANG TERBESAR SETIAP
TAHUN

Contoh Perhitungan Hujan Daerah Harian Maksimum

Uji Abnormalitas data


Maksud uji abnormalitas adalah untuk memperkirakan adanya curah
hujan yang abnormal dengan cara memeriksa data maksimum dan
minimum.
Prosedur perhitungannya adalah :
1. Data diranking dari kecil ke besar, singkirkan nilai terbesar dan terkecil kemudian
dilogaritmakan.
2. Menghitung harga xo dengan persamaan :
Log xo =

log x i
n

3. Menghitung harga b, dengan persamaan :


b =

bi

Dimana :
bi =
m=

xs .xt xo
2 xo xs xt
n
10

: angka bulat (dibulatkan ke desimal terdekat)

Lanjutan Uji Abnormalitas


4. Menghitung harga Xo, dengan persamaan :
log x
Xo =

5. Menghitung harga Xo2, dengan persamaan :


log x
X =
2

6. Menghitung derajat standar deviasi (Sx), dengan persamaan :


Sx =

X2 Xo

7. Menentukan harga batas untuk penyingkiran (0)


0 = 1 (1 - 0)1/n
8. Menentukan laju abnormalitas ()
Nilai laju abnormalitas () dapat ditentukan dari tabel.. Cara perhitungan harga
abnormal, berdasarkan nilai yang diperoleh untuk harga abnormal (x) yang
diperiksa.

Lanjutan Uji Abnormalitas Data


9. Membandingkan laju abnormalitas () dengan harga batas untuk penyingkiran (0 ):
Jika laju abnormalitas () dari harga yang diperiksa (x) tidak lebih kecil dari
harga batas untuk penyingkiran (0 ), maka harga yang diperiksa (x) tidak dapat
disingkirkan.
Tabel. Cara perhitungan harga abnormal
(%)

0,182

Log10(x-11,83)

x-11,87

0,05 99,95 2000 3,720

0,6770

2,7519

564,8

576,7

0,25 99,75

400 3,099

0,5640

2,6389

435,4

447,3

0,50 99,50

200 2,816

0,5125

2,5874

386,7

398,6

1,25 98,75

80 2,419

0,4403

2,5152

327,5

339,4

2,50 97,50

40 2,096

0,3815

2,4564

286,0

297,9

5,00 95,00

20 1,743

0,3172

2,3921

246,7

258,6

12,50 87,50

8 1,206

0,2195

2,2944

197,0

208,9

25,00 75,00

4 0,702

0,1278

2,2027

159,5

171,4

Keterangan
x0

= data setelah diranking (mm)

= jumlah data yang digolongkan

= data yang diuji (mm)

= laju resiko, biasanya diambil 5%

Sx

= derajat standar deviasi

= laju abnormalitas

= harga batas untuk penyingkiran

xs

= data terbesar

xt

= data terkecil

b = harga limit bawah

Contoh Perhitungan Uji Abnormalitas data


Uji Abnormalitas data hujan
Untuk uji abnormalitas, terlebih dahulu data curah hujan yang ada diranking dari
data terbesar kedata terkecil.
Tabel. Data curah hujan harian maksimum berdasarkan ranking
Rangking

Tahun

Curah hujan (xi), mm

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

2000
1995
1992
1991
1998
1989
1988
1996
1990
1999
1997
1994
1993

250,7
242,7
236,8
164,5
150,0
148,4
131,8
129,3
123,4
116,0
90,7
76,0
55,7

Lanjutan
Dalam perhitungan uji abnormalitas, data terbesar dan data terkecil untuk sementara disingkirkan.
Tabel Uji abnormalitas data curah hujan

Ranking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jumlah

xi
242.7
236.8
164.5
150
148.4
131.8
129.3
123.4
116
90.7
76

Log xi
2.3851
2.3744
2.2162
2.1761
2.1714
2.1199
2.1116
2.0913
2.0645
1.9576
1.8808
23.5489

xi + b
258.8511
252.9511
180.6511
166.1511
164.5511
147.9511
145.4511
139.5511
132.1511
106.8511
92.1511

Log(xi + b)
2.4130
2.4030
2.2568
2.2205
2.2163
2.1701
2.1627
2.1447
2.1211
2.0288
1.9645
24.1016

{Log(xi + b)}2
5.8228
5.7746
5.0933
4.9306
4.9120
4.7094
4.6773
4.5999
4.4989
4.1159
3.8593
52.9941

Lanjutan
log xo = 23,5489
log xo

= 1/n

log x
i 1

xo

= 138,2944

2 xo

= 276,5889

x o2

= 23,5489 / 11 = 2,1408

= 19125,3408

xs
xt
xs . xt
xs + xt
242.7
76
18445.2
318.7
m = n/10 = 11/10 = 1,1 1,0

(xs . xt)-xo2
-680.1408

xs .x t xo
680,1408
bi =
=
= 16,1511
2 xo xs xt
42,1112
b

bi
16,1511
=
= 16,1511
m
1

Xo =

log x

log x

X =
Sx =

n
i

X 2 Xo

24,1016
= 2,1911
11

52,9941
= 4,8177
11

4,8177 2,1911 2 = 0,1300

2xo-(xs + xt)
-42.1112

bi
16.1511

Lanjutan
Perhitungan uji abnormalitas
a. Untuk data terbesar (X = 250,7)
log (250,7 + 16,1511) = log (138,2944 + 16,1511) . 0,1300
2,4263 = 2,1888 . 0,1300
0,2375

= . 0,1300
= 1,8269

b. Untuk data terkecil (X = 55,7)


log (55,7 + 16,1511)

= log (138,2944 + 16,1511) . 0,1300

1,8564 = 2,1888 . 0,1300


- 0,3324

= - . 0,1300

= 2,5569

Lanjutan
c. Harga batas untuk penyingkiran
0 = 1 (1 - 0)1/n = 1- (1- 0,05) 1/11 = 0,4652 %
d. Laju abnormalitas ()
Berdasarkan tabel cara perhitungan harga abnormalitas , dengan cara interpolasi
untuk = 1,8269 diperoleh = 4,4058 %, dan untuk

= 2,5569 diperoleh

= 0,9895 %.
e. Bandingkan laju abnormalitas ()dengan harga batas untuk penyingkiran (0 ).
Untuk X = 250,7 mm, diperoleh = 4,4058 % 0 = 0,4652 %
Untuk X = 55,7 mm, diperoleh = 0,9895 % 0 = 0,4652 %
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa laju abnormalitas () untuk kedua
harga abnormal (X) yang diperiksa tidak lebih kecil dari harga batas untuk
penyingkiran (0), dengan demikan kedua data yang diperiksa tidak dapat
disingkirkan atau data curah hujan yang diperiksa tersebut dapat dipergunakan
untuk menghitung curah hujan rancangan.

Curah Hujan Rancangan

Curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dengan kala ulang tertentu.
Kala ulang/periode ulang/return period : interval waktu rata-rata suatu
peristiwa akan disamai atau dilampaui satu kali.
Curah hujan rancangan dihitung dengan analisis frekwensi dengan
memperhatikan persyaratannya :
Dihitung parameter statistiknya (Cs, Cv, Ck). Syarat untuk E.J. Gumbell
Ck = 5,40 dan Cs = 1,14. Sedangkan Log Pearson III harga Cs dan Cv nya
bebas.
Uji sebaran dengan Chi Square Test dan Smirnov Kolmogorov Test

Pemilihan Distribusi Frekwensi


Prosedur Perhitungan :
1. Menghitung curah hujan maksimum rerata dengan persamaan :
xo = 1 x
n

i 1

Lanjutan Pemilihan Distribusi Frekwensi


2. Menghitung simpangan baku, dengan persamaan :
n

Sx =

(x
i 1

xo )

n 1

3. Menghitung

parameter-parameter

statistik,

yang

meliputi

koefisien

skewnes/penyimpangan (Cs), koefisien varians (Cv), dan koefisien kurtosis (Ck),


dengan persamaan :
x
Cs =

xo

(n 1) (n 2) Sx

Ck =
Cv =

xo

(n 1) (n 2) (n 3) Sx

Sx
xo

4. Dengan melihat harga Cs, Cv, dan Ck sehingga dapat ditentukan distribusi
frekuensi mana yang akan digunakan.

CONTOH PEMILIHAN DISTRIBUSI FREKWENSI

Lanjutan Pemilihan Dist. Frekwensi

Pengujian Analisis Frekwensi


Plot data hasil pengamatan pada kertas peluang (Gumbel atau
Log Pearson III), dengan tahapan sebagai berikut :

Data hujan/debit maksimum tiap tahun diranking dari kecil ke besar.


Hitung peluang dengan persamaan Weibull : P = 100m /(n + 1)
dimana :
P = peluang
m = nomor urut data
n = jumlah data
Plot data curah hujan versus peluang.
Plot persamaan Gumbell atau Log Pearson III (sesuai sebarannya)
Selanjutnya dilakukan uji kesesuaian distribusi frekwensi

Uji Chi Square


Setelah data diplot pada kertas peluang (Gumbel atau Log Pearson
III), bandingkan harganya dengan rumus berikut
X2hit = Ef Of
Ef

V = K 3
Dimana :
X2hit = harga Chi quadrat hasil perhitugan.
Ef

= frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan


sesuai dengan pembagian kelasnya (grup)

Of

= frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

= derajat kebebasan

= jumlah kelas (grup)

Nilai X2hit yang diperoleh dibandingkan X2Cr yang dapat diperoleh


dari tabel hubungan antar taraf signifikan/derajat nyata (), dengan
derajat kebebasaan (V) lihat tabel .

Tabel Chi Square


Tabel . Hubungan antara taraf signifikan (), dengan derajat kebebasan (V), untuk
Chi Square test .
Derajat
Taraf signifikan / derajat nyata ()
kebebasan (V)
0,20
0,10
0,05
0,01
0,001
1
1,642
2,706
3,841
6,635
10,827
2
3,219
4,605
5,991
9,210
13,815
3
4,642
6,251
7,815
11,345
16,268
4
5,989
7,779
9,488
13,277
18,465
5
7,289
9,236
11,070
15,086
20,517
6
7
8
9
10

8,558
9,803
11,030
12,242
13,442

10,645
12,017
13,362
14,684
15,987

12,592
14,067
15,507
16,919
18,307

16,812
18,475
20,090
21,666
23,209

22,457
24,322
26,425
27,877
29,588

11
12
13
14
15

14,631
15,812
16,985
18,151
19,311

17,275
18,549
19,812
21,064
22,307

19,675
21,026
22,362
23,685
24,996

24,725
26,217
27,688
29,141
30,578

31,264
32,909
34,528
36,123
37,697

16
17
18
19
20

20,465
21,615
22,760
23,900
25,038

23,542
24,769
25,989
27,204
28,412

26,296
27,587
28,869
30,144
31,410

32,000
33,409
34,805
36,191
37,566

39,252
40,790
42,312
43,820
45,315

21
22
23
24
25

26,171
27,301
28,429
29,553
30,675

29,615
30,615
32,007
33,196
34,382

32,671
33,924
35,172
36,415
37,652

38,932
40,289
41,638
42,980
44,314

46,797
48,268
49,728
51,179
52,620

26
27
28
29
30

31,795
32,912
34,027
35,135
36,250

35,536
36,741
37,916
39,087
40,256

38,885
40,113
41,337
42,557
43,773

45,642
46,963
48,278
49,588
50,892

54,052
55,476
56,893
58,302
59,703

Jika diperoleh hasil X2hit < X2Cr, maka hipotesa dapat diterima yaitu sebaran data tersebut dapat
diterima dengan menggunakan agihan frekuensi yang di pilih.

Uji Smirnov Kolmogorov


Uji ini dilakukan dengan membandingkan distribusi empiris dan teoritis, sehingga
diperoleh perbedaan () tertentu. Plotting data sama dengan langkah-langkah plotting
pada uji Chi Square, dengan persamaan Smirnov Kolmogorov :
P (max Pe Pt )

Cr,

Apabila harga max yang terbaca pada kertas peluang < Cr yang diperoleh dari tabel
kritis (Tabel.) untuk suatu derajat signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa agihan
frekuensi yang di pilih dapat digunakan.
Tabel . Harga kritis ( Cr), untuk suatu taraf signifikan pada uji Smirnov Kolmogorov .
N

0,20

Taraf signifikan,
0,10
0,05

0,01

0,45

0,51

0,56

0,67

10

0,32

0,37

0,41

0,49

15

0,27

0,30

0,34

0,36

20

0,23

0,26

0,29

0,36

25

0,21

0,24

0,27

0,32

30

0,19

0,22

0,22

0,29

35

0,18

0,20

0,23

0,27

40

0,17

0,19

0,21

0,25

45

0,16

0,18

0,20

0,24

50

0,15

0,17

0,19

0,23

n > 50

1,07/(n0,5)

1,22/(n0,5)

1,36/(n0,5)

1,63/(n0,5)

CONTOH UJI SMIRNOV KOLMOGOROV

Lanjutan Uji Smirnov Kolmogorov

CONTOH UJI CHI SQUARE

Lanjutan Chi Square

Hujan Rancangan Metode Gumbell


Prosedur perhitungan dari metode Gumbel adalah :
1. Menghitung curah hujan maksimum rerata dengan persamaan
2. Menghitung simpangan baku
3. Menghitung nilai K dengan persamaan :
K

Yt Yn
Sn

4. Menghitung curah hujan rancangan, dengan persamaan Gumbel :


XT x o K.Sx

keterangan :
XT = curah hujan rancangan dengan periode ulang T tahun (mm)
Yt = reduced variate (fungsi periode ulang)
=

Tr 1
ln ln

Tr

, hubungan ini selengkapnya disajikan dalam tabel .

Yn = reduced mean yang tergantung dari besarnya sampel .


Sn = reduced standard deviation, tergantung dari besarnya sampel n.
Sx = simpanan baku
K

= faktor penyimpangan Gumbel

xo = curah hujan maksimum rerata (mm)

Hujan Rancangan Metode Log Pearson III


Langkah-langkah perhitungannya adalah :
1.

Mengubah data curah hujan n buah dari x1, x2, x3,...,xn menjadi bentuk. logaritma
yaitu log x1, log x2, log x3,..., log xn

2.

Menghitung harga rerata, dari data curah hujan yang telah diubah ke dalam bentuk
n

logaritma dengan persamaan : log xo = 1 log x


n

3.

log x

S log x =

i 1

log x o

n 1

Hitung koefisien penyimpangan, dengan persamaan :


n

q log x =
5.

Hitung standar deviasi, dengan persamaan :


n

4.

i 1

log x
i 1

log x o

(n 1) (n 2) (n 3)

Menghitung logaritma curah hujan dengan persamaan :


log XT = log xo + KTr . S log x
Harga KTr diperoleh dari tabel hubungan antara q log X dengan kala ulang (Tabel ).

6.

Hitung nilai anti log dari XT, untuk mendapatkan curah hujan rancangan dengan kala
ulang T tahun.

Tabel Gumbell
Tabel . Hubungan antara kala ulang dengan faktor reduksi, Yt
Kala Ulang (Tahun)
Faktor Reduksi (Yt)
2
0.3665
5
1,4999
10
2,2502
25
3,1985
50
3,9019
100
4,6001
Tabel Simpangan baku tereduksi, Sn
N
0
1
2
3
4
10
0,94 0,96 0,98 0,99 1,00

5
1,02

6
1,03

7
1,04

8
1,04

9
1,05

20

1,06

1,06

1,07

1,08

1,08

1,09

1,09

1,10

1,10

1,10

30

1,11

1,11

1,11

1,12

1,12

1,12

1,13

1,13

1,13

1,13

40

1,14

1,14

1,14

1,14

1,14

1,15

1,15

1,15

1,15

1,15

50

1,16

1,16

1,16

1,16

1,16

1,16

1,16

1,17

1,17

1,17

60

1,17

1,17

1,17

1,17

1,18

1,18

1,18

1,19

1,18

1,18

70

1,18

1,18

1,18

1,18

1,18

1,18

1,19

1,19

1,19

1,19

80

1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

1,20

90

1,20

1,20

1,20

1,20

1,20

1,20

1,20

1,20

1,20

1,20

Tabel .8. Rata-rata tereduksi,Yn


0

.495

.499

.503

.507

.510

.512

.515

.518

.520

.522

10

.523

.525

.526

.528

.529

.530

.532

.533

.534

.535

20

.536

.537

.538

.538

.539

.540

.541

.541

.542

.543

30

.543

.544

.544

.545

.545

.546

.546

.547

.547

.548

40

.548

.549

.549

.549

.550

.550

.550

.551

.551

.551

50

.552

.552

.552

.553

.553

.553

.553

.554

.554

.554

60

.554

.555

.555

.555

.555

.555

.556

.556

.556

.556

70

.556

.557

.557

.557

.557

.558

.558

.558

.558

.558

80

.558

.558

.558

.559

.559

.559

.559

.559

.559

.559

90

.560

100

Tabel Log Pearson III


Tabel .. Faktor penyimpangan KTr yang digunakan untuk Log Pearson III
Kala Ulang (T)
q log x
2
5
10
25
50
100
200
1000
Koef.
Penyim
Kemungkinan terjadinya banjir (%)
pangan
50
20
10
4
2
1
0,5
0,1
0,6
-0,099
0,800
1,328 1,939
2,359
2,755
3,132
3,960
0,5

-0,083

0,808

1,323

1,910

2,311

2,686

3,041

3,815

0,4

-0,066

0,816

1,317

1,880

2,261

2,615

2,949

3,670

0,3

-0,050

0,824

1,309

1,849

2,211

2,544

2,856

3,525

0,2

-0,033

0,830

1,301

1,818

2,159

2,472

2,763

3,380

0,1

-0,017

0,836

1,292

1,785

2,107

2,400

2,670

3,235

0,842

1,282

1,751

2,054

2,326

2,576

3,090

-0,1

0,017

0,836

1,270

1,716

2,000

2,252

2,482

2,950

-0,2

0,033

0,850

1,258

1,680

1,945

2,178

2,388

2,810

-0,3

0,050

0,853

1,245

1,643

1,890

2,104

2,294

2,675

-0,4

0,066

0,855

1,231

1,606

1,834

2,029

2,201

2,540

-0,5

0,083

0,856

1,216

1,567

1,777

1,955

2,108

2,400

-0,6

0,099

0,857

1,200

1,528

1,720

1,880

2,016

2,275

-0,7

0,116

0,857

1,183

1,488

1,663

1,806

1,926

2,150

-0,8

0,132

0,856

1,166

1,448

1,606

1,733

1,837

2,035

-0,9

0,148

0,854

1,147

1,407

1,549

1,660

1,749

1,910

-1,0

0,164

0,852

1,128

1,366

1,492

1,588

1,664

1,800

-1,2

0,195

0,844

1,086

1,282

1,379

1,449

1,501

1,625

-1,4

0,225

0,832

1,041

1,198

1,270

1,318

1,351

1,465

-1,6

0,254

0,817

1,994

1,116

1,166

1,197

1,216

1,280

-1,8

0,282

0,799

0,945

1,035

1,069

1,087

1,097

1,130

-2,0

0,307

0,777

0,895

0,959

0,980

0,990

0,995

1,000

-2,2

0,330

0,752

0,844

0,888

0,900

0,905

0,907

0,910

-2,5

0,360

0,711

0,771

0,793

0,798

0,799

0,800

0,802

-3,0

0,396

0,636

0,660

0,666

0,666

0,667

0,667

0,668

CONTOH HUJAN RANCANGAN METODE LOG


PEARSON III

CONTOH PERHITUNGAN M. GUMBELL

HIDROMETRI

Hidrometri : ilmu untuk mengukur air atau ilmu untuk mengumpulkan


data dasar bagi analisis hidrologi
Pengukuran debit tidak dapat dilakukan secara kontinyu, untuk itu
diperlukan hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran
Untuk pengukuran tinggi muka air dan debit aliran syaratnya :
Sungai yang lurus
Arus sungai sejajar dan hanya sedikit turbulensi
Penampang sungai stabil
Pemilihan yang tepat (program masa depan)
Mudah didatangi (tidak tergantung cuaca)
Tidak terpengaruh back water
Tidak terjadi luapan
Tidak terganggu tanaman air

Papan Duga dan Pencatat Air otomatis


Cara mencatat tinggi muka air
Dengan papan duga (staff gauge)
Harus diperhatikan :
Pemasangan papan duga dikaitkan dengan Benchmark (BM)
Dipasang pada penyangga yang kokoh (pilar jembatan dll)
Tidak langsung pada arus sungai (kesulitan pembacaan,
sampah)
Papan duga dapat mencakup pada kondisi air minimum &
maksimum
Cara pemasangan papan duga :
Papan duga vertikal
Papan duga miring
Papan duga bertingkat

Papan duga vertikal

Papan duga miring

Papan duga bertingkat

Kerugian pemakaian jenis ini:


1.Ketelitian tinggi sulit dicapai. Tergantng dari pengamatnya
2.Pada sungai yang sangat sensitif, kalau interval pembacaan terlalu
panjang, akan banyak informasi penting yang hilang. Misal. Puncak
banjir atau debit rendah

AWLR (Automatic Water Level Record)


Tipenya:
- Pencatat pneumatik (pneimatic recorder
- Pencatat dengan pengapung (float recorder)
Alat pengukur muka air pneumatic lebih menguntungkan dalam hal kemudahaan
pemasangan, sehingga harganya relatif lebih murah tetapi ketelitian
pengukurannya dinilai kurang.
Pencatat muka air dengan pengapung paling banyak digunakan, meskipun
biayanya lebih mahal tetapi ketelitian pengukurannya cukup besar

Pengukuran Debit
Cara Pengukuran Debit :
Pengukuran tidak langsung
Pelampung
Pengukuran Langsung
Cara volumetrik
Untuk mengukur debit aliran kecil dengan menggunakan
bejana dengan volume tertentu dan mengukur waktu yang
diperlukan untuk mengisi penuh bejana tersebut
Bangunan pengukur debit
Bangunan ukur ini dibuat sedemikian rupa sehingga ada
hubungan antara tinggi muka air dengan debit (Romijn,
Cipoleti dll)

HIDROGRAF BANJIR

Hidrograf : hubungan antara unsur-unsur aliran (tinggi muka air,


debit) dengan waktu
Aliran dasar (base flow) : debit minimum yang masih ada karena
adanya aliran keluar dari akuifer
Waktu konsentrasi (time of concentration) : waktu yang diperlukan
oleh air untuk mengalir dari titik terjauh dari suatu DAS sampai di
stasiun pengukuran
Kurva massa : penyajian secara grafis aliran kumulatif sebagai
fungsi waktu

Hidrograf Limpasan (Run of Hydrograf)


Hidrograf terdiri dari 3 (tiga) komponen :
1.
Sisi naik (rising limb, A)
2.
Sisi puncak (crest, B)
3.
Sisi Resesi (recession limb, C)

Waktu puncak hidrograf Tpk (time peak) : waktu


yang ditempuh mulai titik awal kenaikan hidrograf A
hingga titik puncak P
Waktu tenggang (lag time), TL: waktu mulai pusat
masa hujan Tr hingga titik pusak masa hidrograf
Waktu dasar (time base), TB: interval waktu mulai
titik awal kenaikan hidrograf A hingga akhir
penrunan garis lengkung resesi D

Elemen Hidrograf Banjir

Aliran Dasar (base flow)


Teknik Pemisahan Aliran Dasar :

Straight line methode : menghubungkan titik dimana limpasan


permukaan mulai terjadi dengan titik pemisah aliran dasar pada kura
resesi

2. Fixed base length method

Pemisahan dilakukan dengan meneruskan garis resesi dari hidrograf


sebelumnya sampai pada titik bawah puncak hidrograf dan menghubungkan
dengan suatu titik pada kurva resesi yang berjarak T dari puncak hidrograf
dengan T = A0,2
T = dinyatakan dalam hari
A = luas dalam square mil (mil2)

3. Variable slope method

Aliran dasar akan mulai memberikan sumbangan pada periode resesi dari
harga puncaknya yaitu suatu titik di bawah titik peralihan (inflection point).
Sedangkan kurva deplisinya (deplition curve) yang terjadi sebelumnya
diteruskan sampai di bawah puncak hidrograf

Teori Klasik Hidrograf Satuan

Hidrograf satuan : suatu limpasan langsung yang diakibatkan oleh suatu


satuan volume hujan efektif yang terbagi rata dalam waktu dan ruang
Tiga dalil dalam menghitung hidrograf satuan :
Dalil I (pertama) :lebar dasar yang konstan
Dalam suatu daerah pengaliran, hidrograf satuan yang dihasilkan oleh hujan
efektif yang sama durasinya mempunyai lebar dasar yang sama, tidak tergantung
berapa besar intensitasnya.

Dalil II (kedua) : Linieritas)

Dalam suatu daerah aliran, besarnya limpasan langsung berbanding


lurus terhadap tinggi (d) curah hujan efektif (hujan netto) yang berlaku
bagi semua hujan dengan durasi yang sama

Dalil III (ketiga) : Superposisi


Limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan-hujan efektif yang
berturutan besarnya sama dengan jumlah limpasan yang dihasilkan oleh
masing-masing hujan efektif tersebut dengan memperhatikan waktu
terjadinya

Hidrograf Satuan Sintetik

Dipergunakan apabila tidak tersedia atau sedikit sekali data suatu


daerah pengaliran sungai.

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Adapun persamaan yang digunakan dalam menentukan hidrograf banjir
dengan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu adalah :
Qp

C. A . Ro
3,6 0,3 Tp T0,3

Dimana :
Tp = time to peak (waktu dari permulaan hujan sampai puncak
(jam)
Qp = debit puncak banjir(m3/detik)
RO = hujan satuan (mm)
C

= koefisien pengaliran

T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai 30% dari debit puncak (jam)

banjir)

Lanjutan
Prosedure perhitungan :
1. Menghitung waktu konsentrasi (tg), berdasarkan panjang sungai (L) :
tg = 0,21 L0,7

; untuk L < 15 km

tg = 0,4 + 0,058 L ; untuk L > 15 km


2. Menghitung Tp, dengan persamaan :
Tp = tg + 0,8 tr
Dimana besarnya harga tr diambil antara 0,5 tg sampai 1 tg
3. Menghitung T0,3 :
To,3 = tg
Dimana :
= untuk daerah pengaliran biasa.
= 1,5 untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat.
= 3 untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat.
4. Menentukan debit puncak banjir dengan persamaan di atas

Lanjutan
5. Menghitung bagian lengkung naik hidrograf, dengan persamaan :
t

Qa Qp
T
p

2,4

6. Menghitung bagian lengkung turun hidrograf, dengan persamaan :


t Tp

Q d 0,3 Q p

Q d Q p . 0,3

T
0,3

t Tp 0,5 T0,3

0,3 Q p Q d 0,3 Q p
2

1,5 T0,3

Q d Q p . 0,3

t Tp 1,5 T0,3

0,3 Q p Q d

Q d Q p . 0,3

2 T0,3

dengan memberikan nilai t (1, 2, 3,...,n) yang merupakan fungsi dari waktu, maka dapat
dihitung Qd1, Qd2, dan Qd3.
7. Menghitung intensitas hujan (i) berdasarkan kala ulang yang direncanakan, dengan
persamaan :
R24 24

24 t

2/3

Lanjutan

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat ditentukan ordinat hidrograf satuan sesuai
dengan kala ulangnya, untuk kemudian digambar hidrograf satuannya.

t
0,8 tr

tg
lengkung naik

Qa

lengkung turun

Qp

Qd
0,32 Qp

0,3 Qp
Tp

T 0,3

t
1,5 T 0,3

Bentuk hidrograf satuan sintetik Nakayasu

Contoh Metode HSS Nakayasu


Diketahui :
Luas daerah aliran sungai (A)

Panjang sungai (L)

km

= 55,5

455,96 km2

Langkah langkah perhitungan :


1). Menghitung waktu konsentrasi
tg

= 0,4 + 0,058.L

= 0,04 + 0,058 . 55,5 = 3,619 jam

2). Menghitung waktu tiba banjir


Tp = tg + 0,8 tr

dimana: tr = 0,5 tg sampai 1 tg

= 3,619 + 0,8 . (0,75 . 3,619) = 5,7904 jam


3). Menghitung waktu penurunan debit sampai 30 % dari debit puncak
T0,3

= . tg = 2 . 3,619 = 7,238

jam

4). Menghitung debit puncak banjir, harga C diambil dari tabel.diperoleh C = 0,35
Qp =
=

C.A.R o
3,6(0,3.Tp T0,3 )
0,35x455,96x1
3,6(0,3x6,5142 7,238)

= 4,9392 m3/dt

Lanjutan
5). Menghitung bagian lengkung naik(rising limb) hidrograf

Qa = Qp

t
Tp

= 4,9392

2, 4

5,7904

2, 4

Interval : 0 t Tp
0 t 5,7904

jam

6). Menghitung bagian lengkung turun (decreasing limb)


hidrograf
0,3 Qp

Qd

Qd1

t Tp

Q p .0,3

T0 , 3

=
t 5,7904

7,238

4,9392.0,3

Interval : Tp t (T0,3 + Tp)


5,7904 t 13,0284 jam
t = 6 - 13
0,3 Qp

0,32 Qp

Qd2 =

t Tp 0,5 T0 , 3

Q p .0,3

Qd

jam

1,5 T0 , 3

4,9392.0,3

t 2,1714

10,857

Interval : (Tp + T 0,3) t ( Tp + T 0,3 + 1,5 T 0,3 )


13,0284 jam

t 23,8854 jam

t = 14 - 23 jam

Lanjutan

7). Menghitung intensitas hujan (i)


Diasumsikan bahwa hujan harian yang menyebabkan banjir terdistribusi selama 5
jam. Menurut hasil obsevasi, kejadian banjir di Indonesia diakibatkan oleh hujan
5 - 7 jam (Sumber : Cara menghitung debit banjir rancangan Departemen
pekerjaan umum).
Tabel Hasil perhitungan intensitas hujan (I) Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Intensitas hujan (i)
Waktu
2
5
10
25
50
100
1 46,8944 68,1883 82,9798 102,0942 116,6627 131,4542
2 29,5416 42,9559 52,2740 64,3153 73,4929 82,8110
3 22,5445 32,7815 39,8925 49,0818 56,0856 63,1966
4 18,6101 27,0605 32,9306 40,5161 46,2976 52,1676
5 16,0377 23,3201 28,3787 34,9157 39,8981 44,9567

Dengan memberikan nilai t ( 1, 2, 3, . . .,39) yang merupakan fungsi dari waktu, maka
dapat dihitung Qa , Qd1 ,Qd2, dan Qd3 serta ordinat hidrigraf satuannya

Lanjutan
Tabel .29. Hasil perhitungan Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu untuk kala ulang 5 tahun
t
U (t,1)
Akibat hujan (mm/jam)
total
3
Jam
m /detik
68,1883
42,9559
32,7815
27,0605
23,3201
0
0
0
0
1
0,0730
4,9758
0
4,9758
2
0,3851
26,2623
3,1345
0
29,3969
3
1,0192
69,4948
16,5442
2,3921
0
88,4311
4
2,0328
138,6134
43,7790
12,6256
1,9746
0
196,9926
5
3,4728
236,8041
87,3210
33,4096
10,4222
1,7017
369,6586
5,7904
4,9391
336,7920
149,1773
66,6384
27,5790
8,9816
589,1683
6
4,7699
325,2521
212,1657
113,8436
55,0088
23,7669
730,0370
7
4,0390
275,4098
204,8960
161,9127
93,9758
47,4051
783,5994
8
3,4200
233,2054
173,4973
156,3649
133,6560
80,9859
777,7095
9
2,8959
197,4685
146,9102
132,4032
129,0764
115,1813
721,0396
10
2,4522
167,2080
124,3974
112,1135
109,2964
111,2347
624,2499
11
2,0764
141,5847
105,3344
94,9330
92,5476
94,1888
528,5885
12
1,7582
119,8879
89,1928
80,3852
78,3654
79,7551
447,5865
13
1,4888
101,5161
75,5247
68,0668
66,3565
67,5333
378,9974
14
1,3304
90,7173
63,9511
57,6361
56,1879
57,1843
325,6768
15
1,1907
81,1951
57,1483
48,8038
47,5776
48,4213
283,1461
16
1,0658
72,6724
51,1497
43,6123
40,2867
41,0011
248,7222
17
0,9539
65,0442
45,7807
39,0345
36,0012
34,7180
220,5787
18
0,8538
58,2168
40,9753
34,9372
32,2223
31,0249
197,3765
19
0,7641
52,1060
36,6743
31,2700
28,8400
27,7683
176,6587
20
0,6839
46,6366
32,8247
27,9877
25,8128
24,8536
158,1155
21
0,6121
41,7414
29,3792
25,0500
23,1033
22,2448
141,5187
22
0,5479
37,3599
26,2954
22,4206
20,6783
19,9099
126,6641
23
0,4904
33,4384
23,5353
20,0672
18,5078
17,8200
113,3686
24
0,4403
30,0238
21,0649
17,9608
16,5651
15,9495
101,5640
25
0,4052
27,6277
18,9138
16,0755
14,8263
14,2753
91,7186
26
0,3728
25,4228
17,4044
14,4339
13,2700
12,7769
83,3081
27
0,3431
23,3940
16,0154
13,2820
11,9149
11,4358
76,0421
28
0,3157
21,5270
14,7373
12,2220
10,9641
10,2680
69,7183
29
0,2905
19,8090
13,5612
11,2466
10,0891
9,4485
64,1544
30
0,2673
18,2282
12,4789
10,3491
9,2839
8,6945
59,0345
31
0,2460
16,7734
11,4830
9,5232
8,5430
8,0006
54,3233
32
0,2264
15,4348
10,5666
8,7632
7,8612
7,3621
49,9880
33
0,2083
14,2030
9,7233
8,0638
7,2338
6,7746
45,9986
34
0,1917
13,0696
8,9474
7,4203
6,6565
6,2339
42,3277
35
0,1764
12,0265
8,2333
6,8281
6,1253
5,7364
38,9497
36
0,1623
11,0668
7,5762
6,2832
5,6365
5,2786
35,8413
37
0,1493
10,1836
6,9716
5,7818
5,1867
4,8574
32,9810
38
0,1374
9,3709
6,4152
5,3203
4,7727
4,4697
30,3489

ket

Qa

Qd1

Qd2

Qd3

DEBIT BANJIR RANCANGAN


Metode Rasional
Asumsi-asumsi :
1. Debit pengaliran Q yang diakibatkan oleh curah hujan dengan intensitas
tersebut berlangsung selama waktu tiba banjir.
2. Debit aliran maksimum (Qmak) yang diakibatkan oleh curah hujan dengan
intensitas I, dan berlangsung selama waktu tiba banjir, mempunyai hubungan
linier dengan intensitas hujan I.
3. Peluang terjadinya debit maksimum sama dengan peluang terjadinya intensitas
hujan untuk waktu tiba banjir.
4. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada curah hujan untuk setiap
peluang.
5. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada semua curah hujan
yang terjadi di suatu daerah aliran.

Rumus Rasional
Q = 0,278. C.i.A
Dimana :
Q = debit rancangan dengan kala ulang T tahun, m3/dt
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan dengan kala ulang T tahun, mm/jam
A = luas daerah pengaliran, km2
Untuk menghitung debit banjir rancangan dengan Metode Rasional
digunakan beberapa komponen yaitu : waktu tiba banjir (Tc),
intensitas curah hujan (i) dan koefisien limpasan (C)

Waktu tiba banjir


Waktu tiba banjir adalah selang waktu antara permulaan hujan dan
saat pada seluruh daerah aliran ikut berperan pada pengaliran sungai
atau waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh di titik terjauh dari
daerah pengaliran untuk mencapai titik yang ditinjau.

Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah ketinggian

curah hujan yang terjadi

persatuan waktu dimana air tersebut terkonsentransi.


Intensitas hujan berdasarkan persamaan Dr. Mononobe :
i =

R 24 24
24 x t

2/3

Dimana :
i = intensitas hujan ( mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum (mm)
t = lama hujan (jam)
Disini hujan harian maksimum dipakai hujan rancangan
berdasarkan kala ulang tertentu, dengan demikian intensitas hujan
yang didapat juga berdasarkan kala ulang tertentu.

Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu besaran yang didasarkan pada
keadaan daerah pengaliran dan karakteristik hujan di daerah
tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya koefisien pengaliran :
Keadaan hujan
Luas dan bentuk daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kebasahan tanah
Suhu dan angin
Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.

Metode Weduwen
Metode ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan luas kurang dari 100 km2
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah :
1. Taksir harga tc
2. Menghitung koefisien reduksi (), dengan persamaan :

120 A t 1 / t 9
120 A

3. Menghitung curah hujan harian maksimum:


Rn

R
67,65
x
240 tc 1,45

4. Menentukan koefisien pengaliran :


1

4,10
. Rn 7

5. Menentukan debit banjir rancangan dengan persamaan Weduwen :


Q . . Rn . A

6. Menghitung waktu tiba banjir :


Tc 0,25 L Q 0,125 I 0,25

Lanjutan
7. Kontrol nilai tc taksiran dengan nilai Tc hasil perhitungan, jika nilai yang
diperoleh tidak sama, maka perhitungan diulangi (nilai tc ditaksir kembali)
sampai nilai tc taksiran dengan nilai Tc yang diperoleh dari hasil perhitungan
sama.
Keterangan :
Q
= debit banjir rancangan dengan periode ulang n tahun, m3/detik

= koefisien limpasan
A
= luas daerah pengaliran sungai, km2
L
= panjang sungai, km
I = kemiringan sungai
R = curah hujan dengan periode ulang n tahun.

= koefisien reduksi
Tc = waktu konsentrasi (tiba banjir), jam
Rn = curah hujan maksimum, m3/dt/km2

Contoh M. Weduwen
Diketahui :
Luas daerah aliran sungai (A)

= 455,96 km2

Panjang sungai (L)

= 55,5 km

Beda tinggi hulu hilir ( H)

= 1829 m

Kemiringan sungai (I)

1829
55500

= 0,033

Langkah langkah perhitungan :


1). Di coba tc = 15,3776 jam.
2).

120 A tc 1 / tc 9
120 A

=
3).

Rn

=
4).

120 455,9615,3776 1 / 15,3776 9


120 455,96
R
67,65
x
240 tc 1,45
135,2670
67,65
x
240
15,3776 1,45

= 1
5).

= 0,7402

= 2,2658

4,10
. Rn 7
4,10
(0,7402 x 2,2658) 7

= 0,5275

Q x x Rn x A

= 0,5275 x 0,7402 x 2,2658 x 455,96 = 403,388 m3/detik.


6).

Tc 0,25 L Q 0,125 I 0,25

0,25 55,5 403,388 0,125 0,033 0,25

7). Diperoleh tc = Tc

= 15,3776 jam.

Metode Melchior
Metode

ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan untuk luas

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebih besar dari 100 km 2.


Adapun prosedur perhitungannya :
1. Lukis ellips yang mengelilingi daerah Aliran Sungai dengan sumbu panjang
(kira-kira) 1,5 kali sumbu pendek dan hitung luasnya dengan rumus :
n F = 0,25 x x L1 x L2
2. Mengukur luas Daerah Aliran Sungai dengan planimeter (km 2)
3. Menghitung rata-rata kemiringan dasar sungai dengan rumus :
I =

H
0,9xL

4. Menghitung harga 1 dengan menggunakan persamaan :


nF =

1970
3960 1720. 1
1 0,12

5. Menaksir besarnya hujan maksimum sehari (R1 ,m3/det/km2).


6. Menghitung besarnya debit (Qo) dengan persamaan :Qo = 1 x R1 x A

Lanjutan
7. Menghitung kecepatan aliran (V) dengan persamaan :
V = 1,31 x (Qo x I2)0,2 x (/0,52)0,2
8. Menghitung waktu tiba banjir (Tc) dengan persamaan :
Tc =
9.

10xL
36xV

Menentukan koefisien 2 dari tabel hubungan Tc dan nF, sehingga koefisien


reduksi dapat dihitung dengan persamaan :
= 1 x 2

10. Menghitung harga RT dengan persamaan :


RT =

10xxR
36xTc

11. Mengontrol nilai R1 = RT , jika nilainya tidak sama diulang mencoba nilai R1
12. Menghitung

debit

banjir

menggunakan persamaan :
QT =

xRxR T xA
200

rancangan

berdasarkan

kala

ulang dengan

Lanjutan
Dimana :
= debit banjir rancangan (m3/detik)

QT

= koefisien pengaliran Melchior berkisar 0.42 0.62 dianjurkan menggunakan 0.52


= koefisien reduksi
R = curah hujan rancangan (m3/detik)
R1 = hujan maksimum sehari (m3/detik/km2)
A = luas daerah pengaliran (km2)
nF = luas elips (km2)
L1 = panjang sumbu besar ellips (km)
L2 = panjang sumbu kecil ellips (km)
L = panjang alur sungai utama (km)
Tc = waktu tiba banjir (jam)
V = kecepatan aliran (m/detik)
I

= kemiringan rata-rata dasar sungai ( I = H/0,9 L)

H = beda elepasi antara titik yang dimaksud dan titik pada 0,9 L.
Tabel Presentasi 2 untuk hujan kurang dari 24 jam pada
luas ellips (nF) terhadap hujan makssimum sehari
NF
(km2)
0

1
44

2
64

3
80

Hujan selama beberapa jam


4
5
6
8
10 12
89 92 92 93 94 95

16
96

20
98

24
100

10

37

57

70

80

82

84

87

90

91

95

97

100

50

29

45

57

66

70

74

79

83

88

94

96

100

300

20

33

43

52

57

61

69

77

85

93

95

100

12

23

32

42

50

54

66

74

83

92

94

100

Contoh Melchior
Diketahui :
km2

Luas daerah aliran sungai (A)

= 455,96

Panjang sungai (L)

= 55,5 km

Sumbu panjang ellips (L1}

= 36

km

Sumbu pendek ellips (L2)

= 24

km

Kemiringan pada jarak 0,9 L (I)

= 1329/(0,9 . 5550) = 0,0266

Koefisien pengaliran ()

= 0,62

Langkah langkah perhitungan :


1). Menghitung luas ellips
nF

= 0,25 x x L1 x L2 = 0,25 x x 36 x 24 = 678,24

km2

2). Menghitung harga 1


nF =

1970
3960 1720. 1
1 0,12

1 = 0,6911
3).

Menghitung besarnya debit dengan cara mencoba harga curah hujan


terpusat maksimum (R), diambil contoh untuk kala ulang 2 tahun, dengan
Ro = 1,6296 m3 / dt / km2
Qo = 1 x Ro x A = 0,6911 x 1,6296 x 455,96 = 513,5086 m3 / dt

Lanjutan
4). Menghitung kecepatan aliran
V = 1,31 x (Q x i 2 )0,2 x ( / 0,52)0,2
= 1,31 x (513,5086 x 0,02662)0,2 x (0,62 / 0,52)0,2 = 1,1083 m / dt
5). Menghitung waktu tiba banjir
Tc =

10.L
10x55,5
=
= 13,9103
36.V
36x1,1083

jam

6). Menentukan harga 2 yang didapat dari tabel hubungan Tc dan nF .Untuk Tc = 13,9103 dan nF =
678,24 km2 diperoleh

2 = 0,8729

Maka harga koefisien reduksi adalah


= 1 x 2 = 0,6911 x 0,8729 = 0,6033
7). Menghitung harga RT
RT =

10x x R
10x0,6033x135,2670
=
= 1,6296 m3 / dt / km2
36xTc
36x13,9103

Sehingga diperoleh Ro = RT (nilai Ro yang diperoleh ini hasil dari beberapa kali coba coba)
8). Menghitung debit banjir rancangan dengan kala ulang 2 tahun
Q2T=
=

RxR T xA
200
135,267x0,62x1,6296x455,96
= 311,5802 m3 / dt
200

Metode Haspers

Contoh M. Haspers
Diketahui :
Luas Daerah Aliran Sungai (A)

= 455,96 km2

Panjang sungai (L)

= 55,5

km

Beda tinggi hulu hilir ( H)

= 1829

Kemiringan sungai (I)

1829
55500

= 0,033

Langkah langkah Perhitungan debit banjir dengan kala ulang 2 tahun :


1 0,012 A 0,7
1 0,075 A 0,7

2).

Tc 0,10 x L0,8 x I 0,3

3).

4).

Tc 3,7 .x 10 0,4 Tc A 0,75


1
1
x

12
Tc 2 15

Tc x R
Tc 1

1 0,012 (455,96) 0,7


1 0,075 (455,96) 0,7

1).

= 0,2903

0,10 x (55,5) 0,8 x (0,033) 0,3

6,9164 x 135,267
6,9164 1

= 6,9164 jam.

= 118,18
= 1 6,9164 3,7 x 10

0,4x6,9164

6,9164 2 15

455,96 0,75
12

= 0,5247
5).

RT

r
3,6 x Tc

118,18
3,6 x 6,9164

= 4,7464

6). Q = x x RT x A = 0,2903 x 0,5247 x 4,7464 x 455,96


= 329,5852 m3/detik

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai