Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegagalan konstruksi merupakan suatu kondisi penyimpangan, kesalahan dan atau
kerusakan hasil pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan keruntuhan konstruksi.
Kegagalan pada proyek konstruksi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Kegagalan
konstruksi dapat disebabkan oleh faktor teknis maupun faktor non teknis. Faktor teknis
karena adanya penyimpangan proses pelaksanaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis
yang disepakati dalam kontrak, sedangkan faktor non teknis lebih disebabkan karena
tidak kompetennya Badan Usaha, tenaga kerja, tidak profesionalnya tata kelola
manajerial antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi (Wiyana, 2012).
Maka dari itu diperlukan suatu kerja sama yang baik antara kontraktor, konsultan
pengawas, supplier, owner, mandor dan pekerja. Kegagalan pada proyek konstruksi
adalah suatu hasil konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Untuk mencegah terjadinya kegagalan pada proyek konstruksi perlu dilakukan berbagai
upaya agar tidak mengalami banyak kerugian. Hal ini membuktikan pentingnya
manajemen yang baik di bidang konstruksi pada perencanaan (planning), pelaksanaan
(actuating), pengorganisasian (organizing) dan pengawasan (controlling) untuk
menghindari kemungkinan terburuk dalam kegagalan konstruksi dapat diminimalisir atau
dicegah.
Pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu industri ekonomi nasional yang
berhubungan dengan persiapan lahan dan pembangunan, percepatan, dan perbaikan
bangunan struktur, struktur, dan properti lainnya. Berdasarkan hal tersebut, industri
konstruksi merupakan salah satu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tidak dapat
dipungkiri bahwa bidang konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki
resiko tinggi. Berbagai masalah dapat mungkin terjadi apabila proyek tidak dapat
dikelola secara baik dan kompeten. Masalah-masalah tersebut dapat berupa
keterlambatan waktu penyelesaian suatu pekerjaan, sengketa lahan dengan warga,
keselamatan para pekerja karena kurangnya penerapan K3, maupun yang dapat
menimbulkan dampak lebih besar lainnya, yaitu kegagalan konstruksi. Hal inilah yang

1
membuat manajemen konstruksi sangat penting untuk diterapkan guna mengurangi atau
mencegah masalah-masalah tersebut terjadi.
Agar pelaksanaan konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu,
maka diperlukan pengaturan manajemen konstruksi dengan baik. Manajemen konstruksi
dapat mengatur kapan konstruksi tersebut dilaksanakan dan kapan selesai dengan
perhitungan waktu yang ditentukan. Hal ini dilakukan guna untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kemunduran waktu dan penambahan biaya. Dalam suatu proyek,
manajemen konstruksi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dimana berhasil
atau tidaknya suatu proyek tergantung dari manajemen dalam mengelola berbagai
sumber dayanya. Manajemen konstruksi sendiri memiliki pengertian ilmu yang
mempelajari dan mempraktikkan aspek-aspek manajerial
dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi berfungsi untuk melakukan
perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), pengorganisasian (organizing) dan
pengawasan (controlling) dengan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien
demi mencapai tujuan tertentu.
Adanya manajemen konstruksi diharapkan dapat mewujudkan perkembangan
infrastruktur yang terkelola dengan baik dalam segala aspek. Manajemen konstruksi bisa
dikatakan suatu pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengatur, mengorganisir
dan mengkoordinir semua pekerjaan yang dilaksanakan dan terlibat dalam pembangunan
sebuah proyek konstruksi. Pekerjaan konstruksi dapat dikatakan baik apabila semua
pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai rencana. Sistem pengelolaan
pembangunan dalam pekerjaan konstruksi dapat dikatakan mempunyai pengaruh seperti
yang diharapkan dengan melakukan penataan akan semua proses kegiatan pekerjaan
konstruksi yang akan dilaksanakan sehingga mendapatkan hasil pekerjaan yang baik.

1.2 Identifikasi Masalah


Kegagalan konstruksi merupakan salah satu masalah yang seringkali timbul karena
manajemen konstruksi tidak terkelola dengan baik. Kegagalan konstruksi merupakan
kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan ini dapat disebabkan karena
kegagalan pada proses pengadaan barang atau jasa, atau kegagalan saat proses
pelaksanaan konstruksi. Kegagalan perkerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam

2
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan
pengguna jasa atau penyedia jasa.
Faktor yang mempengaruhi kegagalan proyek yaitu konstruksi biaya yang
dialokasikan, kualitas pelaksanaan pekerjaan, serta waktu pelaksanaan. Faktor penyebab
kegagalan konstruksi dapat berasal dari internal maupun eksternal. Beberapa faktor yang
secara garis besar dapat dijadikan parameter terhadap kegagalan konstruksi antara lain
seperti kesalahan dalam proses studi kelayakan, kesalahan dalam perencanaan dan
perancangan, kesalahan dalam pelaksanaan, kesalahan operasional, maintenance
(perawatan) yang kurang optimal, usia atau umur bangunan, manfaat dan dampak, dan
bencana. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan suatu sistem yang dapat
mengelola sumber daya yang ada dan juga membutuhkan banyak pemahaman bagi semua
pihak penyelenggara konstruksi baik dari pemilik proyek, konsultan maupun pelaksana
agar tercipta suatu kegiatan yang lebih efektif dan efisien guna mencegah kegagalan
konstruksi itu terjadi. Dengan pemahaman dan tanggung jawab yang tinggi maka dapat
mengurangi terjadinya kasus-kasus kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan
banyak korban jiwa maupun kerugian materi. Sistem kelola inilah yang bisa disebut
dengan manajemen konstruksi. Manajemen konstruksi merupakan kumpulan cara
bagaimana suatu pekerjaan pembangunan dikelola agar mendapatkan hasil sesuai dengan
tujuan dari pembangunan tersebut. Penerapan manajemen yang baik pada suatu pekerjaan
akan membuat pekerjaan tersebut berjalan lancar sehingga dapat meminimalisir
kesalahan-kesalahan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kualitas pekerjaan.

1.3 Rumusan Masalah


Penerapan manajemen konstruksi pada Organisasi (Organizing) memiliki nilai
faktor paling berpengaruh dalam penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi, karena
faktor dari fungsi organisasi berpengaruh dalam menata pekerjaan agar berjalan dengan
lancar, kemudian dilanjutkan dengan Pengendalian (Controlling), Perencanaan
(Planning) dan Pelaksanaan (Actuating). Dari identifikasi masalah yang telah dijabarkan
di atas, dapat didiskusikan lebih jauh mengenai pentingnya manajemen konstruksi demi
mencegah terjadinya kegagalan konstruksi. Rumusan-rumusan masalah yang dapat di
ambil sebagai bahan penelitian, antara lain sebagai berikut:

3
1. Faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan kegagalan suatu pekerjaan konstruksi?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kegagalan pada proyek konstruksi?
3. Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi kegagalan pada proyek konstruksi?
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, diperlukan batasan masalah agar penelitian lebih fokus dan
terarah, serta menghindari pembahasan yang lebih meluas. Adapun beberapa batasan-
batasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Permasalahan yang dibahas mengenai penerapan manajemen konstruksi hanya pada
masalah kegagalan konstruksi.
2. Hal yang dibahas mengenai upaya mencegah kegagalan konstruksi hanya pada
bidang manajemen konstruksi terhadap perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling) atau disingkat
POAC.
3. Penelitian ini dilakukan pada bangunan gedung Guest House 5 Lantai.
4. Penelilian dilakukan pada pihak-pihak kontraktor, konsultan pengawas dan owner.

1.5 Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
menyebabkan kegagalan konstruksi, dampak serta bagaimana upaya untuk mencegah
hal itu terjadi dengan penerapan manajemen konstruksi pada perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(controlling).
2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut:
a. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan suatu pekerjaan
konstruksi.
b. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kegagalan pada proyek konstruksi.
c. Mengetahui cara mencegah agar tidak terjadi kegagalan pada proyek konstruksi.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang bisa diambil dari adanya penelitian ini, antara lain:
4
1. Bagi peneliti : untuk memperkaya ilmu yang tidak dapat diperoleh di dalam kelas
dan untuk bekal saat memasuki dunia kerja dan untuk mengembangkan
pengetahuan tentang bagaimana sistem manajemen konstruksi dapat yang baik
dapat mencegah sejadinya kesalahan-kesalahan pada pekerjaan konstruksi.
2. Bagi pelaksana konstruksi : sebagai referensi agar mampu mencegah dan
mengatasi kegagalan konstruksi yang mungkin dapat terjadi sehingga tidak
mengalami banyak kerugian dan guna untuk mengevaluasi pentingnya penerapan
manajemen konstruksi terhadap perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyeleksian (actuating), dan pengawasan (controlling) untuk
mencegah kegagalan konstruksi.
3. Bagi peneliti selanjutnya : sebagai referensi agar dapat melakukan penelitian
selanjutnya.

1.7 Keaslian Penelitian


Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat judul terkait tentang penerapan
manajemen konstruksi dan kegagalan konstruksi yaitu penlitian yang dilakukan oleh
(Chasanah, 2018) dengan judul Penerapan Konsultan Manajemen Konstruksi Pada Tahap
Pelaksanaan Pembangunan Gedung Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan pada Rumah
sakit di Jawa Tengah. Dengan hasil yang didapat:
1. Hal-hal yang menjadi keterlibatan konsultan manajemen konstruksi tahap
pelaksanaan adalah pada pembangunan rumah sakit yang memiliki skala besar,
sehingga perlu adanya perencanaan mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan, seperti
: pengendalian pelaksanaan konstruksi meliputi pengendalian sumber daya,
pengendalian biaya, pengendalian waktu, dan pngendalian mutu hasil konstruksi.
Sehinga konsultan manajemen konstruksi sangat berperan dalam proses
pembangunan rumah sakit sesuai dengan yang direncanakan.
2. Tingkat keterlibatan konsultan manajemen konstruksi pada tahap pelaksanaan adalah
pada hasil perhitungan dengan metode mean aritmatik, pada sub pekerjaan bidang
fisik dengan nilai mean aritmatik 0,7 untuk pekerjaan struktur dan arsitektur dari 10
responden. Sedangkan pada sub pekerjaan bidang administrasi dengan nilai mean
aritmatik 0,6 untuk pekerjaan pembuatan laporan harian, mingguan, bulanan, dan
laporan akhir dan pelaksanaan serta pengendalian proyek dari 10 responden.

5
Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Wiyana (2012) dengan judul Aanalisis
Kegagalan Konstruksi dan Bangunan dari Perspektif Faktor Non Teknis. penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor non teknis menyebabkan kegagalan konstruksi
dan kegagalan bangunan di Jawa Tengah, dan juga untuk menganalisis kontribusi SBU
dan SKA dan SKT terhadap Kegagalan konstruksi. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa variabel kegagalan secara struktural dipengaruhi oleh variabel SBU 0,1181, oleh
variabel SKT sebesar 0,0501, dan oleh variabel SKT untuk 0,0250. Proses pengujian
SBU, SKA, dan SKT belum dilaksanakan dengan baik sehingga penerbitan sertifikat
belum dapat dipertanggungjawabkan. Itu kondisi sumber daya di kabupaten dan kota di
sekitar wilayah proyek masih merepotkan, seperti kurangnya tenaga yang memiliki SKT,
dan SKT, dan ada masih banyak tenaga terampil yang belum mendapatkan uji
kompetensi.
Tugas akhir ini berbeda dengan kedua jurnal tersebut. Jurnal tersebut hanya
membahas mengenai faktor-faktor dan cara mengatasi kegagalan konstruksi secara
keseluruhan dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Dalam tugas akhir ini
membahas mengenai faktor-faktor, dampak serta cara mengatasi kegagalan pada proyek
konstruksi berdasarkan tiga pihak yaitu kontraktor, konsultan pengawas dan owner. Oleh
karena itu, keaslian tugas akhir ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asas-
asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta
terbuka.

6
dalam desain yang timbul pada tahap pra-konstruksi dan kesalahan operasional
yang timbul pada saat fase konstruksi merupakan salah satu dari banyaknya faktor.
Kesalahan yang muncul dari pra-konstruksi dan selama fase konstruksi memiliki
pengaruh potensial terbesar pada hasil akhir proyek.
Adapun beberapa faktor yang secara garis besar berpengaruh dan menjadi
parameter terhadap kegagalan konstruksi, antara lain akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu
memperhatikan aspek-aspek secara menyeluruh yang akan diproyeksikan ke depan
baik pada tahap pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana berdampak
langsung terhadap daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial,
ekonomi, lingkungan dan peraturan yang berlaku.
2. Kesalahan Dalam Perencanaan dan Perancangan
Jika dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah
memperhitungkan atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat
ditimbulkan ke depan akan sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik
bangunan. Perencanaan dalam hal ini dapat berupa perencanaan dan perancangan
desain fisik/ukuran dan keamanan, perencanaan anggaran, perencanaan mutu,
perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan
perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan.
3. Kesalahan Dalam Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, kontraktor/pelaksana juga memegang peranan penting
terhadap kegagalan konstruksi. Faktor-faktor kesalahan tersebut antara lain dapat dari
segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi
dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang tidak
ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan
dan manajemen proyek yang buruk.
4. Kesalahan Operasional
Hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap
penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, yang mana jika pihak
pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat
berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi.

7
5. Maintenance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan
kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperlukan sistem manajemen
perawatan bangunan. Jika tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan
berkala maka dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan
bangunan.
6. Usia/Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi
bangunan dimana jika umur suatu produk bangunan melampaui dari umur yang
direncanakan maka dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini
diakibatkan karena tingkat kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya
serta kelelahan/fatigue yang terus-menerus selama umur bangunan tersebut.
7. Manfaat dan Dampak
Manfaat dalam hal ini lebih ke dampak terhadap produk konstruksi yang telah
dibuat/terealisasi dan dioperasikan. Kegagalan konstruksi juga bukan hanya masalah
kegagalan fisik semata melainkan dapat dilihat dari aspek manfaatnya setelah
beroperasi.
8. Disaster/Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit
untuk diprediksi secara tepat. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam
maupun akibat faktor internal/kelalaian manusia seperti bencana
gempa, banjir, Tsunami, tanah longsor, topan, kebakaran, ledakan, dsb.

1.1 Pengertian Manajemen


Manajemen merupakan proses untuk mendapatkan suatu cara yang sebaik-baiknya
agar supaya dengan sumber daya yang terbatas, dapat dicapai sasaran yang ingin dicapai
sesuai rencana yang telah ditetapkan. Ada beberapa pengertian manajemen menurut
(Asnuddin, 2018) yang diambil dari beberapa sumber buku literatur yaitu sebagai berikut:

1. George R. Terry

8
Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusfa dan sumber daya lain
untuk tujuan yang telah ditetapkan.
2. Harold Koontz & Cyril O. Donnell
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai
sasaran organisasi yang telah ditentukan.
3. Reksohadiprodjo
Manajemen adalah sebagai usaha merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
Manajemen yang baik memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan benar dan memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuannya untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar
dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil yang maksimal dalam hal
ketetapan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komprehensif.
Penerapan manajemen konstruksi untuk mengatur dan mengendalikan suatu
proyek yang di mulai dari tahapan perecanaan, tahapan pelelangan, tahapan pelaksanaan,
dan pasca pelaksanaan. Sehingga manajemen konstruksi dapat mengendalikan setiap
tahapan dalam pelaksanaan kostruksi. Dalam setiap tahapan manajemen konstruksi
diharapkan dapat meminimalkan, mengantisipasi, dan mampu mencari solusi serta
mengatasi setiap permasalahan yang terjadi dari setiap tahapan konstruksi (Chasanah,
2018). Manajemen Konstruksi adalah suatu cara / metode untuk mencapai suatu hasil
dalam bentuk bangunan / infrastruktur yang dibatasi oleh waktu dengan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif melalui tindakan-tindakan:
1. Perencanaan (Planning)
Pada proyek konstruksi dimulai dengan proses perencanaan dengan melihat
adanya sasaran maupun tujuan yang harus direalisasikan dan berpedoman pada
kebijakan-kebijakan yang ada agar proses dari perencanaan tersebut dapat berjalan
dengan lancar. Perencanaan merupakan salah satu pondasi sebuah proyek yang benar-
benar harus direncanakan dengan matang. Namun, perencanaan sendiri harus dibuat
dengan cermat, lengkap, terpadu dan mempunyai tingkat kesalahan paling minimal.

9
Beberapa aspek yang perlu direncanakan adalah berupa jadwal pengerjaan, anggaran,
pengelolaan bahan material dan alat-alat proyek.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi berasal dari kata organism yang berarti menciptakan struktur dengan
bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama
lainnya terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Pembagian kerja dilakukan
dari spesialisasi keahlian atau ketrampilan dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Menempatkan orang pada setiap aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan pada setiap individu yang
akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut sehingga tercipta suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Kegiatan ini merupakan pengimplementasian dari perencanaan yang telah
ditetapkan dengan melakukan tahapan pekerjaan sesungguhnya secara fisik maupun
non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan.
Kegiatan ini dilakukan oleh pihak pelaksana konstruksi dan pihak pemilik proyek.
manager atau pengelola konstuksi dapat melakukan pembinaan berupa motivasi,
pelatihan, bimbingan, serta arahan lainnya kepada bawahan dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya yang telah direncanakan, termasuk dalam hal pembanguan
proyek
4. Pengawasan (Controlling).
Pengawasan adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk mengusahakan
agar sesuatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui sehingga apabila ada kegiatan yang tidak
sesuai dengan rencana dan tahapan tersebut, diadakan suatu tindakan perbaikan
seperlunya. Sedangkan arti dari pengawasan itu sendiri adalah tugas untuk
mencocokkan sampai sejauh mana rencana yang sudah digariskan/ditetapkan telah
dilaksanakan, dan dipakai sesuai dengan hasil yang diinginkan.

1.2 Aspek Manajemen Proyek


Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output proyek sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah dengan cara mengidentifikasi

10
berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang
dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan
penanganan yang cermat adalah sebagai berikut:
1. Aspek Keuangan
Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Berasal dari
modal sendiri maupun pinjaman Bank atau investor dalam jangka pendek ataupun
jangka panjang. Pembiayaan proyek harus sangat diperhatikan mendetail bila proyek
berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit dan membutuhkan analisis
keuangan yang cepat dan dipersiapkan dengan matang.
2. Aspek Anggaran Biaya
Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek
berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses
pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat sesuai dengan anggaran
yang sudah direncanakan. Sedangkan, apabila proses perencanaan salah maka akan
terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan.
3. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
Masalah ini berkaitan ddengan kebutuhan dan aloksi SDM selama proyek berlangsung
yang tidak stabil. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan
SDM didasarkanatas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan
langkah-langkah, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab
SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
4. Aspek Manajemen Produksi
Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek pada hasil akhir proyek negatif
bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Untuk menghindari hal
tersebut, maka dapat dilakukannya berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas
SDM, meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan kualitas
produk melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.

5. Aspek Harga

11
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga yang dapat
merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi
yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
6. Aspek Efektifitas dan Efisiensi
Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi atau
tidak efektif dapat juga terjadi apabila faktor efisiensi tidak terpenuhi, sehingga
produksi membutuhkan biaya yang besar.
7. Aspek Pemasaran
Masalah ini timbul berkaiatan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan
dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta analisis pasar yang salah
terhadap produksi yang dihasilkan.
8. Aspek Mutu
Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat meninkatkan
daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
9. Aspek Waktu
Masalah waktu dapat minmbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang
direncanakan serta akan menguntungkan bila dipercepat.

1.3 Siklus Proyek Konstruksi


Siklus pada proyek konstruksi menggambarkan urutan atau langkah-langkah pada
proses awal proyek hingga berakhirnya proyek, berikut adalah tahapan kegiatan dalam
siklus proyek berdasarkan durasi waktu dan biaya yang dikeluarkan:
1. Tahap Studi Kelayakan
Tujuan tahap ini adalah untuk mendapatkan keputusan tentang kelanjutan investasi
pada proyek yang akan dilakukan. Informasi dan data dalam implementasi
perencanaan proyek lebih lengkap dari langkah diatas, sehingga penentuan dimensi
dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan terhadap aspek social, budaya,
ekonomi, financial, legal, teknis dan administratif yang komprehensif.
2. Tahap Detail Design
Tahap ini terdiri atas kegiatan, pendalaman berbagai aspek persoalan, design
engineering dan pengembangan , pembuatan jadwal induk dan anggaran serta
menetukan perencanaan sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkat dan

12
penentuan peserta proyek dengan program lelang. Tujuan tahap ini adalah
menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci secara teknis dan
administrasi guna untuk memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek.
3. Tahap Pengadaan
Tahap ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan dokumen
perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap. Dari proses ini diperoleh
penawaran yang kompetitif dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan
transparansi yang baik.
4. Tahap Implementasi
Tahap ini terdiri atas kegiatan, design, engineering yang terinci, pembuatan
spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan konstruksi,
inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan
akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya mutu, waktu dan keselamatan kerja
paling maksimal dengan melakukan proses perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan
dan pengendalian yang lebih cermat serta terperinci dari proses sebelumnya.
5. Tahap Operasi dan Pemeliharaan
Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek
serta pemeliharaan fasilitas bangunan yang dapat digunakan untuk kepentingan sosial
dan ekonomi masyarakat. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin dan
nilainya cenderung menurun dan pada tahap ini adanya pemasukan dana dari
operasional proyek.

13

Anda mungkin juga menyukai