meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. Manajemen material dan manajemen tenaga
kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan
hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya
dan waktu proyek.
Agar Anda bisa mengetahui apa itu manajemen konstruksi, fungsi, tujuan, serta tahapannya,
maka artikel kali ini akan membahas mengenai:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pengarahan (Actuating)
4. Pengendalian (Controlling)
Tahap perencanaan
Tahap konstruksi
Tahap pemeliharaan
Selanjutnya adalah tahap manajemen konstruksi yang mana dilihat dari tahapan
pelaksanaan kegiatannya terdiri dari 4 tahap dengan lingkup kerja yang meliputi:
Tahap perencanaan
Tahap konstruksi
Tahap pemeliharaan
Adapun dalam menjalankan manajemen konstruksi tentu menerapkan fungsi manajemen dari
suatu proyek tersebut agar dapat memanfaatkan sumber daya secara lebih efektif dan efisien
demi mencapai tujuan. Berikut ini adalah beberapa fungsi dari manajemen konstruksi.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan atau planning dalam melakukan manajemen konstruksi ini berfungsi untuk
menentukan suatu proyek pembangunan yang seperti apa yang akan dikerjakan dan kapan
serta bagaimana cara proyek tersebut dilakukan. Dalam hal ini, seorang manajer konstruksi
wajib menjadi pengambil keputusan atas rencana pembuatan konstruksi yang sesuai.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Manajer memiliki hak untuk memberikan penempatan pada beberapa tim atau beberapa
anggota kerja ke dalam suatu divisi.
3. Pengarahan (Actuating)
Selanjutnya adalah fungsi manajemen konstruksi yaitu pengarahan atau actuating yang mana
artinya melakukan pembinaan atau melakukan pengarahan seperti memberikan pelatihan,
memberikan bimbingan, dan dalam bentuk arahan yang lainnya agar pada setiap tanggung
jawab yang diberikan dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.
4. Pengendalian (Controlling)
Fungsi dari manajemen konstruksi selanjutnya adalah pengendalian atau controlling. Dalam
hal ini, manajemen konstruksi bertindak sebagai pengawas terhadap kegiatan proyek dan
melakukan evaluasi jika saja terjadi penyimpangan di dalam suatu divisi selama proyek
tersebut berlangsung.
Jika hal tersebut terjadi, maa seorang manajer akan melakukan pencegahan dan juga
melakukan upaya antisipasi terhadap adanya penyimpangan yang terjadi.
1. Pengelolaan Biaya
2. Pengelolaan Waktu
3. Pengelolaan Kualitas
4. Pengelolaan Risiko
5. Pengelolaan SDM
Secara umum, manajemen konstruksi menerapkan fungsi manajemen dari suatu proyek
dengan memanfaatkan sumber daya secara lebih efektif dan efisien demi mencapai tujuan.
Berikut 4 fungsi manajemen konstruksi:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pengarahan (Actuating)
Adanya manajemen konstruksi maka dapat melakukan pembinaan atau pengarahan seperti
memberikan pelatihan, bimbingan dan bentuk arahan lainnya agar setiap tanggung jawab
yang diberikan terlaksana dengan baik.
4. Pengendalian (Controlling)
Manajemen konstruksi bertindak sebagai pengawas terhadap kegiatan proyek dan melakukan
evaluasi jika saja terjadi penyimpangan dalam suatu divisi selama proyek berlangsung. Maka
seorang manajer akan melakukan pencegahan dan upaya antisipasi terhadap penyimpangan
yang terjadi.
Selain 4 fungsi manajemen konstruksi diatas, ada beberapa fungsi lain dari manajemen,
yaitu:
Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan,
biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan biaya (cost control)
dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control).
1. Pengelolaan Biaya
Mengatur biaya agar hemat dan tepat sasaran merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai
oleh tim manajemen konstruksi pada setiap proyek. Dengan sistem manajemen konstruksi
yang baik maka pengelolaan biaya proyek dapat sesuai dengan yang telah dianggarkan dan
mencegah terjadinya pengeluaran yang tidak perlu.
2. Pengelolaan Waktu
Sama halnya dengan biaya, pengelolaan waktu yang baik juga menjadi hal yang sangat
penting dalam suatu proyek pembangunan. Pengaturan alur kerja, jenjang komunikasi, serta
pelaksanaan yang terjadwal akan membuat proses kerja sesuai dengan yang ditetapkan.
3. Pengelolaan Kualitas
Sistem manajemen konstruksi juga bertujuan agar kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kualitas yang dimaksud adalah hasil kerja suatu
proyek pembangunan, baik dari sisi tampilan maupun kekuatan struktur bangunannya.
4. Pengelolaan Risiko
Setiap proyek pembangunan pasti memiliki risiko, sesuai dengan tingkat kesulitan
pekerjaannya. Sistem manajemen konstruksi dibuat dengan tujuan agar dapat
mengidentifikasi, menganalisis, memperkirakan, dan pencegahan terhadap setiap risiko yang
mungkin timbul.
5. Pengelolaan SDM
Manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan fungsi mengarahkan para tenaga
kerja selama proses pembangunan. Hal ini mencakup pengadaan SDM, jenjang komunikasi
dalam proyek, dan lain sebagainya.
Mengawasi proses pekerjaan di lapangan dan memastikan pelaksanaan kerja sesuai dengan
metode konstruksi yang benar.
Meminta penjelasan pekerjaan dan laporan progres dari kontraktor secara tertulis.
Manajemen konstruksi berhak untuk menegur atau bahkan menghentikan proses pekerjaan
bila tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.
Melakukan rapat rutin (mingguan dan bulanan) dan melibatkan konsultan perencana, wakil
pemilik proyek, dan kontraktor dalam rapat tersebut.
Bertanggung Jawab langsung kepada pemilik proyek atau wakilnya dalam menyampaikan
informasi progres pekerjaan proyek.
Melakukan pemeriksaan pada shop drawing dari kontraktor sebelum dilakukan pelaksanaan
pekerjaan
Memastikan metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor agar sesuai dengan syarat
K3LMP (kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, mutu, dan pengamanan)
Bertanggungjawab dalam memberikan instruksi tertulis jika ada pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mempercepat jadwal namun tidak disebutkan dalam kontrak.
Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan
berfungsi sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan
serta antar para kontraktor.
Konsultan manajemen konstruksi dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi
tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik
mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket
pekerjaan yang telah disiapkan.
Jasa konsultan manajemen konstruksi dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi konflik-
kepentingan, karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh
konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistem
ini.
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan.
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini
konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada
pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak
konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub
kontraktor).
Secara umum, pengertian dari manajemen konstruksi adalah suatu ilmu yang digunakan
untuk mempelajari dan juga mempraktikkan berbagai aspek yang terkait manajerial dan juga
teknologi industri konstruksi. Hal tersebut perlu dan penting dilakukan agar setiap proses
pembangunan yang dilakukan memiliki perencanaan yang matang.
Selain itu, pengertian dari manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model
bisnis yang dilakukan oleh jasa konsultan konstruksi dengan melakukan hal yaitu
memberikan arahan, nasihat, dan juga memberikan bantuan terhadap sebuah proyek
pembangunan yang berlangsung.
Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai perpaduan dari ilmu teknologi industri
konstruksi dan juga seni yang mengatur atau melakukan manajemen dalam proses
pembangunan terhadap suatu gedung dengan menggunakan sumber daya dan juga waktu
yang seefektif mungkin dan seefisiensi mungkin.
Pemanfaatan sumber daya dan waktu yang digunakan juga dilakukan secara terukur dan
sistematis, efektif, efisien, dan biasanya dilengkapi dengan sistem analisis yaitu berupa
Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) (Kekuatan, Kelemahan, Peluang,
Ancaman)
Menurut Husen (2011: 45) manajemen konstruksi adalah suatu kelompok yang menjalankan
fungsi manajemen dalam proses konstruksi (tahap pelaksanaan), suatu fungsi yang akan
terjadi dalam setiap proyek konstruksi.
Dari berbagai pengertian tersebut maka bisa disimpulkan bahwa manajemen konstruksi
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengatur atau mengelola pekerjaan
pembangunan agar dapat mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dari pembangunan
tersebut.
Selain memiliki fungsi, manajemen konstruksi juga mengatur pelaksanaan untuk mencapai
hasil yang optimal atau tujuan yang baik dengan persyaratan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka perlu diperhatikan bagaimana mutu pembangunan dan juga biaya serta waktu
pelaksanaan yang harus dirancang.
Pada dasarnya, tujuan utama dari keilmuan industri konstruksi ini adalah untuk mengelola
berbagai fungsi manajemen agar digunakan dan dapat diterapkan dengan efektif dan juga
efisien agar mendapatkan hasil yang maksimal yang mana hasil tersebut juga telah disepakati
oleh kedua belah pihak.
Untuk mencapai pencapaian hasil tersebut, maka harus selalu dilakukan usaha pelaksanaan
pengawasan biaya (cost control), pengawasan mutu (quality control), dan juga pengawasan
waktu pelaksanaan (time control). Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Pengelolaan Biaya
Pengelolaan biaya atau cost control ini dilakukan untuk mengatur biaya agar hemat dan juga
tepat sasaran. Hal ini menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh tim manajemen
konstruksi pada setiap proyeknya.
Dengan sistem manajemen konstruksi yang baik, maka pengelolaan biaya proyek juga akan
berjalan sesuai dengan apa yang telah dianggarkan dan hal ini juga dilakukan untuk
mencegah terjadinya pengeluaran yang tidak diperlukan.
2. Pengelolaan Kualitas
Pengelolaan kualitas atau yang juga disebut quality control merupakan pengelolaan yang
tujuannya dilakukannya agar kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan.
Dalam hal ini, kualitas yang dimaksud adalah bagaimana hasil kerja dari suatu proyek
pembangunan, baik itu dari sisi tampilan maupun dari segi kekuatan struktur bangunan yang
dikerjakan.
Tujuan yang ketiga dalam manajemen konstruksi yaitu pengelolaan waktu pelaksanaan. Hal
ini apabila dilakukan dengan baik, maka akan menjadi hal yang sangat penting di dalam suatu
protek pembangunan. Misalnya melakukan pengaturan alur kerja, mengatur jenjang
komunikasi, bahkan melakukan pelaksanaan yang terjadwal.
Dengan melakukan pengelolaan waktu pelaksanaan yang terjadwal, maka akan membuat
proses kerja yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.
4. Pengelolaan Risiko
Penting juga untuk melakukan pengelolaan risiko, mengingat setiap proyek pembangunan
pasti memiliki risiko yang sesuai dengan bagaimana tingkat kesulitan pekerjaannya. Sistem
manajemen konstruksi dibuat dengan tujuan agar dapat melakukan identifikasi, melakukan
analisis, melakukan perkiraan, dan juga melakukan pencegahan terhadap setiap risiko yang
mungkin terjadi selama proses kerja berlangsung.
Terakhir adalah manajemen sumber daya manusia yang mana hal ini berhubungan erat
dengan fungsi yaitu mengarahkan para tenaga kerja selama proses pembangunan. Hal ini
biasanya mencakup pengadaan sumber daya manusia (SDM), melakukan jenjang komunikasi
di dalam melaksanakan proyek, dan lain sebagainya.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa konsep manajemen konstruksi yang baik adalah yang
dimulai dari tahap perencanaan, namun juga bisa pada tahap lain sesuai dengan tujuan dan
juga kondisi proyek tersebut, sehingga konsep manajemen konstruksi dapat diterapkan pada
berbagai tahap proyek sebagai berikut:
Manajemen konstruksi dilakukan pada seluruh tahapan proyek yang mana mencakup
pengelolaan teknis operasional proyek dalam bentuk masukan-masukan atau keputusan yang
berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi.
Tim manajemen konstruksi sudah berperan sejak awal design, pelelangan, dan pelaksanaan
proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak atau feasible dan mulai dari tahap
design.
Tim manajemen konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam
menyempurnakan design sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan
setelah tahap design.
Setelah Anda memahami tentang pengertian serta fungsi dan tujuan dari manajemen
konstruksi, selanjutnya Anda juga perlu mengetahui apa saja tugas manajemen konstruksi.
Berikut adalah tugas manajemen konstruksi secara garis besar:
Mengawasi proses pekerjaan di lapangan dan memastikan pelaksanaan kerja sesuai dengan
metode konstruksi yang tepat.
Meminta penjelasan tentang pekerjaan dan laporan tahap demi tahap dari kontraktor secara
tertulis.
Manajemen konstruksi berhak untuk menegur atau bahkan menghentikan proses pekerjaan
bila tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.
Melakukan rapat rutin baik bulanan maupun mingguan yang melibatkan konsultan perencana,
wakil owner, dan juga kontraktor.
Bertanggung jawab langsung kepada owner atau wakilnya dalam menyampaikan informasi
progres pekerjaan proyek.
Memastikan metode pelaksanaan pekerjaan kontraktor agar sesuai dengan syarat K3LMP
(kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, mutu, dan pengamanan).
Bertanggung jawab dalam memberikan instruksi tertulis jika ada pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mempercepat jadwal namun tidak disebutkan dalam kontrak.
Contoh Manajemen Konstruksi
Untuk lebih mengenal dan juga memahami bagaimana manajemen konstruksi tersebut,
berikut merupakan beberapa contoh manajemen konstruksi.
Contoh manajemen proyek industri manufaktur adalah penerapan project management pada
industri manufaktur untuk mendukung rancangan produksi suatu produk secara menyeluruh.
Misalnya pada industri mebel, tekstil, dan juga bahan baku pada beberapa perusahaan di
Indonesia.
Kedua adalah proyek yang berhubungan dengan manajemen proyek seperti misalnya
melakukan pembangunan untuk fasilitas umum atau sarana publik. Contoh di dalam
kehidupan sehari-hari adalah pembangunan jalan tol, pembangunan bendungan,
pembangunan jembatan, pembangunan listrik, pembangunan gedung, dan lain sebagainya.
Proyek padat modal di sini artinya mengembangkan project dengan skala yang besar dan
dengan menggunakan bantuan mekanik atau robot. Istilah padat dalam hal ini yaitu mengacu
pada proses eksekusi yang membutuhkan modal yang besar. Sehingga biasanya untuk
mengembangkan proyek ini, dapat dilakukan oleh perusahaan berskala besar saja.
Dalam hal ini, contohnya berupa bentuk proyek yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang dapat mendukung hasil penelitian dan pengembangan dan hasil tersebut nantinya dapat
digunakan untuk dapat meningkatkan kualitas dari pengembangan barang atau jasa dan juga
melakukan optimalisasi dari segi ilmu pengetahuan atau knowledge.
Perbedaan antara manajemen proyek dan juga manajemen konstruksi terletak pada tahapan
yang dilakukan. Berikut adalah perbedaan antara tahapan manajemen proyek dan juga
tahapan yang dilakukan pada manajemen konstruksi.