Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER

MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK


Peran Manajemen Waktu, Biaya, Mutu Dalam Pelaksanaan Proyek
Konstruksi

Disusun Oleh:

REINANDA MUTIARA L

03022681721027

Dosen Pembimbing :

Dr. Betty Susanti, S.T, M.T

PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari


serangkaian aktivitas-aktivitas kompleks yang saling berkaitan antara satu kegiatan
dengan yang lain. Prestasi suatu proyek konstruksi dapat dikatakan berhasil apabila
pengelolaan proyek dilakukan dengan tepat dan efektif sebagaimana perkembangan
pembangunan di Indonesia kini semakin pesat dan semakin kompleks. Perkembangan
pelaksanaan konstruksi di Indonesia sendiri telah mengalami banyak perubahan yang
lebih baik. Dimana pola pembangunan pada masa sebelum 1970 hanya dikenal pola
Main Contractor dengan Subcontractors dan pola Eigen Beheer.
Pola pertama merupakan pola pembangunan yang melibatkan tiga pihak yaitu
pemilik, direksi, dan kontraktor utama dibantu oleh subkontraktor dimana pekerjaan
sebenarnya dilakukan oleh mandor. Pola pekerjaan ini dinilai tidak efektif dan mahal
dari segi biaya dimana banyak pembayaran berulang dan prosedur lainnya. Sedangkan
pada pola kedua, yaitu Eigen Beheer tampak seperti pola manajemen konstruksi,
namun pada pelaksanaannya biasanya bukan berasal dari ahli atau profesional manajer,
sehingga tidak banyak pencapaian yang didapat pada saat konstruksi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem manajemen konstruksi yang tepat dan
dapat mengendalikan suatu proyek konstruksi mulai dari tahap perencanaan, tahap
perancangan, tahap pelelangan, tahap pelaksanaan dan tahap sesudah pelaksanaan oleh
ahli dibidangnya. Sehingga tujuan dari proyek konstruksi dapat tercapai dan terlaksana
dengan baik terlebih bahwa pembangunan di Indonesia memiliki dana / modal yang
terbatas.
Dalam sistem manajemen konstruksi , terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi kesuksesan suatu konstruksi, indikator utama nya meliputi segi waktu,
mutu, dan biaya. Hal ini penting untuk dikaji lebih lanjut mengingat sangat besarnya
penghematan-penghematan waktu dan biaya yang bisa diperoleh dari penerapan sistem
manajemen konstruksi dan peningkatan kualitas kerja.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembahasan mengenai pembahasan ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan manajemen konstruksi ditinjau dari waktu, mutu, dan
biaya?
2. Bagaimana kesesuaian kegunaan sistem manajemen konstruksi sesuai
fungsinya?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembahasan ini adalah untuk membahas peranan
manajemen konstruksi yang meliputi;

1. Mengidentifikasi peranan manajemen konstruksi ditinjau dari waktu, mutu, dan


biaya dalam suatu proyek.
2. Mengindentifikasi kesesuaian penggunaan sistem manajemen konstruksi sesuai
fungsinya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu


(Irianie, Y 2011) Manajemen Konstruksi merupakan suatu alternatif sistem
teknik pengelolaan dalam proses pembangunan industri konstruksi yang memadukan
tahap-tahap proses pembangunan menjadi satu kesatuan/keterpaduan. Efektifitas
penerapan sistem manajemen konstruksi dapat mengoptimalisasikan pengelolaan dan
pengendalian baik ditinjau dari aspek biaya, waktu maupun kualitas dalam mencapai
tujuan/target yang telah ditentukan.
Dimana pada penelitian tersebut mengkaji tentang efektivitas dan efisiensi
penerapan sistem manajemen konstruksi terhadap aspek biaya dan waktu. Berdasarkan
hasil penelitian, penerapan sistem ini dapat menghemat waktu pembangunan dibanding
dengan sistem konvensional karena tahap pelaksanaan (construction) dapat dimulai
lebih awal meskipun tahap perencanaan (design) belum selesai.

(Parhadi, 2014) Proyek konstruksi adalah serangkaian kegiatan membangun


suatu bangunan yang dapat dipertanggungjawabkan pada lokasi tertentu dengan waktu
dan biaya yang terbatas. Penelitian ini membahas manajemen proyek konstruksi
mengenai pengendalian mutu yang hasil nya berkaitan dengan waktu dan biaya.
Hasil penelitian menunjukkan pada setiap penyelenggaraan proyek konstruksi
terdapat saling ketergantungan dan pengaruh dari faktor-faktor biaya, waktu dan mutu.
Hal ini bertujuan agar mendapatkan bangunan yang bermutu dengan biaya rendah
dalam rentang waktu yang singkat. Pengendalian antara ketiga aspek tersebut dapat
menghasilkan konstruksi yang berkualitas.

(Marris, S, Dkk 2011 ) Membahas mengenai Konsultan Manajemen Konstruksi


yang berperan dalam mengelola manajemen proyek, dan peruntukkannya untuk proyek
berskala besar. Meski penggunaannya untuk meminimalisir terjadinya keterlambatan
dalam masa konstruksi, namun bukan berarti menjadi jaminan pembangunan proyek
dapat berjalan jalan lancar. Dalam pelaksanaaan nya terdapat berbagai permasalahan
yang kerap terjadi sehingga menghambat progress. Dalam penelitian tersebut, Faktor
yang menjadi penyebabnya antara lain: sumber daya manusia yang tidak profesional
ataupun force majeur. Oleh karena itu diperlukan ahli yang berkompeten guna
mengendalikan manajemen konstruksi yang tepat waktu, biaya, dan mutu.

2.2 Pengendalian Waktu


Penjadwalan merupakan pengaturan rincian peerjaan dalam rencana pekerjaan. Tahap
pertama yaitu desain, yang dikembangkan saat pemberian kontrak, hal tersebut yang
menjadi dasar pengendalian pada saat konstruksi. Adapun yang ditampilkan dalam
jadwal antara lain; persentase pekerjaan di tempat kerja, pekerjaan untuk
diselesaikan, dan urutan pekerjaan. Jadwal dan laporan status biaya dibuat secara
terpadu. Dalam menganalisa kemajuan proyek yang terintegrasi dengan aspek biaya
dan waktu, dapat dihitung dengan beberapa metode nilai hasil yaitu ;

1. BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled)


Anggaran pekerjaan yang disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan.
ACWP (Actual Cost of Work Performed)
Jumlah biaya aktual pekerjaan yang telah dilaksanakan
BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
nilai hasil telah diselesaikan terhadap anggaran yang telah disediakan.
2. CV (Cost Varians)
Perbedaan nilai yang didapat setelah menyelesaikan item pekerjaan dengan
nilai aktual pelaksanaan proyek.
SV (Schedule Varians)
Perbedaan item pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan item pekerjaan yang
direncanakan.
3. CPI (Cost Performance Index)
Perbandingan antara nilai yang diterima dari penyelesainan pekerjaan dengan
biaya aktual yang dikeluarkan.
SPI (Schedule Performance Index)
Perbandingan antara penyelesaian pekerjaan di lapangan dengan rencana kerja
pada periode waktu tertentu.

2.3 Pengendalian Biaya


(Soeharto dalam Hardianto, A 2001) pengendalian biaya merupakan salah satu
upaya penganggaran dan pemantauan tiap jenis kegiatan agar implementasi pengeluaran
biaya sesuai dengan perencanaan. Terdapat komponen biaya proyek yang perlu
dipertimbangkan sebelum proyek selesai dan siap dioprasikan, yaitu modal tetap (fixed
capital) biaya yang digunakan untuk membangun instalasi atau menghasilkan produk
proyek yang diinginkan. Modal tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) yang
meiputi penyiapan lahan, pengadaan peralatan utama, biaya merakit dan memasang
peralatan utama, alat-alat listrik dan instrumen, pembangunan gedung perkantoran,
pusat pengendalian operasi, gudang, dan bangunan sipil lainnya, pembebasan tanah dan
biaya tidak langsung (indirect cost) yang meliputi gaji tetap dan tunjangan, kendaraan
dan peralatan konstruksi, pembanguanan fasilitas sementara, pengeluaran umum, laba
kontinjensi, overhead, pajak, pungutan/sumbangan, biaya perijinan, dan asuransi.

2.4 Pengendalian Mutu


Berdasarkan SNI 19-9000 : 2001,proyek merupakan kegiatan pembagunan
yang sesuai dengan persyaratan tertentu dan dipengaruhi oleh kendala waktu, biaya,
dan sumber daya. Pengelolaan proyek yang dilaksanakan haruslah efektif dan efisien
yang tepat waktu, biaya, dan mutu. Pengendalian mutu dalam proyek konstruksi
tercantum dalam Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) ISO – 8402
yang meliputi organisasi, prosedur, pertanggung jawaban serta sumberdaya. Tujuan
dari sistem mutu ini sebagai upaya pencegahan kegagalan pekerjaan baik teknis
maupun non teknis.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pembahasan

Tujuan utama dalam manajemen konstruksi adalah untuk mengatur tata laksana
pembangunan agar mencapai hasil yang sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaannya
terdapat tiga hal mendasar yang saling berkaitan yang perlu diperhatikan yaitu mutu
bangunan, biaya yang digunakan, dan waktu pelaksanaan.

Gambar 3.1 Segitiga Variabel Utama Manajemen Konstruksi

Pada pembahasan kali ini diuraikan mengenai peranan pengendaian ketiga


variabel tersebut dalam suatu pembangunan gedung bertingkat. Dalam segi biaya,
aspek aspek biaya yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Prevention Costs
Biaya yang harus dikeluarkan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
rencana, yang meliputi; Project Quality Plan, Quality Planning, Quality
Control Plan, Quality Auditing, Quality Training, dan lain sebagainya.
2. Appraisal Costs
Biaya dari pengecekan dan pengawasan pekerjaan agar memenuhi
persayaratan, yang meliputi : Penaksiran desain, Pengawasan dan tes
alat/metode, Material yang diperlukan saat pengawasan, dan lain
sebagainya.
3. Internal Failure Costs
Biaya akibat ketidak efisienan pekerjaan seperti; peggantian dan perbaikan,
material sisa, pengujian ulang, down time, penurunan produktivitas.
4. External Failure Costs
Biaya yang bersifat dari luar perusahaan seperti penindaklanjutan komplain,
klaim garansi, pertanggungajawaban atas produk.

Untuk pengendalian mutu sendiri terdapat empat macam pengendalian yang


terdiri dari Inspeksi (Inspection), Pengendalian mutu (Quality Control), Jaminan mutu
(Quality Assurance) dan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Dalam pengendalian manajemen konstruksi pada pembangunan gedung dapat
dilakukan pengkajian melalui data teknis dan spesifikasi teknik untuk mengkategorikan
kedalam aspek biaya, kemudian didapat hasil identifikasi sebagai berikut;

Tabel 3.1 Aspek – aspek mutu biaya

Prevention Appraisal costs Internal failure costs External failure costs


1. Pelatihan 1. Ringkasan Pekerjaan 1. Biaya perbaikan l. Klaim
2. Pengecekan (operasi kantor dan 2. Biaya menunggu 2. Penolakan hasil pekerjaan
kualitas survey lapangan)

2. Mobilisasi dan
Biaya-biaya tersebut Biaya-biaya tersebut
3. K3 Demobilisasi diperlukan untuk menangani diperlukan untuk
kegagalan pada pekerjaan : mengganti kerusakan
3. Kantor Lapangan dan produk.
Fasilitas
1. Beton

2. Baja Tulangan
4. Fasilitas dan Pelayanan
3. Pondasi Tiang Pancang
Pengujian
4. Adukan Semen
5. Rekayasa Lapangan
5. Konstruksi Baja

6. Bahan dan Penyimpanan

6. Tanah
7. Prosedur Variasi

8. Dokumen Rekaman

Proyek

9. Aspek Lingkungan Hidup

10. Pengujian beton,


Tabel 3.2 Perbandingan pengendalian konvensional dengan sistem manajemen
konstruksi

No. Kelompok Mutu Aspek Mutu Biaya Aspek Mutu Biaya


Biaya Sebelum Manajemen Sesudah Manajemen
Konstruksi Konstruksi
1. Prevention Perusahaan sangat Biaya akan meningkat
Cost jarang menyediakan
a. Pelatihan anggaran untuk biaya-
b. Pengecekan biaya tersebut
kwalitas
pembelian dan
sub-
kontraktor
c. K3
2. Appraisal costs Biaya-biaya yang Biaya akan meningkat
a. Ringkasan dikeluarkan oleh
Pekerjaan perusahaan hanya
(operasi kantor untuk memenuhi
dan survey
lapangan) persyaratan yang tertuang
b. Mobilisasi dan dalam spesifikasi teknis.
Demobilisasi Dalam hal ini tidak ada
c. Kantor Lapangan pengecekan dan pengujian
dan Fasilitas terlebih dahulu secara
d. Fasilitas dan detail, untuk memastikan
Pelayanan Pengujian bahwa proses produksi
e. Rekayasa akan menghasilkan
Lapangan produk yang berkualitas.
f. Bahan dan
Penyimpanan
g. Prosedur Variasi
h. Dokumen
Rekaman Proyek
i. Aspek Lingkungan
Hidup
j. Pengujian beton,
tulangan, pondasi,
dan baja
3. Internal failure Biaya-biaya yang Biaya akan menurun
costs dikeluarkan oleh karena produk cacat
a. Pekerjaan beton perusahaan dapat berkurang.
b. Pekerjaan baja melebihi dari perkiraan,
tulangan apabila terjadi kegagalan
c. Pekerjaan
pondasi tiang
d. Pekerjaan pekerjaan. Biaya tersebut
adukan semen diperlukan untuk
e. Pekerjaan melakukan pengujian dan
konstruksi baja perbaikan
f. Pekerjaan tanah
4. External failure Biaya akan menurun
costs karena produk yang
a. Klaim gagal berkurang.
b. Penolakan hasil
pekerjaan

Setelah dibandingkan antara metode konvensional dengan sitem manajemen


konstruksi didapatkan perbedaan pada masing-masih aspek biaya seperti yang terlihat
pada gambar berikut.

Sebelum diterapkan sistem Setelah diterapkan sistem


pengendalian mutu, waktu, biaya pengendalian mutu, waktu, biaya

Gambar 3.2 Perbandingan sistem pengendalian manajemen konstruksi


BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil analisis pembahasan ini adalah sebagai berikut;

1) Penerapan system manajemen mutu, pada suatu proyek dapat memberikan


beberapa keuntungan antara lain :

a. Penyimpangan proyek dapat ditekan serendah mungkin.

b. Pengadaan material dan equipment/peralatan lebih efisien dan akurat.

c. Tidak terjadi pengulangan pekerjaan (rework)

d. Biaya proyek dapat ditekan serendah mungkin tanpa mengabaikan mutu.

2) Secara garis besar hasil penerapan sistem manajemen mutu didalam


suatu proyek sudah sesuai dengan rencana target pembangunan karena
biaya dan waktu yang berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Parhadi, 2014, Penerapan Manajemen Mutu Dipandang Dari Aspek Biaya, ORBITH
VOL. 10 NO. 1 MARET 2014 : 95 – 104, Semarang.

Irianie, Y, 2011, Efektifitas Dan Efisiensi Penerapan Sistem Manajemen Konstruksi


Dalam Proses Pembangunan Industri Konstruksi, INFO TEKNIK, Volume 12
No. 2, Desember 2011.

Tuelah, J,D,P, Tjakra, J, Walangitan, D,R,O, 2014, Peranan Konsultan Manajemen


Konstruksi Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Pembangunan, TEKNO SIPIL /
Volume 12 / No.61 / Desember 2014

Messah, Y,A, Lona, L,H,P, Sina, D,A,T, 2013, Pengendalian Waktu Dan Biaya
Pekerjaan Konstruksi Sebagai Dampak Dari Perubahan Desain, Jurnal Teknik
Sipil Vol. Ii No. 2, September 2013

Anda mungkin juga menyukai