Anda di halaman 1dari 49

TUGAS BESAR 2

SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

Disusun oleh :

Ayesha Divina 41118110093

Dosen :

Ir. Ernanda Dharmapribadi, M.M

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2021
SOAL 1 TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI

1.1. Pengertian Mutu dan Sistem Mutu


Definisi mutu menurut ISO 8402 (1886) adalah sifat dan karakteristik
produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai
(Iman Suharto, 1998). Secara subyektif mutu adalah fitnes for use, yaitu sesuatu yang
cocok dengan selera. Secara obyektif Joseph M. Juran mendefinisikan mutu adalah
standar khusus dimana kemampuannya, kinerjanya, keandalannya, kemudahan
pemeliharaan dan karakteristiknya dapat diukur (Juran, 1988). Pengertian mutu
dalam konteks industri jasa konstruksi pada prinsipnya adalah tercapainya
kesesuaian antara hasil kerja yang akan diserahkan oleh kontraktor dan keinginan
pemilik proyek (Wiryodiningrat, et.al, 1997 ; 53).
Untuk mencapai tujuan seperti apa yang ada pada definisi mutu tersebut
maka perlu adanya pengelolaan mutu. Dengan adanya pengelolaan mutu proyek ini
diharapkan tidak ada pekerjaan yang harus diulang karena ada kerusakan atau
pekerjaan yang cacat, sehingga tidak menimbulkan kerugian.
Sistem mutu menurut ISO 8402 meliputi struktur organisasi, pertanggung
jawaban, prosedur, proses, dan berbagai sumber daya untuk mengimplementasikan
manajemen mutu. Tujuan dari sistem mutu adalah memberikan pendekatan yang
sistemik dalam usaha pencegahan kegagalan dari suatu produk. Sistem mutu dari
waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Sistem mutu pada awalnya dikenal
dengan istilah inspeksi (inspection), kemudian berkembang menjadi pengendalian
mutu (Quality Control), selanjutnya menjadi penjaminan mutu (Quality Assurance),
manajemen mutu (Quality Management) dan manajemen mutu terpadu (Total
Quality Management).

1.2. Karakteristik Proyek Konstruksi


Di antara berbagai macam kegiatan proyek, salah satunya adalah kegiatan
proyek konstruksi. Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan penggunaan sumber daya tertentu
untuk melaksanakan suatu sasaran dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk
yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999).
PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 1
Dalam rangkaian kegiatan tersebut terjadi suatu proses, yaitu proses
mengolah semua sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa
bangunan. Sumber daya tersebut terhimpun dalam suatu organisasi, yang bertujuan
untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat anggaran dan sesuai dengan standar
mutu yang telah dispesifikasikan oleh perencana atau yang disyaratkan oleh owner.
Sumber daya yang dimaksud meliputi tenaga kerja, peralatan konstruksi, material
permanen dan sementara, pasokan dan fasilitas, finansial, teknologi atau metode, dan
waktu (Fahrudin, 2006).

Gambar 1.1. Hubungan antara owner dengan Kontraktor dalam kontrak


Konstruksi (Fahrudin, 2006)
Semua proyek dalam mencapai tujuan mempunyai resiko yang mengelilingi
elemen waktu, biaya dan mutu yang mana ketiga-tiganya saling terkait dan tarik-
menarik. Tingkat resiko sangat berkaitan langsung dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan dan waktu yang ditentukan serta mutu dari pengelolaan proyek (Bagy,
2002).

Gambar 1.2. Success-Risk Triangle (Bagy, 2002)

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 2


Pada gambar 1.2, memperlihatkan kerterkaitan antara Goals Triangle,
Players Triangle dan Project Areas Triangle yang akan membentuk Success-Risk
Triangle. Dengan kata lain, gabungan dari ketiga Triangle tersebut sangat berkaitan
dengan suksesnya atau gagalnya suatu proyek. Dalam Goals Triangle dapat dilihat
hubungan antara kinerja waktu, biaya dan mutu/persyaratan yang harus diwujudkan
demi suksesnya suatu proyek. Sedangkan Players Triangle menggambarkan pihak-
pihak yang terlibat dalam proyek yang terdiri dari pemilik, perencana, dan
pelaksana/kontraktor. Untuk mencapai kesuksesan proyek, ketiga pihak harus
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama melaksanakan proyek tepat waktu
dan sesuai anggaran serta sesuai mutu atau persyaratan. Di dalam segitiga terakhir,
yaitu Project Areas Triangle terdiri dari kontrak, jadwal, dan Management of
Changes yang merupakan elemen-elemen utama yang secara langsung berkaitan
dengan resiko dan kesuksesan.
Syah (2004) menjelaskan bahwa tolak ukur suatu proyek dalam
pelaksanaannya harus terpenuhi dalam tiga kriteria, yaitu: biaya proyek yang tidak
melebihi batas; mutu pekerjaan yang memenuhi standar tertentu; dan waktu
penyelesaian pekerjaan yang tepat. Dari ketiga tolak ukur tersebut, mutu konstruksi
merupakan salah satu indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan yang
langsung dipertanggung-jawabkan kepada pelanggan, sehingga harus ditingkatkan
dari waktu ke waktu sejalan dengan kebutuhan/harapan masyarakat dan tuntutan
global. Karena adanya keunikan dari suatu proyek konstruksi, maka untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dilakukan pengelolaan proyek dengan sistem manajemen
proyek

1.3. Manajemen Mutu Proyek


Salah satu Knowledge Area dalam manajemen proyek adalah manajemen
mutu proyek (Duncan, 2000). Manajemen Mutu (Quality Management) adalah
aktivitas yang terkoordinasi untuk membimbing dan mengendalikan organisasi
dalam hal mutu (The Association for Project Management. “The 40 Key
Competencies of Project Management”, diakses dari www.trainersdirect.com,
Februari 2010). Sedangkan LPJKN menyebutkan (Cinantya, 2008) bahwa
manajemen mutu menerapkan standar dan proses yang obyektif untuk mencapai
tujuan subyektif, yaitu kepuasan pemakai jasa (user) lewat penerapan perencanaan

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 3


mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan yang terus menerus pada
keseluruhan masa berlaku proyek.
Manajemen mutu proyek (Project Quality Management) melibatkan proses
yang mensyaratkan dan menjamin bahwa proyek tersebut akan memenuhi kebutuhan
yang disyaratkan termasuk di dalamnya semua aktivitas yang melibatkan fungsi
manajemen secara keseluruhan, antara lain kebijakan mutu, obyektifitas dan
tanggung jawab dan implementasinya terhadap perencanaan mutu/kualitas,
penjaminan mutu, control mutu/kualitas, dan peningkatan mutu/kualitas (PMBOK
dalam Dofir, 2002). Jadi manajemen mutu proyek terdiri dari :
1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning) yaitu untuk mengidentifikasi standar
kualitas mana yang relevan untuk proyek tersebut dan menentukan apakah sudah
memenuhi syarat.
2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance) yaitu untuk mengevaluasi kinerja proyek
secara keseluruhan berdasarkan keyakinan bahwa produk/proyek akan
memenuhi standar yang relevan.
3. Kontrol Mutu/kualitas (Quality Control) yaitu untuk memonitor hasil-hasil
proyek.
Ketiga proses tersebut saling interaksi antara satu proses dengan proses yang lain.
Menurut Husen (2010), mengenai manajemen yang harus diperhatikan antara lain :
a. Perencanaan (Planning)
Pada perencanaan tercantum adanya sasaran, tujuan yang dicapai hingga
kebijakankebijakan lain untuk menunjang keberhasilan. Sehingga dalam
perencanaan perlu dikerjakan secara, cermat, dan meminimalkan risiko kesalahan
kerja, walaupun perencanaan tersebut terus disempurnakan sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses pelaksanaan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Kegiatan ini melingkupi pengelompokan dari jenis-jenis pekerjaan (work
breakdown structure), menentukan personil yang akan bertanggung jawab dalam
pekerjaan tersebut. Sehingga perlu adanya struktur organisasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan pelaksanaan proyek dan kerangka penjabaran yang sesuai
dengan keahlian dan kemampuan dari tiap personilnya.

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 4


c. Pelaksanaan (Actuating)
Kegiatan ini mengimplementasikan dari perencanaan yang telah ditetapkan
dengan melakukan tahapan pekerjaan sesungguhnya secara fisik maupun non
fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan.
d. Pengendalian (Controlling)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan mengenai proses dan aturan kerja
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan hasil yang maksimal.

Berikut merupakan proses manajemen konstruksi :

Gambar 1.3. Proses Manajemen Konstruksi (Husen, 2010)

1.4. Konsep Total Quality Management (TQM) dan Penerapan Manajemen Mutu
Proyek Konstruksi
Konsep dasar Total Quality Management(TQM) antara lain :
1. Memfokuskan pada produk dan pelanggan.
2. Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan filosofi
TQM.
3. Budaya organisasi
4. Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun antara
para personil organisasi dengan pelanggan.
5. Pengetahuan dan keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
6. Tanggungjwab para karyawan
7. Manajemen berdasarkan pada data dan fakta
8. Sudut pnadangan jangka panjang

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 5


Teknik-teknik dalam TQM :

1. Pengendalian proses secara statistik


2. Penyelesaian masalah secara struktur
3. Perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan
4. Manajemn mutu
5. Perencanaan mutu.

Langkah-langkah untuk melaksanakan Total Quality Management(TQM) :

1. Mengadakan penilaian dan perencanaan mengenai kemungkinan penerapan


filosofi TQM.
2. Penerpan dan pengorganisasian filosofi TQM dalam orgnaisiasi jasa
3. Perubahan budaya (dari yang berorientasi standar menjadi berorientasi mutu)
4. Sistem pemberian upah dan pernghargaan.
5. Pengembangan kepemimpinan
6. Membangun tim
7. Melaksanakan sistem penyewaan maupun promosi untuk meningkatkan
performansi organisasi
8. Kesiapan manajemen
9. Teknik analisis Pendidikan dan latihan

Dalam kaitan dengan proyek, mutu adalah karakteristik produk, baik berupa
barang atau jasa, serta karakteristik rangkaian kegiatan pelaksanaan yang sesuai
dengan keinginan pemilik proyek. Secara umum keinginan pemilik proyek
dituangkan dalam dokumen kontrak kerja sebagai persyaratan-persyaratan yang
ditetapkan antara kontraktor dan pemilik proyek yang merupakan parameter mutu
hasil kerja kontraktor yang meliputi biaya, mutu produk, waktu pelaksanaan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja (Wiryodiningrat, 1997).
Dalam pelaksanaan konstruksi, kegagalan dalam pencapaian mutu dapat
disebabkan oleh pihak-pihak seperti kontraktor, perencanaan, atau bahkan gabungan
dari pihak-pihak tersebut. Dalam usaha pencapaian mutu proyek terhadap fasilitas
yang dibangun, terdapat unsur yang mempengaruhi yang dapat dilihat dari pada
gambar 1.3 (Barrie dkk., 1987).

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 6


Gambar 1.4. Unsur-unsur yang mempengaruhi Mutu Proyek Konstruksi

Manajemen mutu proyek dapat didefinisikan sebagai proses yang


diperlukan untuk menjamin bahwa proyek yang dilaksanakan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan (Duncan, 2000).
Penerapan manajemen mutu pada industri konstruksi dapat dijelaskan dalam
diagram alir seperti pada gambar 1.4. Adapun diagram alir tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut (Rounds dan Chi, 1985):
1. Standar mutu ditetapkan dengan tingkat keseragaman yang lebih tinggi dan
lengkap, berdasarkan data dan masukan dari proyek sebelumnya.
2. Tahap desain dan perencanaan, tahap konstruksi, serta evaluasi, menjadi satu
kesatuan dalam sistem manajemen mutu, dan jika terjadi kegagalan mutu
(defect), langsung diidentifikasi dan diperbaiki seawal mungkin.
3. Pangkalan data mutu dikembangkan dari umpan (feed back) untuk membatasi
pekerjaan yang berulang-ulang akibat kecacatan/kegagalan mutu (defect)

Gambar 1.5. Management Mutu Flow Chart pada Industri Konstruksi


(Rounds dan Chi, 1985)
PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 7
Sektor-sektor berbeda dengan pertumbuhan industri konstruksi,
menunjukkan pada pertumbuhan yang berbeda di seluruh dunia, seperti :
1. Industri konstruksi menyumbangkan nilai yang sangat besar pada perdapatan
perkapita dunia, yaitu sekitar 1/10 dari GDP dunia.
2. Industri konstruksi merupakan industri yang potensial dalam penyerapan tenaga
kerja yang besar, yaitu sekitar 7% dari seluruh tenaga kerja di dunia.
3. Industri konstruksi menyerap 2/5 dari total penyerapan energi di seluruh dunia
yang membuat industri ini menjadi sektor terbesar dalam penyerapan energi.

Industri yang terdiri dari perusahaan besar maupun perusahaan kecil.


Dengan berbagai sektor konstruksi yang merupakan industri yang berbeda dengan
industri lainnya, maka pembagian jenis konstruksi akan sangat membantu dalam
memahami struktur industri ini.

Berikut menurut Widiasanti dan Lenggogeni, (2013), dalam konstruksi


dapat dibagi menjadi 2, antara lain :

a. Teknologi konstruksi
Merupakan teknologi konstruksi yang berhubungan dengan metode maupun
teknik yang digunakan untuk menempatkan material fisik dan elemen-elemen
konstruksi yang lain pada tempatnya di lapangan. Sehingga konstruksi yang
ditanyakan merupakan salah satu yang penting yang akan dihadapi manajer
konstruksi. Untuk itu setiap metode yang digunakan sangat penting untuk dapat
dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya serta metode tersebut agar selalu
dapat diperbaharui.
b. Manajemen konstruksi
Manamen konstruksi mengacu bagaimana sumber daya tersebut tersedia untuk
dapat membangun suatu konstruksi yang baik bagi manajer, sehingga dapat
diaplikasikan dengan baik dalam suatu konstruksi yang dihasilkan. Dalam
manajemen konstruksi sumber daya yang diperlukan biasa di sebut dengan 5 M,
antara lain :
- Manpower (tenaga kerja)
- Machiner (alat dan peralatan)
- Material (bahan bangunan)
- Money (uang)
- Method (metode)
PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 8
Dengan melibatkan waktu dan mengaplikasikan 5 sumber daya tersebut
di atas yang digunakan untuk membangun konstruksi dengan baik dan hasil yang
maksimal. Selain sumber daya 5 M tersebut juga melibatkan perencanaan baik
yang dipertimbangkan dari segi waktu, kualitas, dan biaya yang dianggarkan.
Sehingga seorang manajer adalah bagaimana cara memanfaatkan sumber
daya semaksimal mungkin dengan efektif dan efisien dalam kerangka
perencanaan waktu, kualitas, dan biaya untuk memenuhi pencapaian tujuan
owner. Konsep dasar dari pembangunan konstruksi adalah kemampuan manajer
dalam menempatkan sumber daya manusia, peralatan, material, dengan
pembiayan biaya terbatas, dan dengan waktu yang telah ditentukan, serta kualitas
sesuai dengan yang direncanakan.
Pekerjaan konstruksi selalu dimulai dengan hal sebagai berikut,
diantaranya: penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal, dan pengendalian
yang digunakan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan rencana. Sehingga dalam
perencanaan konstruksi merupakan suatu proses untuk menentukan tujuan bahkan
sasaran dengan keterlibatan pencapaian dari sumber daya.
Sehingga perencanaan yang dibuat dengan baik akan mengikat dan
mengarahkan pelaksanaan kegiatan konstruksi untuk memanfaatkan sumber daya
yang efektif dan efisien demi mewujudkan sasaran dan tujuan awal.
Penjadwalan konstruksi tersebut merupakan alat untuk menentukan
waktu yang diperlukan untuk kegiatan konstruksi dan penyelelesaiannya. Selain
itu sebagai alat untuk menentukan kapan konstruksi tersebut dapat dimulai dan
kegiatan konstruksi dapat diselesaikan. Ketepatan penjadwalan konstruksi dalam
pelaksanaannya sangat berpengaruh agar terhindar dari kerugian timbul. Misalkan
terjadi pembengkakan biaya konstruksi karena hal tertentu bahkan bisa berakibat
proses penyerahan konstruksi yang mengalami keterlabatan.
Menurut Edwin (1961) menyampaikan bahwa Personnal management is
the planning, organizing, directing, and controlling of the prorucement,
development, compensation, maintenance, and separation, of human resources,
to the end that individual, organization, and societal objectives are accomplished.
Manajemen personalia merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian, dari pengadaan (Edwin, 2002).
Berikut merupakan Siklus Hidup Proyek Konstruksi.

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 9


Gambar 1.6. Siklus Hidup Proyek Konstruksi

Keterangan:
- Stage 1 Feasibility
- Stage 2 Planning and Design
- Stage 3 Production
- Stage 4 Tunnover and Start Up

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 10


DAFTAR PUSTAKA

Budihardja, S. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu Terhadap Biaya


Mutu Pada Proyek Konstruksi Gedung di Surabaya (Doctoral dissertation,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Chasanah, U., & Sulistyowati, S. (2017). PENERAPAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Neo Teknika, 3(1).

Susila, H. (2013). Penerapan Manajemen Mutu Pada Proses Pembangunan Struktur Beton
Gedung Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Di Surakarta. Jurnal Teknik
Sipil dan Arsitektur, 13(17).
SOAL 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK

2.1. Perencanaan dan Pengendalian Mutu


Proses pengendalian proyek dibuat guna mewujudkan performa yang baik
di dalam setiap tahap kegiatan. Proses perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi
pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar
pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi teknik (mutu
konstruksi), jadwaldan anggaran. Maka untuk dapat melakukan pengendalian perlu
adanya perencanaan.Upaya pengendalianadalah proses pengukuran, evaluasi dan
membetulkan kinerja proyek.Ada 3 unsur yang perlu dikendalikan dan diukur
didalam proyek konstruksi,yaitu :
1. kemajuan (progress) fisik yang dicapai dibandingkan terhadap kontrak,
2. pembiayaan terhadap rencana anggaran,
3. mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknis.

2.2. Definisi Pengendalian Mutu


Pengendalian kualitas (kendali mutu) adalah usaha pengawasan dan
tindakan turun tangan pada suatu pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan hasil
pekerjaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dan atau disepakati dengan
menghasilkan produk semurah mungkin dan memenuhi kebutuhan pengguna.
Sedangkan sistem pengendalian kualitas (Quality Management System) adalah
pengendalian terhadap keseluruhan kegiatan dan aktivitas yang ada dalam
perusahaan yang meliputi : input, proses, dan output untuk perbaikan kualitas produk.

2.3. Pengertian Statistik Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu/kualitas statistik (statistical quality control), disingkat
SPC, adalah bagan visual untuk memberi gambaran proses yang sedang berjalan,
untuk mengetahui apakah proses berada didalam batas-batas yang telah ditetapkan
sebelumnya atau tidak. Dapat juga dikatakan bahwa Pengendalian mutu Statistik
merupakan Ilmu yang mempelajari tentang teknik /metode pengendalian kualitas
berdasarkan prinsip/ konsep statistik Pengendalian mutu/kualitas statistik adalah alat
yang sangat berguna dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi sejak dari
PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 1
awal proses hingga akhir proses. Dalam banyak proses produksi, akan selalu ada
gangguan yang dapat timbul secara tidak terduga. Apabila gangguan tidak terduga
dari proses ini relatif kecil biasanya dipandang sebagai gangguan yang masih dapat
diterima atau masih dalam batas toleransi. Apabila gangguan proses ini relatif besar
atau secara kumulatif cukup besar dikatakan tingkat gangguan yang tidak dapat
diterima.
Menurut Prof. Sukmadinata (2006) program mutu sebenarnya berasal dari
dunia bisnis. Dalam dunia bisnis baik yang bersifat produksi maupun jasa, program
mutu merupakan program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat
ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pelanggan. Permintaan
dan tuntutan pelanggan terhadap produk dan jasa layanan produk dan jasa terus
berubah dan berkembang. Sejalan dengan itu, mutu produk dan jasa layanan
diberikan harus selalu ditingkatkan.
Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah
yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan
memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik
pengendalian kualitas statistik (statistical quality control). Pengendalian kualitas
statistik dan pengendalian proses statistik memang merupakan dua istilah yang saling
dipertukarkan, apabila dilakukan bersama-sama maka pemakai akan melihat
gambaran kinerja proses masa kini dan masa mendatang.
Sunyoto (2008) berpendapat statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan dan penganalisisnya,
penarikan kesimpulan serta pembuat keputusan yang cukup beralasan berdasarkan
data dan penganalisaan yang dilakukan.

Tujuan pengendalian kualitas statistic antara lain :

1. Memperoleh jaminan kualitas (quality Assuran-ce) dapat dilakukan dengan


rencana sampel penerimaan.
2. Menjaga konsistensi Kualitas, dilaksanakan dengan Control Chart.
Dengan penerapan pengendalian kualitas statistikal perusahaan akan
mendapat manfaat atau keuntungan antara lain :
a. Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi biaya.
b. Menjaga kualitas lebih uniform.
c. Penggunaan alat produksi lebih efisien

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 2


d. Mengurangi rework dan pembuangan.
e. Inspeksi yang lebih baik.
f. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.
g. Spesifikasi lebih baik.

2.4. Pengendalian Kualitas Statistik


Untuk menganalisis dan memperbaiki proses, kita tentunya harus
memahami dan juga mengerti bagaimana kinerja proses tersebut. Dalam dunia
pengendalian kualitas (quality control) terdapat suatu metode statistik untuk
membantu kita dalam melihat apakah suatu proses di bawah kendali, atau sebaliknya.
Metode tersebut adalah statistical process control (SPC), dan menjadi bagian dari
tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools).
Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) adalah alat yang
sangat berguna dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi sejak dari awal
proses hingga akhir proses. Dalam banyak proses produksi, akan selalu ada gangguan
yang dapat timbul secara tidak terduga. Apabila gangguan tidak terduga dari proses
ini relatif kecil biasanya dipandang sebagai gangguan yang masih dapat diterima atau
masih dalam batas toleransi. Apabila gangguan proses ini relatif besar atau secara
kumulatif cukup besar dikatakan tingkat gangguan yang tidak dapat diterima.
Gangguan proses kadang-kadang dapat timbul dari tiga sumber, yaitu mesin
yang dipasang tidak wajar, kesalahan operator (human error), dan bahan baku yang
rusak atau tidak sesuai standar. Akibat dari gangguan tersebut menyebabkan proses
produksi dalam keadaan tidak terkendali dan produk yang dihasilkan tidak dapat
diterima. Pengendalian kualitas statistik bertujuan untuk menyelidiki dengan cepat
sebab-sebab terjadinya kesalahan dan melakukan tindakan perbaikan sebelum terlalu
banyak produk cacat yang diproduksi.
SPC dicetuskan pertama kali oleh Walter Andrew Shewhart ketika bekerja
di Bell Telephone Laboratories, Inc. (divisi R&D untuk perusahaan AT&T dan
Western Electric) pada tahun 1920-an. Dalam dokumen sejarah Western Electric
diceritakan pada tahun 1918, tahun di mana Shewhart bergabung di Departemen
Inspection Engineering, Western Electric di Hawthorne, manajamen kualitas industri
masih terbatas pada kegiatan inspeksi produk jadi dan memperbaiki/membuang
barang-barang cacat.

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 3


SPC menentukan apakah suatu proses stabil dari waktu ke waktu, atau
sebaliknya bahwa proses terganggu karena telah dipengaruhi oleh special cause. Peta
kendali statistik (control chart) yang sering juga disebut Shewhart chart atau process-
behaviour chart digunakan untuk memberikan definisi operasional suatu special
cause tersebut. Beberapa keuntungan dari penggunaan control chart ini adalah :
1. Teknik yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas
2. Efektif dalam pencegahan produk cacat
3. Dapat mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu
4. Memberikan informasi tentang kemampuan proses.
Aturan dasar SPC adalah common cause tidak perlu diidentifikasi dan
special cause perlu diidentifikasi dan dihilangkan. Namun bukan berarti common
cause diabaikan, sebaliknya menjadi fokus improvement proses untuk jangka
panjang. Secara umum, peta kendali dalam SPC selalu terdiri dari tiga garis
horisontal, yaitu:
• Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau nilai
ratarata dari karakteristik kualitas yang di-plot pada peta kendali SPC.
• Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan batas
kendali atas.
• Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan batas
kendali bawah.

2.5. Variasi dalam Proses Produksi


Definisi variasi didalam proses adalah penting untuk mengetahui bagaimana
suatu proses itu bervariasi didalam menghasilkan produk sehingga dapat diambil
tindakan-tindakan peningkatan proses itu secara tepat. Variasi adalah
ketidakseragaman dalam proses operasional sehingga menimbulkan perbedaan
dalam kualitas produk (barang/jasa) yang dihasilkan. Dikenal dua sumber variasi,
yaitu:
1. Variasi Penyebab Khusus (Special Cause Variation): adalah kejadiankejadian
diluar sistem manajemen kualitas yang mempengaruhi variasi dalam sistem itu.
Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor: Manusia, Mesin, Material
dan Metode. Penyebab khusus ini mengambil pola Non Acak (Non Random
Patterns) sehingga dapat diidentifikasikan atau ditemukan sebab mereka tidak
selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses,

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 4


sehingga menimbulkan variasi. Dalam analisis data dengan menggunakan Peta
Kontrol (Control Chart) jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik
pengamatan yang melewati atau keluar dari Batas-Batas Pengendalian yang
Didefinisikan (Defined Control Limit).
2. Variasi Penyebab Umum (Common Cause Variation): adalah faktor-faktor
didalam sistem manajemen kualitas atau yang melekat pada proses yang
menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem itu beserta hasil-hasilnya. Penyebab
umum sering disebut sebagai Penyebab Acak (Random Causes) atau Penyebab
Sistem (System Causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem
manajemen kualitas, untuk menghilangkannya kita harus menelusuri elemen-
elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat
memperbaikinya, karena pihak manajemen yang mengendalikan sistem
manajemen kualitas tersebut. Dalam analisis data dengan menggunakan Peta
Kontrol (Control Chart) jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik
pengamatan yang berada dalam Batas-Batas Pengendalian yang Didefinisikan
(Defined Control Limit).

2.6. Pengendalian Kualitas Variabel


Pengendalian kualitas variabel (data variabel), yaitu apabila karakteristik
kualitas diukur dan dinyatakan dalam bilangan. Data variabel bersifat kontinyu
(continuous distribution). Data ini diukur dalam satuansatuan kuantitatif, sebagai
contoh: cycle time yang dibutuhkan untuk melakukan satu proses, diameter poros,
tinggi badan 100 orang operator, dan lain-lain.
Sifat continuous distribution pada data variabel menggambarkan data
berbentuk selang bilangan yang bisa terjadi dalam digit dibelakang koma hingga n
digit, tidak dapat dihitung, dan tidak terhingga. Bentuk distribusi yang rapat seperti
ini lebih sensitif terhadap perubahan, namun akan lebih sulit baik dalam
mengidentifikasi apa yang harus diukur dan juga dalam pengukuran aktual. Ketika
kita mempunyai data variabel, ada dua jenis peta kendali yang dapat kita gunakan,
yaitu:
a. Average & range control chart (Xbar & R-chart).
b. Average & standard deviation control chart (Xbar & S-chart).

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 5


Pengambilan keputusan untuk memilih kedua peta kendali di atas adalah
berdasarkan jumlah pengukuran yang kita buat dan berapa banyak pengukuran
tersebut digabungkan ke dalam satu subgrup.

a. Average & range control chart (Xbar & R-chart).


Jika sampel relatif kecil (n ≤ 10), kita tidak perlu menggunakan standar
deviasi untuk melihat variasi dalam peta kendali. Nilai range dapat digunakan
untuk membangun peta kendali. Peta kendali ini dikenal dengan nama Xbar dan
R-chart, yang terdiri dari Xbar-chart dan R-chart. Xbar berarti nilai rata-rata
sampel dan R berarti “range”. Range secara sederhana adalah beda nilai terendah
dan tertinggi sampel yang diobservasi, ini akan memberikan gambaran mengenai
variabilitas. Rchart dibuat untuk menata interval variasi data ke dalam interval
yang terkendali sehingga distribusi data membentuk kurva normal yang ideal.
Selanjutya, Xbar-chart dibuat untuk mengarahkan nilai tengah data hasil R-chart
ke titik di mana nilai tengah distribusi normal berada.

b. Average & standard deviation control chart (Xbar & S-chart)


Pada R-chart di atas, kita telah mengukur variabilitas (mengestimasi
standar deviasi) proses secara tidak langsung melalui penggunaan range R.
Dalam kondisi tertentu terutama ketika anggota subgrup analisis di atas 10 atau
12 (n> 10), dan ukuran subgrup tidak konstan, kita perlu mengestimasi standar
deviasi proses secara langsung. S-chart dapat menggantikan R-chart, yang mana
s dalam S-chart berarti sigma (σ) atau standar deviasi sampel. Seperti halnya Xbar
dan R-chart, Xbar dan S-chart juga terdiri dari sepasang peta kendali, satu untuk
memantau standar deviasi proses dan satu lagi untuk memantau rata-rata proses.

Kegunaan peta kendali antara lain:


1. Menyelidiki dengan cepat sebab-sebab terduga atau pergeseran proses, sehingga
tindakan perbaikan dapat cepat dilakukan.
2. Mengendalikan proses produksi dalam menentukan kemampuan proses dan
dapat memberikan informasi untuk meningkatkan proses roduksi.
3. Sebagai alat yang sangat efektif dalam mengurangi sebanyak mungkin
variabilitas dalam proses sesuai dengan tujuan utama pengendalian proses

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 6


2.7. Pengendalian Kualitas Atribut atau Sifat (Data Atribut)
Pengendalian kualitas atribut atau sifat (data atribut), yaitu apabila
karakteristik kualitas tidak dapat diukur dengan skala kuantitas atau bilangan. Data
atribut bersifat diskrit (discrete distribution). Data ini umumnya diukur dengan cara
dihitung menggunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan
analisis, sebagai contoh: jumlah cacat dalam satu batch produk, jenis kelamin
(lakilaki/perempuan), jenis warna cat (merah, gold, silver, hitam), dan lain-lain.
Sifat discrete distribution memberi gambaran data atribut berbentuk
bilangan cacah yang nilai data harus integer atau tidak pecahan, dapat dihitung, dan
terhingga. Pengukuran data atribut akan jauh lebih sederhana dibandingkan dengan
pengukuran data variabel karena data diklasifikasikan sebagai cacat atau tidak cacat
berdasarkan perbandingan dengan standar yang telah ditetapkan. Pengklasifikasian
ini tentunya menjadikan kegiatan inspeksi lebih ekonomis dan sederhana. Sebagai
contoh diameter poros dapat diperiksa dengan menentukan apakah akan bisa
melewati alat pengukur berupa jig atau template berlubang. Pengukuran ini tentunya
lebih cepat dan sederhana ketimbang mengukur diameter langsung dengan vernier
caliper atau micrometer. Untuk data atribut, terdapat 3 jenis peta kendali yang dapat
kita gunakan, yaitu:
a. Proportion defective control chart (P-chart).
b. Defects per count/subgroup control chart (C-chart).
c. Defects per unit control chart (U-chart).
Pemilihan peta kendali ini tergantung apakah kita mau menghitung jumlah
cacat per item atau hanya menghitung cacat total. Jika kita hanya akan membedakan
antara cacat atau tidak cacat, maka kita menggunakan P-chart. Namun jika kita
menghendaki analisis yang lebih mendalam, misal berapa banyak cacat pada semua
item, maka kita menggunakan C-chart atau U-chart. Pemilihan peta kendali yang
tepat juga dipilih berdasarkan pada apakah ada jumlah konstan di setiap subgrup peta
kendali. Peta kendali atribut umumnya membutuhkan ukuran sampel yang jauh lebih
besar daripada peta kendali variabel.
a. Proportion defective control chart (P-chart).
P dalam P-chart berarti “proportion”, yaitu proporsi unit-unit yang tidak sesuai
(nonconforming units) dalam sebuah sampel. Proporsi sampel tidak sesuai
didefinisikan sebagai rasio dari jumlah unit-unit yang tidak sesuai, D, dengan
ukuran sampel, n. Jika mengasumsikan bahwa D adalah sebuah variabel random

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 7


binomial dengan parameter p tak diketahui, proporsi cacat dari masing-masing
sampel yang di-plot-kan dalam peta kendali adalah :

selanjutnya varians dari statistik p̂ adalah :

Oleh karena itu, P-chart dibuat dengan menggunakan p sebagai garis pusat
dengan batas kendali adalah

Model P-chart di atas menggunakan pengukuran sampel konstan, misal ukuran


sampel (subgrup) selalu sama di setiap kali observasi.

P-chart dengan Sampel Variabel


P-chart ini juga dapat digunakan jika pengukuran sampel tidak konstan,
yang mana di setiap subgrup jumlah datanya bervariasi. Dalam kasus
perusahaaan melaksanakan 100% inspeksi (inspeksi total), variasi dalam tingkat
produksi mungkin akan menghasilkan ukuran sampel yang berbeda untuk setiap
kali observasi, hal ini mungkin bisa terjadi karena adanya perubahan
maintenance, shift, dan sebagainya.
Perubahan ukuran subgrup tersebut menyebabkan perubahan dalam
batas-batas kendali, meskipun garis pusatnya tetap. Jika ukuran subgrup di setiap
kali observasi naik atau lebih banyak, maka batas-batas kendali menjadi lebih
rendah. Tabel dibawah ini menjelaskan tiga teknik untuk menangani kasus P-
chart dengan sampel variabel.

b. Defects per count/subgroup control chart (C-chart)


C pada C-Chart berarti “count” atau hitung cacat, ini bermaksud bahwa
C-chart dibuat berdasarkan pada banyaknya titik cacat dalam suatu item. C-chart
berbeda dengan P-chart yang menilai satu item sebagai “cacat” atau “tidak cacat”,
C-chart menghitung banyaknya cacat dalam satu item tersebut, misal: dalam 10
item sampel terdapat 2 item cacat, yang mana pada 1 item ditemukan 3 titik
kerusakan dan pada 1 item lagi terdapat 5 titik kerusakan. P-chart akan
menunjukkan proporsi cacat 2/10 = 0,2 dan NP-chart akan menunjukkan jumlah
cacat sebanyak 2 item, sementara Cchart akan menunjukkan 8 kerusakan. C-chart

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 8


tidak seperti P-chart dan U-chart, Cchart membutuhkan ukuran sampel yang
konstan.
C-chart (maupun U-chart) didasarkan pada distribusi Poisson yang pada
dasarnya mensyaratkan bahwa jumlah peluang atau lokasi potensial cacat sangat
besar (tak terhingga) dan bahwa probability cacat di setiap lokasi menjadi kecil
dan konstan. Selanjutnya, prosedur pemeriksaan harus sama untuk setiap sampel
dan dilakukan secara konsisten dari sampel ke sampel (Montgomery, 2005, p.
289).
Batas kendali untuk C-chart adalah c ± 3√ c , yang mana c sama dengan
mean dan varians dari distribusi Poisson. Jika nilai standar untuk ctidak tersedia,
c (rata-rata c) dapat digunakan untuk menghampiri c

c. Defects per unit control chart (U-chart)


U dalam U-chart berarti “unit” cacat dalam kelompok sampel. U-chart
menghitung titik cacat per unit laporan pemeriksaan dalam periode yang mungkin
memiliki ukuran sampel bervariasi (banyak item yang diperiksa). Jika C-chart
menghitung titik cacat dalam satu item yang sama, maka U-chart digunakan
dalam kasus di mana sampel yang diambil bervariasi atau memang seluruh
produk yang dihasilkan akan diuji. Hal ini berarti bahwa U-chart digunakan jika
ukuran sampel lebih dari satu unit atau mungkin bervariasi dari waktu ke waktu.
Jika pada C-chart, kita langsung mem-plot-kan data cacat langsung ke dalam peta
kendali; maka pada U-chart, kita perlu menghitung terlebih dahuluu cacat untuk
setiap n sampel, yaitu:

Nilai ui inilah yang akan di-plot-kan dalam peta kendali, yang mana xi adalah
jumlah cacat dalam subgrup ke-i dan ni adalah jumlah unit laporan pemeriksaan
dalam subgrup ke-i.
Terdapat dua model untuk penyelesaian U-chart beserta batas-batas kendalinya,
yaitu menggunakan:
Model Harian/Individu, batas kendali U-chart dengan model harian/individu
adalah

Model Rata-Rata, batas kendali U-chart dengan model rata-rata adalah

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 9


2.8. Karakteristik Pemilihan Control Chart
a. Karakteristik memilih (Xbar & R-chart) atau (Xbar & S-chart) :
1. Perusahaan sedang awal produksi
2. Proses produksi sudah berlangsung lama tetapi tidak mampu memenuhi
toleransi yang ditentukan
3. Pengujian dengan merusak hasil produksi
4. Pengendalian kualitas atribut telah digunakan, tetapi proses tetap tidak tidak
dapat dikendalikan atau proses dapat dikendalikan tetapi tidak dapat diterima
5. Diinginkan perubahan dalam sepsifikasi produk
6. Operator harus memutuskan apakah perlu menyesuaikan proses atau tidak
7. Keandalam proses harus selalu diperhatikan
b. Karakteristik memilih P-chart, C-chart, atau U-chart :
1. Proses produksi adalah jenis perakitan yang rumit, kualitas produk diukur
dalam bentuk ketidaksesuaian, dan fungsi produk dinyatakan dalam bentuk
berhasil atau gagal dan sebagainya, contoh produk yang tepat adalah
komputer, radio, televisi, mesin kantor, mobil, dll.
2. Pengendalian proses sangat diperlukan tetapi data pengukuran sulit diperoleh
3. P-chart, c-chart, dan u-chart sangat efektif untuk merangkum informasi
tentang proses untuk pemeriksaan manajemen.
c. Karakteristik memilih pengendalian individual :
1. Proses tidak memungkinkan untuk memperoleh lebih dari satu unit per sample
2. Teknologi pengujian memungkinkan untuk memeriksa secara otomatis setiap
unit yng diproduksi
3. Proses produksi sangat lamban dan menunggu sampel yang lebih besar tidak
praktis bahkan membuang waktu

Dari berbagai karakteristik pemilihan grafik pengendalian tersebut di


atas banyak hal yang nampak secara jelas antara pengendalian variabel dan
pengendalian atribut (sifat), misalnya jika karakteristik kualitas itu adalah warna
benda dalam produksi karpet atau kain, maka pengendalian atribut lebih tepat
digunakan dibandingkan mengkuantitaskan kualitas warna.
Pengendalian kualitas atribut memiliki kelebihan bahwa beberapa
karakteristik kualitas dipandang secara bersama dan produk tersebut
diklasifikasikan tidak sesuai apabila gagal memnuhi spesifikasi pada salah satu

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 10


karakteristiknya. Pengendalian kualitas x-bar dan rchart sering kali memberikan
petunjuk kerusakan yang akan datang, hal ini memungkinkan operator untuk
mengambil tindakan perbaikan agar tidak menghasilkan produk cacat. Jika
beberapa karakteristik tersebut dipandang sebagai variabel, maka masing-masing
karakteristik harus diukur dengan x-bar dan r-chart secara terpisah, hal ini
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar sehingga tidak ekonomis.
Pengendalian kualitas variabel memberikan informasi yang lebih
banyak tentang kemampuan proses dari pada pengendalian kualitas atribut.
Berikut gambar yang memperlihatkan alur pengambilan keputusan untuk
memilih teknik SPC yang kita butuhkan

Gambar 2.1. Peta Kendali (Statistical Process Control)

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI BERBASIS STATISTIK | 11


DAFTAR PUSTAKA

Dharmapribadi, E (2021). Modul Perkuliahan Sistem Manajemen Mutu Konstruksi.

Gardjito, E., Limantara, A. D., Subiyanto, B., & Mudjanarko, S. W. (2017). Pengendalian
Mutu Beton dengan Metode Control Chart (SPC) dan Process Capability (SIX-
SIGMA) Pada Pekerjaan Konstruksi. U KaRsT, 1(2), 80-105.

Sari, P. R., Hayati, M. (2018). Bahan Ajar Statistika Pengendalian Mutu.

Zulian, Y. (2013). Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Edisi Pertama.


SOAL 3 TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001

3.1. ISO 9001

ISO adalah sebuah kata serapan yang diambil dari bahasa Yunani yang
berarti artinya sama atau setara (Suardi,2001), namun dalam kaitan ini ISO
(International Organization for Standardization) adalah suatu badan standar dunia
yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan
dengan barang dan jasa. ISO merupakan organisasi internasional yang bertanggung
jawab dalam penyusunan standar baru ataupun revisi ISO standar yang telah ada.
Standar yang dikeluarkan oleh ISO, dipersiapkan oleh Technical Committee yang
mewakili organisasi serta kalangan industri. ISO membawahi sejumlah badan
sertifikasi nasional yang terdiri dari 135 negara atau lebih di seluruh dunia. Pada
umumnya, ISO terkait dengan mutu produk maupun jasa, standar-standar yang telah
ditetapkan akan ditinjau kembali dalam kurun waktu 5 s/d 6 tahun untuk memastikan
standar tersebut masih relevan dengan perkembangan dunia usaha. Standar yang
ditetapkan oleh ISO tidak bersifat teknis pelaksanaan, tetapi merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam penerapannya (Silaban, 2011).

ISO 9000 series merupakan standar internasional mengenai sistem


manajemen mutu. Standar ini juga berisi unsur-unsur legal wajib yang bertujuan
untuk menciptakan rasa nyaman bagi perusahaan. ISO 9000 series mencakup
beberapa standar diantaranya ISO 9001, ISO 9004, dan ISO 19011. Satu-satunya
standar yang dapat disertifikasi adalah standar ISO 9001, sedangkan untuk yang
lainnya tidak ditujukan untuk mendapat sertifikat atau kontrak. Organisasi atau
perusahaan yang merancang, memproduksi, dan memberikan produk dalam bentuk
barang atau jasa yang telah bersertifikat ISO 9001 tetap harus
mengimplemenstasikan ISO 9004 dan ISO 19011 sebagai dasar strategi
manajemennya. Sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1987, ISO 9001 telah
mengalami empat kali perubahan, yaitu pada tahun 1994, tahun 2000, tahun 2008,
dan terakhir tahun 2015 yang berlaku sampai saat ini.

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 1


ISO 9001 merupakan standar yang berisi persyaratan untuk sistem
manajemen mutu yang membantu perusahaan atau organisasi agar lebih efisien dan
kepuasan konsumen meningkat (International Organization for Standarization,
2015). Perusahaan harus memahami persyaratan yang terdapat di dalam ISO 9001
dan mengetahui cara menerapkannya, serta mampu bertahan pada sistem yang telah
diterapkan agar persyaratan tersebut dapat terus menerus terpenuhi. Standar ini
digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan telah melakukan pengawasan dan
penjaminan pada semua kegiatan operasinya yang akan mempengaruhi kualitas
produk yang diberikan.

Sebagaimana disebutkan dalam situs resmi milik ISO, penerapan Sistem


Manajemen Mutu ISO 9001 ini sukses digunakan di seluruh dunia. Pada tahun 2013
misalnya, lebih dari satu juta perusahaan dari 187 negara di dunia melakukan
sertifikasi ISO 9001, dan masih banyak perusahaan dan organisasi lain yang
menggunakan standar ini tanpa memiliki sertifikat (International Organization for
Standarization, 2015). Mamadou Dia, CEO dari Sénégalaise DesEaux yaitu
organisasi yang menyuplai air minum pada ± 5 juta warga di beberapa kota terbesar
di Senegal, mengungkapkan: ³We have been using ISO 9001 since 2002 and it helps
us anticipate and meet the needs of our customers. At the beginning, the most
important thing was providing sufficient water for the client. Then, when this was
satisfied, the focus turned to the quality of the water and services. Now, we meet with
consumer associations every six month to ensure we can adapt to our customer
needs. At the moment, for example, it is all about the diversification of payment
methods, using mobile phones or other services to make money transfers

3.2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015

Rothery (2000) mengatakan “ISO 9000 series adalah suatu sistem


manajemen mutu yang pertama dan terpenting, sistem global untuk mengoptimalkan
efektifitas mutu suatu organisasi atau perusahaan, dengan menciptakan sebuah
kerangka kerja untuk peningkatan yang mencakup beberapa standar yaitu ISO 9001,
ISO 9004, dan ISO 19011.
Menurut Gasperz (2001) ISO 9001 dapat digambarkan ke dalam sebuah
sistem manajemen mutu yang dapat menginterpretasikan klasul klasul manajemen
mutu ke dalam sebuah diagram dibawah ini
KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 2
Gambar 3.1. Klausul Manajemen Mutu ISO 9001
(Sumber : Gasperz, 2001)

Uraian diagram diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1) Pelanggan Berdasarkan diagram diatas, pelanggan adalah orang yang
memberikan sebuah gambaran yang harus dikerjakan kontraktor. Gambaran dari
konsumen inilah yang harus menjadi patokan untuk proses dan mutu produk
yang akan disajikan. Manajemen harus menjamin gambaran tersebut mampu
dicapai oleh organisasi, oleh karena itu kepuasan pelanggan merupakan titik
keberhasilan suatu organisasi
2) Tanggung Jawab Manajemen Tanggung jawab manajemen merupakan sebuah
komitmen sebuah organisasi untuk menjamin mutu yang telah disetujui,
sehingga perusahaan wajib melakukan pembuktian bahwa manajemen mereka
mampu menangani gambaran mutu yang telah disepakati.
3) Manajemen Sumber Daya Organisasi harus bisa memastikan sumberdaya yang
akan dimanfaatkan untuk melaksanakan sistem manajemen mutu dapat
memenuhi kepuasan pelanggan. Sumber daya yang dimaksud disini adalah
personil, fasilitas, peralatan, sumber daya alam dan keuangan.Semua hal ini
harus diperhatikan dan disesuaikan terhadap mutu tujuan perusahaan.
4) Realisasi Produk Realisasi produk dalam diagram ini meliputi proses penyajian
produk untuk konsumen. Produk yang dimaksud adalah bisa berupa jasa,

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 3


perangkat, maupun proses yang nantinya disesuaikan dengan gambaran mutu
yang disepakati
5) Pengukuran, Analisa, dan Perbaikan
a. Pengukuran
Pengukuran yang dimaksud adalah sebuah aktivitas pengamatan yang
dilakukan untuk mengetahui ukuran dari kepuasan pelanggan, kinerja
sistem, kesesuaian proses, kesesuaian produk, pencapaian tujuan proyek, dll
b. Analisis
Dari data data yang didapatkan dari pengukuran bisa di kumpulkan dan
dianalisis secara akurat sehingga dapat membantu mengetahui kinerja
perusahaan dan membantu pengambilan keputusan untuk langkah
berikutnya, maupun hal hal yang harus di tingkatkan atau diperbaiki.
c. Perbaikan
Ketidaksesuaian pasti terjadi dalam setiap analisis yang dilakukan dengan
tujuan perusahaan, maka dari itu dibutuhkan tindakan perbaikan yang
fungsinya untuk memastikan kesesuaian produk, dan juga memperbaiki
kinerja mutu perusahaan
Gambaran diagram pada gambar 3.1 sudah membuktikan bahwa semua
tindakan dan perlakuan manajemen mutu didasarkan pada kepuasan pelanggan,
sehingga
Sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1987, standar ini sudah
mengalami empat kali perubahan. Semua standar ISO selalu ditinjau dan direvisi
secara berkala untuk memastikan persyaratan di dalamnya tetap relevan terhadap
kondisi pasar. Versi terbaru ISO yang saat ini berlaku adalah ISO 9001:2015,
menggantikan versi sebelumnya yaitu ISO 9001:2008. Revisi ini bertujuan agar
standar ISO 9001:2015 bisa diterapkan pada semua jenis perusahaan. Perubahan
yang terlihat pada ISO 9001:2015 dibandingkan dengan versi sebelumnya adalah
strukturnya disesuaikan dengan struktur di dalam Annex SL, yaitu High Level
Structure (HSL) yang menjadi acuan dasar bagi semua struktur system manajemen
mutu yang diterbitkan ISO, sehingga memudahkan perusahaan untuk menggunakan
sistem manajemen yang lain. Selain itu pasal-pasal yang terdapat di dalam ISO
9001:2015 berfokus pada berpikir berdasar risiko (risk based thinking), di mana
perusahaan diharapkan mampu memahami cara berpikir berdasar risiko secara lebih

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 4


rinci dan dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan dan peningkatan sistem
manajemen mutu serta proses bisnisnya
ISO 9001:2015 merupakan hasil revisi ISO 9001:2008 yang terdapat
penambahan klausul yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Klausul ISO 9001:2008 Vs ISO 9001:2015

Dan beberapa prinsip berkurang pada ISO 9001:2015 dibandingkan


dengan ISO 9001:2008.
Tabel 3.2. Prinsip ISO 9001:2008 Vs ISO 9001:2015

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 5


Dan juga beberapa istilah baru yang muncul pada ISO 9001:2015.

Tabel 3.3. Istilah dalam ISO 9001:2008 Vs ISO 9001:2015

International Organization for Standarization menyebutkan ada 7 prinsip


yang mendasari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015, yaitu fokus pelanggan,
kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan proses, improvement, pengambilan
keputusan berdasarkan bukti, dan manajemen hubungan
Berikut adalah beberapa parameter yang bisa digunakan dalam
mengukur/menilai kinerja perusahaan

1. Survey Kepuasan Pelanggan

Produk atau layanan yang perusahaan Anda lakukan adalah untuk mencapai
kepuasan pelanggan. Pelanggan dalam ISO 9001:2015 tidak hanya end user
produk/layanan Anda saja, namun semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis
Anda. Detailnya silahkan Anda memahami kembali klausul 4.2 tentang memahami
kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan.

ISO 9001:2015 mewajibkan perusahaan untuk melakukan survey kepuasan


pelanggan secara berkala demi mengetahui kualitas produk atau pelayanan kita di
mata pelanggan. Dengan mengadakan survey, perusahaan bisa mengetahui strength
dan weakness point perusahaan sehingga perusahaan bisa berbenah. Dengan
membandingkan hasil survey tiap tahunnya, tentu perusahaan dapat membandingkan
kinerja dari tahun ke tahun.

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 6


2. Keluhan Pelangan

Parameter kedua yang bisa Anda gunakan dalam mengukur kinerja


perusahaan Anda adalah penanganan keluhan pelanggan Anda. setiap keluhan yang
masuk ke perusahaan harus tercatat, dicari akar permasalahannya dan tindakan
perbaikannya. Jangan sampai keluhan pelanggan Anda tidak ditindaklanjuti, bisa-
bisa pelanggan Anda beralih ke kompititor perusahaan Anda.

3. Audit Internal

Menurut Standar ISO 19011:2011, Audit Sebuah proses yang sistematik,


independen dan terdokumentasi untuk mencari bukti-bukti audit dan mengevaluasi
bukti-bukti tsb secara objective (tidak subjective) untuk menentukan sejauh mana
kriteria-kriteria yang menjadi acuan audit telah dipenuhi.

Saat perusahaan Anda melakukan Audit Internal tidak hanya menjalanakan


secara formalitas supaya saat dilakukan audit eksternal lembaga sertifikasi tidak
menjadi temuan major. Audit internal harus dilakukan untuk melihat kesesuaian
implementasi dimasing-masing area dengan standar Sistem Manajemen Mutu,
Perusahaan ataupun regulasi. Selain itu mind set auditor dalam melakukan audit
bukan mencari kesalahan-kesalahan bagian lahir atau mencari kelemahan seseorang,
melaikan mencari kesesuaian.

4. Pengendalian Produk Tidak Sesuai

Perusahaan membuat standar mutu produk untuk kemudian dibuatkan


standar pemeriksaan produk. Ini harus dilakukan untuk memastikan produk yang
dihasilkan benar-benar telah sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan baik oleh
perusahaan, regulasi, maupun pelanggan. Dengan menetapkan standar ini, pelaksana
di lapangan dapat dengan mudah menetapkan mana produk yang lulus pemeriksaan
dan yang ditolak. Selain itu, ISO 9001 juga mewajibkan untuk mencatat dan
melaporkan semua jenis ketidaksesuaian produk untuk kemudian direkapitulasi dan
dianalisis agar bisa diketahui berapa persen efesiensi produksi.

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 7


5. Pengukuran Efektifitas Tindakan Pengendalian Resiko dan Peluang

Salah satu persyaratan ISO 9001:2015 adalah kemampuan perusahaan untuk


melihat resiko dan peluang yang akan terjadi ke perusahaan, apabila tidak dilakukan
tindakan pengendalian terhadap resiko dan peluang tersebut.

6. Pencapaian Sasaran Mutu

Sasaran mutu merupakan target kerja yang sudah ditetapkan perusahaan


untuk masing-masing divisi/departemen dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

3.3. Manfaat Penerapan ISO 9001:2015

Banyak manfaat yang diperoleh oleh perusahaan yang telah menerapkan


ISO 9001:2008 (Gaspersz, 2001), yakni sebagai berikut.

1) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu yang


terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001:2008
menunjukkan bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan
mutu telah direncanakan dengan baik.
2) Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2008 diizinkan untuk
mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen mutu dari
perusahaan tersebut telah diakui secara internasional. Hal ini berarti
meningkatkan image perusahaan serta daya saing perusahaan dalam memasuki
pasar global.
3) Audit sistem manajemen mutu perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2008 dilakukan secara periodik oleh register dari lembaga registrasi
sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem mutu. Hal ini akan
menghemat biaya pelanggan dan mengurangi duplikasi audit sistem mutu oleh
pelanggan.
4) Perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 secara otomatis
terdaftar pada lembaga registrasi sehingga apabila pelanggan potensial ingin
mencari pemasok bersertifikat ISO 9001:2008, akan menghubungi lembaga
registrasi. Jika nama perusahaan itu telah terdaftar pada lembaga registratif
bertaraf internasional, maka hal itu berarti terbuka kesempatan pasar baru.
KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 8
5) Meningkatkan mutu dan produktivitas manajemen melalui kerja sama dan
komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta
pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi internal menjadi lebih
baik.

Manfaat potensial suatu organisasi yang mengimplementasikan sistem


manajemen kualitas berdasarkan standar internasional adalah:

a. Kemampuan untuk menyediakan produk dan jasa secara konsistensi yang


memenuhi kebutuhan pelanggan dan persyaratan hukum serta peraturan yang
berlaku.
b. Memfasilitasi peluang untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
c. Kemampuan untuk menunjukkan kesesuain terhadap persyaratan system
manajemen mutu yang ditentukan.

Standar internasional ini mempergunakan pendekatan proses, yang


menggabungkan siklus Plan-Do-Check_Act (PDCA) dan pemikiran berbasis risiko.
Secara garis besar indikator-indikator yang harus diterapkan perusahaan kontraktor
berdasarkan siklus PDCA (plan-do-check-act) dalam ISO 9001:2015. Siklus PDCA
dapat diaplikasikan terhadap semua proses-proses dan terhadap sistem manajemen
mutu, secara keseluruhan. Gambar 1 menggambarkan bagaimana pernyataan 4
sampai 10 dapat dikelompokkan

Gambar 3.2. Representasi dari struktur Standar Internasional dalam siklus PDCA

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 9


1) Rencana: menetapkan sasaran dari sistem dan proses-prosesnya, dan sumber daya
yang dibutuhkan dalam rangka untuk memberikan hasil yang sesuai dengan
persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi, serta identifikasi dan menangani
risiko dan peluang;
2) Lakukan: menerapkan apa yang direnca-nakan;
3) Periksa: memantau dan (jika sesuai) mengukur proses-proses dan menghasilkan
produk dan jasa terhadap kebijakan, sasaran dan persyaratan dan akitivitas yang
direncanakan, dan melaporkan hasilnya;
4) Tindak lanjut: mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja proses, yang
diperlukan. merupakan perusahaan luar wilayah Papua Barat yang mendirikan
badan usaha jasa konstruksi pada daerah tersebut.

3.4. Hambatan Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015

Beberapa hambatan dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO


9001:2015. Walaupun sudah memiliki sertifikat ISO kebanyakan perusahaan belum
bisa sepenuhnya menerapkan prinsip- prinsip yang tertuang di dalamnya. Perusahaan
menyadari bahwa hambatan ini dapat diatasi apabila semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan bisnis perusahaan.

Faktor-faktor hambatan dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu berbasis


ISO 9001:2015 antara laian:
a. Rendahnya pemahaman SDM konstruksi atas pentingnya penerapan mutu yang
berdampak pada tingkat kepercayaan perusahaan dari instansi atau pihak
pemberi tugas.
b. Kemampuan/skil SDM lokal perlu mendapat dukungan pemerintah guna
peningkatan kinerja
c. Sistem organisasi perusahaan yang masih membutuhkan penataan kembali
dengan standar mutu yang ada.
d. Kemampuan perusahaan kontraktor kualifikasi M1 dalam memiliki SDM tetap,
mengingat proyek tidak selalu diperoleh.
e. Kepemilikan peralatan sendiri yang masih kurang karena lebih banyak rental.
Seringkali hambatan yang dialami perusahaan ini adalah permasalahan kecil
dan sering terjadi yang dianggap tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal
ini menunjukkan bahwa karyawan kurang memiliki kepedulian terhadap

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 10


keberlangsungan perusahaan. Faktor-faktor ini tentu menjadi permasalahan yang
menghambat penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Dalam upaya
penerapan sistem yang baru, dibutuhkan komitmen yang kuat dari setiap pihak yang
terlibat di dalam perusahaan dan tindakan tegas dari top management perusahaan.
Hambatan-hambatan ini dapat merugikan perusahaan di kemudian hari jika terus
diabaikan. Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan suatu perencanaan,
pengendalian, dan peningkatan mutu yang berkelanjutan sehingga hambatan yang
ada dapat diatasi.

KONSEP MANAJEMEN MUTU ISO 9001 | 11


DAFTAR PUSTAKA

Ismaini, R., & Gunawan, H. (2019). Implikasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu
terhadap Kinerja Karyawan dan Budaya Organisasi. Journal of Applied
Accounting and Taxation, 4(1), 44-48.

Ramadhany, F. F. (2017). Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001: 2015
Dalam Menunjang Pemasaran (Studi Pada Pt Tritama Bina Karya
Malang) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

TRI, Y. F. (2021). STUDY TENTANG FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN SISTIM


MANAJEMEN MUTU INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR
STANDARDIZATION (ISO) 9001 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI
SUMATERA BARAT (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS BUNG HATTA).

Wartuny, W. R., Lumeno, S. S., & Mandagi, R. J. (2018). Model penerapan sistem
manajemen mutu berbasis iso 9001: 2015 pada kontraktor di propinsi Papua
Barat. Jurnal Sipil Statik, 6(8).
SOAL 4 TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP SIX SIGMA

4.1. Six Sigma


Sigma () merupakan sebuah abjad Yunani yang menunjukkan standar
deviasi dari suatu proses. Standar deviasi mengukur variasi atau jumlah persebaran
suatu ratarata proses. Nilai sigma dapat diartikan seberapa sering cacat yang
mungkin terjadi. Jika semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil toleransi
yang diberikan pada kecacatan sehingga semakin tinggi kapabilitas proses, dan hal
itu dikatakan semakin baik
Dalam esensinya, Six Sigma menganjurkan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara cacat produk dan produk yang dihasilkan, reliability, costs, cycle time,
inventory, schedule, dll. Bila jumlah cacat yang meningkat, maka jumlah sigma akan
menurun.
Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six
Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa
cacat), tetapi memberi toleransi kesalahan hanya 3,4 per sejuta peluang (Brue,
2004). Di samping itu juga memberikan pengukuran-pengukuran skala statistik
untuk membantu mengukur proses-proses perbaikan produk. Dengan kata lain,
dengan nilai sigma yang lebih besar maka kualitas produk akan lebih baik.
Pengertian Six Sigma yang menurut Gaspersz, V. (2002) yang termuat
dalam bukunya yang berjudul Pedoman Implementasi Program Six Sigma
Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA dan HACPP adalah suatu visi
peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO)
untuk setiap transaksi produk (barang dan/atau jasa), upaya giat menuju
kesempurnaan (zero defect / kegagalan nol )
Tiga bidang utama yang menjadi target dalam Six Sigma adalah
meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi waktu siklus, mengurangi defect
(cacat). Peningkatan dalam bidang-bidang ini akan menghasilkan penghematan
biaya yang dramatis, peluang untuk mempertahankan para pelanggan, masuk pasar
baru, membangun reputasi bagi produk dan layanan dengan performa atau kinerja
tinggi (Pande dan Holpp, 2003).

KONSEP SIX SIGMA | 1


4.2. Konsep Six Sigma
Media bisnis seringkali menggambarkan Six Sigma sebagai metode teknis
tingkat tinggi yang digunakan oleh para insinyur dan ahli statistik untuk
menyelaraskan produk dan proses. Sebagian memang benar karena ukuran dan
statistik adalah materi kunci dari perbaikan atau peningkatan Six Sigma, tetapi bukan
penentu kisah keseluruhan (Pande dkk, 2003).
Memahami Six Sigma tidak mengharuskan banyak ketrampilan ataupun
latar belakang dalam bidang statistik. Apa itu Six Sigma dapat dijawab dengan
beberapa cara.
1. Menurut Pande dan Holpp (2003), definisi Six Sigma dikonsentrasikan dalam
tiga hal yaitu :
a. ukuran statistik terhadap kinerja sebuah proses atau sebuah produk,
b. tujuan yang mencapai nyaris sempurna untuk perbaikan atau peningkatan
kinerja, dan
c. sistem manajemen untuk mencapai kepemimpinan bisnis terdepan dan
kinerja kelas dunia.
2. Pande dkk (2003) menyatakan Six Sigma merupakan sebuah sistem yang
komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan
memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh
pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian dengan
disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat
untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali proses bisnis.
3. Greg Brue (2004) mendefinisikan Six Sigma sebagai konsep statistik yang
mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat atau kerusakan. Mencapai
“enam sigma” berarti bahwa proses menghasilkan hanya 3,4 cacat per sejuta
peluang.

4.3. Kinerja Six Sigma


Six Sigma merupakan program peningkatan kualitas yang memberikan
toleransi kesalahan atau cacat. Semakin banyak cacat yang terjadi pada proses,
menunjukkan semakin rendahnya pencapaian kualitas pada proses tersebut. Peluang-
peluang kesalahan dan persentase item tanpa cacat dalam “level sigma” diberikan
dalam Tabel 4.1.

KONSEP SIX SIGMA | 2


Tabel 4.1. Tabel konversi sigma sederhana

Defect per million


Yield = persentase Level
oppurtunities
item tanpa cacat sigma
(DPMO)
30,9 690.000 1
69,2 308.000 2
93,3 66.800 3
99,4 6.210 4
99,98 320 5
99,9997 3,4 6

Sumber : Journal of construction engineering and management; “Implementing and


Applying Six Sigma in Construction” (Pheng dan Hui, 2004).

Sebagian orang menganggap keberhasilan pencapaian kualitas 99%


merupakan suatu hasil yang sangat baik (pada tabel menunjukkan kualitas 99%
mencapai “level sigma” kira-kira 3,8). Kesalahan yang hanya dalam 1 persen
sebenarnya dapat berpengaruh buruk terhadap kepuasan pelanggan. Gambaran yang
menunjukkan hasil kinerja kualitas 99 % dengan kinerja Six Sigma diberikan dalam
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Perbandingan kualitas 99% dengan kinerja Six Sigma

Pencapaian tujuan yang akan Dengan Six


Dengan 99%
diperoleh Sigma

Untuk setiap 300.000 surat yang


3.000 salah kirim 1 salah kirim
diantarkan
Untuk 500.00 kali melakukan restart
5.000 berbenturan <2 berbenturan
komputer
Untuk 500 tahun dari tutup buku 0,02 bulan tidak
60 bulan tidak seimbang
akhir bulan seimbang
Untuk setiap minggu penyiaran TV 1,68 jam gagal 2 detik gagal
(perchannel) mengudara mengudara

Sumber : The Six Sigma Way (Pande dkk, 2003).

KONSEP SIX SIGMA | 3


4.4. Enam Six Sigma
Elemen-elemen kritis Six Sigma dapat disaring menjadi enam tema. (Pande
dkk, 2003 ; Pande dan Holpp, 2003).
1. Fokus yang sungguh-sungguh kepada pelanggan.
Dalam Six Sigma, fokus pelanggan menjadi prioritas utama. Sebagai contoh,
ukuran-ukuran kinerja Six Sigma dimulai dengan pelanggan. Perbaikan-
perbaikan Six Sigma ditentukan oleh pengaruhnya terhadap kepuasan dan nilai
pelanggan.
2. Manajemen yang digerakkan oleh data dan fakta.
Six Sigma mengambil konsep “manajemen berdasarkan fakta” pada tingkat yang
baru dan lebih powerful. Disiplin Six Sigma dimulai dengan menjelaskan
ukuran-ukuran apa yang menjadi kunci untuk mengukur kinerja bisnis, dan
kemudian menerapkan data dan analisis sedemikian rupa untuk membangun
pemahaman terhadap variabel-variabel kunci dan hasil-hasil optimal.
3. Fokus pada proses, manajemen, dan perbaikan
Dalam Six Sigma, proses adalah tempat di mana tindakan dimulai. Entah dalam
perencanaan produk dan jasa, pengukuran kinerja, perbaikan efisiensi, dan
kepuasan pelanggan. Six Sigma memposisikan proses sebagai kendaraan kunci
dan sukses.
4. Manajemen proaktif
Dalam penjelasan paling sederhana, menjadi proaktif adalah bertindak sebelum
terjadinya peristiwa, ketimbang beraksi terhadap peristiwa. Tetapi dalam dunia
nyata, manajemen proaktif berarti membuat kebiasaan yang terlalu sering
diabaikan dalam praktik bisnis, yakni menentukan tujuantujuan yang ambisius
dan sering menilainya, menentukan prioritas yang jelas, dan fokus pada
pencegahan masalah ketimbang mengatasi masalah.
5. Kolaborasi tanpa batas
Tanpa batas artinya mematahkan penghalang-penghalang dan memperbaiki
team work di lini atas dan lini bawah, dan lintas lini organisasional.
6. Dorongan untuk sempurna, toleransi terhadap kegagalan
Dorongan untuk sempurna dan toleransi kegagalan, dua ide yang kedengaran
mengandung makna kontradiksi. Tetapi pada dasarnya kedua ide tersebut saling
melengkapi. Tidak ada perusahaan yang akan memasuki Six Sigma tanpa

KONSEP SIX SIGMA | 4


meluncurkan ide-ide serta pendekatanpendekatan baru yang senantiasa
melibatkan beberapa resiko.

4.5. Siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)


Six Sigma menggunakan alat statistik untuk mengidentifikasi beberapa faktor
vital, Siklus DMAIC merupakan proses kunci untuk peningkatan secara kontinyu
menuju target Six Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik berdasarkan ilmu
pengetahuan dan fakta (systematic, scientific, and fact based).
Ada lima tahapan atau langkah dasar dalam menerapkan strategi Six Sigma
yaitu Define – Measure – Analyze – Improve – Control (DMAIC), di mana
tahapannya merupakan tahapan yang berulang atau membentuk siklus peningkatan
kualitas dengan Six Sigma (Zahara, 2014). Siklus DMAIC dapat digambarkan pada
Gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Siklus DMAIC (Zahara, 2014)


a. Define:
Pada tahap ini team pelaksana mengindentifikasi keterlambatan, menentukan
aktivitas value added dan non value added, serta mendefinisikan spesifikasi
pelanggan, dan menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target waktu).
b. Measure:
Tahap untuk memvalidasi permasalahan, mengukur/menganalisis permasalahan
dari data yang ada.
c. Analyze:
Menentukan faktor-faktor yang peling mempengaruhi proses (significant few
opportunities).

KONSEP SIX SIGMA | 5


d. Improve:
Mendiskusikan ide-ide untuk memperbaiki sistem berdasarkan hasil analisa
terdahulu, melakukan percobaan untuk melihat hasilnya, jika bagus lalu
dibuatkan prosedur bakunya untuk perbaikan (standard operating
procedureSOP).
e. Control:
Membuat rencana dan desain pengukuran agar hasil yang sudah bagus dari
perbaikan tim bisa berkesinambungan. Jadi SOP ini dibuatkan semacam metrics
untuk selalu dimonotor dan dikoreksi bila sudah mulai menurun ataupun kalau
ada perbaikan lagi.

4.6. Peran dan Tanggung Jawab dalam Organisasi Six Sigma


Keberhasilan organisasi Six Sigma tidak terlepas dari peran serta setiap
anggotanya, namun tidak semua anggota ditetapkan untuk bertanggung jawab penuh
atas Six Sigma. Beberapa orang yang memiliki peran dan tanggung jawab penting
dalam organisasi Six Sigma disebut sebagai pemain kunci. Menurut Greg Brue
(2004), mengimplementasikan Six Sigma dibutuhkan beberapa pemain kunci yaitu.
1. Executive Leadership (Pemimpin Eksekutif), untuk melakukan Six Sigma dan
menyebarkannya di seluruh organisasi.
2. Executive Champion (Juara), untuk memperjuangkan keberhasilan demi sabuk
hitam dan menyingkirkan penghalang.
3. Master Black Belts (Master Sabuk Hitam), untuk bertindak sebagai pelatih,
penasehat, dan pemandu.
4. Black Belts (Sabuk Hitam), untuk bekerja full time pada proyek.
5. Green Belts (Sabuk Hijau), untuk membantu sabuk hitam paruh waktu.

Proyek-proyek sabuk hitam sangat menentukan bagi Six Sigma, dengan


tanggung jawab penting sebagai pakar teknis, pemimpin tim, dan kepala proyek.
Greg Brue (2004) memaparkan ciri-ciri seorang sabuk hitam pada umumnya
sebagai berikut.
a. Dapat bekerja dengan baik, sendirian maupun dengan kelompok.
b. Tetap tenang di bawah tekanan yang luar biasa.
c. Mengantisipasi masalah dan segera bertindak.
d. Menghormati dan juga dihormati rekan-rekan kerja.

KONSEP SIX SIGMA | 6


e. Menginspirasi orang lain.
f. Dapat mendelegasikan tugas-tugas kepada anggota tim dan mengkoordinasikan
usaha-usaha anggota tim.
g. Memahami dan mengakui kemampuan dan keterbatasan sesama rekan kerja.
h. Memperlihatkan perhatian yang tulus pada orang lain.
i. Dapat menerima kritik dengan baik.
j. Memberi perhatian pada proses dan hasil yang ada sekarang dan mampu
memperbaiki sistem itu.
k. Memiliki kecerdasan dan tertarik untuk belajar cara menerapkan alat-alat Six
Sigma.
Untuk menjadi seorang sabuk hitam diperlukan sifat-sifat tertentu, latihan
dapat mengembangkan sifat-sifat itu, tetapi latihan tidak dapat menciptakannya.

4.7. Peralatan Six Sigma


Dalam pengendalian kualitas dengan Six Sigma, terdapat banyak peralatan
(tools) yang digunakan dan cukup luas. Gambar di bawah ini menunjukkan metode-
metode apa saja dan alat-alat yang digunakan dalam Six Sigma tetapi tidak secara
keseluruhan.

Gambar 4.2. Metode dan Alat-alat (Tools) Penting Six Sigma

KONSEP SIX SIGMA | 7


Beberapa peralatan Six Sigma yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk menemukan masalah atau penyebab yang
merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap
keseluruhan.

Gambar 4.3. Pareto Diagram


Sumber : Ekoanindiyo, F. A. (2014)

2. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer)


SIPOC digunakan untuk menunjukkan aktifitas mayor atau subproses dalam
sebuah proses bisnis bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses yang
disajikan dalam Supplier, Input, Proces, Output, Customer. Sedangkan
persyaratan input harus terkait langsung dengan kebutuhan proses (process
requirements)

Gambar 4.4. Diagram SIPOC


Sumber : Ekoanindiyo, F. A. (2014)

KONSEP SIX SIGMA | 8


3. Peta Kontrol
Dalam proses produksi akan bisa dijumpai adanya penyimpangan-
penyimpangan ukuran yang dihasilkan. Peta kontrol pada dasarnya merupakan
alat analisis yang dibuat mengikuti metode statistik, dimana data yang berkaitan
dengan kualitas produk akan diplotkan dalam sebuah peta kontrol. Di sini akan
dipakai peta kontrol untuk jenis data atribut (Attribute control chart) yaitu p-
chart. Data yang diperlukan di sini hanya diklasifikasikan sebagai data kondisi
baik atau rusak (cacat). Perumusan untuk penghitungan peta kontrol p (p- chart)
adalah sebagai berikut:

4. Grafik Pengendali (Control Chart)


Grafik pengendali adalah alat untuk menggambarkan dengan cara yang tepat apa
yang dimaksud dengan pengendalian statistik. Grafik pengendali dapat juga
digunakan sebagai alat pengendali manajemen guna mencapai tujuan tertentu
berkenaan dengan kualitas proses. Fungsi penggunaan grafik pengendalian
kualitas adalah sebagai berikut :

KONSEP SIX SIGMA | 9


Gambar 4.5. Control Chart
Sumber : Ekoanindiyo, F. A. (2014)

5. Brainstorming
Braintorming (sumbang saran) dikenal sebagai salah satu alat/ sarana yang dapat
digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan
kerja. Sumbang saran merupakan suatu pengungkapan bottom up manajemen
karena memberikan kebebasan untuk menyampaikan ide dan masukan. Suatu
masalah dengan brainstorming adalah setiap orang menganggap bahwa apa yang
mereka lontarkan adalah hal baik, atau mereka memberikan gagasan untuk
tampak baik dimata orang lain
6. Diagram Sebab-akibat (Fishbone Diagram)
Diagram sebab-akibat yang dikenal dengan diagram tulang ikan (fish bone
diagram) diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram
ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh
secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Untuk
mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan hasil kerja ada lima
faktor penyebab utama yang perlu diperhatikan yang dikenal dengan 4 MIE,
yaitu:
a. Manusia (Man)
b. Metode kerja (Method)
c. Mesin (Machine)
d. Bahan baku (Materials)
e. Lingkungan kerja (Environment)

KONSEP SIX SIGMA | 10


4.8. Implementasikan Six Sigma
Mengimplementasikan Six Sigma setidaknya memiliki tiga jalur dasar, yaitu
transformasi bisnis, perbaikan strategi dan pemecahan masalah. Organisasi itu
berbeda-beda, perbedaan itu membenarkan adanya berbagai pendekatan untuk
mengimplementasikan proses perubahan Six Sigma (Pande dkk 2003).
1. Jalur transformasi bisnis
Bagi perusahaan dengan kebutuhan visi, dan dorongan untuk meluncurkan
Six Sigma sebagai inisiatif perubahan berskala penuh, jalur dasar ini merupakan
pendekatan yang tepat.
Kebiasaan lama akan segera ditinggalkan dan perubahan akan mengudara.
Di semua tempat manajemen akan berusaha mendorong serta merangsang
hasilhasil dari perubahan dan mengontrol pengaruh dari hasil-hasil tersebut. Tim
Six Sigma ditantang untuk memperbaiki proses bisnis kritis atau sebuah produk
kunci.
2. Jalur perbaikan strategis
Jalur dasar menengah ini, menawarkan pilihan yang paling mungkin.
Usaha perbaikan strategis dapat dibatasi pada satu atau dua kebutuhan kritis,
dengan tim-tim dan pelatihan yang ditekankan pada peluang-peluang utama dan
juga kelemahan-kelemahan utama. Usaha Six Sigma dikonsentrasikan pada unit
bisnis terbatas atau bidang-bidang fungsional dari organisasi.
3. Jalur pemecahan masalah
Jalur ini merupakan jalur yang paling gampang untuk perbaikan Six
Sigma. Target-target pendekatan ini masih terbatas pada masalah-masalah yang
mendesak dan bersifat menetap, sering kali merupakan masalah yang mendapat
fokus lebih dulu namun usaha perbaikan tidak berhasil.
Pendekatan pemecahan masalah ini, paling baik dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang ingin mendapat manfaat Six Sigma, tanpa
menciptakan reaksi perubahan mayor di dalam perusahaan. Jika perusahaan
memilih pendekatan ini, ada kemungkinan kuat bahwa hanya sedikit orang yang
akan terlibat secara signifikan dalam usaha Six Sigma. Manfaat dari pendekatan
ini adalah fokus pada isu-isu yang berguna dan mengatasi akar permasalahannya
dengan menggunakan data serta analisis yang efektif

KONSEP SIX SIGMA | 11


4.9. Pengukuran Yield dan DPMO
Selain pelatihan, pengukuran merupakan investasi terbesar bagi organisasi
yang mengimplementasikan Six Sigma. Manfaat yang dapat diperoleh dari
pengukuran adalah kemampuan untuk memonitor dan merespon perubahan. Berikut
ini adalah cara menghitung Yield dan DPMO (Pheng dan Hui, 2004).
 Yield adalah persentase item tanpa cacat.
Misal tanda ”√” menunjukkan item bebas cacat, dan “X” menunjukkan item
yang cacat. Maka,
Yield (%) = (jumlah ”√” / total dari ”√”dan“X”)
 Defect per million opportunities (DPMO) adalah jumlah cacat dalam sebuah
proses per satu juta peluang.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ "𝑋"
DPMO 𝑥 1.000.000
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡

4.10. Biaya Kualitas Buruk (Cost of Poor Quality)


Biaya kualitas buruk (Cost of Poor Quality) merupakan selisih atau
perbedaan antara kualitas potensial (potential quality) dan kualitas aktual (actual
quality). Kualitas potensial adalah nilai kualitas maksimum yang dapat diperoleh
pada proses, sedangkan kualitas aktual adalah nilai kualitas yang dicapai proses pada
saat ini . Untuk perusahaan yang belum menerapkan Six Sigma, biaya ini relatif besar.
Apabila perusahaan beroperasi pada level sigma 3 sampai 4, maka akan
menghabiskan kurang lebih 25 % dari pendapatannya (Thomas Pyzdek, 2000).

Gambar 4.2. Cost of poor quality versus level sigma


Sumber : The Six Sigma Revolution (Thomas Pyzdek, 200

KONSEP SIX SIGMA | 12


DAFTAR PUSTAKA

Ekoanindiyo, F. A. (2014). Pengendalian Cacat Produk Dengan Pendekatan Six Sigma. Jurnal
Ilmiah Dinamika Teknik.

Nyata, D. S. (2017). Analisis Keterlambatan pada Proyek PT. Jatim Taman Steel di Gresik
dengan Menggunakan Lean Six Sigma Framework (Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember).

Randy, N. (2005). Pengukuran Kualitas Berdasarkan Konsep Six Sigma Dalam Proyek
Konstruksi (Studi Kasus pada PT. Kuda-Kuda Total Prima) (Doctoral dissertation, UAJY).

Wahyani, W., Chobir, A., & Rahmanto, D. D. (2013). Penerapan Metode Six Sigma dengan
konsep DMAIC sebagai alat pengendali kualitas. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS). Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai