Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit baik segi fisik
maupun biaya. Pada prakteknya suatu proyek mempunyai keterbatasan akan
sumber daya baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini
membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari fase awal proyek hingga
fase penyelesaian proyek. Dengan meningkatnya tingktak kompleksitas
proyek dan semakin langkahnya sumber daya maka dibutuhkan juga
peningkatan sistem pengelolaan proyek yang baik dan terintegritas (Ahuja et
al., 1994).
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi di darat maupun lepas
pantai seringkali mengalami beberapa hambatan ataupun kendala. Hal ini
menyebabkan sering terjadinya keterlambatan pelaksanaan proyek. Hambatan
atau kendala tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor
eksternal. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi di darata maupun bangunan
lepas pantai dibutuhkan quality control agar proyek yang dikerjakan dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan. Pelaksanaan proyek
konstruksi di darat maupun lepas pantai merupakan rangkaian dari kegiatan
yang saling bergantung antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya.
Semakin besar proyek yang dikerjakan, semakin besar pula resiko yang akan
dihadapi.
Sehingga kegunaan pengendalian mutu bagi perusahaan konstruksi
adalah akan menghasilkan pekerjaan yang sekali jadi sehingga mencegah
pekerjaan ulang dan apabila quality control dilaksanakan dengan baik akan
mencegah mutu yang melebihi spesifikasi yang tercantum dalam kontrak
sehingga akan menghindari pengeluaran biaya yang tidak perlu (Santosa dan
Basuki, 2004).

1
Pekerjaan Wellhead Platform TN-AA 381/383 RC dan flowline
pipeline dari TN-AA 381/383rc ke LRG-1 merupakan salah satu proyek dari
PT. Pertamina Hulu Mahakam yang dikerjakan oleh perusahaan kontraktor
PT. Kaliraya Sari yang pada tahap pelaksanaannya menerapkan sistem quality
control. Untuk mengetahui penerapan sistem quality control pada tahap
pekerjaan Wellhead Platform TN-AA 381/383rc dan flowline pipeline dari
TN-AA 381/383 RC ke LRG-1 maka dilakukan analisis quality control serta
faktor apa saja yang menjadi kendala dalam penerapannya.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuannya, adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan quality control yang diterapkan pada proyek
Wellhead Platform TN-AA 381/383 RC dan flowline pipeline dari TN-AA
381/383rc ke LRG-1.
2. Mengetahui pelaksanaan quality assurance yang diterapkan pada proyek
Wellhead Platform TN-AA 381/383 RC dan flowline pipeline dari TN-AA
381/383rc ke LRG-1.
C. Ruang Lingkup
1. Pelaksanaan quality control pada proyek Wellhead Platform TN-AA
381/383 RC dan flowline pipeline dari TN-AA 381/383rc ke LRG-1.
2. Pelaksanaan quality assurance pada proyek Wellhead Platform TN-AA
381/383 RC dan flowline pipeline dari TN-AA 381/383rc ke LRG-1.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan QA/QC (Quality Control/Quality Assurance)
pada fabrikasi proyek Wellhead Platform TN-AA 381/383 RC dan flowline
pipeline dari TN-AA 381/383rc ke LRG-1 yaitu memberikan pengetahuan
kepada kita tentang penerapan pengendalian mutu dan penjaminan mutu
khususnya bagi mahasiswa.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Mutu
Menurut Feigenbaum dalam Ariani (2003), mendefinisikam mutu
merupakan keseseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi
marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan
jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan.
Menurut Syah (2004), mutu adalah karakteristik dari suatu barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan pelanggan
(konsumen), baik yang dinyatakan ataupun tersirat. Mutu yang dibutuhkan
akan selalu mengikuti perkembangan peradaban (alam pemikiran dan
perasaan manusia). Mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung
dari suatu produk atau jasa seperti kinerja (performance), kebandalan
(reability), mudah dalam penggunaan (easy of use) dan estetika (Gaspersz,
2003).
Berdasarkan ISO 8420 dan Standar Nasional Indonesia (SNI-19-8420-
1991) mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan baik yang dinyatakan secara
tegas maupun tersama. Sementara berdasarkan ISO 9000 mutu (kualitas)
didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau
jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersbut untuk memnuaskan
kebutuhan tertentu.

B. Kinerja Mutu

3
Menurut Rivai dan Basri (2005), menyatakan bahwa kinerja adalah
hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kinerja yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja juga
merupakan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawab dengan
hasil seperti yang diharapkan.
Menurut Husen (2009) dalam penelitian Usni (2017), menyatakan
bahwa pada sistem manajemen mutu ISO 9000 dibuat beberapa dokumen
sistem mutu, antara lain sebagai berikut:
1. Manual mutu,
2. Prosedur mutu,
3. Instruksi kerja.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu


Dalam penelitian Sari (2011), menyebutkan bahwa beberapa faktor
yang secara signifikan berpengaruh dalam penerapan mutu, antara lain
sebagai berikut:
1. Sumber daya manusia,
2. Peralatan,
3. Material,
4. Tampilan format standar,
5. Prosedur kerja.

D. Perencanaan Mutu (Quality Plan)


Berdasarkan PMBOK dalam susila (2013), perencanaan mutu yang
melibatkan mengidentifikasi standar mutu yang relevan dengan proyek dan
memnetukan bagaimana memuaskan mereka. Ini adalah salah satu proses

4
memfasilitasi kunci dalam perencanaan proyek dan harus dilakukan secara
teratur dan secara paralel dengan proses perencanaan proyek lainnya.
Menurut Juran (2001), dalam perencanaan kualitas (Quality Planning)
melibatkan beberapa aktivitas sebagai berikut.
1. Identifikasi pelanggan, setiap orang yang akan dipengaruhi adalah
pelanggan.
2. Menetukan kebutuhan pelanggan.
3. Menciptkan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan.
4. Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk
dibawah kondisi operasi.
5. Mentransfer/mengalihkam proses ke operasi.
Perencanaan kualitas seharusnya melibatkan partisipasi mereka yang
akan dipengaruhi oleh rencana. Juga mereka yang merencanakan kualitas
seharusnya dilatih dalam menggunakan metode-metode modern dan alat-alat
perencanaan kualitas (Juran, 2001).

5
Gambar 2.D1 flow chart QA/QC proyek
E. Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
Berdasarkan ISO 8420 (Quality Vocabulary) jaminan kualitas (Quality
Assurance) adalah semua tindakan terencana dan sistematik yang
diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan
yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas
tertentu.
Menurut Elliot dalam Ariani (2003) penjaminan kualitas ( Quality
Assurance) adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis yang penting untuk
menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
tertentu dari kualitas.
Kegiatan dalam penjaminan kualitas mempunyai beberapa komponen
yang harus diperhatikan. Menurut Patel dalam Ariani (2003), terdapat tiga
komponen dalam Quality Assurance, yaitu:
1. Kualitas Pelanggan, yang menunjukkan apakah kebutuhan pelanggan
dapat dipenuhi dengan produk dan jasa yang ada. Hal ini dapat diketahui
dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan.
2. Kualitas Profesional, yang menunjukkan apakah hubungan pelanggan
secara professional, dan apakah prosedur dan standar professional yang
dipercaya untuk menghasilkan produk dan jasa yang diinginkan dapat
tetap terpelihara dengan baik.
3. Kualitas Proses, yang merupakan desain dan operasional dalam proses
produksi atau pelayanan dengan menggunakan sumber daya yang ada
secara efisien untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Ketiga komponen tersebut harus dipenuhi dan harus ada dalam
kegiatan penjaminan kualitas yang dilakukan oleh organisasi, terhadap produk
dan jasa yang dihasilkannya.

F. Pengendalian Mutu (Quality Control)

6
Dalam penelitian Kamuk (2019), ada beberapa pengertian
pengendalian mutu yang berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian mutu adalah keseluruhan rangkaian yang terpadu secara
efektif dan dapat digunakan untuk mengembangkan, melestarikan dan
meningkatkan kualitas dari berbagai usaha baik berupa produk ataupun
jasa seekonomis mungkin sekaligus memenuhi kepusan (Dewan
Produktifitas Nasional, 1985).
2. Pengendalian mutu adalah sistem manajemen yang mengikut sertakan
seluruh jajaran pekerja disemua tingkatan, dengan menerapkan konsep
pengendalian mutu dan metode statistic, untuk mendapatkan kepuasan
pelanggan maupun karyawan (Astra TQC, 1984).
3. Pengendalian mutu adalah suatu sistem manajemen barang atau jasa
dengan sangat ekonomis, serta untuk meningkatkan mutu serta
produktifitas kerja dan memberikan kepuasan kepada pelanggan mamupun
karyawan (Pusat Produktifitas Nasional, 1985).
Menurut Soeharto (1997), Pengendalian mutu meliputi kegiatan yang
berkaitan dengan pemantauan apakah proses dan hasil kerja tertentu telah
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan. Suatu pengendalian
proyek yang efektif dan efisien. Tanda sebuah kegiatan mutu yang dikatakan
efektif jjika memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan, metode dan cara yang
digunakan harus cukup peka sehingga dapat mengetahui adanya
penyimpangan selagi masih awal. Dengan demikian, dapat diadakan
koreksi pada waktunya sebelum persoalan berkembang menjadi besar
sehingga sulit untuk diadakan perbaikan.
b. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar, untuk itu diperlukan
kemampuan dan kecakapan menganalisis indicator secara akurat dan
objektif.

7
c. Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari
segi penyelenggaraan proyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan
dalam memilih titik atau masalah yang strategis agar penggunaan
waktu dan tenaga dapat efisien.
d. Mampu mengkomunikasikan masalah dan penemuan sehingga
menjadi perhatian pemimpin maupun pelaksanaan proyek agar
tindakan koreksi yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.
e. Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan, biaya yang
dipakai unntuk kegiatan pengendalian tidak boleh melampaui hasil
dari kegiatan tersebut, sebab dalam merencanakan pengendalian perlu
perbandingan dengan hasil yang diperoleh.
f. Dapat memberikan petunjuk berupa prakiraan hasil pekerjaan jika
pada saat pengecekan tidak mengalami perubahan.

G. Metode Pengendalian Mutu


Metode yang dipakai dalam mengendalikan mutu tergantung pada
jenis proyek dan ketepatan yang diinginkan. Menurut Soeharto (2001),
terdapat tiga metode yang sering dijumpai dalam proyek pembangunan
instalasi sebagai berikut:
1. Pengecekan dan Pengujian
Hal ini dilakukan terhadap gambar untuk konstruksi, gambar untuk
pembelian peralatan, pembuatan maket (model), dan perhitungan yang
berkaitan desain engineering. Tindakan tersebut dilakukan untuk
mengetahui dan meyakini bahwa kriteria, spesifikasi, dan standar yang
ditentukan telah terpenuhi.
2. Pemeriksaan/Inspeksi dan Uji Kemampuan Peralatan
Pekerjaan ini berupa pemeriksaan fisik, termasuk menyaksikan uji coba
berfungsinya suatu peralatan. Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa
hal berikut.

8
a. Pemeriksaan sewaktu menerima material yang meliputi penelitian
dan pengkajian material, suku cadang, dan lain-lain yang baru
diterima dari pembelian.
b. Pemeriksaan selama proses fabrikasi berlangsung.
c. Pemeriksaan yang dilakukan selama pekerjaan instalasi
berlangsung, sebelum diadakan pemeriksaan akhir.
d. Pemeriksaan akhir, yaitu pemeriksaan terakhir dalam rangka
penyelesaian proyek secara fisik atau mekanik.
Untuk proyek E-MK, material dan peralatan yang perlu mendapat uji
kemampuan diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Peralatan berputar, misalnya pompa sentrifugal, turbin gas/uap,
generator listrik, blower, dan ex-pander.
b. Pipa, kerangang, flanges.
c. Bejana tekan, ketel uap, drum, dan tower.
d. Instrument, alat pengukut, dan alat listrik.
e. Alat penukar panas.
f. Tangki.
3. Pengujian dengan Mengambil Contoh
Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah material telah memenuhi
spesifikasi atau kriteria yang ditentukan. Pengujian dapat berupa testing
destructive atau non destructive (NDT) yang dilakukan contoh yang
diambil dari objek yang diselidiki.

H. Proses Pengendalian Mutu


Menurut Mockler (1972) dalam penelitian Kamuk (2019), bahwa
proses pengendalian mutu dapat diuraikan menjadi langkah sebagai berikut:
1. Menentukan sasaran,
2. Lingkup pekerjaan,
3. Standar dan kriteria,

9
4. Merancang sistem informasi,
5. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan,
6. Mengadakan tindakan pembetulan.

I. ISO 9001:2015 (International Organization for Standardization)


1. Pengertian ISO
Menurut Gaspersz (2002), ISO 9001:2015 adalah suatu standar
internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO 9001:2015 menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomdasi untuk desain dan penilaian dari
suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan utnuk menjamin bahwa
organisasi akan memberikan produk (barang atau jasa) yang memenuhi
persyaratn yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini
dapat merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan
oleh organisasi.
ISO 9001:2015 bukan merupakan standar produk, karena tidak
menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk
(barang atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam ISO
9001:2015, sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatub produk
terhadap standar-standar produk. ISO 9001:2015 hanya merupakan
standar sistem manajemen mutu. Dengan demikian apabila ada perusahaan
yang mengiklankan bahwa produk telah memenuhi standar internasional,
itu merupakan hal yang salah dan keliru, karena manajemen perusahaan
hanya boleh menyatakan standar internasionanl, karena tidak ada kriteria
pengujian produk dalam ISO 9001:2015. Bagaimana diharapkan,
meskipun tidak selalu, bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem
manajemen mutu internasional akan bermutu baik (standar). Persyaratan-
persyaratan dan rekomendasi dalam ISO 9001:2015 ditetapkan pada
manajemen organisasi yang memasok produk, sehingga akan

10
mempengaruhi bagaimana produk itu didesain, diproduksi, dirakit,
ditawarkan, dan lain-lain.
2. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Manfaat dari penerapan ISO 9001:2015 telah diperoleh banyak
perusahaan. Beberapa manfaat dapat dicatat sebagai berikut:
a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui
jaminan mutu yang terorganisir dan sistematik. Proses
dokumentasi dalam ISO 9001:2015 menunjukkan bahwa
kebijakan, prosedur dan instruksi yang berkaitan dengan mutu
telah direncanakan dengan baik.
b. Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2015 diizinkan
untuk mengiklankan pada media massa bahwa sistem
manajemen mutu dari perusahaan itu telah diakui secara
internasional. Hal ini meningkatkan imager perusahaan serta
daya saing dalam memasuki pasar global.
c. Audit sistem manajemen mutu dari perusahaan yang telah
memperoleh sertifikat ISO 9001:2015 dilakukan secara
periodik oleh register dari lembaga registrasi, sehingga
pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem mutu. Hal ini
akan menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit.
d. Perusahaan yang telah memperolej sertifikat ISO 9001:2015
secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi, sehingga
apabila pelanggan potensial ingin mencari pemasok
bersertifikat ISO 9001:2015, akan menghubungi lembaga
registrasi. Jika nama perusahaan itu telah terdaftar pada
lemabaga registrasi bertaraf internasional, maka hal itu berarti
terbuka kesempatan pasar baru.
e. Meningkatkan mutu dan produktifitas dari manajemen melalui
kerjasama dan komunikasi yang lebih bauk, sistem

11
pengendalian konsisten serta pengurangan dan pencegahan
pemborosan. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.
f. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh
karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur
dan instruksi-instruksi yang terdefenisi secara baik.
g. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu dari anggota
organisasi, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk
mempertahankan sertifikasi ISO 9001:2015 yang umumnya
hanya berlaku selama tiga tahun.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Profil Umum Proyek


Proyek Wellhead Platform TN-AA 381/383rc merupakan salah satu
proyek pembangunan lepas pantai sebagai platform yang menghasilkan
minyak dan gas. Berikut merupakan data umum mengenai profil proyek.
Nama proyek : TN-AA 383/381rc
Lokasi Proyek : Di site SPU Delta Mahakam, Kalimantan
Timur
Pemilik proyek : PT. Pertamina Hulu Mahakam
Kontraktor Pelaksana : PT. Kaliraya Sari
Konsultan Perencana : PT. Singgar Mulia

13
Gambar 3.A Peta Lokasi Wellhead Platform TN-AA381/383rc
(Sumber:MAP INDEX DELTA MAHAKAM (REV-1) )

B. Urutan Fabrikasi
Dalam proyek TN-AA 381/383 rc terdapat tiga komponen. Komponen
tersebut merupakan Structure, Piping, dan Pipeline. Adapun tahapan fabrikasi
di tiap pekerjaan komponennya hampir sama. Berikut penjelasannya:
1. Fabrikasi Structure/ Wellhead Platform
Fabrikasi structure merupakan bagian yang berada diatas permukaan air
dan merupakan fasilitas utama platform yang menentukan fungsi struktur.
Konstruksi platform berada pada ketinggian tertentu dari permukaan air
tenang sehingga tidak terjangkau gelombang laut. Adapun bagian yang di
fabrikasi untuk menjadi suatu komponen WHPF ialah fabrikasi
framing/deck, pilling dan pile support, sump tank, hatch cover,
platting/flooring, baot fender, corrosion inhibitor, gin pole, wireline
operating access, handrail, escape ladder, access walkway, dan pile riser
protection. Berikut tahapan fabrikasinya:
- Mentransfer material yang telah memenuhi spesifikasi,
- Proses cutting,
- Fit up,
- Pengecekan dimensi,
- Proses pengelasan material,
- Pengecekan dimensi, visual inspection dan NDT,
- Sandblasting dan painting.

14
Gambar 3.B1 Fabrikasi Structure Wellhead Platform
2. Fabrikasi Spool Piping
Spool pipe merupakan rangakaian komponen material sistem perpipaan
yang difabrikasi. Dimana terdiri dari pipa, fitting flange, dan aksesoris
lainnya. Berikut tahapan fabrikasinya:
- Persiapan penyangga pipa dan alat penunjang lainnya,
- Pemindahan pipa,
- Cutting dan beveling,
- Pemberian marking pada pipa,
- Fit up tiap joinan pipa,
- Visual inspection,
- Pengelasan sambungan pipa yang telah di bevel,
- Pemasangan flange,
- Pemeriksaan dimensi, visual inspection dan NDT,
- Proses Post Weld Heat Treatment (PWHT),
- NDT kedua setelah PWHT,
- Pengujian hydrostatic test pada spool piping,
- Sandblasting dan painting.

15
Gambar 3.B2 Fabrikasi Spool Piping

3. Fabrikasi Flowline Pipeline


Fabrikasi flow line pipeline dari WHPF TN AA-381/383rc ke LRG-1 SPU
dan fabrikasi aerial, riser, dan dogleg. Berikut tahapan fabrikasinya:
- Persiapkan pipa,
- Cutting,
- Fit up,
- Visual inspection,
- Pengelasan,
- Visual inspection dan NDT,
- Hydrostatic test, pigging and cleaning, water sampling, dan
dewatering and cleaning,
- Coating dan painting.

C. Standar dan Spesifikasi Pekerjaan Fabrikasi Bangunan Lepas Pantai


Standar dan spesifikasi merupakan sebagai acuan suatu tahapan
pekerjaan konstruksi yang berdasarkan mutu dari tiap komponennya. Acuan
untuk pekerjaan fabrikasi berlandaskan standar internasional ISO 9001:2015.

16
Dan spesifikai material yang dibutuhkan untuk pelat seperti S235 KL+20,
untuk pipa menggunakan spesifikasi API 5 L dengan ketebalan 9,53 mm dan
diameter 6 inch untuk flow line pipeline, dan pipa spesfikasi API 5 L dengan
ketebalan 12,7 dan diameter 6 inch untuk aerial, riser, dan dogleg.
Ketika pengerjaan pengelasan juga dibutuhkan sertifikasi kualifikasi
khusus bagi welder. Pengelasan struktur dilakukan dengan welder yang
memiliki sertifikasi kualifikasi khusus dengan standar AWS D1.1, dan
pengelasan spool piping dengan standar API 1104/ASME B31.3, dan
pengelasan pipeline, aerial, riser, dan dogleg dengan standar API
1104/ASME B31.8.
Pengerjaan sandblasting, coating, dan painting juga menggunakan cat
khusus sesuai standar spesifikasinya. Adapun tahapan untuk structure/WHPF
terdapat 4 tahapan yaitu, tahapan pertama premier, tahapan kedua second
coat, tahapan ketiga intermediate, dan tahapan keempat top coat dengan
spesifikasi painting P-01, P-02, P-09, dan P-103. Sedangkan untuk pipeline
dilakukan coating dan painting dengan 3LPE (tiga lapisan polypropoline),
riser dengan spesifikasi painting P302, dan aerial dengan spesifikasi painting
P01.

D. Penerapan Quality Control Pada Proyek Wellhead Platform TN-AA


381/383rc dan Flowline Pipeline
Penerapan QC harus direncanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi kesalahan yang berimbas pada saat pelaksana yang tidak berjalan
sesuai dengan harapan. Pada proses pelaksanaan agar semua yang telah
direncakan sesuai dengan yang dilaksanakan. Perlu dibuatkan prosedur dan
intruksi kerja pada setiap aktifitas proses pengendalian.
Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan identifikasi aspek-aspek
yang mempengaruhi hasil yang dibuat. Salah satu identifikasinya dengan
pendekatan resiko. Dari pendekatan inilah kemudian dapat menentukan agar

17
hasil yang didapatkan sesuai dengan suatu rencana mutu yang disusun untuk
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan dengan maksud agar dalam
pelaksanaannya dapat dihindari terjadinya ketidaksesuaian, sehingga dapat
dihasilkan mutu yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan serta dapat
mengurangi resiko kegagalan dalam pelaksanaan.
Adapun perencanaan dan pencapaian yang dilakukan dalam
pengendalian mutu pada proyek TN-AA 381/381rc sebagai berikut.
1. Inspection and Test Plan
ITP merupakan prosedur pengontrolan disetiap aktivitas pengendalian
mutu yang akan dilakukan pada proyek TN-AA 381/383rc. isi dari ITP
terdapat 6 cakupan deskripsi, yaitu:
- Scope of work
- Dokumen
- Material
- Fabrikasi dan instalasi
- Pengujian material
- Dossier akhir

18
Gambar 3.D1 Inspection Test Plan/ITP

2. Melakukan pengendalian mutu terhadap produktifitas


Pengendalian mutu pekerjaan dilakukan melalui pengawasan pelaksanaan
pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan gambar kerja, WPS,
prosedur fabrikasi dan instalasi, persyaratan teknis dan peraturan-
peraturan yang berlaku. Dalam proyek konstruksi dan pipeline TN-AA
381/383rc bertanggung jawab terhadap kualitas hasil pekerjaan. Kebijakan
yang dibuat divisi QA/QC melaksanakan dan menerapkan dengan baik
sesuai dengan prosedur berdasarkan acuan dokumen kerja, yaitu
melakukan checklist hasil pekerjaan berupa pengecekan/visual inspection
dan Non Destructive Test (NDT) merupakan pengujian tanpa merusak
material yang diuji. Terdapat 5 jenis NDT untuk pengendalian mutu
tehadap material proyek, yaitu:
- visual test, pengujian pertama kali yang bertujuan menemukan atau
mencari cacat atau retak permukaan dan korosi material.

Gambar 3.D2 Visual Test


- Radiography test, pengujian dilakukan dengan menggunakan sinar
x atau sinar gamma yang dapat menembus hampir semua logam
kecuali timbal dan beberapa material padat sehingga dapat

19
digunakan untuk menemukan cacat atau ketidaksesuain dibalik
dinding metal atau di dalam material itu sendiri.

Gambar 3.D3 Radiography Test


- Magnetic particle test (MT), adalah teknik pengujian yang
dilakukan mencari, mendeteksi dan memeriksa cacat dari material
yang bias dimagnetisasi yang berada pada permukaan dan sub-
surface.

Gambar 3.D4 Magnetic Particle Test/MT


- Penetrant test, NDT yang berfungsi untuk mencari keretakan pada
sebuah material yang diuji memggunakan metode perbedaan
warna.

20
Gambar 3.D5 Penetrant Test

- Ultrasonic test, adalah teknik pengujian yang dilakukan dengan


cara menghantarkan suatu gelombang dengan frekuesi tinggi
kedalam material yang ingin diuji untuk mengukur sifat geometris
dan fisik dari material yang diuji.

Gambar 3.D5 Ultrasonic Test


3. Melakukan proses Post Weld Heat Treatment/PWHT

21
PWHT merupakan proses pemanasan ulang atau perubahan struktur
terkhusus pada pipa yang telah dilakukan pengelasan untuk mengurangi
tegangan sisa akibat pengelasan dan ketebalan material/pipa minimal 19
mm dan menggunakan alat konduktor keramik, isoalasi glasswoll, mesin
trafo, mesin programmer, mesin record charge dengan suhu 600 derajat
celcius dan durasi waktu proses PWHT selama 9 jam.

Gambar 3.D6 Post Weld Heat Treatment/PWHT


4. Melakukan testing pada material sesuai permintaan client
Prosedur pengujian harus diserahkan kepada perusahaan/client untuk
disetujui. Jenis pengujiannya, yaitu:
- Hydrostatic test, merupakan salah satu tes yang diperlukan untuk
mengukur kekuatan suatu wadah (bejana) yang diberi tekanan
(umumnya tekanan yang statis) seperti piping dan pipeline.

22
Gambar 3.D7 Hydrostatic Test
- Pneumatic test, merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui
kebocoran serta kekuatan pipa polyethylene (PE), dan sambungan-
sambungannya dan merupakan hold point yang digunakan untuk
menyatakan kelayakan pipa jenis polyethylene.

Gambar 3.D8 Pneumatic Test

- Leak test, merupakan pengujian ke suatu wadah dan diisi air untuk
mengecek kebocoran seperti sump tank pada wellhead platform.

23
Gambar 3.D9 Leak Test
- Vacuum test, merupakan pengujian yang dilakukan pada jalur yang
sudah dilas untuk mendeteksi adanya kebocoran atau crack.
Seperti pelat material datar pada wellhead platform.

Gambar 3.D10 Vacuum Test

- Pigging/flushing dan dewatering test, merupakan pengujian pada


pipeline yang akan di laying dengan pengisian air ke dalam pipa
untuk mengukur kekuatan dan pembersihan bagian dalam pipa,
kemudian airnya dikeluarkan.

Gambar 3.D11 Pigging/flushing dan dewatering Test


5. Precommisioning/commissioning

24
Merupakan uji coba terakhir setelah proses penginstalan yang dimana
dilihat WHPF, piping dan pipeline layak dipakai sebelum beroperasi.
6. Dossier akhir
Merupakan segala dokumen arsipan mengenai pengendalian mutu
terhadap material yang akan diserahkan ke client. Seperti dokumen WPS,
welding map, ITP, PQR, report testimg, NDT, sandblastimg dan painting,
dan segala dokumentasi tahapan fabrikasi dan instalasi proyek.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan mengenai pengendalian mutu di proyek
Wellhead Platfom TN-AA 381/383rc dan Flow Line Pipeline TN-AA
381/383rc ke LRG-1 didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan pada proses structure, piping, dan pipeline secara
keseluruhan telah berhasil, dan mengarahkan serta mengendalikan seluruh
rangkaian kegiatan secara efektif untuk meningkatkan produktifitas agar
mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja pengendalian mutu
(quality control) sesuai dengan perencanaan mutu yang telah ditentukan.
2. ISO 9001:2015 yang merupakan standar internasional untuk sistem
manajemen mutu yang telah diterapkan di PT. Kaliraya Sari untuk produk
dan jasa sebagai perusahaan kontraktor di bidang oil and gas. Berdasarkan

25
acuan standar tersebut mendapatkan kepercayaan dan penjaminan mutu
(quality assurance) yang baik terhadap client.

26

Anda mungkin juga menyukai