A. LATAR BELAKANG
Dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi di Indonesia, ditemui banyak kegagalan konstruksi (failure
constructions) dengan penyebabnya salah satunya akibat pelaksanaan konstruksi yang tidak sesuai dengan
standar kualitas yang ditetapkan. Kejadian runtuhnya jembatan baru-baru ini, rusak dan runtuhya beberapa
bangunan sekolah yang baru di bangun, dan lain sebagainya menunjukan masih rendahnya kepedulian
terhadap pelaksanaan konstruksi yang memenuhi kualitas yang diharapkan. Dan dari hasil penyelidikan,
kegagalan konstruksi banyak disebabkan karena tidak diterapkannya standar kualitas pelaksanaan
konstruksi dan tidak sesuainya mutu hasil pekerjaan yang mana secara umum tidak mengikuti arahan mutu
sebagaimana diatur dalam dokumen spesifikasi teknis masing-masing pekerjaan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sasaran pengelolaan proyek (project management) disamping biaya
dan jadwal adalah pemenuhan persyaratan mutu. Dalam hubungan ini, suatu peralatan, material dan cara
kerja diangap memenuhi persyaratan mutu apabila dipenuhi semua persyaratan yang ditentukan
dalam kriteria dan spesifikasi. Dengan demikian, instalasi/bangunan yang dibangun atau produk yang
dihasilkan, yang terdiri dari komponen peralatan dan material yang memenuhi persyaratan mutu, dapat
diharapkan berfungsi secara memuaskan selama kurun waktu tertentu atau dengan kata lain siap untuk
dipakai (fitness for use). Dan untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan ekonomis tidak hanya
diperlukan pemeriksaan di tahap akhir sebelum diserahterimakan (FHO) kepada pemilik proyek/konsumen,
tetapi juga diperlukan serangkaian tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunan program,
perencanaan, pengawasan, pemeriksanaan dan pengendalian mutu. Kegiatan tersebut dikenal
dengan penjaminan mutu (Quality Assurance-QA).
Dan paper ini dimaksudkan untuk memberi gambaran bagaimana pelaksanaan manajemen kualitas dalam
proyek konstruksi dan aplikasi penjaminan mutu (Quality Assurance-QA) agar hasil pelaksanaan konstruksi
dapat memenuhi tujuan secara efektif dan ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, dapat diharapkan
berfungsi secara memuaskan selama kurun waktu tertentu atau dengan kata lain fitness for use.
Manajemen mutu/kualitas mengadopsi beberapa prinsip-prinsip manajemen, yang dapat diterapkan pada
puncak manajemen perusahaan untuk menjadi pedoman bagi organisasi dalam mengembangkan kinerja
organisasi. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
Suatu perusahaan dapat menjaga dan mengembangkan konsumennya, bilamana perusahaan dapat
mengerti dan memahami tuntutan dan kebutuhan konsumen saat ini dan mendatang, sehingga berusaha
memenuhi kebutuhan dan mencoba memenuhi ekspetasi konsumen adalah kuncinya.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Para pemimpin dalam setiap unit dalam suatu organisasi perusahaan (penyedia jasa konstruksi)
menyiapkan dan diarahkan untuk mengembangkan budaya kualitas. Mereka harus dapat mengkreasikan
dan memelihara budaya kualitas dalam setiap lingkungan internal yang dipimpinnya, mendorong setiap
anggota timnya untuk mencapai tujuan perusahaan yakni pencapaian target kualitas/mutu pekerjaan, dan
dalam hal ini mencapai mutu/kualitas pekerjaan konstruksi.
Setiap individu baik karyawan maupun pemimpin pada setiap level perusahaan jasa konstruksi harus
memahami budaya manajemen kualitas. Setiap individu harus berusaha mengembangkan segala
kemampuan dan kemungkinan yang dapat digunakan bagi keuntungan perusahaan.
Hasil yang buruk dapat dikurangi bila setiap aktivitas dan kebutuhan sumber daya (manusia,
material/bahan/alat, waktu) dikelola dalam suatu organisasi perusahaan sebagai suatu proses.
Suatu organisasi perusahaan dapat efektif dan efisien dalam mengembangkan target dan tujuan
mutu/kualitas yang merupakan kontribusi dari tahap identifikasi, pemahaman dan pengelolaan semua
proses yang saling terkait sebagai suatu sistem.
Salah satu target tujuan kualitas/mutu secara permanen dari suatu organisasi adalah terus
mengembangkan kinerja pencampaian mutu semua aktivitasnya.
Keputusan-keputusan yang efektif adalah beranjak dari dari analisis data dan informasi yang benar.
8. Membangun Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Suplier (Mutually beneficial supplier
relationships)
Sejak hubungan antara suatu perusahaan (penyedia jasa konstruksi) dan supliernya adalah interdependent,
maka perlu dikembangkan hubungan yang saling menguntungkan diantara keduanya untuk
memungkinkan pengembangan meningkatkan value keduanya.
8 (delapan) prinsip dasar ini berbasis pada Quality Management System (QMS) standard dalam ISO 9001 :
2015.
Pengelolaan mutu (Quality Management) bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada pekerjaan
pertama tanpa adanya pengulangan (to do right things right the first time) dengan cara-cara yang efektif
dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek konstruksi merupakan unsur dari pengelolaan proyeks secara
keseluruhan, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meletakan dasar filosofi dan kebijakan mutu proyek
2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu, biaya dan jadwal
3. Membuat program penjaminan dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
4. Implementasi Program QA/QC.
Gambar 1 memperlihatkan hubungan dan pembentukan program QA perusahaan, program QA Proyek, dan
QC proyek yang merupakan unsur-unsur pengelolaan mutu proyek.
Perlu juga dipahami bahwa penanganan masalah mutu dimulai sejak awal sampai proyek dinyatakan
selesai. Pada priode tersebut penyelenggaraan proyek dibagi menjadi pekerjaan spesifik, yang kemudian
diserahkan kepada masing-masing bidang/unit sesuai keahlian. Jadi semua pihak memiliki tanggung jawab
yang sama untuk menjaga kualitas/mutu, bila melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat dari segi
mutu. Atau dengan kata lain harus selalu berorientasi kepada mutu.
Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang diperlukan untuk
memberikan keyaknian bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan dapat beroperasi secara
memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu yang memberikan
petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau sistem agar
memenuhi keperluan yang telah ditentukan.
Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa: pengetesan, pengukuran dan
pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan engineering/konstruksi dan kegiatan lainnya telah memenuhi dan
sesuai dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini berupa SNI, maupun standar
internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan pekerjaan konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam
pelaksanaan konstruksi meliputi sebagai berikut :
NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1997.
NI-3 Peraturan umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
NI-5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
NI-8 Semen Potland
SNI 03-1750-1990 Mutu dan Cara Uji Agregat Beton.
SNI 15-2049-1990 Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
SNI 03-2052-1990 Baja Tulangan Beton.
SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi air sebagai Bahan Bangunan.
SNI 03-6883-2002 Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan Beton.
Inspeksi dan pengetesan dilakukan secara konfrehensif, dan dalam konteks ini dimaksudkan dengan
inspeksi adalah mengkaji karakteristik obyek dalam aspek mutu, dalam hubungannya dengan suatu
standar yang ditentukan, misalnya standar SNI diatas. Dengan tahapan sebagai berikut :
Masalah mutu/kualitas dalam proyek konstruksi erat hubungannya dengan masalah-masalah berikut:
▪ Material konstruksi, yang umumnya tersedia ataupun dapat dibeli di lokasi atau sekitar lokasi proyek.
▪ Peralatan (equipment), yang dibuat di pabrik atas dasar pesanan, seperti kompresor, generator mesin-
mesin, dlsb. Peralatan demikian umumnya diangkut dari jarak jauh untuk sampai ke lokasi proyek.
▪ Pelatihan dan sertifikasi tenaga konstruksi, misalnya melatih ahli mengelas, pertukangan, mandor
dlsb.
Pengendalian proyek konstruksi mencakup dan tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus mendapatkan persetujuan dari wakil pemberi kerja mengenai
QA-QC untuk seluruh pekerjaan yang menjelaskan seluruh prosedur, instruksi, rekaman-rekaman, dan
personil yang digunakan untuk memastikan dan mengontrol kualitas pekerjaan.
Rencana QA/QC harus diajukan penyedia jasa konstruksi (kontraktor) kepada wakil pemberi kerja sebelum
rapt mulainya proyek. Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menyajikan kepada wakil pemberi kerja
rencana pengawasan kualitas yang akan dilaksanakannya. Rencana QA/QC tersebut harus disetujui oleh
wakil pemberi kerja agar sesuai dengan yang diharapkan.
2. QA/QC manajer
Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menunjuk seorang QA/QC manajer sebelum pekerjaan
konstruksi dilaksanakan. QA/QC manajer akan bertaggung jawab terhadap pelaksanaan dan
keberlangsungan rencana pengawasan kualitas. Orang yang ditunjuk oleh penyedia jasa konstruksi
(kontraktor) sebagai QA/QC manajer harus disetujui oleh wakil pemberi kerja. QA/QC manajer akan
melaporkan pekerjaannya langsung kepada Manajer proyek dari penyedia jasa konstruksi (kontraktor).
Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus memberi tahukan kepada wakil pemberi kerja secara tertulis
segala usulan perubahan pada rencana pengawasan kuaitas. Perubahan yang dibuat pada rencana
pengawasan kuaitas tidak boleh dilaksanakan sebelum persetujuan tertulis dari wakil pemberi kerja.
Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus memastikan bahwa rencana pengawasan kualitas yang telah
disetujui telah diikuti dan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan. Seluruh hasil pengawasan, record
dan seluruh operasi pengawasan kualitas harus dilaporkan secara berkala kepada wakil pemberi kerja.
Dalam pengendalian kualitas/mutu terdapat 2 (dua) komponen kegiatan utama dalam pelaksanaan
konstruksi yakni pengendalian kualitas (QA) dan pengendalian kuantitas (QC). Urain masing-masing
kegiatan sebagai berikut :
1. Pengendalian Kualitas
Pekerjaan pelaksanaan konstruksi dimulai dari pekerjaan tanah sampai pada konstruksi akan dikendalikan
dengan memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada penyedia jasa
konstruksi (kontraktor) guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas.
Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain
meliputi :
2. Pengendalian Kuantitas
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), dilakukan dengan mengecek bahan-bahan/campuran yang
ditempatkan atau yang dipindahkan oleh penyedia jasa konstruksi (kontraktor) atau yang terpasang.
Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :
▪ Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
▪ Metoda perhitungan
▪ Lokasi kerja
▪ Jenis pekerjaan
▪ Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun persyaratan lainnya, maka
pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh
konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan mendapat persetujuan dari
konsultan.
Konsep standar sistem manajemen adalah dengan metode P-D-C-A (Plan Do Check Action), setelah
kontraktor/pelaksana pekerjaan menetapkan perencanaan dan melaksanakannya dibutuhkan suatu proses
untuk memantau dan mengukur hal tersebut. Begitu juga di dalam ISO 14001 : 2015, dengan menetapkan
proses-proses didalamnya maka kontraktor/pelaksana pekerjaan harus melakukan pemantauan dan
pengukuran agar tujuan dari penerapan sistem manajemen lingkungan dapat tercapai.
Parameter dan indikator kinerja sistem manajemen lingkungan ditetapkan dari beberapa hal, antara lain:
Selaku pelaksana pekerjaan kami akan mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan dari aktivitas, produk dan
jasanya sesuai dengan persyaratan ISO 14001 ini dan juga harus menetapkan mana aspek lingkungan
tersebut yang signifikan memberikan dampak terhadap lingkungan. Aspek lingkungan yang signifikan
tersebut ditetapkan program pengendalian maupun sebagai sasaran lingkungan.
Untuk memastikan bahwa pengendalian tersebut efektif dan efisien dan tercapai sasarannya, maka kami
melakukan pemantauan dan pengukuran. Misalnya aspek lingkungan signifikan berupa pemakaian energi,
maka kami selaku pelaksana akan melakukan pemantauan dan pengukuran dari aspek lingkungan tersebut
termasuk juga sasaran yang akan dicapainya.
Kewajiban kepatuhan ini terdiri dari peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain. Dan didalamnya,
terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi, salah satunya mengenai parameter kunci lingkungan
yang harus dipantau dan diukur. Misalnya saja parameter kunci di dalam dokumen lingkungan hidup
(AMDAL, UKL-UPL), perizinan lingkungan (izin lingkungan, izin penyimpanan sementara limbah B3, dll).
3. Pengendalian operasi
Agar pengendalian terhadap aspek lingkungan sesuai dengan obyektifnya, kami juga akan melakukan
pemantauan dan pengukuran dari aktivitas ini. Misalnya saja pemantauan terhadap kepatuhan standar
operasi, kondisi operasi yang abnormal, pelaksanaan operasi terhadap orang yang tidak berkompeten, dll.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara patroli lingkungan, HSE Patrol, dll.
Untuk lebih mudah memahami penjelasan kami diatas, kami akan menyajikannya dalam bentuk flow chart:
Pengendalian lapangan dan pemeriksaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama berlangsungnya
pekerjaan untuk menjamin dipatuhinya persyaratan spesifikasi dengan perhatian khusus mengenai batas-
batas toleransi, kondisi lapangan pekerjaan dan penanganan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) teramat penting dalam hal Pelakasaan suatu Proyek, maka dalam
hal ini kami akan sangat memperhatikan hal itu sesuai dengan aturan Ketenagakerjaan yang berlaku, dan
kami akan mengasuransikan semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan ini yaitu Program Asuransi
Jamsostek .
Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti penggunaan alat berat, mesin gerinda,
las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim, melakukan penggalian dan lain-lain. Dengan adanya hal
tersebut maka diperlukannya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penerapannya meliputi
Kantor, Projeck Site serta area pendukung lainnya yang merupakan kebijakan pihak perusahaan.
Tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Occupational Health and Safety
Management System (SMK3) dimana system ini diperlukan untuk menurunkan insiden dan penyakit akibat
kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk memberikan kepuasan pelanggan dan
perlindungan kepada karyawan dalam keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian
lingkungan hidup maka diperlukan suatu Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek.
Dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang beresiko terjadinya kecelakaan kerja maka perlu adanya
Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk menerapkan Prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (PK3). Oleh karena itu dalam penawaran ini kami mencoba membuat Pra-Rencana
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-RK3K) yang selanjutnya menjadi acuan kami didalam
melaksanakan Pekerjaan Pembangunan Power House di Kantor Operasional Cilangkap.
Di dalam pembuatan Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-RK3K) ini, kami
menyadari ada hal - hal yang masih kurang. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan-masukan yang
sifatnya membangun untuk menjadi pedoman dalam mensukseskan pelaksanaan pekerjaan ini.
Demikian sebagai pendahuluan kami dan apabila ada kekurangan-kekurangan dalam penyusunan Pra-
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-RK3K) ini, kami mohon saran demi perbaikkan
pada pekerjaan yang akan datang.
1. PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengharuskan Pemerintah menambah atau
membuat infrastruktur sebagai penunjang peningkatan roda perekonomian dunia usaha, hal ini juga
mengharuskan pelaku usaha bidang jasa konstruksi untuk lebih profesional dalam melaksanakan pekerjaan
yang diberikan oleh pemilik pekerjaan baik teknis pelaksanaan maupun resiko-resiko yang timbul pada saat
pelaksanaan pekerjaan, salah satu hal dimana pihak pemberi jasa harus profesional adalah penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja, agar keselamatan dan kecelakaan dapat
diminimalisir sekecil mungkin.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan upaya perlindungan bagi pekerja, yang
memuat ketentuan-ketentuan pokok mengenai penerapan dan pelaksanaan K3 di tempat kerja, dalam
rangka menciptakan tempat kerja yang aman, tenaga kerja selamat dan
sehat serta meningkatkan produktivitas kerja secara berkesinambungan. Kegagalan dalam mengendalikan
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja adalah suatu proses yang dapat menimbulkan kecelakaan,
dimana akibat yang ditimbulkan tidak hanya berdampak negatif terhadap tenaga kerja, akan tetapi dapat
juga mempengaruhi penilaian masyarakat atau pengguna jasa perusahaan tersebut.
Oleh sebab itu penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu cara untuk menjamin
kelangsungan pekerjaan secara berkesinambungan melalui upaya pencegahan kecelakaan.
2. DASAR HUKUM
Dasar hukum dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada sektor konstruksi
adalah :
1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang nomor 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi.
3. Undang-undang nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah.
4. Peraturan Menteri tenaga Kerja RI nomor Per.01/MEN/1980, tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
5. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Mentri Pekerjaan Umum nomor Kep.174/MEN/1986,
nomor 104/KPTS/1986, tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor Per.05/MEN/1966, tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
7. Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Ps.30)
8. Standart K3 Internasional :
a. Konvensi ILO no 167 tahun 1988, tentang Safety and Health in Construction.
b. Rekomendasi ILO no 175 tahun 1986, tentang Safety and Health in Contruction.
c. ILO/OSH June 2001, tentang Guidelines on Occupational Safety and Health Management Syatems
(OSHMS).
Hubungan awal yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker dan juga memberitahukan kepada
Instansi Pemerintah/Muspida setempat. Untuk proyek tertentu (tempat yang terpencil atau rawan
kecelakaan dan penyakit kerja) perlu menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit.
2. PENGAWASAN PELAKSANAAN K3
2.1. Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Safety Patrol
b. Safety Supervisor
c. Safety Meeting
a. Safety Patrol
Suatu team yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli ± 1 atau 2 jam (tergantung lingkup
proyek). Dalam kegiatan patroli K3 ini setiap anggota mencatat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan
K3.
b. Safety Supervisor
Petugas yang ditunjuk oleh Manager Proyek yang secara terus-menerus mengadakan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. safety Supervisor berwenang menegur dan
memberikan langsung instruksi langsung terhadap Superintendent bila ada pelaksaan yang mengandung
bahaya terhadap keselamatan kerja.
c. Safety Meeting
Meeting Proyek membahas hasil/laporan Safety Supervisor.
Yang paling utama dalam Safety Meeting tersebut adalah :
1. Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3.
2. Perbaikan sistem kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali.
2.2. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3
3. Rambu-rambu Peringatan
Rambu-rambu peringatan antara lain :
• Peringatan bahaya dari atas.
• Peringatan bahaya benturan kepala.
• Peringatan bahaya longsoran.
• Peringatan bahaya kebakaran.
• Peringatan tersengat listrik.
• Petunjuk ketinggian penumpukan material.
• Larangan memasuki area tertentu.
• Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja.
PENERAPAN K3
a. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin majunya pembangunan saat ini dan semakin meningkatnya penggunaan
alat/mesin modern serta bahan – bahan berbahaya dalam setiap proses pembangunan tersebut. Maka
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja
perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini
nantinya digunakan oleh proyek dan kontraktor sebagai acuan untuk melindungi setiap tenaga kerja atau
orang yang berada di tempat kerja agar setiap pekerjaan dapat dijalankan secara benar sebagaimana
ketentuannya.
b. RUANG LINGKUP
Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini merupakan pedoman perlindungan bagi
tenaga kerja untuk melaksanaan Pekerjaan Pembangunan Power House di Kantor Operasional Cilangkap.
Pedoman ini diterapkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan untuk memantau dan menilai sejauh mana
pekerja mendapat perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
d. REFERENSI
Referensi yang dapat dipakai sebagai dasar penyusunan Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) ini antara lain diambil dari buku – buku pedoman yang berlaku yaitu :
1. Syarat – syarat umum/khusus pelelangan.
2. Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Pembinaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2 K3).
RENCANA PROGRAM K3
1. Penjelasan Umum.
Sesuai dengan kebijakan PT. Rahel Karya Emas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), maka
dalam pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Power House di Kantor Operasional Cilangkap, perlu
dilakukan tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Adapun faktor – faktor berpengaruh yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
a. Faktor Manusia atau dalam hal ini Pekerja.
b. Faktor Kondisi dan Lingkungan Kerja.
c. Faktor Peralatan dan Bahan Kerja.
d. Takdir.
Dengan memperhatikan faktor–faktor penyebab tersebut diatas maka perlu dibuat suatu Program
Pencegahan Kecelakaan Kerja berupa Rencana Program K3 agar resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diminimalkan, dengan harapan agar hal–hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja tidak terjadi.
Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Kondisi Lingkungan Kerja.
b. Jenis Pekerjaan.
c. Tenaga Kerja.
d. Jenis Peralatan dan Material.
Penanggung Jawab K3
INSPEKTOR K3 : ANGGOTA :
Quality Engineer : Quality Engineer :
1. Inspeksi Mutu • Standard an Metode Kerja K3 QHSE
2. Inspeksi K3 • Anggota QHSE
3. Inspeksi lingkngan
Pelaksana : Pengelolaan QHSE Material dan Alat
Surveyor : Supervisi QHSE
Logistik : Supervisi QHSE
Site Manager Sub Kontraktor : Supervisi QHSE
Mandor : Supervisi QHSE
5. Perencanaan.
Perencanaan disini maksudnya bahwa Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ada
disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan yang ada.
Perencanaan disini meliputi :
a. HIRARC
b. Legislasi
c. Sasaran dan Program
MANAJEMEN MUTU
Penyusunan Rencana Mutu Kerja merupakan standar PT. Rahel Karya Emas dalam melaksanakan setiap
kontrak kerja. Mekanisme penyusunan sendiri merupakan aplikasi dari manajemen perusahaan. Aplikasinya
mengacu pada standar instruksi kerja yang sudah disetujui oleh management.
1. Kebijakan Mutu, bertekad memenuhi kepuasan pemilik proyek (owner) dengan menerapkan system
Manajemen Mutu secara konsisten.
2. Sasaran Mutu, melaksanakan Proyek secara tepat waktu dengan mutu produksi sesuai spesifikasi
teknis.
A. ORGANISASI PROYEK
Untuk mencapai target Managemen Mutu, Perusahaan sebagai pelaksana dilapangan akan mengikuti
prosedur dan instruksi standar berdasarkan Struktur Organisasi Proyek yang sudah ditetapkan. Petugas
pengawasan yang bertanggung jawab yang ditunjuk Pemimpin Proyek /Kepala Satuan Kerja atau yang
sebagai Pejabat Pembuat KomitmenPelaksanaan proyek Perusahaan akan menyiapkan team yang dituang
dalam struktur organisasi,dan merupakan penanggung jawab pekerjaan sedang dilaksanakan sesuai
dengan tugas sertatanggung jawabnya. Pemilihan key personil proyek mengacu pada prosedur baku untuk
memastikan kompetensi di bidang masing masing.
Field Manager, sebagai penanggung jawab proyek secara keseluruhan yang dilaksanakan,Memimpin dan
mengendalikan proyek agar efisien dan efektif mencapai hasil yang optimal. Membuat strategi
pelaksanaan proyek yang berkaitan dengan pengendalian mutu proyek
Technical Engineer, Tenaga ahli Arsitektur sebagai penanggung jawab langsung dalam pelaksanaan
Pekerjaan yang menyangkut finishing dan struktur bangunan pekerjaan. Mengendalikan dan menganalisa
masalah masalah teknis kebutuhan proyek, baik material,tenaga kerja, peralatan serta biaya yang
dibutuhkan. Membuat Rencana Mutu Kontrak, yaitu Master schedule, dan Metode Kerja Pelaksanaan
Quantity Engineer, Tenaga ahli yang bertanggung jawab membuat perhitungan/ estimateanggaran proyek
dan membuat laporan pelaksanaan sesuai dengan pekerjaan yang sudah ditentukan. Membuat laporan
harian, mingguan dan bulan pada masing-masing bangunan, serta rencana kerja setiap harinya yang akan
dikerjakan. Mengontrol dan mengatur pemakaianmaterial, alat dan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
Quality Engineer, Tenaga ahli yang bertanggung jawab mengontrol kegiatan lapangan, memberikan
analisa rencana mutu kontrak. Membuat justifikasi yang menyangkut pekerjaan diproyek serta
mengaplikasi analisa semua pehitungan/estimasi anggaran proyek. Team yang akanmembantu dalam
menyiapkan Rencana Mutu Kontrak .
Surveyor, Membuat pengukuran pekerjaan baik pekerjaan yang akan dilaksanakan maupun pekerjaan yang
sudah dikerjakan. Pengawas / Supervisor, Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan dan mengontrol
terhadap penggunaan material, tenaga kerja sehinga pekerjaan dapat berjalan dengan baik.
Adm & Keuangan, membantu membuat laporan yang bersipat administrasi , membuat laporan keuangan
serta, serta mengatur dan melakukan pembayaran
Seluruh Key personil yang terlibat di proyek adalah Gugus tugas pengendalian mutu, sehingga secara
otomatis prosedur kendali mutu yang ditetapkan perusahaan menjadi tanggung jawabnya. Proyek star up
meting sudah harus dilakukan selambatnya 3 minggu sebelum dimulainya proyek. Hal yang dibahas adalah
:
Pengangkatan key personil penanggung jawab proyek.
• Pembahasan detail scope kontrak
• Strategi eksekusi yang mencakup : Kontruksi & Procurement
• Prosedur Kendali Mutu di Lapangan
Hasil akhir dari startup meeting adalah detail RENCANA PELAKSANAAN PROYEK, yang mencakup:
Inspeksi Penerimaan di Lapangan untuk peralatan dan material harus dilakukan oleh Material Controller
yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang berlaku agar bisa menjamin bahwa item-item yang
diterima telah sesuai dengan persyaratan dari perintah pembelian (PO) untukpoint-point berikut :
Kerusakan yang ditemukan pada saat inspeksi penerimaan di lapangan harus dilaporkan oleh Material
Controller kepada Koordinator Kendali Mutu Lapangan. Koordinator Kendali Mutu Lapangan harus
mengkonfirmasikan kondisi kerusakan tersebut dan melaporkannya ke Enjinir lapangan serta mengambil
langkah langkah lanjutan seperlunya.
Peralatan dan Material yang sudah lolos pemeriksaan harus disimpan sesuai dengan spesifikasidan/atau
instruksi yang berlaku untuk mencegah terjadinya kerusakan. Tempat penyimpanan harus diklasifikasikan
menjadi gudang dan tempat terbuka berdasarkan kategori, tipe dan ukuran. Peralatan dan material yang
diterima harus dicatat pada lembaran pengontrolan material. Status dari tempat penyimpanan harus di cek
oleh Warehouseman dengan cara pengecekan fisik secara periodik, stocktaking, dll.
Pengeluaran peralatan dan material haruslah dilaksanakan berdasarkan permintaan tertulis yang telah
disetujui oleh pengawas yang berwewenang. Pengeluaran peralatan dan material harus disaksikan oleh
Warehouseman
Pengendalian mutu di lapangan merupakan langkah langkah yang dilakukan untuk menjaga mutu dan
kualitas proyek.
PROSEDUR KERJA
Detil prosedur kerja untuk setiap kategori pekerjaan utama dan/ atau item pekerjaan harus mengacu pada
standar baku perusahaan.
Jadwal inspeksi dan Tes sudah di definisikan dalam rencana detil pelaksanaan proyek. Dimana tercamtum
jenis material, metoda pengujian, dan kapan dilakukan. Pengujian metoda langsung dilapangan harus di
saksian oleh konsultan pengawas.
PENGUJIAN STANDAR LABOTARIUM
Pengujian mutu untuk produk/material yang memerlukan pengujian oleh pihak ke-3 untuk memastikan
telah sesuai dengan spesifikasi kontrak dan standard baku yang berlaku. Pihak ke-3 yang melakukan
pengujian adalah yang ditunjuk atau disetujui oleh pemilik pekerjaan. Pembuktian dari pengujian adalah
sertifkat yang sah sesuai ketentuan yang berlaku.
KONTROL DOKUMEN
Dokumen proyek merupakan instrumen kontrol dan menjadi alat pembuktian progres proyek kepemilik
pekerjaan. Seluruh dokumen pengujian dan persetujuan menjadi bagian dari dokumentasi proyek, yang
pada saat tertentu harus diserahkan pada pemilik proyek.
I. PENUTUP
Pengesahan
Metode pelaksanaan ini kami sampaikan sebagai lampiran dokumen pendukung Rencana Kerja yang
diharapkan dapat menunjukan pemahaman dan kemampuan personel sebagai pelaksana pekerjaan
dimaksud di atas.
Alif Fiardi
Direktur Utama