Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

SISTEM
MANAJEMEN
MUTU
KONSTRUKSI
Konsep Sistem Manajemen
Mutu Konstruksi

Abstract Kompetensi
Modul ini berisi mengenai pengenalan Mahasiswa diharapkan dapat
terhadap Sistem Manajemen Mutu, memahami apa arti Sistem Manajemen
yang mencakup definisi, tujuan, Mutu, tujuan, manfaat langkah
manfaat, langkah penerapan dan model penerapan dan model-model Sistem
Sistem Manajemen Mutu Manajemen Mutu

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Sipil P111700029 Yosie Malinda, ST.MT
Pendahuluan

Pengalaman beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa kualitas dapat dicapai


melalui serangkaian metode yang didefinisikan dengan baik yang digunakan selama proses
desain, produksi, dan pengiriman produk. Kumpulan metode ini dan konsep teoretis
dikategorikan dalam disiplin teknik, yang telah disebut oleh beberapa orang “quality
engineering”. The American Society for Quality, sebuah organisasi pertama utama berkualitas
profesional, menggunakan nama ini untuk body of knowledge yang berkontribusi terciptanya
kualitas produk dan layanan yang mengarah pada kepuasan pelanggan. Mereka bahkan
menawarkan program pelatihan dalam quality engineering dan memberikan sertifikasi kepada
mereka yang lulus test tertulis dan memperoleh tingkat pengalaman tertentu di bidang
kualitas.
Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), Keterampilan (skills),
alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas aktifitas proyek untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK, 2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui
aplikasi dan integrasi tahapan proses manajeman proyek yaitu initiating, planning, executing,
monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam
pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling
mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint yaitu lingkup pekerjaan
(scope), waktu dan biaya. Di mana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan
kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi
setidaknya satu factor lainnya. (PMBOK Guide, 2004)
Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian yang
diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan
(customer relation). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 1.1 ditunjukkan bahwa dalam
pencapaian tujuan proyek, kita perlu memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan
dengan memanfaatkan resourse yang kita punyai. Di sini juga bisa dikemukakan bahwa dalam
pelaksanaan proyek ada tawar-menawar (trade off) antara berbagai pembatas. Jika kualitas
hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuansi kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya,
jika biaya ditekan agar lebih murah dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka
konsekuensinya, kualitas bisa turun.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.1 Pembatas-pembatas dalam pelaksanaan proyek (Kerzner, 2003)

Setiap proyek biasanya akan melewati tahap-tahap yang mempunyai pola tertentu.
Pola itu yang dinama kan siklus hidup proyek. Tahap-tahap itu dianalogikan dengan apa yang
terjadi dalam siklus perkembangan produk. Secara garis besar tahap-tahap proyek bisa dibagi
menjadi :
1. Tahap Konsepsi
2. Tahap Perencanaan
3. Tahap Eksekusi
4. Tahap Operasi
Secara grafis tahap-tahap yang dilalui suatu proyek bisa digambarkan dalam Gambar
1.2. Dalam sumbu- x adalah tahapan siklus dan sumbu-y adalah tingkat usaha (level of effort,
biaya) yang dikeluarkan.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.2 Siklus Hidup Proyek
Dalam tahap awal siklus hidup proyek, biaya yang diserap berada pada tingkat yang
masih rendah. Besarnya biaya ini akan semakin membesar seiring dengan berlangsungnya
proyek. Biaya akan mencapai puncak ketika proyek mulai dieksekusi. Kemudian akan mulai
menurun ketika proyek memasuki tahap akhir di mana hasil akan diserahkan kepada user.
Pada tahap awal, peluang keberhasilan proyek masih rendah dan ini akan semakin
besar dengan berlangsungnya proyek.Tingkat ketidakpastian dan risiko sangat tinggi pada
tahap awal. Dari segi kebutuhan biaya masih rendah karena porsi pekerjaan proyek yang
dilakukan belum banyak. Pada tahap awal juga kemampuan para stakeholder proyek masih
besar untuk mempengaruhi karakteristik produk akhir proyek sekaligus biaya proyek. Dan
seiring dengan berlangsungnya proyek, kemampuan ini akan menurun karena ongkos
perubahan dan koreksi terhadap eror yang terjadi dalam pekerjaan proyek akan semakin
membesar jika proyek semakin mendekati akhir siklusnya.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Pengertian Sistem Manajemen Mutu

Secara umum, definisi mutu menurut beberapa ahli yaitu :


a. Philip B. Crosby
Crosby berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan,
seperti jam tahan air, sepatu yang tahan lama atau dokter yang ahli. Ia juga
mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang pada proses dalam organisasi.
b. W. Edwards Deming
Deming berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai
penyempurnaan terus-menerus.
c. Joseph M. Juran
Juran berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian dengan penggunaan, seperti
sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke
kantor. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan.
d. K. Ishikawa
Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap
bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal
akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
Beberapa definisi kamus tentang kualitas adalah: "karakteristik yang melekat atau
membedakan", "keunggulan jenis", "derajat atau tingkat keunggulan". Definisi ini terlalu umum
dan mungkin tidak berguna untuk menentukan kualitas produk tertentu. Beberapa telah
mengusulkan definisi yang lebih spesifik dan praktis seperti: "kesesuaian untuk digunakan", "
kesesuaian untuk tujuan penggunaan, "kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang
diberikan, "kesesuaian dengan spesifikasi" dan "Memenuhi kebutuhan pelanggan baik dalam
kinerja dan harga". Menurut Standar ISO 9000, kualitas didefinisikan sebagai "sejauh mana
serangkaian karakteristik yang melekat memenuhi persyaratan".
Dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan derajat/tingkat karakteristik yang melekat
pada produk yang mencukupi persyaratan / keinginan. Maksud derajat / tingkat berarti
selalu ada peningkatan setiap saat. Sedangkan karakteristik berarti hal-hal yang dimiliki
produk, yang terdiri dari karakteristik fisik, karakteristik perilaku dan karakteristik sensori
(Rudi Suardi, 2004).
Garvin (1984) mengidentifikasi delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk
menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu sebagai berikut :

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
a. Performa (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin
membeli suatu produk.
b. Keistimewaan (features), merupakan aspek kedua yang menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan piilihan-pilihan dan pengembangannya. Misal, featuresuntuk produk
mobiladalah atap yang bisa dibuka. Featuresmerupakan ciri-ciri atau keistimewaan
tambahan atau pelengkap.
c. Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara
berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Misal, keandalan
mobil adalah kecepatan.
d. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
e. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini
berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
f. Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan
dengan keceepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam
perbaikan.
g. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi
atau pikiran individual.
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subjektif, beerkaitan dengan
perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri.
Definisi kualitas di atas menurut Garvin hanya memperkuat gagasan yang dimiliki kualitas
banyak aspek dan tidak dapat dengan mudah didefinisikan dalam satu frase atau kalimat
sederhana. Mungkin memiliki arti yang berbeda untuk produk yang berbeda, dan bahkan
untuk produk yang sama, mungkin memiliki arti yang berbeda untuk pengguna yang berbeda.
Pakar dan praktisi sistem manajemen mutu menyebutkan definisi Sistem Manajemen
Mutu (SMM), salah satunya adalah Vincent Gaspers (2008:268), dalam bukunya yang
berjudul Total Quality Management mendefinisikan Sistem Manajemen Mutu sebagai
sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek- praktek standar untuk manajemen sistem
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap
kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau
organisasi.
Banyak kegiatan yang harus dilakukan oleh banyak orang dalam suatu organisasi di
desain dan produksi suatu produk sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Departemen pemasaran biasanya memperoleh informasi tentang kebutuhan dan preferensi
pelanggan. Ins Design engineer mempertimbangkan kebutuhan ini dan memilih fitur produk
(karakteristik) yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka juga memilih nilai target dan
toleransi untuk fitur produk tersebut. Manufacturing engineer menentukan bahan apa untuk
digunakan dan proses apa yang digunakan untuk membuat produk memenuhi spesifikasi
yang dipilih. Tim produksi mengikuti serangkaian instruksi yang dihasilkan oleh para insinyur
manufaktur dan mengubah bahan mentah menjadi produk dengan karakteristik dalam
spesifikasi yang disebutkan. Departemen melakukan desain pengemasan dan memproduksi
kemasan sehingga produk akan sampai ke pelanggan dengan aman dan tanpa kerusakan.
Semua ini dikenal sebagai "line activities", karena mereka secara langsung bertanggung
jawab untuk membuat dan mengirimkan produk.
Diperlukan aturan tentang pihak yang memiliki tanggung jawab primer (utama) dan
pihak yang memiliki peran sekunder (pendukung). Aturan juga harus menjelaskan bagaimana
jika mucul perbedaan dan penyelesaiannya. Dengan kata lain, suatu sistem harus akan
dibentuk di mana beberapa badan komponen dengan tanggung jawab yang diberikan dan
hubungan yang ditentukan akan bekerja sama untuk memenuhi tujuan bersama dalam
memproduksi dan mengirimkan produk yang akan memenuhi kebutuhan pelanggan. Sistem
seperti itu disebut “total quality system” (TQS).

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.3 Model of a total quality management system

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Sejarah Sistem Manajemen Mutu

Selalu berusaha untuk pencapaian kualitas, dalam arti mencari kesempurnaan dalam
aktivitas seseorang menjadi bagian dari usaha manusia. Sejarah memberikan banyak contoh
orang mencapai tingkat kualitas tertinggi, dalam individu atau kolektif. Shakespeare
memainkan musik Beethoven, the Great Pyramids of Egypt, Mesir, dan kuil-kuil di India
selatan hanyalah beberapa contoh. Kualitas bersifat menarik dalam pikiran manusia dan
memberikan rasa kepuasan, itulah sebabnya kebanyakan dari kita senang mendengarkan
konser yang bagus, menonton drama yang bagus, mengamati gambar yang indah, atau
bahkan menunggang kuda, mobil yang baik.
Selama 70 tahun terakhir, istilah "kualitas" mulai digunakan di pasar untuk
menunjukkan seberapa banyak produk cacat yang dibeli dan seberapa baik memenuhi
kebutuhan penggunanya. Setelah Revolusi Industri di awal 1900-an, teknik produksi massal
diadopsi untuk membuat produk dalam jumlah besar untuk memenuhi meningkatnya
permintaan barang. Upaya khusus diperlukan untuk mencapai kualitas di produk yang
diproduksi secara massal ketika dirakit dari bagian yang diproduksi secara massal. Variabilitas
atau kurangnya keseragaman pada suku cadang yang diproduksi secara massal menciptakan
masalah kualitas selama perakitan suku cadang.
Dr Walter A. Shewhart, yang bekerja di bekas Laboratorium Bell pada awal 1920-an,
memelopori penggunaan statistik untuk memantau dan mengontrol variabilitas yang
diproduksi bagian dan produk, dan menciptakan diagram kontrol. Drs. Harold Dodge dan
Harry Romig mengembangkan rencana pengambilan sampel yang menggunakan prinsip
statistik untuk memastikan kualitas suatu populasi produk dari kualitas yang diamati di suatu
Sampel. Metode statistik ini, yang digunakan terutama di dalam Bell telephone Companies
selama tahun 1930-an, juga digunakan pada awal 1940-an dalam produksi barang dan
amunisi untuk militer AS dalam Perang Dunia II. Beberapa (Ishikawa 1985) bahkan
berspekulasi bahwa ini fokus pada kualitas barang-barang militer yang disediakan Amerika
Serikat dan sekutu mereka yang berkontribusi pada kemenangan dalam perang.
Setelah Perang Dunia II, Departemen Perang AS mengkhawatirkan kekurangan
tersebut suku cadang dan rakitan elektronik yang digunakan dalam misi perang. Dari
perhatian ini menumbuhkan ilmu reliability/keandalan, yang berhubungan dengan kinerja
bebas kegagalan produk dari waktu ke waktu. Ilmu reliabilitas matang selama awal 1950-an
menjadi disiplin yang canggih dan berkontribusi untuk meningkatkan umur panjang, tidak

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
hanya produk pertahanan, tetapi juga dari banyak produk komersial seperti elektronik
konsumen dan peralatan rumah tangga.
Pada awal 1950-an, para pemimpin di bidang kualitas, seperti Drs. W. Edwards
Deming, Joseph M. Juran, dan Armand V. Feigenbaum, mendefinisikan kembali kualitas
dalam beberapa hal cara penting. Pertama, mereka menetapkan bahwa kualitas suatu produk
hanya ada jika pelanggan menemukan produk yang memuaskan dalam penggunaannya. Hal
ini berbeda dengan pandangan sebelumnya yang mana suatu produk memiliki kualitas jika
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh perancang produk, yaitu mungkin telah dipilih
dengan atau tanpa mengacu pada kebutuhan pelanggan. Setiap elemen dalam sistem harus
difokuskan pada tujuan pembuatan dan pengiriman suatu produk yang memuaskan
pelanggan. Oleh karena itu, para pemimpin mengusulkan konsep “total quality system” yang
komponennya akan ditentukan beserta tanggung jawabnya dan hubungan timbal balik.
Pendekatan manajemen yang disebut “total quality management philosophy" itu
diusulkan. Ini menentukan bagaimana orang-orang yang bekerja dengan sistem kualitas total
nantinya direkrut, dilatih, dimotivasi, dan diberi penghargaan karena mencapai tujuan sistem.
Jumlah seluruhnya sistem mutu bersama dengan filosofi manajemen yang diperlukan untuk
mengelola orang yang terlibat dalam sistem itu bersama-sama disebut "Total Quality
Management System". Meskipun meluasnya penerimaan tentang kebutuhan akan total sistem
manajemen kualitas di antara komunitas berkualitas di Amerika Serikat dan di tempat lain,
tetapi orang Jepang yang dengan cepat merangkumnya, menyesuaikannya dengan industri
dan lingkungan budaya mereka, dan menerapkannya untuk menuai manfaat yang sangat
besar. Mereka menyebut sistem seperti itu "Kontrol kualitas total" atau "kontrol kualitas
seluruh perusahaan". Dengan keberhasilan Orang Jepang, seluruh dunia pada akhirnya
melihat nilai dalam pendekatan sistem terhadap kualitas. Penciptaan Standar Sistem
Penjaminan Mutu oleh International Organization for Standardization (ISO 9000) pada tahun
1987 merupakan puncak dari penerimaan dunia atas pendekatan sistem untuk menghasilkan
kualitas.
Tonggak penting lainnya dalam pengembangan disiplin kualitas adalahpenemuan,
atau penemuan kembali, nilai eksperimen yang dirancang untuk membangun hubungan
antara variabel proses dan karakteristik produk. Penggunaan dirancang percobaan untuk
mendapatkan informasi tentang suatu proses dipelopori oleh Inggris ahli statistik Sir Ronald
Fisher di awal 1920-an, dalam konteks memaksimalkan hasil dari ladang pertanian. Meskipun
metode tersebut telah digunakan dengan sukses di bidang manufaktur aplikasi, terutama di
industri kimia selama tahun 1950-an

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Dr. Genechi Taguchi, seorang insinyur Jepang, yang mempopulerkan penggunaan
eksperimennya untuk meningkatkan kualitas produk. Dia mengadaptasi metode untuk
digunakan dalam produk dan proses desain dan menyediakan langkah-langkah yang
disederhanakan dan efisien untuk melakukan eksperimen untuk menemukan kombinasi
parameter produk (atau proses) untuk mendapatkan kinerja produk (atau proses) yang
diinginkan. Metodenya menjadi populer di kalangan insinyur, dan eksperimen menjadi metode
yang sering digunakan selama proyek peningkatan kualitas di industri.
Kemunculan quality control (QC) di Jepang pada tahun 1962 adalah hal penting
lainnya dalam pengembangan landmark dalam rekayasa dan manajemen kualitas. The Union
of Japanese Scientists and Engineers (JUSE) yang mengambil peran sebagai pemimpin
dalam penyebaran metode kualitas di Jepang, yang menawarkan kelas dalam statistical
quality control kepada para insinyur, manajer, dan eksekutif mulai tahun 1949. Sebagai
langkah pertama, JUSE, di bawah kepemimpinan Dr. Kaoru Ishikawa, mulai melatih pekerja
dan mandor di bidang statistik metode yang disebut Quality Control for the Foreman, yang
dilakukan pelajaran dalam statistical quality control.
Tahun 1970-an adalah tahun-tahun penting dalam sejarah pergerakan kualitas di
Amerika Serikat. Industri Jepang telah menguasai seni dan ilmu membuat kualitas produk dan
memenangkan sebagian besar pasar AS, terutama di konsumen mobil dan elektronik.
Produsen domestik di Amerika Serikat, terutama pembuat mobil, kehilangan sebagian besar
pasar mereka dan terpaksa menutup bisnis dan memberhentikan pekerja dalam jumlah besar.
Itu adalah hari-hari yang sangat menyakitkan bagi para pekerja Amerika di industri otomotif.
Butuh beberapa tahun bagi para pemimpin industri untuk memahami kualitas itulah yang
menjadi pembeda antara pesaing Jepang dan produsen domestik.
Jaringan televisi NBC memproduksi dan menayangkan film dokumenter pada bulan
Juni tahun 1980 berjudul “Jika Jepang Bisa… Mengapa Kita Tidak Bisa?” Film dokumenter
tersebut menyoroti kontribusi dari W. Edwards Deming dalam pelatihan insinyur dan manajer
Jepang di bidang statistic pengendalian kualitas dan dalam filosofi manajemen baru untuk
mencapai kualitas. Film dokumenter ini memberikan titik temu bagi banyak pemimpin industri
AS untuk mulai belajar dari Jepang rahasia metodologi kualitas (Moen dan Norman 2016).
Banyak pemimpin perusahaan yang berkontribusi dalam pengembangan kualitas seperti
Robert Galvin dari Motorola, Harold Page dari Polaroid, Jack Welch dari General Electric, dan
James Houghton dari Corning. Filosofi kualitas tersebar di seluruh industri dan guru kualitas
dari AS seperti Dr. Deming, pulang ke AS untuk memberikan pelatihan teknis dan manajerial
aspek kualitas. Beberapa perusahaan AS yang kehilangan bisnis karena persaingan asing
mulai pulih dengan menggunakan manajemen yang berfokus pada kualitas. Korporasi seperti
2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
itu sebagai Motorola, Xerox, IBM, Ford, General Motors, Chrysler, Corning, dan Hewlett-
Packard adalah contoh perusahaan yang mulai mendapatkan kembali pangsa pasar dengan
fokus pada kualitas yang baru. Sebuah "revolusi kualitas" telah dimulai di Amerika Serikat.
1980-an melihat pemulihan ini menyebar ke seluruh spektrum industri yang luas, dari mobil
dan elektronik sampai baja dan listrik untuk hotel dan perawatan kesehatan.
Selama awal 1980-an, Motorola meluncurkan quality drive di dalam perusahaannya
menggunakan "proses Six Sigma". Dorongan utama dari proses ini adalah untuk mengurangi
variabilitas di setiap karakteristik komponen ke tingkat di mana tingkat ketidaksesuaian, atau
proporsi karakteristik yang berada di luar batas yang dapat diterima oleh pelanggan, tidak
akan lebih dari 3,4 bagian per juta. Tingkat keseragaman, atau kualitas, dibutuhkan di tingkat
komponen, Motorola diklaim, untuk mencapai tingkat kualitas yang dapat diterima pada
produk rakitan. Six Sigma menekankan penggunaan alat statistik untuk perbaikan proses dan
Proses desain ulang, bersama dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis
(disebut DMAIC atau DMEDI) untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi biaya,
dan meningkatkan kinerja keuangan. Metode statistik dan Metodologi pemecahan masalah
diajarkan kepada para insinyur, supervisor, dan operator melalui program pelatihan.
Pada tahun 1988, Kongres AS menetapkan penghargaan yang disebut Malcolm
Baldrige National Quality Award (MBNQA). Penghargaan ini dibuat untuk memberi
penghargaan kepada bisnis AS yang menunjukkan hasil paling baik kemajuan dalam
mencapai keunggulan bisnis melalui penggunaan metode modern untuk meningkatkan
kualitas dan kepuasan pelanggan. Revolusi kualitas, yang telah mengakar di Amerika Serikat
dan banyak lagi negara maju dan berkembang lainnya, merupakan fenomena penting di masa
baru ekonomi global.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Sumber : Krishnamoorthi, K.S. (2006).

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Tujuan Sistem Manajemen Mutu

Menurut Gasperz (2002;10) tujuan dari sistem manajemen mutu sebagai berikut:
1. Menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan
tertentu; kesesuaian antara kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan pada suatu
standar tertentu terhadap proses dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan sangat
penting.
2. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan
persyaratan proses dan produk yang ditentukan pelanggan dan organisasi; Keputusan
pelanggan adalah reaksi emosional dan rasional positif pelanggan. Untuk mampu
memberikan kepuasan kepada pelanggan, segenap personil organisasi dituntut untuk
memliki kompetensi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.

Manfaat Sistem Manajemen Mutu

Manfaat dari penerapan sistem manajemen mutu yaitu:


1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu yang
terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001:2000 menunjukkan
bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan mutu telah direncanakan
dengan baik.
2. Perusahaan yang telah bersertifikatkan ISO 9001:2000 diijinkan untuk mengiklankan pada
media massa bahwa sistem manajemen mutu dari perusahaan itu telah diakui secara
internasional. Hal ini berarti meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam
memasuki pasar global.
3. Audit sistem manajemen mutu dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2000 dilakukan secara periodic agar registrar dari lembaga registrasi sehingga
pelanggan tidak perlu melakukan audit sitem manajemen mutu. Hal ini akan menghemat
biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem manajemen mutu oleh pelanggan.
4. Perusahaan yang telah memperoleh serifikat ISO9001:2000 secara otomatis terdaftar
pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan potensial ingin mencari pemasok
yang bersertifikat ISO 9001:2000, akan menghubungi lembaga registrasi. Jika perusahaan

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
itu telah terdaftar pada lembaga registrasi bertaraf internasional, maka hal itu berarti
membuka kesempatan pasar baru.
5. Meningkatkan mutu dan produktivitas melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik,
sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan
karena operai internal menjadi lebih baik.
6. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.
7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer
organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefenisi secara baik.

Langkah Penerapan Sistem Manajemen Mutu

Gasperz (2002;10) urutan-urutan yang diberikan hanya merupakan suatu petunjuk, yang
dapat saja dilakukan bersamaan atau dalam susunan yang tidak harus berurut, tergantung
pada kultur dan kematangan organisasi, tetapi semua langkah ini harus diperhatikan secara
serius dan konsisten. Dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang akan
diterapkan. Standar-standar sistem manajemen mutu itu dipilih berdasarkan dan sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Berkaitan dengan hal ini, sistem manajemen mutu ISO
9001:2000 dapat diplih.
2. Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi
3. Menetapkan suatu kelompok kerja (working group) atau komite pengarah (steering
committee) yang terdiri dari manajer-manajer senior. Semua manajer senior harus
berpartisipasi aktif dan paham secara benar tentang persyaratan-persyaratan standar dari
sistem manajemen mutu itu.
4. Menugaskan wakil manajemen (management representative). Organisasi harus
menugaskan wakil manajemen, yang bebas dari tanggung jawab lain, serta harus
mendefenisikan wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa persyaratan-
persyaratan sistem manajemen mutu itu diterapkan dan dipelihara.
5. Menetapkan tujuan-tujuan mutu dan implementasi sistem. Tidak ada metode baku atau
tunggal dari implementasi sistem manajemen mutu dalam organisasi. Bagaimanapun,
program implementasi (prosedur- prosedur kerja) harus merupakan tanggung jawab dari
semua anggota organisasi dan dilakukan secara benar dari awal.
2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
6. Meninjau ulang sistem manejemen mutu yang sekarang. Berkaitan dengan hal ini perlu
dilakukan suatu audit sistem atau penilaian terhadap sistem manajemen mutu yang ada.
7. Mendefenisikan struktur organisasi dan tanggung jawab. Pengembangan suatu sistem
manajemen mutu menghadirkan suatu kesempatan ideal untuk suautu organisasi
melakukan evaluasi terperinci dan meninjau ulang struktur manajemen yang ada.
8. Menciptakan keasadaran mutu (quality awareness) pada semua tingkat dalam organisasi.
Kesadaran mutu dapat dibangkitkan melalui serangakaian pelatihan tentang mutu guna
menjawab pertanyaan- pertanyaan: apa itu mutu?, mengapa perlu memiliki sistem
manajemen mutu?, apa itu manual mutu?, mengapa harus mendokumentasikan sistem
manajemen mutu dalam prosedur-prosedur sistem dan prosedur- prosedur kerja
terperinci?, apa itu kebijakan mutu organisasi?, mengapa memerlukan kerjasama dalam
implementasi sistem manajemen mutu?, dan lain-lain.
9. Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen mutu dalam manual (buku
panduan) mutu. Hal ini berkaitan dengan peninjauan ulang secara singkat dari sistem
manajemen mutu itu dan apakah kebijakan dan dokumen-dokumen yang diperlukan telah
lengkap dan tersusun rapi dalam sistem manajemen.
10. Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur- prosedur.
Berkaitan dengan hal ini perlu mengembangkan suatu diagram alir dari aktivitas bisnis
organisasi dan menentukan hal- hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan
organisasi.
11. Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur oprasional atau prosedur
terperinci. Hal ini berkaitan dengan dokumen-dokumen spesifik terhadap produk, aktivitas-
aktivitas atau proses-proses dan harus ditempatkan pada lokasi kerja sehingga mudah
dibaca oleh karyawan atau pekerja yang terkait.
12. Memperkenalkan dokumentasi. sekali manual mutu dan prosedur- prosedur telah
disepakati , maka implementasi dari praktek-praktek sistem manajemen mutu pada tingkat
manajemen dapat dilakukan.
13. Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem. Tahap ini akan menjadi
sangat penting untuk keberhasilan dan efisiensi dari sistem manajemen mutu.
14. Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen mutu. Peninjauan ulang sistem
manajemen mutu diperlukan untuk menjamin kesesuaian terhadap persyaratan-
persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Model Sistem Manajemen Mutu

Gaspersz (2008:273) membagi Sistem Manajemen Mutu menjadi dua, yaitu Sistem
Manajemen Mutu Informal dan Sistem Manajemen Mutu Formal. Pada Sistem Manajemen
Mutu Informal, setiap manajemen perusahaan bebas untuk menyusun atau membangun
model Sistem Manajemen Mutu organisasi, tanpa perlu terikat kepada kriteria-kriteria formal
yang telah ditetapkan oleh institusi formal. Dengan demikian berdasarkan pemahaman dan
keyakinan pihak manajemen akan prinsip- prinsip manajemen mutu yang akan diterapkan
dalam organisasi, kemudian disusun model sistem manajemen yang berlaku pada organisasi
itu.
Berbeda dengan Sistem Manajemen Mutu Informal, Sistem Manajemen Mutu Formal
terikat kepada kriteria-kriteria formal yang telah ditetapkan oleh institusi penyusun model
sistem manajemen mutu itu sendiri. Dengan demikian apabila manajemen suatu organisasi
ingin mengadopsi model Sistem Manajemen Mutu Formal dan ingin memperoleh pengakuan
bahwa organisasi itu telah berhasil menyusun model Sistem Manajemen Mutu Formal, maka
manajemen organisasi harus bisa membuktikan kepada institusi formal yang menilai
kelayakan penerapan model Sistem Manajemen Mutu Formal itu, untuk mendapatkan award
atau penghargaan.
Sistem Manajemen Mutu Formal biasanya terdiri dari sebuah kerangka kerja yang
memiliki nilai-nilai inti serta prinsip-prinsip keunggulan. Prinsip-prinsip ini merupakan landasan
untuk membangun kerangka kerja, yang terdiri dari sejumlah penilaian kriteria dan item.
Sistem Manajemen Mutu Formal ada yang berlaku secara nasional (di suatu negara),
regional, dan internasional. Sistem manajemen mutu formal yang berlaku secara nasional
mula-mula dikembangkan di Australia, Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat, masing-masing
berupa, Australian Business Excellence Award (ABEA), Canadian Quality Award (CQA),
Deming Prize (DP), dan Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA). Sistem
manajemen mutu formal, yang berlaku secara regional adalah Asia Pasifik Quality Award
(APQA), Iberoamerican Quality Award (IQA), dan European Quality Award (EQA). Sedangkan
sistem manajemen mutu yang diakui secara internasional menurut Gaspersz (2008:264)
adalah ISO.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Miguel (2005:38) setidaknya terdapat 76
Sistem Manajemen Mutu yang berlaku secara nasional pada masing-masing negara di
seluruh dunia. Negara-negara tersebut mengadopsi salah satu atau kombinasi dari Sistem
Manajemen Mutu European Quality Award, Deming Prize, dan Malcolm Baldrige National
2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Quality Award. Sebanyak 68% dari negara-negara tersebut mengadopsi kerangka kerja
Baldrige. Beberapa negara (misalnya Fiji dan

Prinsip Sistem Manajemen Mutu


Filosofi manajemen baru menjadi penting untuk mengelola Total Quality System
(TQS). Di masa lalu, ketika kontrol kualitas dianggap sebagai tanggung jawab tunggal dari
departemen inspeksi, fungsi seperti pemasaran, pengembangan produk, dan proses
pengembangan tidak terlalu memperhatikan kualitas produk. Dibawah sistem manajemen
baru, perubahan budaya menjadi perlu untuk menciptakan kesadaran di antara semua
karyawan organisasi tentang kebutuhan pelanggan dan untuk menekankan bahwa setiap
karyawan memiliki peran dalam memuaskan pelanggan.
Jadi, filosofi Total Quality Management (TQM) memiliki komponen berikut :
1. Komitmen top manajemen untuk membuat produk yang berkualitas dan memuaskan
pelanggan.
2. Memfokuskan perhatian seluruh organisasi pada kebutuhan pelanggan.
3. Memasukkan kualitas sebagai parameter dalam perencanaan tujuan organisasi.
4. Membuat sistem yang akan menentukan tanggung jawab dan hubungan berbagai
komponen menuju kepuasan pelanggan.
5. Pengambilan keputusan berdasarkan informasi faktual dalam lingkungan partisipatif.
6. Melatih semua karyawan di TQM, melibatkan mereka, dan memberdayakan mereka
sebagai peserta dalam proses tersebut.
7. Menciptakan budaya di mana peningkatan berkelanjutan akan menjadi tujuan yang
konstan untuk semua orang dan kontribusi untuk tujuan ini akan menerima reward yang
memadai.
Prinsip manajemen mutu menurut SNI ISO 9001:2015, sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan
2. Kepemimpinan
3. Pelibatan orang
4. Pendekatan proses
5. Peningkatan
6. Bukti berdasarkan keputusan yang dibuat
7. Manajemen relasi

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
18 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
1. Fokus pada pelanggan
Fokus utama dari manajemen mutu adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
berusaha untuk melebihi harapan pelanggan. Dasar dari prinsip yang pertama ini adalah
:
a. Sukses berkelanjutan dicapai ketika organisasi menarik dan mempertahankan
kepercayaan pelanggan dan pihak berkepentingan lainnya.
b. Setiap aspek dari interaksi pelanggan menyediakan kesempatan untuk menciptakan
nilai lebih bagi pelanggan.
c. Memahami kebutuhan saat ini dan masa depan pelanggan dan pihak berkepentingan
lainnya berkontribusi keberhasilan berkelanjutan dari organisasi.
Cara – cara yang dapat ditempuh :
a. Kenali pelanggan langsung dan tidak langsung sebagai orang-orang yang menerima
nilai dari organisasi.
b. Pahami kebutuhan saat ini dan harapan masa depan pelanggan.
c. Tautkan tujuan organisasi kepada kebutuhan dan harapan pelanggan.
d. Komunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan kepada seluruh organisasi
e. Perencanaan, desain, pengembangan, produksi barang dan jasa diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
f. Mengukur dan memantau kepuasan pelanggan untuk mengambil tindakan yang tepat

2. Kepemimpinan
Dasar dari kepemimpinan adalah penciptaan kesatuan tujuan dan arah dan keterlibatan
dari orang memungkinkan organisasi untuk menyelaraskan strategi, kebijakan, proses dan
sumber daya untuk mencapai tujuannya.
Cara-cara yang dapat ditempuh :
a. Mengkomunikasikan misi, visi, strategi, kebijakan dan proses organisasi ke seluruh
organisasi.
b. Membuat dan mempertahankan nilai-nilai bersama, keadilan dan model etika perilaku
di semua tingkatan organisasi.
c. Membangun budaya kepercayaan dan integritas.
d. Mendorong komitmen organisasi untuk kualitas.
e. Pastikan bahwa para pemimpin di semua tingkatan adalah contoh positif kepada
orang-orang dalam organisasi.
f. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, pelatihan, dan wewenang untuk
bertindak secara akuntabel.
2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
19 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
g. Menginspirasi, mendorong, dan mengakui kontribusi orang.

3. Pelibatan orang
Untuk mengelola organisasi secara efektif dan efisien, penting untuk melibatkan semua
orang di semua tingkatan dan menghormati mereka sebagai individu. Pengakuan,
pemberdayaan dan peningkatan kompetensi memfasilitasi keterlibatan orang dalam
mencapai sasaran mutu organisasi.
Cara-cara yang dapat ditempuh :
a. Berkomunikasi dengan orang-orang untuk mendorong pemahaman tentang
pentingnya kontribusi masing-masing.
b. Mendorong kerja sama di seluruh organisasi.
c. Memfasilitasi diskusi terbuka dan berbagi pengetahuan dan pengalaman.
d. Memberdayakan orang untuk menanggulangi kendala dalam bekerja kinerja dan
mengambil inisiatif tanpa rasa takut.
e. Mengenali dan mengakui kontribusi orang, pembelajaran dan perbaikan.
f. Menggalakkan self-evaluation kinerja sebagai tujuan pribadi.
g. Melakukan survei untuk menilai kepuasan masyarakat, mengkomunikasikan hasil, dan
mengambil tindakan yang tepat.

4. Pendekatan proses
Hasil yang konsisten dan dapat diprediksi dapat dicapai lebih efektif dan efisien bila
kegiatan dipahami dan dikelola sebagai proses yang saling terkait yang berfungsi sebagai
sistem yang koheren. Sistem manajemen mutu terdiri atas proses yang saling berkaitan.
Pemahaman terhadap hasil yang diproduksi oleh sistem tersebut memungkinkan suatu
organisasi dapat mengoptimalkan sistem dan kinerjanya.
Cara-cara yang dapat dilakukan :
a. Tentukan tujuan dari sistem dan proses yang diperlukan untuk mencapainya.
b. Menetapkan wewenang, tanggung jawab dan akuntabilitas untuk mengelola proses.
c. Memahami kemampuan organisasi dan menentukan kendala sumber daya sebelum
tindakan.
d. Menentukan saling ketergantungan proses dan menganalisis pengaruh modifikasi
proses individu pada sistem secara keseluruhan.
e. Mengelola proses dan keterkaitan mereka sebagai sistem untuk mencapai sasaran
mutu organisasi secara efektif dan efisien.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
20 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
f. Pastikan informasi yang diperlukan tersedia untuk mengoperasikan dan meningkatkan
proses dan untuk memantau, menganalisis dan mengevaluasi kinerja sistem secara
keseluruhan.
g. Mengelola risiko yang dapat mempengaruhi output dari proses dan hasil keseluruhan
dari sistem manajemen mutu.

5. Peningkatan
Organisasi yang sukses memiliki fokus yang berkelanjutan pada perbaikan. Perbaikan
sangat penting bagi suatu organisasi untuk mempertahankan tingkat kinerja, bereaksi
terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal dan menciptakan peluang baru.
Cara-cara yang dapat dilakukan :
a. Mendorong penetapan tujuan perbaikan di semua tingkatan organisasi.
b. Mendidik dan melatih orang-orang di semua tingkatan untuk menerapkan pedoman
utama dan metodologi untuk mencapai tujuan perbaikan.
c. Pastikan memiliki orang yang kompeten untuk menyelesaikan programprogram
perbaikan dengan tuntas.
d. Mengembangkan dan menyebarkan proses untuk melaksanakan proyekproyek
perbaikan di seluruh organisasi.
e. Menelusuri, meninjau dan mengaudit perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian dan
hasil dari proyek-proyek perbaikan.
f. Mengintegrasikan pertimbangan perbaikan ke dalam pengembangan yang baru atau
modifikasi terkait dengan barang, jasa dan proses.
g. Kenali dan pahami perbaikan.

6. Bukti berdasarkan keputusan yang dibuat


Pengambilan keputusan selalu menjadi hal yang kompleks dan membingungkan, namun
dengan adanya fakta, bukti dan analisis data menyebabkan objektivitas yang lebih besar
dan keyakinan dalam pengambilan keputusan.
Cara-cara yang dapat dilakukan :
a. Menentukan, mengukur dan memonitor indikator kunci kinerja organisasi.
b. Membuat semua data yang diperlukan tersedia untuk orang-orang yang relevan.
c. Memastikan data dan informasi yang cukup akurat, handal dan aman.
d. Menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi dengan metode yang tepat.
e. Memastikan orang yang kompeten untuk menganalisa dan mengevaluasi data yang
diperlukan.
2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
21 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
f. Membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan bukti, berimbang dengan
pengalaman dan intuisi.

7. Manajemen relasi
Sukses berkelanjutan lebih mungkin untuk dicapai ketika organisasi mengelola hubungan
dengan semua pihak yang berkepentingan untuk mengoptimalkan dampaknya terhadap
kinerjanya.
Cara-cara yang dapat dilakukan :
a. Menentukan pihak-pihak terkait yang berkepentingan (seperti pemasok, mitra,
pelanggan, investor, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan) dan hubungan
mereka dengan organisasi.
b. Menentukan dan memprioritaskan hubungan pihak yang berkepentingan yang perlu
dikelola.
c. Membangun hubungan yang menyeimbangkan keuntungan jangka pendek dengan
pertimbangan jangka panjang.
d. Berbagi informasi, keahlian dan sumber daya dengan pihak yang berkepentingan yang
relevan.
e. Mengukur kinerja dan memberikan umpan balik kinerja untuk pihak yang
berkepentingan, yang sesuai, untuk meningkatkan inisiatif perbaikan.
f. Menetapkan kegiatan pembangunan dan perbaikan kolaboratif dengan para pemasok,
mitra dan pihak berkepentingan lainnya.
g. Mendorong dan mengakui perbaikan dan keberhasilan dengan pemasok dan mitra.

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
22 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Gasperz, Vincent. 2002. ISO 9001 : 2000 and Contunial Quality Improvement. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Gasperz, Vincent. 2008. Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Krishnamoorthi, K.S. (2006). A first course in quality engineering, Pearson Education, Inc.,
New Jersey
Nasution, Nur.M. 2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Bogor: Ghalia
Indonesia.
Suardi, Rudi. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 : 2000 Penerapannya Untuk Mencapai TQM;
PPM; 2004. Jakarta.
ISO 9001:2015

2020 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
23 Yosie Malinda, ST.MT tp://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai