Manajemen Operasi
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
FAKULTAS EKONOMI
DEFINISI MUTU
Mutu memiliki pengertian yang beragam di kalangan para pakar di bidang manajemen
mutu, sebagaimana dikemukakan oleh Nomi Preffer dan Anna Coote bahwa mutu adalah
konsep yang licin (a slippery concept) (Sallis, 2010:50). Alasan yang paling mungkin dalam
memahami karakter mutu yang membingungkan tersebut adalah bahwa ia merupakan gagasan
yang dinamis, berkaitan dengan sudut pandang dan sudut kepentingan pengguna dengan istilah
yang berbeda-beda. Perbedaan terjadi, disebabkan mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep
yang secara bersama-sama absolut (absolute concept) dan relatif (relative concept).
Mutu dalam pengertian absolute beranggapan bahwa mutu merupakan suatu keindahan,
kebenaran, kemewahan, dan suatu idealisme yang tidak dapat ditawar. Sedangkan mutu dalam
pengertian relatif memandang bahwa mutu bukan merupakan atribut produk atau layanan,
melainkan sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Produk atau
layanan yang bermutu dalam konsep relatif tidak harus mahal, eksklusif, cantik, atau spesial
tetapi ia harus asli, wajar, dan familiar.
Menurut Sallis (2010) definisi relatif mengenai mutu tersebut mengandung dua aspek,
yaitu pertama adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi, kedua memenuhi kebutuhan
pelanggan. Mutu bagi produsen dapat diperoleh melalui produk atau layanan yang memenuhi
spesifikasi awal secara konsisten dalam sebuah sistem yang biasa dikenal dengan sistem
jaminan mutu (quality assurance systems). Sedangkan mutu bagi pelanggan adalah sesuatu
yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Jadi mutu tidak hanya
harus memenuhi standar produsen, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuannya
untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Menurut Juran (1991) mutu produk dapat disimpulkan sebagai kecocokan penggunaan
produk (fitness for use), artinya produk atau layanan harus sesuai apa yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh pelanggan. Ada empat dimensi kualitas, meliputi;
Deming (1986) bapak pemikir mutu modern mengemukakan bahwa mutu adalah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Menurutnya produk atau layanan bermutu tinggi jika
pelanggan menganggap produk yang dibelinya memiliki nilai baik, setia sebagai pelanggan,
dan mengajak yang lain untuk membeli produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan suatu
yang bersifat global dan berbasis kompetensi, pelanggan menganggap mutu yang
sesungguhnya berdasarkan perasaan, harapan mereka terhadap stimulus baru, dan
membandingkannya secara subjektif terhadap produk lain.
Garvin (1994) menyatakan bahwa mutu adalah kondisi dinamis yang terkait dengan
produk, tenaga, tugas, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi keinginan dan harapan
pelanggan. Meskipun definisi mutu sangat bervariasi dan tidak ada defenisi yang diterima
secara universal, namun berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat dirumuskan sejumlah
batasan tentang mutu sebagai berikut;
1. Mutu merupakan kesesuaian produk atau layanan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Mutu merupakan kemampuan produk atau layanan dalam memenuhi atau melampau
kebutuhan pelanggan.
3. Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan
4. Mutu merupakan suatu yang bersifat global dan dinamis serta berkembang sesuai dengan
trend yang ada dalam masyarakat.
DIMENSI MUTU
Menurut Gaspersz (1997) dimensi mutu meliputi delapan kategori, yaitu;
a. Kinerja (performance),
Kinerja berkaitan dengan aspek fungsional produk dan karakteristik utama yang
dipertimbangkan oleh pelanggan ketika ingin membeli produk. Sebuah komputer yang
memiliki performance yang baik artinya prosesnya cepat, kemampuan menyimpan, dll.
Biasanya, kinerja diukur dengan tarap/tingkatan.
b. Keistimewaaan (features)
Dimensi ini lebih mudah berubah dibanding dimensi lain, feature-feature dengan cepat
menjadi bagian dari performance. Misalnya remote pada televisi dianggap sebagai feature
pada beberapa tahun yang lalu, tetapi sekarang semua televisi yang murah sekalipun
memilikinya. Pemilihan terhadap feature juga dapat dianggap sebagai refleksi mutu.
c. Keandalan (reliability)
Berkenaan dengan kemampuan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode
waktu tertentu dan dibawah kondisi tertentu. Kendalan merupakan karakteristik yang
merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk atau
layanan. Misalnya keandalan sebuah sepeda motor adalah kecepatannya.
d. Konformansi (conformance)
Konformansi meliputi kesesuian produk terhadap spesifikasi atau standar yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan kebutuhan pelanggan. Konformansi menunjukkan
derajat dimana karakteristik desain produk dan operasi memenuhi standar yang ditetapkan.
Standar sering diekspresikan sebagai spesifikasi yang menunjukkan pusat target dan tingkat
penerimaan terhadap deviasi atau variasi.
e. Daya tahan (durability)
Daya tahan mengukur kehidupan produk pada dimensi teknis dan ekonomi.
Karakteristik ini berkaitan dengan seberapa lama sebuah produk dapat digunakan sebelum
ia hancur atau diganti. Sebagai misal pelanggan akan membeli produk sepatu kulit
berdasarkan daya tahan sepatu tersebut dalam penggunaan, sehingga sepatu yang memiliki
masa pakai yang lebih panjang tentu merupakan salah satu karakteristik kualitas produk
yang dipertimbangkan oleh pelanggan ketika membeli sepatu.
f. Kemampuan pelayanan (serviceability)
Merupakan karakteristik yang berkenaan dengan kecepatan, kehormatan, kompetensi,
dan kemudahan perbaikan dan penggantian. Ketika sebuah produk rusak, seberapa cepat
diperbaharui, seberapa efektif usaha perbaikan tersebut. Misalnya, saat ini banyak
perusahan telkomsel yang memberikan layanan kepada pelanggan yang memiliki masalah
dengan handphone yang dimiliki.
g. Estetika (aesthetics)
Merupakan karakteristik yang berkenaan dengan keindahan yang bersifat subjektif dan
merefleksikan preferensi sesorang. Estetika dari suatu produk lebih berkaitan dengan
perasaan individu yang mencakup karakter tertentu, meliputi perasaan, penglihatan,
pendengaran.
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Pelanggan tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai suatu produk atau layanan,
mereka bergantung pada informasi tidak langsung yang dikirim oleh perusahaan yang
memproduksi produk atau layanan tersebut. Dimensi ini bersifat subjektif, berkaitan
dengan perasaan pelanggan dan mengkonsumsi produk serta meningkatkan harga diri. Hal
ini juga dapat berbentuk reputasi, misalnya seorang yang akan membeli produk-produk
laptop yang bermerek seperti Toshiba, karena mereka memiliki persepsi dan informasi
bahwa produk-produk tersebut adalah produk yang berkualitas, meskipun orang tersebut
belum pernah menggunakan produk-produk tersebut.
Meskipun kedelapan dimensi tersebut dapat diterapkan pada layanan dan produk fisik,
dimensi tambahan – informasi – adalah unsur penting dalam layanan mutu. Bagi pelanggan,
informasi memiliki dua aspek dasar yaitu ketersediaan (availability) dan ketetapan (accuracy).
Ketersediaan informasi mempengaruhi kualitas dalam beberapa cara.
I I
Pemasok Pelanggan
N N
S S
Proses Kerja
P P
Input E (Work Process) E Output
K K
S S
I I
Waste Waste
Pemasok Pemasok
Proses Kerja
Input Output
(Work Process)
Proses Orang
Informasi
Informasi (People Process)
Dr. Jamaluddin. 2017. MANAJEMEN MUTU Teori dan Aplikasi pada Lembaga Pendidikan.
Jambi: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan (PUSAKA).