Anda di halaman 1dari 14

Pengendalian Mutu

Avinda Jihan Ardiani - 21070117120012


Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang
avinda0209@gmail.com

ABSTRAK
Kualitas adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk baik barang maupun jasa
yang dapat menunjang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan
atau dapat diartikan pula sebagai segala sesusatu yang dapat memuaskan pelanggan dan
sesuai dengan syarat yang ada serta kebutuhan pelanggan. Yang dimaksud dari pengendalian
kualitas adalah kegiatan yang dilakukan agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai
standart dapat terwujud dalam bentuk produk/hasil akhir. Konsep kualitas secara luas tidak
hanya menekankan pada aspek hasil tetapi juga kualitas manusia dan kualitas prosesnya. Karna,
konsep kualitas secara luas merupakan kemampuan untuk melakukan fungsi sebagaimana
ditentukan dalam proses desain
Kata Kunci : Kualitas, Pengendalian Kualitas

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan saat ini dimana sudah memasuki zaman era globalisasi, teknologi sudah
semakin maju. Seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas ketika sedang
ingin membeli suatu produk tertentu, misalnya mengenai kualitas sebagaian besar produk buatan
luar negeri yang lebih baik dari pada produk buatan dalam negeri. Seseorang membutuhkan
produk, manajemen yang memiliki kegunaan, nilai lebih, dan dapat memuaskan para
penggunanya. Oleh karena itu, kualitas sangat dibutuhkan dan harus dikendalikan agar kualitas
yang dihasilkan dapat dirasakan dan dimanfaatkan bagi orang-orang sekitar ataupun pelanggan
yang menggunakan. Jadi, apa sesungguhnya kualitas itu ? Pertanyaan ini memiliki banyak makna,
karena maknanya akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Kualitas itu
sendiri memiliki beberapa kriteria yang berubah secara terus menerus. Orang yang berbeda akan
menilai dengan kriteria yang berlainan pula.
Seiring perkembangan zaman, kualitas pun juga ikut berkembang menyesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan tetapi tetap bisa terjangkau. Kualitas adalah suatu kebutuhan karakteristik
yang sangat dibutuhkan bagi pelanggan. Zaman sekarang kualitas dapat dilihat dari isu bisnis
bukan hanya di isu teknis. Dan kualitas ini pun mempengaruhi persaingan dalam dunia bisnis.
Dimana, semakin bagus kualitas yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa, maka semakin besar
pula peluangnya untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis tersebut. Persaingan bisnis
dalam perkembangan di era globalisasi menuntut perusahaan harus mampu bersikap dan bertindak
cepat dan tepat dalam menghadapi persaingan di lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis
dan penuh dengan ketidakpastian (Yoestini dan Rahma, 2007). Oleh karena itu, salah satu yang
dapat menghadapi persaingan dalam lingkungan ini adalah kualitas yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan definisi dari mutu
2. Jelaskan mengenai sejarah mutu
3. Jelaskan mengenai ruang lingkup mutu
4. Jelaskan mengenai perkembangan mutu
5. Jelaskan mengenai tokoh-tokoh mutu

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu menjelaskan definisi mutu
2. Mengetahui sejarah dari mutu
3. Mengetahui ruang lingkup mutu
4. Mengetahui perkembangan dari mutu
5. Mengetahui siapa saja tokoh – tokoh mutu

2. Kajian Pustaka
2.1 Definisi Mutu
Kualitas adalah sesuatu yang menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk
seperti, performansi, keandalan, mudah dalam penggunaan, estetika, dll (Gaspersz, 2002). Kualitas
merupakan keadaan dinamik yang diasosiasikan Bersama dengan produk, jasa, orang, proses dan
lingkungan yang memenuhi ekspektasi atau melebihi harapan yang diinginkan(Goestsch,2002).
Keadaan dinamik yang dimaksudkan adalah bahwa kualitas yang dianggap disini dapat berubah
sewaktu-waktu. Kualitas dalam ISO 8402 didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu
produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
ditetapkan. Kualitas secara tradisional didefinisikan Montgomery (1996) sebagai suatu
pandangan bahwa produk dan pelayanan harus sesuai dengan ketentuan mereka yang
menggunakannya.
Terdapat perbedaan antara pandangan radisional dan modern mengenai kualitas. Dimana,
pada pandangan tradisional, pandangan ini memandang kualitas sebagai isu teknis dan usaha
perbaikan kualitas dikoordinasikan oleh manajer kualita. Dan pada pandangan ini, memfokuskan
kualitas pada fungsi atau departemen produksi, dimana produktivitas dan kualitas merupakan
sasaran yang bertentangan. Pada pandangan ini, kualitas didefinisikan sebagai konformansi
(conformance) terhadap spesifikasi atau standar. Membandingkan produk terhadap
spesifikasi. Kualitas diukur melalui derajat nonkonformansi (nonkonformansi), menggunakan
ukuran-ukuran kualitas internal. Kualitas dicapai melalui inspeksi secara
intensif terhadap produk. Pada pandangan ini juga, kualitas merupakan fungsi yang terpisah
dan berfokus pada evaluasi produksi, dan karna pandangan ini merupakan pandangan
tradisional, maka pekerja dipermalukan apabila menghasilkan kualitas yang jelek.
Sedangkan pada pandangan modern, pandangan ini memandang kualitas sebagai isu bisnis
dan usaha perbaikan yang dilakukan diarahkan oleh manajemen puncak. Kualitas yang ada
mencakup semua fungsi departemen dalam organisasi. Produktivitas dan kualitas merupakan
sasaran yang bersesuaian, karena hasil-hasil produktivitas dicapai melalui peningkatan atau
perbaikan kualitas. Produktivitas dan kualitas merupakan sasaran yang bersesuaian, karena
hasil-hasil produktivitas dicapai melalui peningkatan atau perbaikan kualitas. Kualitas diukur
melalui perbaikan proses/ produk dan kepuasan pengguna produk atau pelanggan secara terus-
menerus, dengan menggunakan ukuran-ukuran kualitas berdasarkan pelanggan. Kualitas
ditentukan melalui desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif, serta
memberikan kepuasan selama masa pakai produk. Dan manajemen bertanggung jawab untuk
kualitas.
Bagi seorang produsen, memiliki karakteristik pada produk yang dihasilkan sehingga
pelanggan menganggap bahwa produk yang ia beli atau dapatkan memiliki nilai dan fungsi sesuai
karakteristik pada produk tersebut. Pada akhirnya itu yang menentukan berhasil atau tidak sebuah
produk adalah pelanggan. Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan
tertentu, konsumen umumnya mengacu pada berbagai dimensi. Menurut Garvin (dalam Sower,
1999) mutu suatu produk manufaktur dapat dinilai dari delapan dimensi, yaitu performance,
features, reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, dan perceived quality.
Kinerja (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. Kinerja
merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini manfaat atau khasiat utama produk
yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu produk.

Fitur (Features) dapat disebut sebagai keistimewaan dari suatu produk yang membedakan
dengan produk lainnya. Features merupakan karakteristik sekunder atau tambahan dari
performance suatu produk. Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang
melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau
manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan
kualitas produk kalau pesaing tidak memiliki.
Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara
berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan
merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam
penggunaan suatu produk.
Conformance merefleksikan derajat di mana karakteristik desain produk dan karakteristik
operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta didefinisikan sebagai konformansi
terhadap kebutuhan (conformance to requirements). Conformance adalah kesesuaian kinerja
produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi
oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya
Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk, atau tingkat
keawetan produk dalam memberikan manfaat ekonomis. Daya tahan menunjukan jumlah
pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya
tentu semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas dibanding produk
yang cepat habis atau cepat diganti.
Kemampuan pelayanan (serviceability), Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk
ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu
diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit
diperbaiki.Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kemudahan dalam perawatan produk,
kemudahan menemukan pusat-pusat reparasi jika produk mengalami kerusakan, dan kemudahan
mendapatkan suku cadang jika ada suku cadang yang perlu diganti.
Estetika (aesthetics) merupakan karakteristik yang berkaitan dengan daya tarik produk
yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari
preferensi atau pilihan individual. Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat
konsumen suka. Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya.
Beberapa merek diperbarui “wajahnya” supaya lebih cantik di mata konsumen.
Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), merupakan karakteristik yang berkaitan
dengan reputasi atau citra produk. Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek,
atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas
dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.
Hubungan kualitas produk dengan kepuasan pelanggan tersebut ditegaskan pula oleh
Chase dan Aguilano dalam Sururi dan Astuti (2003) yang berpendapat bahwa kualitas dari suatu
produk ditentukan oleh pelanggan melalui karakteristik yang ada pada suatu produk dan jasa, di
mana puas tidaknya pelanggan dipengaruhi oleh nilai yang didapat dengan mengkonsumsi suatu
produk.

2.2 Sejarah Mutu


Pada masa lampau, sekitar tahun 1700-1900 kualitas hanya ditentukan oleh pengrajin
individu. Tidak ada parameter yang menyatakan kualitas yang baik harus seperti apa dan
bagaimana. Dan kualitas pada saat itu belum menjadi hal yang penting dan berpengaruh. Pada saat
itu, Eli Whitney memperkenalkan bagian standar dan saling dipertukarkan untuk mempermudah
perakitan.Konsep mutu dikenal sejak jaman mesir kuno sekitar empat ribu tahun yang lalu di mana
saat itu bangsa mesir mengukur dimensi batu yang akan digunakan sebagai penyusun piramida.
Pada awal abad ke 19 sistem industri menganut sistem inspeksi. Selama produksi, para inspector
atau yang memeriksa apakah ada cacat dala produknya, mengukur hasil produksi berdasarkan
spesifikasi. Bagian inspeksi tidak independen, biasanya jika ada barang yang cacat maka mereka
melapor ke pabrik. Hal ini menyebabkan perbedaan persepsi. Seandainya bagian inpeksi menolak
hasil satu alur produksi yang tidak sesuai maka bagian pabrik berusaha meloloskannya tanpa
mempedulikan mutu.karna pada saat itu, mutu dianggap sebagai suatu hal yang tidak penting maka
pihak pabrik tidak terlalu memedulikan mutu. Pada era ini pula muncul konsep-konsep dasar dari
statistik untuk pengendalian mutu produk seperti teknik statistical process control dari Walter
Shewhart yang merupakan salah satu tokoh dalam perkembangan mutu.dan sampling penerimaan
yang dikembangkan oleh H.F. Dadge dan H.G. Romig
Saat terjadinya perang dunia ke 2, Kualitas menjadi satu hal yang penting dalam perang
dunia tersebut di mana mutu produk militer bisa sangat menentukan jalannya perang bahkan faktor
penentu kemenangan dalam sebuah pertempuran. Contohnya dalam hal persenjataan, tentu senjata
dengan kualitas yang baik akan memiiki peluang untuk memenangkan perang. Hal ini yang
menyebabkan adanya pergeseran tanggung jawab dalam pengendalian mutu harus dialihkan ke
bagian yang independen. Pada masa inilah mulai muncul konsep Total Quality Control yang
kemudian pada masa-masa mendatang akan berkembang menjadi konsep Total Quality
Management. Konsep Total Quality Management mulai berkembang setelah perang dunia kedua
di mana Jepang berusaha bangkit setelah mengalami kekalahan dalam perang. Jepang ingin
merubah taktiknya, Jepang sangat memperdulikan kualitas produk militernya. Ia mungkin belajar
dari kesalahannya di masa lalu. Jepang menerima masukan dari tokoh seperti Joseph Juran dan
Edwards Deming yang menggaris bawahi pentingnya perbaikan semua proses dibandingkan hanya
fokus pada inspeksi produk. Pada tahun 1970-an industri-industri di Amerika seperti industri
otomotif dan elekronik pun sudah mulai merasakan persaingan yang ketat dalam hal kualitas
dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Sejak saat itu, kualitas adalah hal yang sangat penting.

2.3 Ruang Lingkup Mutu


Standar sistem kualitas tidak mewujudkan seperangkat aturan tunggal untuk semua keadaan,
tetapi fitur penting termasuk pernyataan yang jelas kebijakan, tujuan dan sistem pemantauan, serta
spesifik prosedur untuk inspeksi dan pengujian. Manajemen kualitas merupakan knowledge area
yang sulit untuk didefinisikan. ISO mendefinisikan kualitas sebagai “totalitas karakteristik dari
sebuah kesatuan yang berhubungan dengan kemampuanya untuk kebutuhan kepuasan”. Fitur
utama dari ISO 9000 dan setara BS-nya adalah persyaratan untuk sistem kualitas yang
didefinisikan secara ketat dan komprehensif. Ini memerlukan perumusan prosedur tertulis untuk
membentuk Manual Mutu, dan sistem catatan untuk memastikan bahwa prosedur telah diikuti, dan
tindakan yang tepat diambil, untuk memastikan bahwa produk sesuai dengan spesifikasi
Tujuan utama dari manajemen mutu proyek adalah memastikan bahwa proyek akan
memuaskan kebutuhan. Mutu hendaknya dipandang sejajar dengan ruang lingkup, waktu dan
biaya proyek. Jika para Stakeholder tidak puas dengan mutu manajemen proyek atau produk yang
dihasilkan, tim proyek akan melakukan penyesuaian pada ruang lingkup, waktu dan biaya untuk
memuaskan kebutuhan dan harapan Stakeholder.Terdapat tiga aktivitas utama dari manajemen
mutu Diantaranya adalah pengendalian mutu, jaminan mutu dan peningkatan kualitas. Manajemen
mutu berfokus pada kualitas produk dan layanan yang ditawarkan oleh suatu organisasi agar
kualitas yang diinginkan dapat tercapai. Karena ini menggunakan jaminan kualitas dan
pengendalian proses dan produk dalam upaya untuk lebih konsisten.
Kontrol kualitas adalah proses untuk mengendalikan berbagai elemen yang dapat
membantu organisasi untuk mempertahankan kualitas yang baik dalam produksi produk dan
pelayanan jasa pada aspek kepuasan pelanggan. Ini adalah bagian yang penting dari manajemen
mutu secara keseluruhan karena membantu untuk menentukan tingkat kualitas yang dicapai.
Jaminan Kualitas memungkinkan pemimpin organisasi untuk mengetahui bahwa apa yang
mereka produksi memenuhi atau melebihi standar yang telah ditetapkan yang akan menyamai
kualitas tertinggi dalam semua proses pada akhirnya. Hal ini penting karena dapat membantu
eksekutif perusahaan untuk mengetahui persis apa yang terjadi sehingga perbandingan yang dibuat
dapat dibuat dengan apa yang akan terjadi agar tercipta keseimbangan yang baik.
Peningkatan kualitas adalah proses yang membantu organisasi meningkatkan produk
maupu layanan dan kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Setiap kali terjadi masalah atau
ketika perubahan diperlukan, peningkatan kualitas memainkan peran penting dalam membuat
mereka semua terjadi dengan cara yang memperlihatkan produktivitas dan profitabilitas.

2.4 Perkembangan Mutu


Dalam sejarah perkembangan mutu, terdapat beberapa era yang dilalui. Yang pertama
adalah era tanpa mutu, era ini adalah era pertama kali di dalam perkembangan mutu. Era ini
dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dibuat tidak memperhatikan mutu. Kondisi ini
mungkin terjadi jika perusahaan tersebut tidak memiliki pesaing ( monopoli ). Jadi perusahaan
bebas melakukan apa saja karna mereka berfikir sebaik atau seburuk apapun mutu produk yang
mereka hasilkan, itu tidak berpengaruh terhadap penjualan karena mereka tidak memiliki pesaing
jadi sasaran konsumen tidak akan berpindah ke lain tempat. Era tanpa mutu ini merupakan era
dimana persaingan belum terjadi oleh karena produsen atau pemberi pelayanan belum banyak,
sehingga pelanggan pun belum diberi kesempatan untuk memilih. Dalam bidang jasa pun hal ini
juga terjadi, pihak pelayanan jasa public yang dikelola pemerintah tidak memperhatikan mutu
yang ada. Warga pun tidak bisa complain terhadap kualitas layanan yang ada. Hal ini
menyebabkan kualitas pelayanannya belum bisa dinilai dan diperbandingkan. Yang penting ada
dan dapat dipergunakan itu sudah sangat cukup.
Yang kedua adalah era inspeksi, dimana pada zaman ini, mutu hanya melekat pada produk
akhir. Jadi kualitas hanya dilihat dan berkaitan dari produk akhirnya saja. Zaman ini berlangsung
di negara Barat sekitar tahun 1800-an, pada zaman ini, produsen sudah memiliki pesaing dan
persaingan dunia bisnis pun dimulai. Perusahaan biasanya menggunakan produksi massa;. Tetapi
tetap saja perhatian perusahaan terhadap mutu pun masih sangat minim. Tiap perusahaan pada era
ini mulai melakukan pengawasan terhadap produk yang dibuatnya. Disini juga, mulai dilakukan
inspeksi yang digunakan untuk memilih produk yang cacat dan tidak. Mutu hanya dilihat dari segi
itu saja pada era ini. Oleh karena itu mutu hanya dipandang produk yang rusak, cacat atau hanya
pada penyimpangan dari atribut yang seharusnya ada pada produk tersebut. Era ini menekankan
pada deteksi masalah, keseragaman produk serta pengukuran dengan alat ukur yang dilaukan oleh
yang berfungsi menginpeksi Fokus perusahaan terhadap mutu belum besar dan terbatas pada
produk akhir yaitu dilihat yang cacat atau rusak yang dibuang sedang yang baik yang dilepas ke
konsumen.
Yang ketiga adalah era Statistical Quality Control, pada era ini, mulai lebih baik dari era
sebelumnya. Era ini dimulai pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart. Jika
pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut standar
(terjadi cacat). Para era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistic sudah mulai dilakukan
sehingga kualitas produk sudah mulai dikendalikan departemen produksi. Karena jika
penyimpangan tidak dideteksi, maka penyipangan akan terus terjadi terus menerus. Akan tetapi
konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang sedang dan telah
diproduksi. Jadi masih ada beberapa hal yang sama dengan yang ada pada era yang kedua.
Yang keempat adalah era jaminan mutu, era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun
1960-an yang menekankan pada koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif.. masalah yang
berkaitan dengan mutu akan dipecahkan agar tidak terulang lagi. Pada era ini mulai dikenal adanya
konsep total Quality Control (TQC) yang diperekenalkan oleh Armand F pada tahun 1950.
Era yang kelima adalah Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980 – an,
TQM merupakan pengembangan dari TQC yang berada pada era sebelum ini. Era ini menekankan
pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem yang berfokus kepada orang yang
bertujuan untuk meningkatkan secara berkesinambungan kepuasan pelanggan pada titik
penekanan biaya agar sama dengan biaya yang sesungguhnya untuk menghasilkan dan
memberikan pelayanan. Pada era ini, kepuasan pelanggan mulai menjadi focus yang utama dari
produksi suatu barang. TQM juga merupakan upaya untuk memenangkan persaingan yang ada di
dunia bisnis yang dilakukan agar perusahaan tersebut dapat terus hidup dan berkembang. Jaminan
mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada peningkatan kemampuan
untuk memenuhi persyaratan mutu. Dalam era ini, keterlibatan manajemen puncak sangat besar
karna sangat mempengaruhi keudukan suatu perusahaan dalam dunia bisnis yang ada. System ini
dapat didefinisikan sebagai system manajemen strategis dan integrative yang melibatkan semua
manajer dan karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk
memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi agar dapat memenuhi dan
melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
Yang terakhir adalah era system manajmen mutu, Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943
yaitu pada masa perang dunia II, dimana sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan
bahan peledak. Dan di Indonesia merupakan 2 tahun pra kemerdekaan. Hal ini terkait dengan mutu
bahan peledak untuk keperluan militer terutama oleh pasukan Inggris. Karna keadaan tersebut
yang mendesak, pihak Inggris mengembangkan standar yang ada dan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memproduksi bahan militer bermutu tinggi.

2.4 Perkembangan Kualitas dan Tokoh Mutu


Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu system, perkembangan di Amerika
Serikat. Hasil pemikiran dan diskusi mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat,
khususnya masyarakat bisnis. Karena bagi merka kualitas tidaklah penting. Padahal di dunia bisnis
itu sangat mempengaruhi citra dan daya saing suatu perusahaan. Namun beberapa dari mereka
merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Dan sangat
berarti serta berpengaruh. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai
di seluruh dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat
dikemukakan berikut ini.
F.W. Taylor (1856-1915)
Taylor merupakan seorang insiyur yang mengembangkan satu seri konsep dan menjadi dasar
dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time
and motion study) untuk pekerjaan manual, memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The
Farther of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen
tentang teori manajemen, yaitu :
 Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari.
 Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi
bagiannya.
 Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
 Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah
ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan demikian memisahkan
pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja. Jadi, Taylor ini berpengaruh juga
dalam perkembangan mutu.
Shewhart (1891-1967)
Seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode 1920-1930. Dalam
bukunya “The Economic Control of Quality Manufactured Products”, Shewhart merupakan tokoh
yag memberikn kontribusi yang besar dalam memperbaiki mutu yang ada di dunia. Dia
mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui
penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat
control chart yang dapat digunakan untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih
produk mana yang memenuhi mutu dan tidak, dan dapat memisahkan produk yang cacat juga.
Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam
bidang statistik.
Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah
memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan
kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : “Quality is not
determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada 1950, beliau diundang oleh, “The
Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu.
Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai manajemen
mutu terpadu. Jadi pemimpin juga mempengaruhi tercapainya manajemen mutu terpadu. Edward
Mempelajari dan melaksanakan filosofi baru, baik oleh manajer maupun karyawan. Memahami
tujuan inspeksi, yaitu untuk memperbaiki proses dan mengurangi biaya. Memisahkan produk cacat
agar produk teresebut tidak sampai ke tangan konsumen. Mengakhiri praktek bisnis yang
menggunakan penghargaan berdasarkan angka atau uang saja. Memperbaiki secara konstan dan
terus-menerus, kapan pun sistem produksi dan pelayanan. Membudayakan atau melembagakan
pendidikan dan pelatihan. Mengajarkan dan melembagakan kepemimpinan. Menjauhkan rasa
ketakutan, ciptakan kepercayaan, ciptakan iklim yang mendukung inovasi. Mengoptimalkan
tujuan perusahaan, tim, atau kelompok. Menghilangkan desakan atau tekanan-tekanan yang
menghambat perkembangan karyawan. Menghilangkan kuota berdasarkan angka-angka, tetapi
secara terusmenerus melembagakan metode perbaikan. Menghilangkan manajemen berdasarkan
sasaran (management by objective), tetapi mempelajari kemampuan proses dan bagaimana
memperbaikinya. Menghilangkan hambatan yang membuat karyawan tidak merasa bangga akan
pekerjaan atau tugasnya. Mendukung pendidikan dan perbaikan atau peningkatan prestasi setiap
orang. Melaksanakan tindakan atau kegiatan untuk mencapai semua tujuan atau sasaran itu.
Prof Juran
Juran merupakan tokoh yang berpengaruh juga dalam perkembangan mutu. Juran
Mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam
menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Yang pada saat itu
merupakan titik balik dari Jepang yang sebelumnya mengalami kekalahan. Jadi Jepang berusaha
mndengarkan saran dan Juran untuk memperbaiki mutu yang ada. Juran membantu Jepang untuk
mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep
yang menjadi dasar bagi suatu “management process” yang terpadu. Juran mendemonstrasikan
tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy
Juran yaitu, Finance Planning, Financial control, financial improvement. Adapun rincian trilogy
itu sebagai berikut :
 Quality planning, merupakan proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang
akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian
mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan.
 Quality control, suatu proses produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah
diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
 Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah baik dipertahankan
sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini mencakup alokasi sumber-sumber,
menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang
terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk
mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.
4. Kesimpulan
1. Mutu didefinisikan sebagai sesuatu yang menggambarkan karakteristik langsung dari suatu
produk seperti, performansi, keandalan, mudah dalam penggunaan, estetika, dll. Mutu
merupakan keadaan dinamik yang diasosiasikan Bersama dengan produk, jasa, orang,
proses dan lingkungan yang memenuhi ekspektasi atau melebihi harapan yang diinginkan
2. Konsep mutu dikenal sejak jaman mesir kuno sekitar empat ribu tahun yang lalu di mana
saat itu bangsa mesir mengukur dimensi batu yang akan digunakan sebagai penyusun
piramida. Pada awal abad ke 19 sistem industri menganut sistem inspeksi di mana
penjaminan mutu dilakukan dengan cara inspeksi hasil, kemudian berkembang teknik –
teknik yang menggunakan statistika untuk penjaminan mutu (statistical process control)
hingga akhirnya muncul konsep Total Quality Management
3. Terdapat tiga aktivitas utama dari manajemen mutu Diantaranya adalah pengendalian
mutu, jaminan mutu dan peningkatan kualitas. Kontrol kualitas adalah proses untuk
mengendalikan berbagai elemen yang dapat membantu organisasi untuk mempertahankan
kualitas yang baik dalam produksi produk dan pelayanan jasa pada aspek kepuasan
pelanggan. Jaminan Kualitas memungkinkan pemimpin organisasi untuk mengetahui
bahwa apa yang mereka produksi memenuhi atau melebihi standar yang telah ditetapkan
yang akan menyamai kualitas tertinggi dalam semua proses pada akhirnya. Peningkatan
kualitas adalah proses yang membantu organisasi meningkatkan produk maupu layanan
dan kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
4. Dalam sejarah perkembangan mutu, terdapat beberapa era yang dilalui. Yang pertama
adalah era tanpa mutu, Era ini dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dibuat
tidak memperhatikan mutu. Kondisi ini mungkin terjadi jika perusahaan tersebut tidak
memiliki pesaing ( monopoli ). Yang kedua adalah era inspeksi, dimana pada zaman ini,
mutu hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain, masalah mutu hanya berkaitan
dengan produk yang rusak atau cacat. Yang ketiga adalah era Statistical Quality Control,
Era ini dimulai pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart. Para era ini,
deteksi penyimpangan signifikan secara statistic sudah mulai dilakukan sehingga kualitas
produk sudah mulai dikendalikan departemen produksi. Yang keempat adalah era jaminan
mutu, era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun 1960-an yang menekankan pada
koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif.. Pada era ini mulai dikenal adanya konsep
total Quality Control (TQC) yang diperekenalkan oleh Armand F pada tahun 1950. Era
yang kelima adalah Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980 – an, era
ini menekankan pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem yang berfokus
kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkesinambungan kepuasan
pelanggan pada titik penekanan biaya agar sama dengan biaya yang sesungguhnya untuk
menghasilkan dan memberikan pelayanan. TQM. Yang terakhir adalah era system
manajmen mutu, Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia II,
dimana sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak
5. Shewhart mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat
dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas
digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk
memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat
menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.
Pada tahun 1946-1950 adalah periode perintisan atau periode penelitian dan penelaahan.
Pada periode ini, yaitu pada bulan Juli 1950, Dr. W. E. Deming menyampaikan seminar
delapan hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur dan para eksekutif perusahaan
Jepang. Tahun 1951 - 1954 adalah periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality
Control). Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan
suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy Juran yaitu, Finance Planning, Financial
control, financial improvement.
DAFTAR PUSTAKA

BS ISO 8402: Quality management and quality assurance vocabulary. Br. Stand. Instn., London
Hoyle D. ISO 9000 Quality Systems Handbook. 3rd Edn., Butterworth-Heinemann, Oxford (1998)
ISO 9000: Quality management and quality assurance standards. Int. Stand. Org.
Juran, J. M. (1988). Juran on planning for quality. Collier Macmillan.
Montgomery, D. C. (2009). Statistical quality control (Vol. 7). New York: Wiley.
Saraph, J. V., Benson, P. G., & Schroeder, R. G. (1989). An instrument for measuring the critical
factors of quality management. Decision sciences, 20(4), 810-829.

Anda mungkin juga menyukai