Anda di halaman 1dari 40

1

BAB

PENDAHULUAN
Sebenarnya ada banyak definisi yang berhubungan dengan
kualitas, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa
kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk
atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan
diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui
perbaikan yang berkelanjutan (Continuous Improvement).
Deming menyatakan: The difficulty in defining quality is to
translate future needs of the user into measurable
characteristics, so that a product can be designed and
turned out to give satisfaction at a price that will user pay.
Kesulitan
dalam
pendefinisian
kualitas
adalah
menterjemahkan atau mengubah kebutuhan yang akan
datang dari user atau pengguna kedalam suatu karakteristik
yang dapat diperlakukan, agar supaya sebuah produk dapat
didisain dan diubah untuk memberikan kepuasan dengan
harga yang akan dibayar oleh user atau pemakai.

1.1 Definisi kualitas.


Setiap perusahaan atau organisasi baik yang
berorientasi pada profit maupun tidak seharusnya
malakukan kegiatan evaluasi. Hal ini perlu dilakukan
agar supaya dapat mengetahui setiap rencana atau
target yang telah ditantukan oleh perusahaan tersebut
apakah bisa berjalan atau tidak. Jika tidak dapat dicari

2-

Halaman

penyebabnya dan dapat digunakan sebagai dasar


untuk membuat rencana ke depan.
Evaluasi dapat dilakukan jika perusahaan tersebut
punya rencana yang telah ditentukan sebelum
menjalankan kegiatan. Sehingga rencana merupakan
sesuatu yang harus dibuat karena dengan rencana
tersebut
Halaman -

arah tujuan yang akan dicapai sudah jelas dan bagi


setiap bagian atau semua orang dalam perusahaan
akan mengetahui apa yang harus dikerjakan.
Kegiatan dalam dunia bisnis tidak mungkin berjalan
tanpa
adanya
persaingan
kecuali
perusahaan
monopoli, untuk itu perusahaan akan selalu berusaha
untuk menghadapi persaingan dengan berbagai upaya
agar perusahaan dapat unggul atau paling tidak
mempertahankan
posisi
perusahaan
dalam
persaingan. Untuk menghadapi persaingan, salah
satunya adalah melakukan penjaminan kualitas.
Kualitas ini bisa berupa kualitas dari sisi produk yang
dihasilkan maupun kualitas pelayanan yang diberikan
kepada konsumen. Jika perusahaan dapat memberikan
kualiatas pelayanan yang semakin baik itu akan
memberikan dampak yang positip. Namun demikian
kualitas yang akan diberikan kepada konsumen baik
produk maupun layanan tersebut juga harus dipahami
oleh para karyawan perusahaan dari tingkat manejer
maupun karyawan paling rendah. Jika hal tersebut
belum, berarti kualitas yang akan diberikan kepada
konsumen sulit untuk dicapai. Suatu penelitian atau
jajak pendapat perlu dilakukan pada karyawan
tentang bagaimana persepsi mereka terhadap kualitas
yang diharapkan baik oleh perusahaan maupun
pelanggan apakah sudah betul-betul dipahami.
Pengertian kualitas mempunyai cakupan yang sangat
luas, karena dari berbagai ahli memberikan difinisi

Halaman - 3
yang berbeda. Menurut Spencer
menjabarkan
kualitas sebagai suatu yang memuaskan konsumen.
Sehingga setiap upaya pengembangan kualitas harus
dimulai dari pemahaman terhadap persepsi dan
kebutuhan konsumen.

Feigenbaum (1991) memberikan difinisi kualitas


produk dan jasa sebagai keseluruhan gabungan
karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,
rekayasa, pembikinan (manufaktur), dan pemeliharaan
yang membuat produk dan jasa yang digunakan untuk
memenuhi harapan konsumen (expectation of the
customer). Lebih lanjut mengatakan maksud dari
banyak pengukuran kualitas ini adalah untuk
menentukan dan mengevaluasi hingga derajat atau
tingkat mana produk dan jasa mendekati keseluruhan
gabungan karakteristik ini. Karakteristik yang
dimaksudkan adalah
keterandalan (reliability),
kemampulayanan (serviceability), dan kemudahan
pemeliharaan.
Pendapat Garvin yang dikutip oleh Evans dan Lindsay
menyatakan bahwa kualitas harus mengandung
dimensi kinerja (performance), bentuk (feature),
reliabelitas, kesesuaian, durabilitas, estetika dan
kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Demikian pula menurut Guetsh dan Davis kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Demikian pula
dikatakan oleh Martinich memberikan pengertian
demensi kualitas merupakan karakteristik kualitas
produk yang multi dimensional menyebabkan produk
mampu memberi nilai dan kepuasan konsumen.
Dikatakan oleh Vincent (2001) kualitas adalah sebagai
konsistensi
peningkatan
atau
perbaikan
dan
penurunan variasi karakteristik dari suatu produk
(barang/atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi
kebutuhan
yang
telah
dispesifikasikan,
guna
meningkatkan kepuasan internal maupun eksternal.

4-

Halaman

Perlu untuk diperhatikan bahwa kualitas tidak boleh


dipandang sebagai suatu ukuran sempit yaitu kualitas
produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari beberapa
pengertian tersebut di atas, dimana kualitas tidak
hanya kualitas produk saja tetapi juga melibatkan
seluruh aspek organisasi.
Dari beberapa pengertian kualitas tersebut dapat
diartikan dari dua sudut pandang yaitu produsen dan
konsumen. Kualitas menurut pandangan produsen
adalah produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Namun demikian perusahaan dalam
menentukan
spesifikasi
produk
juga
akan
memperhatikan keinginan dari konsumen tanpa
memperhatikan
itu
produk
yang
dihasilkan
perusahaan tidak akan dapat bersaing dengan
perusahaan
yang
memperhatikan
kebutuhan
konsumen. Sedangkan kualitas dari sudut pandang
konsumen adalah jika produk yang dibeli tersebut
sesuai dengan manfaat yang dibutuhkan dan juga
pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Dengan demikian kualitas tersebut dapat diartikan
tidak hanya menghasilkan produk yang berkualitas
(sesuai dengan spesifikasi) tetapi juga menyangkut
pada
pelayanan
kepada
konsumen,
kepuasan
karyawan dan juga kepuasan pada konsumen.
Ada tiga aspek dalam hal pencapaian suatu kualitas
produk atau jasa. Tiga aspek kualitas tersebut meliputi
:
1.

Kualitas Perancangan (Quality of Design), adalah


suatu kondisi yang setidaknya harus dimiliki oleh
produk atau jasa dalam rangka memenuhi
kepuasan pelanggan. Paling tidak produk atau
jasa tersebut harus memiliki minimal apa yang
diinginkan oleh pelanggan.

2.

Kualitas kecocokan (Quality of Conformance),


bahwa produk-produk manufaktur atau jasa harus

Halaman - 5
sesuai dengan standar yang telah dipilih atau
ditentukan dalam disain tersebut.

3.

Kualitas Kinerja (Quality of Performance),


menitik-beratkan pada operasi dari produk
tersebut ketika benar-benar digunakan atau jasa
pada saat pelayanannya, yang mana dapat
memuaskan konsumen.

1.2 Pengendalian Kualitas


Keberhasilan perusahaan dapat dicapai, apabila
perusahaan tersebut mampu bersaing di pasar. Salah
satu segi untuk mencapai sasaran di atas, perusahaan
tersebut harus memperhatikan kualitas barang hasil
produksinya. Hal ini perlu mendapat perhatian karena
pihak konsumen selalu ingin mendapatkan produk
barang dalam keadaan baik atau produk barang hasil
produksi yang akan dibelinya tidak mempunyai
kerusakan yang berarti.
Oleh karena itu pihak produsen harus selalu berusaha
melindungi dan menjaga kualitas barang yang
dihasilkannya
sehingga
konsumen
mendapat
kepuasan atas nilai guna dan produsen mendapat
kepuasan atas imbalan yang berupa keuntungan.
Biasanya tingkatan kualitas dari produk barang hasil
produksi terdiri atas beberapa karakteristik, yang
kemudian masing-masing karakteristik tersebut perlu
dijaga dalam batas-batas tertentu. Untuk menjaga
kualitas barang hasil produksi supaya berada dalam
batas-batas tertentu harus diusahakan bahwa mesin,
manusia, material dan metode yang digunakan dalam
pembuatan barang hasil produksi tidak mengalami
perubahan yang cukup berarti.
Akan tetapi walaupun usaha-usaha tersebut di atas
telah dilakukan, kualitas barang hasil produksi selalu
bervariasi. Ditinjau dari statistika, ada dua macam

6-

Halaman

variasi yang dikenal, yaitu variasi yang bersifat


probabilistik, dan variasi yang bersifat eratik.
Kedua variasi ini pada umumnya tidak dapat
dihilangkan sama sekali, sehingga untuk memenuhi
kepuasan tertentu variasi kualitas barang hasil
produksi harus dijaga dengan jalan menentukan batasbatasnya yang dikenal dengan nama batas-batas
toleransi
dan
batas-batas
spesifikasi.
Adapun
perbedaan kedua batas-batas tersebut masing-masing
dapat dijelaskan berikut ini.
1.

Batas-batas spesifikasi adalah suatu batas-batas


yang ditentukan untuk mengendalikan kualitas
barang hasil produksi yang dirancang sedemikian
rupa
sehingga
dapat
mengidentifikasikan
karakteristik kualitas secara umum.

2.

Batas-batas toleransi adalah batas-batas kendali


yang ditentukan dengan mempertimbangkan
variasi kualitas yang masih dapat ditolerir.
Pertimbangan-pertimbangan
tersebut
dapat
diambil setelah ditinjau mengenai kemampuan.
operator, material dan kemampuan proses. Di
mana kemampuan proses ini dapat dibagi atas
kemampuan mesin dan kemampuan alat ukur.

Idealnya batas-batas toleransi ini ditentukan sesempit


mungkin, tetapi jika batas-batas tolenasi sempit maka
ada kemungkinan akan banyak kualitas barang hasil
produksi yang tidak memenuhi batas-batas toleransi
yang ditentukan, akan tetapi variasi kualitas barang
hasil produksi yang mampu dikendalikan cukup baik
karena kualitas barang hasil produksi akan berada
disekitar nilai baku yang diinginkan. Sedangkan jika
batas toleransi lebar, maka ada kemumgkinan seluruh
barang hasil produksi akan mampu dikendalikan
karena hampir seluruh barang hasil produksi berada
pada batas-batas yang dinginkan, tetapi variasi
kualitas barang hasil produksi besar. Oleh karena itu
usaha untuk menentukan batas-batas toleransi dalam
rangka pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan

Halaman - 7
menggunakan metode statistika. Dalam kaitan inilah
pengendalian kualitas yang akan dibahas dikenal
dengan nama pengendalian kualitas secara statistik.
Jadi dalam bahasan selanjutnya tidak dibicarakan dari
segi lain tetapi semata mata hanya menggunakan
metode statistika.

Pengendalian kualitas secara statistika pada dasarnya


terbagi atas dua kegiatan, yaitu perancangan dan
pengendalian. Adapun tugas dari perancangan yaitu :
a.

Menetapkan kebijaksanaan secara menyeluruh


yang melibatkan kegiatan ekonomi, bisnis dan
manajemen yang berhubungan dengan kualitas
barang hasil produksi, sehingga kualitas di
pasaran
dapat
diandalkan
sesuai
dengan
tingkatan
kualitas
yang
dikehendaki
oleh
konsumen.

b.

Melakukan peninjauan kembali mengenai disain


baru.
Peninjauan
disain
baru
merupakan
pembahasan resmi yang didokumentasikan dan
bersifat sistimatik oleh staf akhli dari tiap bagian
dalam sistem produksi yang terbagi tiga tahap
sebagai berikut :
Tahap awal. Pada tahap ini perlu diadakan
komunikasi dini antara pasar dan para akhli
teknik,
bagian pembelian dan pabrik.
Maksud adanya tahap ini adalah untuk
mengesahkan disain produk yang diinginkan
oleh konsumen sehingga dapat diketahui
apakah syarat-syarat yang dikehendaki sudah
terpenuhi atau masih perlu ada perbaikan.
Tahap menengah, Tahap ini terjadi pada saat
pengembangan dan pengujian tingkat disain
produk. Pada tahap ini perlu juga dilakukan
pengecekan kembali terhadap syarat-syarat
tingkatan kualitas yang harus dipenuhi dan
jika perlu mengadakan perbaikan.

8-

Halaman

Tahap akhir. Pada tahap ini spesifikasi telah


dapat ditentukan. Hal ini terjadi karena
produk awal telah diuji dan dianalisis,
sehingga
jika
ada
perubahan
disain,
perubahan
tersebut
hanya
merupakan
perubahan kecil-kecilan yang tidak begitu
berarti sehingga rencana produksi tidak
mengalami perubahan.
c.

Analisis biaya tingkatan kualitas. Hal ini


dilakukan untuk mempelajari untung rugi
sehubungan dengan adanya kemungkinan pilihan
disain tingkatan kualitas, pertimbangan pasar,
investasi, pengendalian biaya dan lain-lain.

Sedangkan kegiatan pengendalian yang dilakukan


melaui pengendalian kualitas secara statistika adalah :
a.

Pengendalian material. Dalam kegiatan ini


pengendalian
kualitas
secara
statistika
mempunyai
peranan
untuk
mengendalikan
kualitas barang pada saat penerimaan atau
penyimpanan bahan baku dan mengendalikan
kualitas barang hasil produksi (dapat berupa
komponen atau hasil rakitan) yang berasal dari
luar kegiatan produksi. Sumber kegiatan di luar
produksi ini dapat berupa pabrik lain, bagianbagian dalam perusahaan yang sama atau dapat
juga perusahaan yang bersangkutan berperan
sebagai penjual, yang secara terperinci mengenai
pengendalian material ini dibahas pada pokok
bahasan Rencana Sampling Penerimaan.

b.

Pengendalian alat-alat dan ukuran-ukuran. Dalam


kegiatan ini pengendalian dapat dilakukan
terhadap alat-alat pembuat barang, alat-alat yang
dipergunakan untuk mengukur atau pengendalian
terhadap manusia yang melakukan pengukuran
kualitas barang hasil produksi. Kegiatan ini
dilakukan karena alat-alat dapat rusak atau
manusia yang melakukan pengukuran bisa lelah,
padahal untuk memperoleh produk barang yang

Halaman - 9
berkualitas di perlukan alat-alat yang kodisinya
baik.

c.

Pengendalian proses. Sasaran utama dari


pengendalian
proses
ini
adalah
untuk
menyediakan informasi dan memberikan bantuan
kepada pelaksana produksi dan pengawas
operator
sehingga
kualitas
barang
yang
dihasilkan
dapat
sesuai
dengan
tuntutan
konsumen dan kemampuan perusahaan. Akhirnya
kegiatan pengendalian proses ini adalah untuk
menghindarkan terjadinya kualitas barang yang
rusak. Oleh karena itu pengendalian proses
mempunyai tugas untuk menentukan :
Kemampuan proses,
Kualitas barang hasil produksi yang memenuhi
spesifikasi teknik,
Sumber variasi,
Faktor-faktor penyebab yang mengakibatkan
kualitas
barang
hasil
produksi
tidak
memenuhi spesifikasi,
Tindakan korektif yang diperlukan sehingga
dapat menghilangkan atau setidak-tidaknya
meminimumkan variasi yang bersifat eratik.
Di dalam prakteknya, pengendalian proses ini
harus menggunakan metode kuantitatif, utamanya
metode statistika yang membahas ukuran-ukuran
statistik (rata-rata, rentang, simpangan baku,
varians dan sebagainya) peta (diagram) kendali
Shewhart, teori dan teknik sampling, bahkan juga
analisis varians.

d.

Pemeriksaan dan pengujian. Dalam kegiatan ini


diutamakan untuk menentukan tingkatan dari
kualitas
barang
hasil
produksi
sehingga
memenuhi spesifikasi teknik yang diprogramkan.
Dari hasil pemeriksaan dan pengujian ini dapat
digunakan untuk mengendalikan karakteristik
kualitas barang hasil produksi, juga dapat
dipergunakan untuk menyiapkan pemeriksaan

10 -

Halaman

kualitas sehingga dapat memberikan informasi


pada bagian manajemen yang tingkatannya lebih
tinggi.

1.3 Pengendalian Kualitas Off-Line dan Online


Beberapa pakar membedakan tahapan pengendalian
kualitas ke dalam dua pendekatan, yaitu On-Line
Quality Control dan Off-line Quality Control .
Rekayasa Kualitas secara Off-Line, Pada bagian ini
perancangan eksperimen merupakan peralatan yang
sangat
fundamental,
dimana
teknik
ini
mengidentifikasi sumber dari variasi dan menentukan
perancangan dan proses yang optimal. Pengendalian
kualitas secara off-line quality control adalah usahausaha yang bertujuan mengoptimalkan disain proses
dan produk, sebagai pendukung usaha on-line quality
control. Usaha ini dilakukan baik sebelum maupun
setelah proses.
Pengendalian kualitas secara off-line dibagi menjadi
tiga tahap, Tahap I Perancangan Konsep: Tahap ini
berhubungan dengan memunculkan ide dalam
kegiatan perancangan dan pengembangan produk,
dimana ide tersebut dari keinginan konsumen. Model
atau metode yang digunakan pada tahap ini antara
lain:
1. Quality Function Deployment: menterjemahkan
keinginan konsumen ke dalam istilah teknis.
2. Pugh Concept Selection Process: Mengumpulkan
dan menyajikan informasi dari suatu system
expert,
dengan
membandingkan
beberapa
keunggulan dan kualitas dari berbagai konsep
untuk dikembangkan sehingga didapat konsep
yang superior.
3. Dinamic Signal-to-Noise Optimization: teknik
untuk mengoptimalkan engineering function,
resulting in robust, dan tunable technology.

4.

5.

6.

Halaman - 11
Theory of Inventive Problem Solving: Suatu
koleksi tool yang didapat dari analisa literature
yang berguna untuk membangkitkan pemecahan
masalah teknis yang inovatif.
Design of Experiments: Eksperimen faktorial
penuh dan faktorial parsial untuk dapat
mengetahui efek dari beberapa parameter
serentak.
Competitive Technology Assesment: melakukan
benchmark terhadap sifat robustnees dari
teknologi pengembangan internal dan eksternal.

Tahap II Perancangan Parameter: Tahap ini berfungsi


untuk mengoptimalisasi level dari faktor pengendali
terhadap efek yang ditimbulkan oleh faktor lain
sehingga produk yang ditimbulkan dapat tangguh
terhadap noise. Karena itu perancangan parameter
sering disebut sebagai Robust Design. Model atau
metode yang digunakan dalam tahap ini antara lain:
1. Engineering Analysis : Menggunakan pelatihan,
pengalaman, dan percobaan untuk menemukan
variabilitas dan respon yang efektif.
2. Crossed Array Experiment: Sebuah perancangan
ekperimen khusus dengan cara memanfaatkan
interaksi antara faktor kendali dan faktor derau
sehingga membuat sistem lebih tangguh.
3. Dynamic and Static Signal-to-Noise Optimization:
Mengoptimalkan suatu perancangan parameter
untuk
mengurangi
variabilitas
dengan
menggunakan perhitungan rasio signal-to-noise.
Tahap III Perancangan Toleransi: Merupakan tahap
terakhir dimana dibuat matrik orthogonal, loss
function, dan ANOVA untuk menyeimbangkan biaya
dan kualitas dari suatu produk. Model atau metode
yang digunakan pada tahap ini antara lain:
1. Quality
Loss
Function:
Persamaan
yang
menghubungkan variasi dari performansi biaya
produk dengan level deviasi dari target.

12 -

Halaman

2.

3.

Analysis of Variance (ANOVA): Suatu teknis


statistik yang secara kuantitatif menentukan
kontribusi variasi total, yang dibentuk dari setiap
faktor derau dan faktor kendali.
Design of Experiments: Eksperimen faktorial
penuh dan faktorial parsial untuk dapat
mengetahui efek dari beberapa parameter seara
serentak.

Rekayasa kualitas secara on-line merupakan suatu


aktivitas untuk mengamati dan mengendalikan
kualitas pada setiap proses produksi secara langsung.
Aktivitas ini sangat penting dalam menjaga agar biaya
produksi menjadi rendah dan secara langsung pula
dapat meningkatkan kualitas produk. Rekayasa
kualitas secara on-line ini juga dapat mengontrol
mesin-mesin produksi sehingga dapat mencegah
terjadinya kerusakan pada mesin-mesin produksi
tersebut. Usaha-usaha yang tercakup dalam on-line
quality
control
adalah
pengdiagnosaan
dan
penyesuaian proses, pengontrolan proses, dan
inspeksi hasil proses. Usaha-usaha ini adalah
pengendalian kualitas yang berlangsung saat proses
produksi sedang berjalan.
Sedangkan untuk on-line quality control, dikenal
beberapa metode sebagai berikut:
1.

Statistical
Process
Control
:
Melakukan
pengamatan, pengendalian, dan pengujian pada
tiap tahap proses produksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang cukup besar.

2.

Static Signal-to-Noise Ratio : Mereduksi variasi


dengan menggunakan aplikasi dari robust design
untuk memecahkan permasalahan dalam proses
produksi.

3.

Compensation: Berbagai rencana pengendalian


untuk menjaga agar proses yang terjadi sesuai
dengan target.

4.

Halaman - 13
Loss
Function-Based
Process
Control:
Pengurangan terhadap seluruh biaya produksi
termasuk biaya per unit, biaya inspeksi, dan biaya
set-up yang diperlukan dalam pengendalian
proses serta quality loss yang diakibatkan oleh
sisa variasi pada output.

Dengan adanya pengendalian kualitas secara on-line


dan off-line, diharapkan produk yang dihasilkan sesuai
dengan keinginan dan harapan konsumen serta
memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan oleh
perusahaan.

Sumber : M. Jeya Chandra (2001)

Gambar 1.1
Diagram Alir Proses Pengendalian Kualitas

1.4 Konsep
Kualitas

Biaya

dalam

Pengendalian

Pengendalian kualitas membutuhkan sejumlah ongkos


tertentu, oleh karena itu memahami konsep biaya
dalam pengendalian kualitas adalah penting untuk

14 -

Halaman

dapat menentukan tingkat mutu yang mampu


menghasilkan keuntungan maksimum, yang berarti
pula menghasilkan produktivitas yang optimum. Hal
ini dimaksudkan untuk menciptakan keselarasan
antara peningkatan mutu dan produktivitas, sehingga
jangan sampai terjadi bahwa peningkatan kualitas
justru mengurangi produktivitas, karena adanya
trade-off antara biaya (ongkos) dan kualitas.
Sejak konsep biaya pengendalian mutu dikemukakan
pertama kali oleh Armand V. Feigenbaum, maka
pengukuran dan pengendalian biaya telah menjadi
elemen penting dalam sistem akuntansi perusahaan.
Sekarang ini ongkos pengendalian mutu dapat
diperbandingkan sama pentingnya dengan ongkos
tenaga kerja, ongkos engineering, dan ongkos
penjualan. Ongkos pengendalian kualitas telah
dianggarkan oleh departemen-departemen dalam
organisasi produksi, telah memperoleh perhatian
penting dalam pengambilan keputusan investasi modal
yang bersifat besar maupun kecil, serta merupakan
bagian penting dalam perusahaan modern untuk
mempertahankan maupun meningkatkan daya saing
mereka dipasar. Dalam konteks makro yang lebih luas
terutama di negara-negara industri maju, ongkos
pengendalian kualitas telah menjadi salah satu
indikator penting dalam mengukur pertumbuhan
ekonomi (GNP), di mana telah diakui bahwa dengan
memproduksi produk-produk yang bermutu baik telah
meningkatkan
pendapatan
nasional
sehingga
membuat negara-negara itu berkembang pesat dalam
perekonomiannya.
Dengan melaksanakan penendalian kualitas yang
sebaik-baiknya, maka banyak keuntungan yang bisa
diperoleh perusahaan antara lain :
1.
Menambah tingkat efisiensi dan produktivitas
kerja.
2.
Mengurangi kehilangan-kehilangan (losses) dalam
proses kerja yang dilakukan seperti mengurangi

3.
4.

5.
6.
7.

Halaman - 15
waste product atau menghilangkan waktu-waktu
yang tidak produktif.
Menekan biaya dan save money.
Menjaga agar penjualan (sales) akan tetap
meningkat sehingga profit tetap diperoleh
(meningkatkan potensi daya saing).
Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan.
Memperbaiki moral pekerja tetap tinggi (ingat
konsep Mangement by Objective).
Dan lain-lain.

Semakin
tinggi
kualitas
suatu
produk
akan
menyebabkan semakin tinggi pula biaya yang harus
dipikul perusahaan. Akan tetapi yang jelas tetap
diharapkan mampu dikembalikan dalam bentuk profit
yang disebabkan produk yang bersangkutan memiliki
daya saing tinggi. Biaya-biaya yang harus dipikul
dalam kaitannya dengan program pengendalian
kualitas antara lain :
1.

Biaya-biaya
yang
dikeluarkan
akibat
kesalahan/cacat yang terjadi (failure cost) yang
dalam hal ini bisa diklasifikasikan menjadi dua :
a. Internal failure cost, yaitu seperti skrap,
rework, retest, down time, dll. Biaya ini tidak
akan terjadi bila tidak ada cacat yang
ditemukan dalam produk yang dihasilkan
sebelum diserahkan pada pelanggan.
b. Eksternal failure cost, yaitu biaya yang
dikeluarkan akibat cacat yang ditemukan
setelah barang dikirim/didistribusikan dan
diterima oleh pelanggan, seperti halnya
dengan warranty charges, returned
material/product, complaint adjustment, dan
lain-lain.

2.

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan


tindakan-tindakan
pencegahan
sebelum
kesalahan terjadi (preventive cost) seperti
pelatihan operator, kelengkapan peralatan kerja,
inspeksi yang tepat, dan lain-lain.

16 -

Halaman

3.

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan


kegiatan inspeksi dan evaluasi kualitas produk
(inspection/appraisal cost) seperti biaya untuk
incoming material inspection, inspection test,
kalibrasi peralatan kerja dan pengukuran,
material/produk yang rusak karena kegiatan
destructive test, dan lain-lain.

Berdasarkan suatu penelitian, maka total quality cost


yang terdiri atas failure cost, preventive cost dan
inspection cost tersebut diatas akan meliputi sekitar
15% dari total production cost.
Pengertian mengenai biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan pengendalian kualitas akan selalu dikaitkan
dengan produk-produk cacat, yaitu biaya untuk
menemukan,
memperbaiki
dan
menghindari/mencegah cacat. Dari hasil penelitian
yang dilakukan dibeberapa perusahaan di Amerika
Serikat diperoleh data bahwa kesalahan-kesalahan
yang terjadi yang mempengaruhi kualitas produk 15%
berasal atau merupakan tanggung jawab operator dan
85% lainnya merupakan tanggung jawab manajemen
perusahaan itu sendiri.

1.5 Sejarah
Kualitas

Perkembangan

Pengendalian

Menurut Feigendaum dalam bukunya Total Quality


Control,
sejak
abad
ke-19
hingga
sekarang
perkembangan pengendalian kualitas dapat dibagi ke
dalam lima tahapan yang masing-masing tahap lebih
kurang 20 tahun. Tahapan tersebut meliputi,
1.

tahap pertama, dikenal sebagai tahap Operational


Quality Control. Pada tahap ini tiap-tiap buruh
atau beberapa buruh bertanggung jawab atas
pembuatan dan pengendalian kualitas produk

Halaman - 17
yang dibebankan kepadanya. Tahap ini kira-kira
berakhir kira-kira akhir abad ke-19.

2.

tahap kedua, dikenal sebagai tahap Foreman


Quality Control. Periode ini adalah periode
menjelang dikembangkannya industri modern,
dimana beberapa buruh mempunyai tugas
memproduksi barang yang sama, serta diawasi
oleh seorang kepala buruh atau mandor
(Foreman) yang dianggap bertanggung jawab
terhadap pekerjaan mereka.

3.

Tahap ketiga, dikenal sebagai tahap Inspection


Quality Control. Setelah perang dunia pertama,
industri-industri berkembang dengan pesat dan
sistim
produksi
lebih
kompleks.
Untuk
melaksanakan
pengendalian
kualitas
telah
diserahkan
pada
petugas-petugas
khusus.
Organisasi
pengendalian
kualitas
lebih
berkembang dan tugas pelaksanaan pengendalian
kualitas dipisahkan dari tugas bagian produksi,
dan
dikepalai
oleh
apa
yang
disebut
Superintedens (pengawas)

4.

Tahap keempat, dikenal sebagai tahap Statistical


Quality Control. Adanya perang dunia kedua,
diperlukan lebih banyak produksi. Tingkat
pengawasan
dikembangkan,
organisasi
pengendalian kualitas diperlukan dan mulai
dipergunakan
perhitungan
statistik
seperti
rencana sampling penerimaan dan diagram
kendali.

5.

Tahap
kelima,
merupakan
perkembangan
berikutnya dan dikenal sebagai tahap Total
Quality Control. Sejalan dengan kemajuan pesat
yang dicapai dalam bidang ilmu dan teknologi,
pengendalian kualitas semakin berkembang,
ruang lingkup pengendalian kualitas tidak
terbatas hanya pada proses pengolahan, tetapi
meliputi
kegiatan-kegiatan
survai
pasar,
perencanaan, distribusi dan pelayanan purna jual.

18 -

Halaman

Akan tetapi jika dilihat kondisi saat ini, tahapan


tersebut sudah mengalami perkembangan menuju
tahapan berikutnya yang berisikan pengendalian
kualitas dimulai dari bahan baku sampai akhir produk
dengan mempertimbangkan aspek rancangan awal,
proses produksi, pemasaran serta dampak lainnya
yang diakibatkan oleh produk tersebut. Dimulai
dengan ISO 9000 sampai dengan perkembangan ke
ISO 14000.

1.6 Tujuh Alat Pengendalian Kualitas


Pengendalian
kualitas
mencakup
usaha-usaha
pengembangan, pemeliharaan dan perbaikan kualitas
yang melibatkan berbagai unsur dalam organisasi
sehingga
memungkinkan
pemuasan
permintaan
langganan dengan produksi dan pelayanan yang
paling ekonomis.
Proses pengendalian kualitas dilakukan sejak tahap
perencanaan produk dan perencanaan proses,
sehingga terjadinya kualitas yang tidak memenuhi
syarat dapat dicegah sebelumnya, dan tidak hanya
mengandalkan pada perbaikan (rework) pada produk
yang telah dihasilkan. Ada tujuh alat dalam
pengendalian kualitas, yaitu :

Lembaran Pengumpulan Data

Diagram Pareto

Histogram

Diagram Sebab Akibat

Diagram Pencar/Tebar

Grafik

Diagram Kendali

Pada bagian ini akan dibahas satu persatu dari setiap


alat tersebut, kecuali peta kontrol akan dibahas pada
bagian tersendiri.

Halaman -

19

1.6.1 Check Sheet atau Lembar Pengumpul Data


Check Sheet adalah merupakan alat yang mutlak
diperlukan bagi mereka yang melaksanakan
penelitian dan pengendalian kualitas atau
kuantitas barang ataupun jasa. Karena dari data
yang dikumpulkan dapat mengambil suatu
gambaran, kesimpulan ataupun keputusan yang
akurat.
Tanpa
mempunyai
data
membuat
pengambilan kesimpulan dan keputusan ataupun
rencana tindakan hanya berdasarkan kira-kira
saja, sehingga bukan suatu yang mustahil
akhirnya kesimpulan atau keputusan yang dibuat
akan jauh dari yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
Check Sheet, meliputi hal-hal berikut :

Sasarannya harus jelas

Keterangan yang diperlukan memenuhi


sasaran
Dapat diisi dengan mudah dan cepat

Dapat disimpulkan dengan cepat

Secara umum Check Sheet dibagi dalam 3 jenis


dengan fungsinya masing-masing :
a.

Check Sheet
Suatu
lembaran
yang
berisi
bahan-bahan
keterangan yang telah ditentukan sasarannya
dengan kolom jumlah barang atau kegiatan yang
diperiksa dengan penentuan waktu yang teratur
ataupun bebas. Fungsi Check Sheet :
untuk menghitung jumlah produksi yang
dihasilkan
untuk menghitung kerusakan produk yang
dibuat

20 -

Halaman

untuk mengukur bentuk (panjang/volume hasil


produksi)
untuk mengukur keadaan atau kondisi alat atau
hasil produksi
untuk mengukur waktu proses pekerjaan
b.

Check List
Suatu
lembaran
yang
berisi
bahan-bahan
keterangan yang telah ditentukan sasarannya,
kegiatan yang dicocokkan keberadaanya dengan
penentuan waktu yang tertentu. Fungsi Check
List
untuk mencocokkan ukuran hasil produksi
dengan standar
untuk mencocokkan jumlah pengiriman dengan
pesanan
untuk mencocokkan barang dengan jumlah yang
diterima atau dikirim
untuk mengontrol jenis barang yang dibeli

c.

Check drawing
Suatu lembaran yang berisi gambar barang yang
telah ditentukan untuk diperiksa keadaannya dan
setiap barang menggunakan lembar yang
berbeda. Fungsi Drawing :
untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan
untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian
barang produksi
untuk pengontrolan lokasi masalah yang
akan/telah diselesaikan

1.6.2 Diagram Pareto

Halaman - 21
Diagram Pareto adalah kombinasi dua macam
bentuk grafik yaitu grafik kolom dan grafik garis,
berguna untuk :

menunjukkan masalah utama/pokok masalah

menyatakan perbandingan masing-masing


masalah terhadap keseluruhan
menunjukkan perbadingan masalah sebelum
dan sesudah perbaikan

Langkah-langkah pembuatan Diagram Pareto


1.

Tentukan
bagaimana
data
harus
diklasifikasikan
menurut
pelaksanaan
pekerjaan.

2.

Tentukan periode waktu yang diperlukan


untuk mempelajari dan buat lembar isian
(check sheet) yang mencakup periode waktu
dari semua klasifikasi data yang mungkin,
kemudian kumpulkan datanya.

3.

Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk


seluruh periode waktu dan catatlah jumlah
totalnya

4.

Gambarlah sumbu tegak dan sumbu datar


pada secarik kertas grafik. Bagilah sumbu
tegak ke dalam bagian yang sama, satu
bagian untuk tiap kelompok. Skala sumbu
tegak dibuat sedemikian rupa sehingga titik
puncak
sumbu
tegak
tersebut
menggambarkan suatu jumlah yang sama
dengan jumlah total dari semua kelompok.

5.

Gambar data ke dalam bentuk kolom.


Mulailah dari sisi sebelah kiri dari grafik
tersebut dengan kelompok yang semakin
kecil. Bilamana ada kelompok yang disebut
lain-lain gambarkanlah kelompok itu pada
bagian yang paling akhir setelah kelompok
yang paling kecil

22 -

Halaman

6.

Gambarlah garis kumulatif. Mulailah dengan


menggambar garis diagonal memotong
kolom yang pertama, dengan dimulai dari
dasar pada sudut kiri (titik nol). Dari bagian
atas sudut kanan pada kolom pertama,
lanjutkan garis ini ke arah yang baru dengan
menggerakkannya
kearah
kanan
yang
jaraknya sama dengan tinggi kolom kedua,
dari titik tersebut tariklahgaris lurus untuk
ruas berikutnya , teruskan ke arah kanan
dengan jarak yang sama dengan lebar kolom
dan menuju ke atas dengan jarak yang sama
dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus
sampai ujung sudut kanan paling atas dari
grafik tercapai. Tingginya garis komulatif
pada titik ini menggambarkan jumlah data
yang telah dikumpulkan

7.

Buat sumbu tegak yang lain di sebelah kanan


grafik, dan buat skala dari 0 100 %. Akhir
dari garis kumulatif adalah pada titik yang
betuliskan 100%.

8.

Tambahkan keterangan pada diagram pareto


tersebut.
Jelaskan
siapa
yang
telah
mengumpulkan data tersebut, kapan dan
dimana, serta tambahan informasi apa saja
yang penting untuk mengidentifikasi data.
Tuliskan tanggal pembuatan diagram pareto
tersebut,
nama
anggota
gugus
yang
bertanggung jawab atas persiapan diagram
tersebut.

Halaman -

23

Gambar 1.2
Contoh Diagram Pareto
1.6.3 Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)
Disebut juga Grafik Tulang Ikan, yaitu diagram
yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk
mencari atau menganalisa sebab-sebab timbulnya
masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya.
Penggunaan Analisis Sebab Akibat untuk :

mengenal penyebab yang penting

memahami semua akibat dan penyebab

membandingkan prosedur kerja

menemukan pemecahan yang tepat

memecahkan hal apa yang harus diilakukan

mengembangakan proses
Langkah-langkah membuat diagram Sebab Akibat :
1.

Gambarlah sebuah garis mendatar dengan suatu


tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu
kotak didepannya. Akibat atau masalah yang ingin
Dianalisis ditempatkan dalam kotak

2.

Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin


dan metoda) dalam kotak yang ditempatkan
sejajar dan agak jauh dari garis panah utama.

24 -

Halaman

Hubungan kotak tersebut dengan garis panah


yang miring ke arah garis panah utama. Kadangkadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk
menambahkan lebih dari empat macam penyebab
utama.
3.

Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di


sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil
tersebut
mempunyai
pengaruh
terhadap
penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil
tersebut dengan sebuah garis panah dari
penyebab utama yang bersangkutan .

Gambar 1.3
Contoh Diagram Sebab Akibat
Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai
berikut :

Perlu adanya partisipasi dari semua anggota


gugus, dan semua anggota harus benar-benar ikut
terlibat didalam menganalisis penyebabnya

Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab)

Harus didorong untuk melakukan acara secara


bebas

Tidak diperkenankan untuk mengeritik

Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu


sebelum
sesorang
mengambil
tindakan

Halaman - 25
pemecahan. Seringkali semua informasi ide ditulis
pada sebuah papan tulis yang besar dan disajikan
untuk dipertimbangkan dalam waktu seminggu
guna memberikan kesempatan kepada mereka
untuk menambah beberapa penyebab yang
mungkin masih ada pada diagram tersebut seperti
yang terlintas dalam pemikiran mereka.
Para anggota diminta untuk memberi tanda atau
memilih penyebab yang mereka rasakan paling
penting.

1.6.4 Histogram
Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang
memperlihatkan distribusi yang diperoleh bila mana
data dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun
suatu histogram dibuat berdasarkan data sampel,
namun tujuannya adalah untuk memberikan saran
mengenai kemungkinan distribusi keseluruhan data
(populasi) yang contoh datanya diambil. Dalam
Histogram, nilai dari peubah berkesinambungan
(kontinu) digambarkan pada sumbu datar yang dibagi
dalam kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama.
Biasanya ada satu kolom untuk tiap kelas dan
tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya
nilai data dalam jarak yang digambarkan oleh kelas.
Histogram ini dipakai untuk menentukan masalah
dengan melihat bentuk dan sifat dispersi dan nilai
rata-rata. Langkah-langkah pembuatan Histogram :
1.

Banyaknya kelas antara 5 sampai dengan 15


tergantung banyaknya data pengamatan. Atau
gunakan penentuan banyaknya kelas melalui
aturan Struges.

2.

Carilah nilai data yang terbesar (L) dan nilai data


yang terkecil (S) dan cari selisihnya untuk
memperoleh bidang yang dicakup (rentang) : R =
LS

26 -

Halaman

3.

Tentukan banyaknya kelas interval, dengan


menggunakan rumus Sturges yaitu : k = 1 +
3.322 log n

4.

Untuk memperoleh interval kelas atau panjang


kelas (p) gunakan persamaan p = R/k

5.

Tentukan ujung bawah kelas interval pertama,


ujung bawah kelas interval pertama ditetapkan
dengan mengambil nilai nilai data terkecil (S).

6.

Buat lembar hitungan (tally sheet) dengan


memasukkan data angka ke dalam kelas interval
yang telah ditentukan. Setelah pemasukan angkaangka sedemikian selesai, hitung jumlah frekuensi
data pada setiap kelas interval.

7.

Gambarlah garis mendatar dan garis tegak pada


selembar kertas grafik. Pada garis horizontal,
tunjukkan semua batas kelas dengan beri tanda
X pada jarak yang sama. Periksalah lembar
hitungan untuk mencari jumlah tanda hitungan
yang terbanyak pada suatu kelas tertentu dan
gambarkan skalanya pada garis tegak sesuai
dengan itu.

Gambar 1.4
Contoh Histogram
8.

Pindahkan data dari lembar hitunga n ke kertas


grafik dengan menggambar satu kolom pada

Halaman - 27
setiap kelas yang tinggi kolomnya sebanding
dengan jumlah tanda hitungan yang ada di kelas
tersebut.

9.

Tambahkan suatu catatan pada histogram


tersebut,
yang
menunjukkan
siapa
yang
mengumpulkan data kapan dan dimana, serta
masukkan informasi tambahan apa saja yang
diperlukan untuk pengenalan data tersebut.
Cantumkan

1.6.5 Diagram Tebar (Scatter Diagram)


Menggambarkan hubungan antara dua data yang
dipetakan dalam suatu diagram. Diagram tebar
digunakan sebagai alat penguji hubungan antara
sebab dan akibat. Langkah-langkah pembuatan
Diagram Tebar :
1.

Kumpulkan data dan masukkan dalam tabel

2.

Gambarkan sumbu tegak dan


beserta skala dan keterangannya

3.

Gambarkan titik-titik koordinat data tersebut

sumbu

Gambar 1.5
Contoh Diagram Pencar
1.6.6 G r a f i k

datar

28 -

Halaman

Grafik adalah kumpulan data yang dinyatakan dalam


bentuk gambar secara sistematis, kegunaana grafik :
1.

Mempermudah, memperjelas serta mempercepat


pembacaan data

2.

Dapat memaparkan data yang lalu dan data yang


baru sekaligus

3.

Dapat melihat dengan jelas perbadingan dengan


data lain yang berhubungan

4.

Untuk membantu/mempermudah
dalam pengambilan keputusan

manganalisa

Berbagai jenis grafik digunakan, yang pemakaiannya


tergantung pada tujuan analisis. Jenis-jenis grafik
adalah :

Grafik Garis (Line Graph)

Grafik Kolom/Balok (Bar Graph)

Grafik Lingkaran (Circle Graph)


Langkah-langkah pembuatan grafik :
1.

Kumpulkan sejumlah data, tentukan


datanya dan sebutkan sumber datanya.

2.

Temukan
frekuensi
minimumnya

3.

Cantumkan secara
jelas keterangan
menunjukkan nama data (data apa)

yang

4.

Cantumkan waktu/periode pengumpulan


dalam periode yang sama dan kontinyu

data,

5.

Cantumkan secara jelas penunjukkan/ukuran


skala/unit baik untuk sumbu tegak maupun sumbu
datar (untuk grafik garis/balok)

6.

Petunjuk skala(garis
dalam sumbu grafik

1.6.7 Diagram Kendali

data

kecil)

jumlah

maksimum

terletak

dan

dibagian

Halaman - 29
Diagram kendali adalah grafik perbandingan data
performance proces (hasil pengujian/pengamatan sifat
produk), untuk menghitung limit kontrol yang
digambarkan sebagai garis limit pada peta tersebut.
Data performance procces biasanya terdiri dari hasil
pengukuran grup-grup yang diambil secara periodik
selama proses berjalan.

Tujuan utama diagram kendali adalah untuk


mengetahui apakah terdapat keragaman yang dapat
dihindarkan dalam proses. Secara idelannya hanya
penyebab acak sajalah yang boleh ada dalam suatu
proses, karena hal ini membuat keragaman terkecil
yang mungkin diperoleh. Suatu proses dikatakan
dalam keadaan terkendali, bila dalam proses tersebut
tidak terdapat keragaman yang dapat dihindarkan.
Pembahasan mengenai diagram kendali secara rinci
lebih lanjut dibahas pada materi konsep diagram
kendali, diagram kendali ciri mutu variabel dan
diagram kendali cirri mutu atribut.

Gambar 1.6
Contoh Diagram Kendali

1.7 Alat Bantu Pengolah Data


Minitab merupakan kemasan software statistika yang
bersifat umum yang bisa dipergunakan sebagai alat
bantu pengolahan data. Umum dalam pengertian

30 -

Halaman

dapat digunakan untuk


mengolah data
baik
pengolahan
data
penelitian
survey
maupun
pengolahan data yang mengarah ke perhitunganperhitung keteknikan.
Pengoperasian perangkat MINITAB terbilang mudah
dan tidak memerlukan spesifikasi hardware yang
tinggi, tetapi memiliki kecepatan yang cukup memadai
untuk pengoperasian data besar karena untuk
MINITAB 15 dapat menampung 4000 kolom data.
Pada program minitab dibandingkan dengan program
lainnya cukup memadai digunakan sebagai alat bantu
pengolahan data yang berkaitan dengan pengendalian
kualitas statistik.
Untuk dapat menjalankan MINITAB dapat dilakukan
melalui dua cara, pertama melalui icon
pada
tampilan awal Windows atau Melalui menu Program.
Setelah dipilih program MINITAB 15 for Windows
maka akan muncul tampilan awal seperti Gambar 1.7.

Gambar 1.7
Tampilan Awal Program MINITAB

Halaman - 31
Pada gambar 1.7 tampak tampilan awal yang terdiri
Menu Bar, Tool Bar, Sizebar dan 2 jendela kerja,
jendela pertama disebut sebagai Windows session
yang berfungsi untuk menerima input perintahperintah, maupun data. Sedangkan jendela kedua
merupakan Windows Data yang berfungsi khusus
untuk melakukan input data.

Input data ke dalam lembar kerja minitab dapat


dilakukan dengan berbagai cara, dapat langsung
dientri di dalam lembar kerja, input dari lembar
sessional, input sata melalui submenu Calc serta input
data dengan mengambil dari File yang sudah ada.
Input data melalui lembar kerja data dapat dilakukan
langsung dengan terlebih dahulu memberikan nama
variabel yang akan diinput dan mendefinisikan jenis
data yang akan diinput.
Misalnya akan diinput data yang terdiri dari empat
variabel. Pada kolom C1 jenis kelamin, dengan nama
variabel JK, variabel kedua tanggal lahir akan
diletakkan pada kolom C2 dengan nama variabel
TGL_L, variabel ketiga berat badan akan diletakkan
pada kolom ketiga C3 dengan nama variabel BB dan
variabel keempat tinggi badan akan diletakkan pada
kolom keempat C4 dengan nama variabel TB.

32 -

Halaman

Gambar 1.8
Tampilan Hasil Penamaan Variabel pada Lembar
Kerja
Langkah kedua yaitu mendefinisikan tipe data yang
akan diinput ke dalam setiap kolom lembar kerja
melalui tahapan berikut,

Gambar 1.9
Menu Editor untuk Mendefinisikan Tipe Data
1.

letakan kursor
pertama,

pada

kolom

pertama

baris

2.

pada Menu Bar pilih Editor,

3.

setelah muncul jendela baru pilih menu Format


Colum,

4.

maka akan muncul jendela berikutnya yang


menampilkan pilihan tipe data yang akan diinput
yang terdiri dari tipe data Numeric, Text,
Date/Time. Untuk tipe data date/Time format
pilihan terdiri dari beberapa pilihan, bisa memilih

Halaman - 33
option yang sudah tersedia, atau membuat format
baru misal dd/mm/yy (Tanggal, bulan, tahun).

5.

pilih tipe data yang diinginkan, kolom pertama


pilih Text, Kolom kedua pilih Date/Time dan kolom
ketiga dan ke empat pilih Numeric, hingga pada
tampilan monitor akan nampak perubahan seperti
terlihat pada gambar 1.9.

Jika input data dilakukan dengan mengambil dari file


EXCEL, yang perlu diperhatikan pada file yang akan
dibaca oleh MINITAB, nama setiap kolom harus
diletakkan dalam satu baris.

Gambar 1.10
Tampilan Hasil Input Data
Cara lain untuk input data ke dalam lembar kerja
MINITAB dengan mengambil dari file yang sudah ada,
melalui langkah berikut :
1.

Pada Menu Bar pilih File hingga muncul tampilan


seperti nampak pada gambar berikut,

34 -

Halaman

Gambar 1.10
Tampilan Menu File Open Worksheet
2.

Selanjutnya pilih menu Open Worksheet, hingga


muncul tampilan seperti terlihat pada Gambar
1.11,

Gambar 1.11
Menu Pilihan Membuka Data
1.

Pilih direktori tempat penyimpanan data,

Halaman -

35

2.

Pilih tipe file yang dikehendaki,

3.

Jika pilihan direktori dan tipe data sudah sesuai


pilih Open.

Hasil pekerjaan berupa data pada lembar kerja


maupun perintah atau output perhitungan pada
lembar sessional dapat disimpan untuk digunakan
pada lain waktu.
Untuk menyimpan data pengamatan yang ada pada
lembar kerja dapat dilakukan melalui tahapan
berikut :
1.

Pada Menu Bar pilih File hingga muncul tampilan


seperti nampak pada Gambar 1.11,

2.

Selanjutnya pilih menu Save Worksheet, hingga


muncul tampilan seperti terlihat berikut,

36 -

Halaman

Gambar 1.12
Menu Pilihan Menyimpan Data
3.

Pilih direktori tempat penyimpanan data,

4.

Ketikan nama file yang dikehendaki,

5.

Pilih tipe data yang akan disimpan, jika sudah


sesuai pilih Save.

Menu Bar - Stat Menu

Submenu
Basic
Statistics
berfungsi
untuk
menyediakan beberapa analisis statistik deskriptif dan
beberapa uji hipotesis

Submenu Regrression berfungsi untuk mencari


model regresi yang menyatakan hubungan antara
variabel respons dan prediktor

Submenu ANOVA berfungsi untuk menyediakan


beberapa metode untuk mencari model ANOVA yang
menyatakan hubungan antara variabel respons dan
prediktor

Halaman -

37

Gambar 1.13
Tampilan Menu Bar-Stat Menu

Submenu DOE
perintah-perintah
eksperimen desain

Submenu
Control
Chart
berfungsi
untuk
menyediakan berberapa peta kendali yang berguna
dalam mengendalikan kualitas suatu proses

Submenu
Quality
Tools
berfungsi
untuk
menyediakan beberapa alat pengendali kualitas untuk
mendeteksi permasalahan-permasalahan kualitas

Submenu Reliability/Survival berfungsi untuk


membantu mengindentifikasikan distribusi yang paling
sesuai dengan data waktu hidup

Submenu
Multivariate
menyediakan analisis multivariat

Submenu Time Series berfungsi untuk melakukan


analisis time series yang berguna untuk peramalan

berfungsi
membuat

untuk
atau

menyediakan
menganalisis

berfungsi

untuk

38

Halaman

Submenu Tables berfungsi untuk meringkas data ke


dalam tabel dan melakukan analisis data

Submenu
Nonparametrics
berfungsi
untuk
menyediakan analisis data statistik untuk uji hipotesos

Submenu EDA berfungsi untuk mengeksplorasi data


sebelum melakukan analisis lebih lanjut

Submenu Power and Sample Size berfungsi untuk


mengevaluasi power dan ukuran sampel sebelum atau
sesudah percobaan

Sub Menu Control Chart


Menyediakan berberapa fasilitas untuk membuat
diagram kendali, baik untuk diagram kendali ciri mutu
variabel, maupun untuk diagram kendali ciri mutu
atribut.

Gambar 1.14
Sub Menu Control Chart
Menyediakan berberapa fasilitas untuk membuat
iagram kendali, baik untuk diagram kendali ciri mutu
variabel, maupun untuk diagram kendali ciri mutu
atribut. Lima pilihan yang ada meliputi fasilitas untuk

Halaman - 39
membuat diagram kendali variabel untuk data dalam
subgrup, fasilitas kedua untuk membuat diagram
kendali individu, fasilitas ketiga untuk membuat
diagram kendali ciri mutu atribut, baik untuk ukuran
sampel konstan maupun ukuran sampel bervariasi.
Fasilitas keempat yaitu untuk membuat diagram
kendali yang bekaitan dengan data deret waktu
sedangkan fasilitas kelima merupakan fasilitas untuk
membuat
diagram
kendali
untuk
ciri
mutu
multivariabel.

Sub Menu Quality Tools.


Pada kemasan perangkat lunak MINITAB, Fasilitas
lainnya yang banyak berkaitan dengan pengendalian
kualitas adalah sub menu Quality Tools, yang
berisikan
fasilitas
untuk
pembuatan
7
alat
pengendalian kualitas serta fasilitas untuk melakukan
analisis rencana sampling penerimaan.

Gambar 1.15

40 -

Halaman

Sub Menu Quality Tools.

Anda mungkin juga menyukai