Kualitas produk adalah karakteristik dari produk dalam kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Menurut Tjiptono (2012) kualitas adalah perpaduan
antara sifat dan karakteristik yang dapat menentukan sejauh mana output (keluaran) dapat
memenuhi prasyarat kebutuhan konsumen atau menilai sampai mana sifat dan karakteristik
tersebut memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas sebuah produk baik itu berupa barang maupun
jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya.
Dimensi tersebut dinamakan dimensi kualitas produk. Menurut Gaspersz (2008), dimensi kualitas
produk adalah sebagai berikut:
a. Kinerja (performance)
Kinerja adalah karakteristik operasi pokok dari produk inti dan dapat didefinisikan sebagai
tampilan dari sebuah produk sesungguhnya. Performance sebuah produk merupakan
pencerminan bagaimana sebuah produk itu disajikan atau ditampilkan kepada konsumen.
Tingkat pengukuran performance pada dasarnya mengacu pada tingkat karakteristik dasar
produk itu beroperasi. Sebuah produk dikatakan memiliki performance yang baik bilamana
dapat memenuhi harapan. Bagi setiap produk/jasa, dimensi performance bisa berlainan,
tergantung pada functional value yang dijanjikan oleh perusahaan. Untuk bisnis makanan,
dimensi performance adalah rasa yang enak.
Contoh lain dari
performance ada pada
gambar di sebelah kiri
b. Keandalan (reliability)
Keandalan adalah tingkat kendala suatu produk atau konsistensi keandalan sebuah produk
didalam proses operasionalnya di mata konsumen. Reliability sebuah produk juga merupakan
ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu periode waktu
tertentu. Sebuah produk dikatakan memiliki reliability yang tinggi bilamana dapat menarik
kepercayaan dari konsumen terkait kualitas keandalan sebuah produk. Dimensi performance
dan reliability sekilas hampir sama tetapi mempunyai perbedaan yang jelas. Reliability lebih
menunjukkan probabilitas produk menjalankan fungsinya.
Apakah Anda
pernah mengalami
hal ini????
kasihaaaaaaan
g. Estetika (Aesthethics)
Estetika adalah keindahan produk terhadap panca indera dan dapat didefinisikan sebagai
atribut-atribut yang melekat pada sebuah produk, seperti warna, model atau desain, bentuk, rasa,
aroma dan lain-lain. Pada dasarnya aesthetics merupakan elemen yang melengkapi fungsi dasar
suatu produk sehingga kinerja sebuah produk akan menjadi lebih baik dihadapan konsumen.
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Kualitas yang dipersepsikan merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau
ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga,
nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.
Menurut Prawirosentono (2002), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas produk,
yaitu:
1. Manusia. Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya
proses penambahan nilai.
2. Metode. Hal ini meliputi prosedur kerja dimana setiap orang harus melaksanakan kerja
sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing individu. Metode ini
merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara
efektif dan efisien.
3. Mesin. Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi
output. Dengan memakai mesin sebagai peralatan pendukung pembuatan suatu produk
memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, dan kecepatan proses penyelesaian
kerja.
4. Bahan. Bahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi
output, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan
mempengaruhi nilai output yang beragam pula.
5. Ukuran. Setiap tahap produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian agar setiap
tahap produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan dari standar ukuran tersebut
merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja seluruh tahapan proses produksi,
dengan tujuan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan rencana.
6. Lingkungan. Lingkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau
kinerja proses produksi. Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjapun akan berubah
pula. Banyak faktor lingkungan eksternal pun yang dapat mempengaruhi kelima unsur
tersebut diatas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan.
Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformasi
dalam produk sebelum pengiriman.
a. Sisa bahan (Scrap)
Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya overhead pada
produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kerabali. Terdapat banyak
ragam nama dari jenis ini, yaitu: scrap, cacat, pemborosan, usang dll.
b. Pekerjaan ulang (Rework) biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan
(mengerjakan ulang) produk agar memenuhi spesiflkasi yang ditentukan.
c. Analisis kegagalan (Failure Analysis) biaya yang dikeluarkan untuk menganalisis
kegagalan produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan itu.
d. Inspeksi ulang dan pengujian ulang (Reinspection and Retesting), biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformasi
dalam produk setelah pengiriman. Biaya kegagalan eksternal terdiri atas beberapa macam biaya di
antaranya adalah:
a. Jaminan (Warranty) biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau perbaikan kembali
produk yang masih berada dalam masa jaminan.
b. Penyelesaian keluhan (Complaint Adjustment) biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
c. Produk dikembalikan (Returned Product) biaya-biaya yang berkaitan dengan
penerimaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
d. Allowances, biaya-biaya yang berkaitan dengan persepsi pelanggan karena produk
dinilai berada dibawah standar kualitas.
Pandangan terhadap Biaya Kualitas
Dewasa ini, ada tiga kategori pandangan yang berkembang di antara para praktisi
mengenai biaya kualitas:
1. Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula. Atribut kualitas
kinerja dan karakterisitik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar dalam tenaga
kerja, bahan baku, desain, dan sumber daya ekonomis lainnya.
2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan.
Pandangan ini dikemukakan pertama kali oleh Deming dan dianut oleh para tokoh
manufaktur jepang. Penghematan dihasikan dari berkurangnya produk cacat dan biaya
langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.
3. Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk
atau jasa dihasilkan secara benar sejak awal. Pandangan ini dianut oleh para pendukung
filosofi TQM. Biaya tidak mencakup biaya langsung, tetapi juaga biaya akibat
kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa pasar dan banyak biaya tersembunyi lainnya
serta peluang yang hilang dan tidak teridentifikasi oleh sistem akuntansi biaya modern.
Berdasarkan pendekatan tradisional biaya terendah dicapai pada level non zero defect.
Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat dengan
semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit kesalahan yang
dibiarkan. Sebaliknya TQM berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada level zero defect.
Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa meskipun kesalahan yang ada itu jumlahnya besar,
tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya untuk memperbaiki kesalahan yang terakhir
tersebut dibandingkan dengan mengoreksi kesalahan yang pertama. Oleh karena itu biaya total
menurun terus sampai kesalahan terakhir diatasi. Dalam hal ini TQM berpendapat bahwa quality
is free.
Pengukuran Kualitas
Kualitas dapat diukur melalui penelitian konsumen mengenai persepsi pelanggan terhadap
kualitas suatu produk atau perusahaan. Penelitian konsumen tersebut menggunakan berbagai
macam metode, misalnya sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis,
maupun dengan survei pelanggan. Pada hakikatnya pengukuran kualitas suatu jasa atau produk
hampir sama dengan pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu ditentukan oleh variabel harapan dan
kinerja yang dirasakan (perceived performance).
1. Edwards Deming
Banyak yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan TQM. Tahap-
tahap dalam Siklus Deming terdiri dari:
a. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk
(plan).
b. Menghasilkan produk (do).
c. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (check).
d. Memasarkan produk tersebut (act).
e. Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas, biaya,
dan kriteria lainnya (analyze).
Empat Belas Point Deming (Deming’s Fourteen Points), terdiri dari:
a. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa.
b. Adopsilah falsafah baru.
c. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.
d. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah
e. Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa.
f. Lembagakan on the job training.
g. Lembagakan kepemimpinan.
h. Hapuskan rasa takut.
i. Hilangkan dinding pemisah antar departemen.
j. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenag kerja.
k. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran.
l. Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
m. Giatkan program pendidikan dan self-improvement.
n. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk
mengerjakannya.
Deming’s Seven Deadly Diseases, merupakan pandangan Deming terhadap faktor-
faktor yang dapat merintangi
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia, yakni:
a. Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang memiliki
pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan
menyediakan lapangan kerja.
b. Penekanan pada laba jangka pendek.
c. Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan
sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai
sasaran tersebut.
d. Job hopping oleh para manajer.
e. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan
keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama
sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.
f. Biaya medis yang terlalu berlebihan.
g. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara yang bekerja
berdasarkan tarif kontingensi.
2. Joseph M. Juran
Harapan para pemakainya. Pengertian fitness for use ini mengandung lima dimensi
utama yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use.
Juran’s Three Baasic Steps to Progress
Menurut Juran, ada tiga langkah dasar sebagai langkah yang harus diambil perusahaan
bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia yaitu:
a. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan
dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
b. Mengadakan program pelatihan secara luas.
c. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih
tinggi.
Juran’s Ten Steps to Quality Improvement. Sepuluh langkah untuk memperbaiki
kualitas menurut Juran, meliputi:
a. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan.
b. Menetapkan tujuan perbaikan.
c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Menyediakan pelatihan.
e. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
f. Melaporkan perkembangan.
g. Memberikan penghargaan.
h. Mengkomunikasikan hasil-hasil.
i. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
j. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
The Juran Trilogy, merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama,
yaitu:
a. Perencanaan Kualitas.
b. Pengendalian Kualitas.
c. Perbaikan Kualitas.
3. Philip B. Crosby
kualitas yang dapat diterima secara statistic (acceptable quality level). Ia juga dikenal
dengan Quality Vaccine dan Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement Pandangan-
pandangan Crosby dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut sebagai Dalil-dalil manajemen
kualitas. Dalil-dalil tersebut antara lain:
a. Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan.
b. Sistem kualitas adalah pencegahan
c. Kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus digunakan
d. Ukuran kualitas adalah price of non conformance.
Crosby’s Quality Vaccine, terdiri atas tiga unsur, yaitu determinasi (determination),
pendidikan (education), dan pelaksanaan (implementation). Setiap perusahaan harus diivaksinasi
agar memiliki antibodi untuk melawan ketidaksesuaian terhadap persyaratan (non-
conformances). Ketidaksesuaian ini merupakan sebab, sehingga harus dicegah dan dihilangkan.
Dalam mempersiapkan vaksinasi, suatu perusahaan perlu membuat lima unsur, yaitu:
a. Integritas.
b. Sistem
c. Komunikasi
d. Operasi
e. Kebijakan
Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement, 14 langkah untuk perbaikan kualitas
menurut Crosby terdiri atas:
a. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka
panjang
b. Membentuk tim kualitas antar departemen
c. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
d. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan sebagai
alat manajemen.
e. Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan.
f. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah yang
telah diidentifikasi.
g. Mengadakan program zero defects.
h. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas tersebut.
i. Mengadakan Zero Defects Day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar
akan adanya arah baru.
j. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan
tim.
k. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas.
l. Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
m. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus-
menerus
n. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses yang
tidak pernah berakhir.
Referensi
• Kotler, P., dan Armstrong, G. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
• Nasution. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management. Bogor: Ghalia
Indonesia.
• Tjiptono, Fandy. 2012. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
• Prawirosentono, Suyadi. 2002. Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus. Jakarta:
Bumi Aksara.
• Kotler, P. dan Keller, K.L. 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
• Ariani, D.W. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Bogor: Ghalia
Indonesia.
• Gaspersz, Vincent. 2008. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Al-arif, M.Nur Rianto. 2012. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung:
Alfabeta.
• Muhammad.2012.Perkembangan pemikiran Mengenai Kualitas,
(http://muhammadavven-belajardesainweb.blogspot.com,