Karyawan adalah sesorang yang memberikan tenaga, waktu, dan pikirannya kepada suatu
organisasi/ perusahaan dengan kompensasi yang telah disepakati bersama. Setiap karyawan
memiliki kinerjanya masing-masing, dimana kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap
karyawan berdasarkan beban kerja serta tanggungjawabnya. Hasil kerja ini meliputi kualitas dan
kuantitas kerja. Kualitas kerja berhubungan dengan dimensi kerapian, kebersihan serta ketelitian
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sedangkan kuantitas kerja berhubungan dengan
jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh karyawan.
Keberhasilan organisasi merupakan sebuah pencapaian prestasi kerja karyawan dan
pimpinan sebagai teamwork, artinya bahwa perilaku anggota organisasi baik secara individu
maupun kelompok memberikan kekuatan atas kinerja organisasi. Salah satu elemen yang bernilai
penting dalam sistem pemberdayaan karyawan adalah kepemimpinan (leadership). Freeman dan
Taylor dalam Sutarto (1991) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menciptakan kegiatan kelompok dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas yang
maksimum dan kerja sama dari tiap individu. Dari penjelasan Taylor dapat dipahami bahwa dalam
upaya mencapai tujuan organisasi, seorang pemimpin juga menjalankan peran manajerial melalui
bentuk kekuasaan terlegitimasi yang dimiliki seorang pemimpin yaitu pelibatan dan pemberdayaan
karyawan serta memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi.
Pelibatan karyawan adalah proses mengikutsertakan para karyawan pada semua tingkatan
organisasi dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Ketika terjadi penyimpangan,
manajemen harus memberdayakan karyawan yang bekerja erat dengan proses untuk mencari akar
penyebab masalah dan mencari solusi yang tepat. Sedangkan pemberdayaan karyawan mengacu
pada tindakan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan. Sebelum mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab, seorang manager
perlu memastikan bahwa karyawan telah mendapatkan pelatihan yang cukup dan menguasai
bidang yang menjadi tanggungjawabnya.
Pimpinan yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk dirinya sendiri akan tetapi
yang mampu mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai tujuan bersama
dengan melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi sikap disiplin. Pelibatan
dan pemberdayaan karyawan akan berarti hanya apabila hal tersebut merupakan suatu usaha
sistemik yang dilakukan untuk membantu organisasi guna meningkatkan nilai yang akan diberikan
kepada pelanggan (Fandy Tjiptono, 2003:135).
Kesalahan umum yang harus dihindari pada saat mengimplementasikan PPK adalah sebagai
berikut :
• Memulai kegiatan tanpa adanya strategi sistematis.
• Memulai kegiatan PPK tanpa adanya kepemimpinan yang aktif dari manajemen.
• Menghitung kegiatan (seperti jumlah pertemuan tim untuk peningkatan kualitas).
• Rencana dan harapan yang tidak realistis.
• Mengharapkan pelibatan akan ada akhirnya.
Peranan utama manajemen dalam PPK adalah melakukan segala sesuatu yang diperlukan
untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan dan penerapan konsep tersebut secara terus-menerus.
Peranan ini dapat diringkas menjadi tiga fungsi, yaitu komitmen, kepemimpinan, dan kemudahan.
Ketiga fungsi ini dibutuhkan untuk mengatasi hambatan dan penolakan terhadap pelaksanaan PPK
atau perubahan pokok lainnya dalam budaya perusahaan. Peranan manajer dalam PPK antara lain
meliputi sebagai berikut :
• Menunjukan sikap yang mendukung
• Menjadi model peran
• Menjadi pelatih
• Menjadi fasilitator
• Mempraktikan Management by Walking Around (MBWA)
• Mengambil tindakan dengan segera atas rekomendasi
• Menghargai prestasi karyawan
PPK sebagai suatu konsep yang berusaha melibatkan dan memberdayakan karyawan
secara sungguh-sungguh memerlukan implementasi yang sistematis. Implementasi PPK terdiri
atas 4 tahap menurut Goetch, 1997:147 yaitu sebagai berikut:
• Menciptakan lingkungan yang mendukung
• Menentukan target dan mengatasi penghambatan
• Menerapkan dan menggunakan sarana pendukung
• Menilai, menyesuaikan, dan memperbaikinya
Tujuan penilaian kinerja dalah sebagai alat diagnostika dan proses penilaian terhadap
perkembangan individu, tim, dan organisasi. Penilaian digunakan untuk menentukan besarnya
penghargaan, tes validasi, dan pengembangan karir, memperbaiki komunikasi, serta mendukung
pemahaman terhadap fungsi. Penilaian kinerja sangat efektif apabila difokuskan pada tujuan
perusahaan. Oleh karena hasil dari semua pekerjaan adalah berupa kualitas dan kepuasan
pelanggan. Maka penilaian seharusnya berkaitan dengan hasilnya (tujuan perusahaan). Penilaian
kinerja harus berkaitan dengan prinsip pembagian tanggung jawab terhadap kualitas. Hal ini dapat
dicapai dengan memfokuskan pada perkembangan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan
karyawan untuk berprestasi.
Didalam model TQM, peranan penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi karyawan,
seperti penilaian kinerja, kompensasi, program pengakuan prestasi, dan sistem promosi,
merupakan motivasi untuk mencapai saran perusahaan. Banyak manager dan penyelia yakin
bahwa uang merupakan motivator terpenting bagi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, akan
tetapi ternyata hasil penelitian dan survai di peroleh hasil bahwa pengakuan prestasi kerja
merupakan motivator yang paling kuat.
Penghargaan dan pengakuan perestasi tidak akan menghasilkan total quality. Akan tetapi
apabila kedua hal tersebut tidak ada, maka akan mengakibatkan keyakinan karyawan terhadap nilai
rill kualitas dan kontribusi karyawan untuk memperbaiki kualitas. Perusahaan yang akan
menerapkan TQM harus dilakukan pendekatan penghargaan pengakuan apabila ingin sukses
dalam menerapkan system tersebut. Menurut Beer (dalam George dan Weimerskirch, 1994), upah
gaji berfungsi untuk menciptakan keadilan dan kesamaan. Upah gaji tersebut harus dapat menarik
orang untuk masuk ke dalam organisasi. Akan tetapi upah/gaji bukan merupakan komponen
terpenting untuk memotivasi kinerja, disisi lain Slcrabec (dalam George dan weimerskirch,1994),
menyatakan bahwa sistem yang paling bagus untuk meningkatkan kinerja adalah pembagian laba.
Sistem kompensasi yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip fungsi manajemen kualitas sebagai
berikut:
1) Kompensasi harus berorientasi pada pelanggan (customer driven).
2) Upah gaji diberikan pada karyawan yang memiliki keterampilan untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan eksternal. Unuk melakukan hal tersebut, karyawan harus
mengetahui kebutuhan dan harapan pelanggan serta apa yang telah dilakukan oleh
perusahaan untuk mmenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan tersebut. Secara internal
sebenarnya karyawan dan manager adalah pelanggan dari sistem kompensasi. Oleh
karenanya kebutuhan dan harapan mereka juga harus dipertimbangkan dalam sistem
kompensasi.
3) Kompensasi harus berorientasi pada tim.
4) TQM mensyaratkan dibentuknya tim. Jadi, kompensasi disarankan pada pencapaian
sasaran tim, bukan sasaran individu.
5) Kompensasi harus dapat diukur.
6) Pengukuran digunakan untuk menentukan beberapa besar upah gajih yang harus
diberikan sebagai hasil darin kerja tim. Pengukuran harus relevan, tersedia selama
proses, dan difokuskan pada apa yang penting bagi pelanggan.
7) Sistem kompensasi harus mengikut sertakan partisipasi seluruh karyawan.
8) Karyawan, baik secara individual maupun tim, harus berpartisipasi dalam mnentukan
sasaran, mengidentifikasi indikator kunci, memantau serta mengevaluasi kemajuan
perkembangan. Persahaan harus memberikan pelathn untuk menolong karyawan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Penilaian kinerja dapat mendukung perbaikan kualitas bila keadaan dibawah ini dapat
terpenuhi:
❖ Penilaian kinerja harus dipisahkan dari sistem kompensai.
❖ Penilaian kinerja harus didasarkan pada observasi, pengukuran perilaku, dan hasil.
❖ Penilaiann kinerja harus mendorong partisipasi karyawan
Peranan manager dalam penilaian kinerja adalah untuk membentu karyawan memahami
penilaian tersebut, bersama-sama karyawan menentukan ssaran dan tindakan mencari kesempatan
untuk pengembangan karir, serta mendorong karyawan untuk memberikan umpan balik terhadap
kinerja manajer yang berkaitan dengan mereka. Karyawan bukan hanya sebagai pendengar yang
fasip, tetapi sebagai partisipan yang aktif.
Penghargaan berbeda dengan pengakuan. Penghargaan biasanya dalam bentuk moneter,
sedangkan pengakuan adalah tindakan atau kegiatan dalam bentuk non moneter. Penghargaan bisa
dalam bentuk bonus, uang, liburan, dan lain-lain. Sedangkan pengakuan dapat berupa ucapan
terimakasih, award dari perusahaan, dan lian-lain. Program pengakuan yang baik harus memenuhi
keriteria sebagai berikut:
❖ Konsisten, yaitu pengakuan diberikan dengan cara yang sama dari waktu ke waktu.
Kegiatan ini secara tidak langsung akan menjadi biaya bagi perusahaan atau organisasi,
disamping itu kegiatan ini hendaknya sering dilakukan untuk memberikan dampak.
❖ Pengakuan yang berasl dari rekan sejawat. Perusahaan atau organisasi umumnya
menggunakan public display untuk memberikan pengakuan kepada karyawan, yang
mana pengakuan ini merupakan kepercayaan dan kehormatan organisasi kepada
karyawan.
❖ Pengakuan dilakukan secara bersekala, semakin pendek jarak antara tindakan dan
pengakuan, semakin baik untuk menghindari hilangnya efek tersebut.
❖ Pengakuan bersifat win/win (setiap orang adalah pemenang).
DAFTAR PUSTAKA
Crocker, Olga L. 2002. Gugus Kendali Mutu. Jakarta: Bumi Aksara
Fandy Tjiptono, dkk. 2003. Total Quality Management, Yogyakarta
Raja Bamabang Sutikno. 2005. Mengoptimalkan Performa Karyawan dengan Prinsip Empati.
Jakarta: UI Press
Diktat pengendalian kualitas oleh Nurul Diena Novania, ST. Modul ke-X pusat pengembangan
bahan ajar UMB.