Anda di halaman 1dari 19

KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF

PENINGKATAN DAYA SAING

Kualitas, Profitabilitas, dan Daya Saing


Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan konsumen dan disertai
upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets
Agreed Terms and Changes). Kualitas juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan poduk, manusia, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang
memiliki atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Di era perdagangan bebas seperti saat
ini, intensitas persaingan semakin naik dan jumlah pesaing semakin meningkat. Oleh karena itu
setiap perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar
konsumen merasa lebih puas dengan cara-cara yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
dibandingkan para pesaing. Dewasa ini perhatian suatu perusahaan tidak terfokus pada produk dan
jasa yang dihasilkan saja, melainkan juga memperhatikan pada aspek kebijakan, proses, sumber
daya manusia, teknologi dan lingkungan.
Menurut Porter (1985), pada dasarnya setiap perusahaan menghadapi lima kekuatan atau
faktor persaingan seperti pada bagan berikut:
Gambar 2.1. Lima Kekuatan Persaingan
Analisis Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five Forces Analysis) – Analisis Lima
Kekuatan Porter atau dalam bahasa Inggris disebut denggan Portes’s Five Forces Analysis adalah
suatu alat yang sederhana namun sangat berguna untuk memahami dimana letak kekuatan
perusahaan dalam menghadapi situasi persaingan dunia bisnis. Menggunakan Analisis Lima
Kekuatan ini, perusahaan dapat memahami kekuatan posisi persaingan saat ini dan kekuatan posisi
persaingan pada bisnis yang sedang direncanakan.
Konsep analisis lima kekuatan pertama kali dikemukakan oleh Michael Porter dari
Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael Porter juga dikenal sebagai Bapak Strategi Bisnis
Modern. Analisis lima kekuatan Porter merupakan salah satu Analisis yang sering digunakan
dalam Manajemen Strategi sebuah perusahaan. Seperti namanya, Porter’s five forces analysis ini
mengunakan 5 kekuatan industri untuk menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri.
Berikut ini adalah kelima kekuatan menurut Michael Porter.
1. Threat of new entrants (hambatan bagi pendatang baru).
Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk ke industri tertentu.
Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit hambatan maka
pesaing akan segera bermunculan. Semakin banyak perusahaan saingan (kompetitor) yang
bersaing pada market yang sama maka profit atau laba akan semakin menurun. Sebaliknya,
semakin tinggi hambatan masuk bagi pendatang baru maka posisi perusahaan kita yang
bergerak di industri tersebut akan semakin diuntungkan.
Beberapa hambatan bagi para pendatang baru diantaranya adalah:
• Memerlukan dana atau modal yang tinggi untuk masuk dalam industri.
• Teknologi yang tinggi.
• Adanya hak paten.
• Adanya merek dagang
• Skala ekonomi (sudah dijelaskan pada mata kuliah ekonomi mikro).
• Loyalitas pelanggan
• Peraturan pemerintah
2. Bargaining power of suppliers (daya tawar pemasok)
Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan baku pada
harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah kepada
pembelinya. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah karena
memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula keuntungan
perusahaan. Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang
menyediakan bahan baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin
membelinya, hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok memonopoli
bahan baku yang ada.
3. Bargaining power of buyers (daya tawar pembeli)
Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen,
semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun
kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan didapatkan
oleh perusahaan produsen. Harga produk yang lebih rendah berarti pendapatan bagi
perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi, Perusahaan memerlukan biaya yang tinggi
dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah daya
tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi perusahaan.
Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang banyak, banyak stok
yang tersedia namun hanya sedikit pembelinya.
4. Threat of substitutes (hambatan bagi produk pengganti)
Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan produk
pengganti yang lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik
dengan biaya pengalihan yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang tersedia di
pasaran akan semakin menguntungkan perusahaan.
5. Rivalry among existing competitors (tingkat persaingan dengan kompetitor)
Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan apabila
posisi perusahaan kita kuat dan tingkat persaingan pada pasar (market) yang sama tersebut
yang rendah. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila banyak pesaing yang merebut
pangsa pasar yang sama, loyalitas pelanggan yang rendah, produk dapat dengan cepat
digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki kemampuan yang sama dalam
menghadapi persaingan.
Sesuai perspektif TQM terhadap kepuasan pelanggan bahwa pelanggan merupakan penilai
terakhir dari kualitas sehingga prioritas utama dalam jaminan kualitas adalah memiliki piranti yang
handal dan sahih mengenai penilaian konsumen terhadap perusahaan, maka dibutuhkan kerangka
manajeman kualitas yang didasarkan pada dua alasan pokok sebagai berikut:
1. Orientasi Pemasaran
Meliputi usaha perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan
pelanggan, meningkatkan pangsa pasar, efisiensi dan produktivitas.
2. Orientasi Internal Perusahaan
Meliputi usaha perusahaan untuk mengurangi losses (kehilangan), spills (kejatuhan), waste
(pemborosan) dan scrap (menyisakan). Serta upaya untuk memaksimalkan usaha
karyawan, penghematan eneri sumber daya manusia, dan pengidentifikasian peluang
pemecahan masalah.

Kualitas bukan kombinasi dari faktor kebetulan. Kualitas harus didefinisikan, dirancang,
direncanakan, dan dilaksanakan secara tepat. Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan
kualitas produk atau jasanya akan mendapat banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas
berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar. Dengan memiliki
kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas. Apabila pelanggan merasa puas maka akan
terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian
perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar melalui pemenuhan kualitas yang bersifat customer
driven sehingga memberikan keunggulan harga dan customer value. Apabila kualitas yang
dihasilkan superior maka profitabilitas terjamin, selain itu kualitas juga dapat mengurangi biaya
sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan. Secara sederhana, manfaat dari kualitas yang superior yakni sebagai
berikut:
a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar
b. Pangsa pasar yang lebih besar
c. Harga saham yang lebih tinggi
d. Produktivitas yang lebih besar
Komponen-komponen Penunjang Daya Saing
Adapun komponen dasar penunjang daya saing yaitu:
1. Kebijakan Industri
Kebijakan industri merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta yang
bertujuan untuk menyediakan insentif yang dapat mendorong bisnis untuk berperilaku yang
mengarah pada peningkatan daya saing. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam kebijakan
industri antara lain:

• Investasi dalam penelitian dan


pengembangan.
• Perluasan sektor ekonomi.
• Investasi dalam infrastruktur
teknologi tinggi.

-
• Alih teknologi
• Ekspor industri
• Reformasi dan investasi pendidikan
Kebijakan merupakan keputusan yang diambil organisasi untuk memenangkan persaingan.
Tanpa kebijakan berarti belum melangkah menuju ke medan perang, dan sumber daya apa saja
yang harus digunakan untuk merebut kemenangan. Berkualitas tidaknya kebijakan akan
menentukan kemenangan di medan perang. Pembuatan kebijakan akan sangat menentukan sasaran
jangka pendek maupun sasaran jangka panjang dari suatu organisasi.

2. Teknologi
Teknologi adalah perwujudan secara fisik dari ilmu pengetahuan. Teknologi dirancang
untuk memperluas kemampuan manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing organisasi.
Teknologi khususnya teknologi informasi menjadi komponen utama untuk memenangkan
persaingan di Revolusi 4.0. Revolusi 4.0 sering juga disebut sebagai era teknologi informasi, jika
perusahaan tidak memiliki kekuatan akan teknologi informasi akan menyebabkan perusahaan
kehilangan eksistensinya dalam pasar karena tanpa kejamnya persaingan saat ini.
3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan sumber daya


yang paling bernilai bagi peningkatan daya
saing. Hal ini terlihat dari pengalaman Jerman
dan Jepang ketika bangkit dari kehancuran
pasca Perang Dunia II. Banyak hal yang dapat

di pelajari dari kesuksesan Jerman dan Jepang, diantaranya adalah strategi yang diterapkan dalam
mengelola sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi
tersebut antara lain terdiri dari :
• Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah.
• Pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi
• Keterlibatan dan empowerment karyawan
• Kepemimpinan pada setiap level
• Kerjasama Tim.
Sumber daya manusia sebagai bagian komponen penunjang daya saing karena komponen
penting dalam memenangkan persaingan di era saat ini. Sumber daya manusia yang berkualitas
menjadi pilihan atau rebutan dari sesuatu organisasi. Organisasi memerlukan SDM berkualitas
dalam memengangkan persaingan. Kompetensi yang dimiliki SDM akan sangat menentukan derap
langkah suatu organisasi menuju medan persaingan, sehingga SDM sebagai komponen utama
memasuki era saat ini. Pernahkan Anda mendengar istilah pembajakan SDM?????
Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing

Budaya kualitas adalah sistem nilai yang hasilnya kondusif untuk perkembangan kualitas
secara berkelanjutan didalam lingkungan, hal ini mengandung nilai, tradisi, prosedur dan
ekspektasi yang mendukung kualitas. Budaya kualitas dapat diartikan juga sebagai pola nilai-nilai,
keyakinan dan harapan yang tertanam dan berkembang di kalangan anggota organisasi mengenai
pekerjaannya untuk menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas. Pengembangan budaya
kualitas berkaitan dengan upaya merubah perilaku dan sikap mental manusia. Hal ini adalah salah
satu tugas manajemen yang paling sulit, karena memerlukan kekuatan besar dan keterampilan
persuatif dan memotivasi. Kesungguhan juga diperlukan dalam memfasilitasi dan mengelola
perubahan budaya menuju ke arah budaya kualitas menurut Dale dalam Fandy Tjiptono 2003.
Elemen-elemen yang terdapat di kualitas budaya adalah sebagai berikut:
1. Misi organisasi dan hubungannya dengan lingkungan
2. Hakekat realitas dan kebenarannya
3. Hakekat manusia dan interaksinya
4. Hakekat waktu dan ruang
Implementasi praktik TQM dalam perusahaan menjadi lebih efektif apabila budaya organisasi
kondusif untuk sebuah proses perubahan dan tranformasi (Kujala dan Lillrank, 2004). Karena
TQM pada hakekatnya adalah program perubahan organisasi yang memerlukan transformasi
budaya organisasi, proses, dan keyakinan. Secara teoritik, keterkaitan antara implementasi praktik
TQM dengan budaya organisasi dikemukakan oleh Goetsch dan Davis dalam Tjiptono dan Diana
(2003), bahwa implementasi TQM dapat merubah orientasi budaya suatu organisasi menuju
budaya kualitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja organisasi secara
keseluruhan.
Perusahaan-perusahaan Indonesia sebenarnya telah lama menyadari pentingnya kualitas
produk. Hal itu terbukti dengan penerapan manajemen mutu (TQM) yang sudah semakin meluas.
Menurut Adebanjo dan Kehoe (1999) ada persetujuan umum bahwa walaupun budaya adalah unik
untuk masing-masing organisasi, elemen-elemen tertentu dalam kualitas total dapat
mendefinisikan budaya kualitas. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fokus Konsumen. Pemahaman terhadap kebutuhan saat ini dan masa mendatang dan arus
memenuhi persyaratan konsumen dan berusaha keras untuk memberikannya melebihi
harapan konsumen.
2. Meneliti dan memahami kebutuhan dan harapan konsumen.
3. Meyakinkan bahwa sasaran organisasi terkait erat dengan kebutuhan dan harapan
konsumen.
4. Mengomunikasikan kebutuhan dan harapan konsumen kepada semua anggota organisasi.
5. Mengukur kepuasaan konsumen dan bertindak atas dasar hasil.
6. Mengelola secara sistematik hubungan denngan konsumen.
7. Mendorong konsumen menunjukkan keluhannya dan menempatkannya sebagai prioritas
utama.
8. Mempunyai data dan informasi tentang konsumen.
9. Memberikan jaminan produk purna jual.

Pemahaman Budaya Kualitas


Menurut Bounds budaya mengandung berbagai aspek pokok seperti:
a. Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya seperti nilai-nilai, keyakinan dan
pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok.
b. Budaya berisi kebiasaan atau tradisi.
c. Budaya mengarahkan perilaku: kebiasaan atau tradisi merupakan perekat yang
mempersatukan suatu organisasi dan menjamin bahwa para anggotanya berperilaku sesuai
dengan norma.
d. Budaya masing-masing organisasi bersifat unik.
Budaya kualitas adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang
kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus (Goetsch dan Davis,
1994). Karakteristik umum organisasi yang memiliki kualitas adalah sebagai berikut:
a. Perilaku sesuai dengan slogan.
b. Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan digunkan untuk meningkatkan kualitas
secara terus-menerus.
c. Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan.
d. Pekerjaan dilakukan dalam suatu tim.
e. Manajer tingkat eksekutif diikutsertakan dan dilibatkan tanggung jawab kualitas tidak
didelegasikan.
f. Sumber daya yang memadai disedikana di mana pun dan kapan pun dibutuhkan untuk
menjamin perbaikan kualitas secara terus-menerus.
g. Pendidikan dan pelatihan diadakan agar para karyawan pada semua tingkat memiliki
pengethauan dan keterampilan yanng dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas scara terus-
menerus.
h. Sistem penghargaan dan promosi didasrkan pada kontribusi terhadap perbaikan kualitas
secara terus-menerus.
i. Rekan kerja dipandang sebagai pelanggan internal.
j. Pemasok diperlukan sebagai mitra kerja.

Mekanisme Perubahan Budaya


Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melakukan perubahan budaya, yaitu sebagai
berikut:
a. Pahamilah sejarah terciptannya budaya yang sudah ada.
b. Jangan memusuhi sistem yang sudah ada, tetapi perbaikilah.
c. Bersiaplah untuk mendengarkan dan mengamati.
d. Lihatkanlah setiap orang yang dipengaruhi oleh perubahan.
Contoh beberapa perbedaan antara budaya tradisional dengan budaya kualitas yang disajikan
pada tabel dibawah ini:
No. Fokus Dari Budaya Tradisional Manajemen Budaya
Kualitas
1. Rencana Anggaran Jangka Pendek Isu-isu strategi masa depan
2. Organisasi Hierarki berdasarkan rantai Partisipasi dan
komando pemberdayaan karyawan
3. Pengendalian Laporan varian Ukuran dan informasi
kualitas untuk self-control
4. Komunikasi Top-Down Top-down, dan bottom-up
5. Keputusan Manajemen krisis Perubahan yang terencana
6. Manajemen Parochial, kompetitif Cross-function, integratif
Fungsional
7. Manajemen Fizing atau one-shot Preventif dan berkelanjutan
Kualitas manufacturing semua fungsi dan kualitas

Penolakan Terhadap Perubahan Budaya


Di dalam organisasi biasanya terdapat pendukung perubahan dan penentangnya.
Pendukung perubahan berfokus pada manfaat yang diharapkan terjadi dari adanya perubahan.
Sementara penentangnya berfokus pada ancaman yang dirasakan atas status, keyakinan,
kebiasaan, dan keamanan karyawan. Perbedaan persepsi antara kedua kelompok ini ditunjukkan
seperti pada tabel berikut:
Perbedaan Persepsi Terhadap Usulan Perubahan
Usulan Perubahan Persepsi Pendukung Persepsi Penentang Perubahan
Perubahan
Mengadakan program Peningkatan pengetahuan dan Pemborosan
pendidikan dan ketrampilan tenaga kerja
pelatihan karyawan
Untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan, perlu diterapkan langkah-langkah yang dapat
mempermudah perubahan sebagai berikut:
1. Mengadopsi paradigma baru yang mendukung perubahan
Paradigma tradisional para pendukung perubahan adalah sebagai berikut:
• Pendukung perubahan terlalu berfokus hanya pada hasil dan manfaat yang diharapkan.
• Pendukung perubahan seringkali tidak sabar terhadap perhatian atau keprihatinan para
penentang.
2. Memahami persoalan para penentang potensial
Beberapa alasan yang mendasari penolakan terhadap perubahan antara lain:
• Iklim ketidakpercayaan/kecurigaan
• Takut gagal
• Pekerjaan yang lebih banyak
• Tekanan rekan kerja
3. Melaksanakan strategi mengembangkan perubahan
Menurut Juran, strategi untuk mengembangkan perubahan antara lain:
• Libatkanlah para penolak potensial
• Ciptakan lingkungan yang positif
• Berikan tanggapan dengan cepat dan secara positif
• Bekerjalah dengan pemimpin-pemimpin yang diakui
• Hargai dan hormati setiap orang
• Bersikaplah konstruktif
Pembentukan Budaya Kualitas
Guna mengubah budaya organisasi dari yang tradisional menjadi budaya kualitas diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dibutuhkan
Untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dibutuhkan, harus dilakukan penilaian
apakah organisasi yang bersangkutan sudah memiliki budaya kualitas sebagai berikut:
• Komunikasi yang terbuka dan terus-menerus
• Kemitraan internal yang saling mendukung
• Pendekatan kerja sama tim dalam proses dan dalam mengatasi masalah
• Menginginkan masukan dan feedback dari pelanggan.
b. Menuliskan perubahan-perubahan yang direncanakan
c. Mengembangkan suatu rencana untuk melakukan perubahan
d. Menerapkan strategi courtship (kemesraan)
e. Memberikan dukungan.

ISO-9000 dan Daya Saing

Berdasarkan data pada tahun 2014 ribuan perusahaan dan organisasi jasa diseluruh dunia
termasuk ratusan perusahaan di Indonesia, telah mengadopsi sistem manajemen kualitas ISO-
9000. Data tahun 2014 menunjukkan sebanyak 284 peusahaan di Indonesia telah memperoleh
sertifikat sistem manajemen kualitas ISO-9000. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan
total perusahaan yang ada di Indonesia. Hal ini penting dan harus dipertahankan bahkan
ditingkatkan oleh perusahaan yang mengimplementasikan sistem manajemen kualitas ISO-9000
adalah komitmen perusahaan terhadap kualitas produk, efisiensi, efektivitas, produktivitas dan
improvement proses operasi.
Sistem manajemen kualitas ISO-9000 didefenisikan sebagai standar sistem manajemen
kualitas yang mengelola proses pencapaian kualitas. Sistem manajemen kualitas ISO-9000
mengatur hubungan antara suplier, perusahaan dan konsumen (pelanggan). Oleh karena itu,
sitstem manajemen kualitas ISO-9000 sama sekali tidak berbicara tentang kualitas produk, tetapi
berbicara tentang proses pencapaian suatu tingkat kualitas teretentu.

Kelebihan Sistem Manajemen Kualitas ISO-9000


Sistem manajemen kualitas ISO-9000 memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
sistem manajemen kualitas lainnya seperti Total Quality Control atau TQM. Pertama, sistem
manajemen kualitas ISO-9000 sangat antisipatif, ketat dalam hal prosedur dan dokumentasi,
progresif dalam audit dan tindakan koreksi serta dilengkapi dengan sertifikat. Kedua, sistem
manajemen kualitas ISO-9000 sangat adaptif untuk diaplikasikan di berbagai macam organisasi.
Ketiga, sistem manajemen kualitas ISO-9000 sangat informatif, mudah dipahami dan telah
dijadikan sistem manajemen kualitas standar internasional.
Tujuan implementasi sistem manajemen kualitas ISO-9000 dimanapun juga sama yaitu
untuk meningkatkan daya saing, meningkatkan efisiensi bisnis dan meningkatkan efektivitas
bisnis. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem manajemen kualitas ISO-9000 lebih menekankan
konsep pengendalian sejak dini, lebih menekankan pencegahan ketidaksesuaian dari pada
mengoreksi setelah terjadi ketidaksesuaian.

Manfaat Implementasi Sistem Manajemen Kualitas ISO-9000


Impelmentasi sistem manajemen kualitas ISO-9000 pada dasarnya mempunyai manfaat
pokok sebagai berikut :
a. Meningkatkan efisiensi kerja, efektivitas kerja dan produktivitas
b. Meningkatkan daya saing
c. Adanya jaminan konsistensi terhadap kualitas produk
d. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk
e. Struktur kerja lebih jelas dan transparan
f. Meningkatkan keterampilan pegawai karena pembinaan SDM terprogram
g. Lingkungan kerja lebih rapi dan bersih
h. Dokumentasi lebih teliti
Manfaat tersebut merupakan akibat dari semakin baiknya manajemen dalam perusahaan.
Sistem manajemen kualitas ISO-9000 tidak mensyaratkan bentuk manajemen tertentu yang dinilai
adalah sistem yang jelas, bertanggung jawab, konsisten dan dapat dipercaya bagaimana sistem
kualitas tersebut dikendalikan dan bagaimana komitmen mereka terhadap kualitas.
Bagi perusahaan yang baru akan masuk dalam pasar global, perhatian terhadap faktor-faktor
seperti : harga yang kompetitif, dapat memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan, sesuai dengan
spesifikasi, jaminan pasokan dan beberapa persyaratan lainnya baik yang melekat pada produk
maupun masalah legalisasi, dapat diantisipasi dengan mengimplementasikan sistem manajemen
kualitas ISO-9000.
Konsep Value Chain

Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses pengadaan, penyimpanan,
penggunaan, transformasi, dan disposisi sumber daya, mulai dari value chain pemasok sampai
value chain pembeli. Michael Porter membagi konsep value chain menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Konsep utama, terdiri dari lima jenis yaitu:
• Logistik masuk, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan penanganan material yang
diperlukan oleh perusahaan.
• Logistik keluar, yaitu aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan barang dari
produsen ke konsumen.
• Manajemen operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengubah input
menjadi output.
• Pemasaran dan penjualan, adalah aktivitas yang berkaitan dengan pengarahan dan
bujukan kepada konsumen agar bersedia untuk membeli barang yang ditawarkannya.
• Pelayanan merupakan aktivitas yang akan terus ditingkatkan perusahaan untuk
mempertahankan nilai serta meningkatkan kualitas dari sebuah produk.
2. Konsep pendukung yang terdiri dari empat jenis yaitu;
• Infrastrukstur perusahaan, yang terdiri dari departemen dalam perusahaan. Umumnya
meliputi keuangan, produksi, perencanaan, pemasaran, dan lainnya.
• Manajemen sumber daya manusia meliputi seluruh proses yang dilakukan perusahaan
untuk memperoleh SDM hingga proses pemberhentian SDM.
• Teknologi meliputi berbagai akivitas pengembangan peralatan, software, hardware,
termasuk prosedur dalam proses mengubah input menjadi output yang siap untuk
dijual.
• Pengadaan adalah aktivitas yang berkaitan dengan cara perusahaan dalam memperoleh
input yang akan digunakan dalam proses produksi.

Kemitraan

Makna yang terkandung dalam


kemitraan adalah membina hubungan kerja
sama untuk mencapai suatu tujuan, dimana
semua pihak yang terlibat akan memperoleh
manfaat atau keuntungan. Hubungan
kemitraan akan memberikan hasil maksimum
apabila semua pihak dalam rangkaian
1. Kemitraan Internal kemitraan tersebut bekerjasama.
Kemitraan internal merupakan usaha penciptaan suatu lingkungan yang didalamnya terdapat
mekanisme terstruktur yang merangsang dan membentuk aliansi yang saling mendukung antara
manajer dan karyawan, tim, dan karyawan individual yang memaksimumkan potensi sumber daya
manusia yang dimiliki suatu perusahaan.
Pembentukan kemitraan internal dilakukan pada tiga tingkatan yakni:
a. Kemitraan antara manajemen dengan karyawan
b. Kemitraan antar tim
c. Kemitraan antar karyawan
Tujuan dari kemitraan internal adalah untuk memanfaatkan kemampuan penuh dari sumber daya
perusahaan dan memfokuskannya pada perbaikan kualitas secara terus menerus.
2. Kemitraan dengan Pemasok
Tujuan kemitraan dengan pemasok yakni untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang
loyal, saling percaya, dan dapat diandalkan sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak, dan
meningkatkan penyempurnaan kualitas, produktivitas, dan daya saing secara berkesinambungan.
Syarat dalam menjalin kemitraan dengan pemasok antara lain:
a. Personil pemasok harus berinteraksi dengan orang yang benar-benar menggunakan
produknya
b. The price-only approach dalam negosiasi antara pembeli dan pemasok harus dihilangkan
c. Kualitas produk dan proses yang dilakukan pemasok harus terjamin
d. Pemasok harus benar-benar memahami dan dapat mempraktikkan just in time
e. Kedua belah pihak harus mampu saling bertukar informasi
3. Kemitraan dengan Pelanggan
Kemitraan dengan pelanggan perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan daya
saing perusahaan. Cara terbaik untuk menjamin kepuasan pelanggan adalah melibatkan mereka
sebagai mitra dalam proses pengembangan produk.
4. Kemitraan dengan Pesaing Potensial
Tujuan dari kemitraan dengan pesaing potensial adalah untuk meningkatkan daya saing. Biasanya
dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah.
Daftar Pustaka
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana 2003. Total Quality Management, Edisi ke-4, penerbit Andi,
Yogyakarta.
Heizer, J., and B. Render. 2004. Operation Management, Seventh Edition, Pearson Prentice Hall
Inc. USA.

Anda mungkin juga menyukai