LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas
Kualitas saat ini dapat dipandang sebagai titik kepuasan pelanggan, atau dianggap
wilayah kebutuhan pengguna atau ruang kecukupan penggunaan atau daerah
pemenuhan kebutuhan. Begitu banyak sekali makna kualitas, karena sekarang
pengguna pemahaman kualitas sudah meluas. Baik produsen barang, penyedia
jasa hingga lembaga-lembaga pengelola pemerintahan atau birokrasi. Pokoknya
semua yang berhubungan dengan pihak pengguna, pemakai atau yang harus
dilayani, sebagai tujuan utama kegiatan tersebut. (Haryono dan Irwan, 2015).
6
7
Philip B. Crosby dalam Haryono dan Irwan (2015), menaruh perhatian besar pada
transformasi budaya kualitas. Iya mengemukakan pentingnya melihat setiap
oranga dalam organisasi pada proses, yaitu dengan jalan menekankan kesesuaian
individual terhadap persyaratan/tuntutan. Pendekatan Crosby merupakan
pendekatan top down.
W. Edwards Deming dalam Haryono dan Irwan (2015), strategi didasarkan pada
alat-alat statistik. Strategi ini cenderung bersifat bottom-up. Penekanan utama
strategi ini adalah perbaikan dan pengukuran kualitas secara terus menerus.
Strategi Deming berfokus pada proses untuk mengeliminasi variasi, karena
sebagian besar variasi (kurang lebih 92%) dapat dikendalikan manajemen.
Deming sangat yakin bahwa jika karyawan dibedakan untuk memecahkan
masalah (dengan cacatan manjemen menyediakan alat-alat yang cocok), maka
kualitas dapat disempurnakan terus-menerus.
Genichi Taguchi, didasarkan pada premis bahwa biaya dapat diturunkan dengan
cara memperbaiki kualitas dan kualitas tersebut secara otomatis dapat diperbaiki
dengan cara mengurangi variasi dalam produk atau proses. Strategi Taguchi
difokuskan pada loss function, yang mendefenisikan setiap penyimpangan dari
target sebagai kerugian yang dibayar konsumen. Taguchi mendefenisikan kualitas
sebagai kerugian yang ditimbulkan oleh suatu produk bagi masyarakat setelah
produk tersebut dikirim, selain kerugian-kerugian yang disebabkan fungsi
intrinsik produk.
Selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah, sehingga
kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan kualitas
produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga
kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan
perusahaan agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
(Haryono dan Irwan, 2015).
9
Meski tidak ada defenisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun
dari kelima defenisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-
elemen sebagai berikut:
1. Transcendental Approach
Menurut pendekatan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit
dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni musik,
drama, seni tari dan seni rupa. Selain itu perusahaan dapat mempromosikan
produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat berbelanja yang
menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah (kosmetik),
kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi) dan lain-lain. Dengan
12
tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah
produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy).
Menurut Garvin (dalam Nasution 2015), kualitas sebagai suatu konsep sudah lama
dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi akhir-akhir
ini. Ia membagi pendekatan modern terhadap kualitas ke dalam empat era
kualitas, yaitu inspeksi, pengendalian kualitas secara statistik, jaminan kualitas,
dan manajemen kualitas stategik. Keempat era kualitas tersebut secara ringkas
tersaji dalam tabel 2.1.
Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik,
yaitu sebagai beriku:
sistem kualitas modern menjadi lebih efektif (Nasution, 2015), yaitu seperti
beriku:
Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dibagi ke dalam tiga bagian
(Nasution, 2015) yaitu seperti berikut:
- Kualitas desain
Kualitas desain mengacu kepada berbagai aktivitas yang menjamin produk
didesain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan harapan dari
pelanggan dan secara ekonomis layak untuk diproduksi. Kualitas desain akan
menentukan spesifikasi produk dan merupakan dasar pembuatan keputusan
yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi penggunaan dan pelayanan
purnajual;
18
- Kualitas konformans
Mengacu pada pembuatan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan dalam kualitas desain. Kualitas konformans menunjukkan tingkat
sejauh mana produk yang diproduksi memenuhi atau sesuai dengan spesifikasi
produk;
- Kualitas pemasaran dan pelayanan purnajual
Berkaitan dengan tingkat sejauh mana dalam penggunaan produk memenuhi
ketentuan dasar tentang pemasaran, pemeliharaan produk dan pelayanan
purnajual.
tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan komunikasi yang lebih
baik tentang kesadaran kualitas.
f. Material (bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik
memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya.
Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan
menjadi lebih besar.
g. Machine and Mecanization (mesin dan mekanisasi)
Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume produksi
untuk memuaskan pelanggan telah mendorong penggunaan perlengkapan
pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada kualitas bahan yang
dimasukan ke dalam mesin tersebut. Kualiatas yang baik menjadi factor yang
kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya dapat digunakan
sepenuhnya.
h. Modern information metode (metode informasi modern)
Evolusi teknologi computer membuka kemungkinan untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi informasi pada skala yang
tidak terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang baru ini
menyediakan cara untuk mengendalikan mesin dari proses selama proses dan
mengendalikan produk bahkan setelah produk sampai ke konsumen. Metode
pemprosesan data yang baru dan konstan memberikan kemampuan untuk
memanajemeni informasi yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan bersifat
ramalan mendasari keputusan yang membimbing masa depan bisnis.
i. Mounting product requirement (persyaratan proses produksi)
Kemanjuan yang pesat dalam perancangan produk, memerlukan pengendalian
yang lebih ketat pada seluruh proses pembuat produk. Meningkatkan
persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk menekankan pentingnya
keamanan dan keterandalan produk.
21
Pada dasarnya pelanggan akan merasa puas apabila mereka menerima nilai yang
diharapkan mereka. Apabila produk diproses pada tingkat kualitas Six Sigma,
maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau
mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan
ada dalam produk itu. Menurut Gaspersz, (2002) terdapat enam aspek kunci yang
perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma, yaitu :
1. Identifikasi pelanggan.
2. Identifikasi produk.
3. Identifikasi kebutuhan dalam memeroduksi produk untuk pelanggan.
4. Definisi proses.
5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan semua pemborosan
yang ada.
6. Tingkatkan proses secara terus menerus menuju target Six Sigma.
Menurut Gaspersz, (2002) apabila konsep Six Sigma akan ditetapkan dalam
bidang manufakturing, terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Identifikasi karakteristik produk yang memuaskan pelanggan (sesuai
kebutuhan dan ekspetasi pelanggan).
2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical-
To-Quality) individual.
3. Menentukan apakah setiap CTQ tersebut dapat dikendalikan melalui
pengendalian material, mesin proses kerja dan lain-lain.
4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang
diinginkan pelanggan (menentukan nilai UCL dan LCL dari setiap CTQ).
22
Matrik adalah cara untuk mengukur karakter tertentu yang dapat diferifikasi,
dinyatakan baik secara numerik (misalnya % cacat) atau secara kualitatif (tingkat
kepuasan). Metrik menyediakan informasi mengenai kinerja dan memberikan
kesempatan kepada manajer untuk mengevaluasi kinerja dan membuat keputusan,
berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain, mengidentifikasi kesempatan
untuk melakukan perbaikan, dan membuat standar kerja untuk karyawan,
pelanggan, pemasok dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Metrik amat
penting dalam penerapan Six Sigma karena memfasilitasi keputusan berdasarkan
fakta. Six Sigma dimulai dengan penekanan cara pengukuran kualitas yang
berlaku secara umum. Dalam terminologi Six Sigma sebuah cacat atau ketidak
cocokan adalah kekeliruan atau kesalahan yang diterima pelanggan. Unit kerja
adalah output suatu proses (Nasution, 2015). Kualitas output diukur dalam tingkat
kecacatan per unit (Defect Per Unit-DPU) dengan rumus
Akan tetapi, jenis pengukuran output seperti ini cenderung fokus pada produk
akhir bukan pada proses yang menghasilkan produk tersebut. Selain itu, cara ini
sulit diterapkan pada proses dengan tingkat kesulitan yang berbeda, amat berbeda
dua proses yang berbeda bisa saja memiliki jumlah peluang kesalahan yang amat
berbeda, sehingga menyulitkan perbandingan konsep. Six Sigma mendefenisikan
ulang pengertian yaitu kinerja kualitas sebagai tingkat kecacatan per juta
kemungkinan (Defect Per Opportunities (DPMO)). (Nasution, 2015)
A. Define
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma.
Langkah ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus dilakukan
untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci (Gaspersz,
2002). Tanggung jawab dari definisi proses bisnis kunci berada pada manajemen.
Menurut Pande dan Cavanagh, 2002 tiga aktivitas utama yang berkaitan dengan
mendefinisikan proses inti dan para pelanggan adalah
1. Mendefinisikan proses inti mayor dari bisnis.
2. Menentukan output kunci dari proses inti tersebut, dan para pelanggan kunci
yang mereka layani.
3. Menciptakan peta tingkat tinggi dari proses inti atau proses strategis.
Termasuk dalam langkah definisi ini adalah menetapkan sasaran dari aktivitas
peningkatan kualitas Six Sigma itu. Pada tingkat manajemen puncak, sasaran-
sasaran yang ditetapkan akan menjadi tujuan strategi dari organisasi seperti:
meningkatkan return on investement (ROI) dan pangsa pasar. Pada tingkat
oprasional, sasaran mungkin untuk meningkatkan output produksi, produktivitas,
24
menurunkan produk cacat, biaya oprasional. Pada tingkat proyek, sasaran juga
dapat serupa dengan tingkat oprasional, seperti: menurunkan tingkat cacat produk,
menurunkan downtime mesin, meningkatkan output dari setiap proses produksi.
B. Measure
Measure merupakan tindak lanjut logis terhadap langkah Define dan merupakan
sebuah jembatan untuk langkah berikutnya. Menurut Pete dan Holpp, 2002
langkah measure mempunyai dua sasaran utama yaitu:
1. Mendapatkan data untuk memvalidasi dan mengkualifikasikan masalah dan
peluang. Biasanya ini merupakan informasi kritis untuk memperbaiki dan
melengkapi anggaran dasar proyek yang pertama.
2. Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk
tentang akar masalah.
C. Analyze
Akibat
Predictable
Motivation Machine Manpower
causes
D. Improve
Pada langkah ini diterapkan suatu rencana tindakan untuk melaksanakan
peningkatan kualitas Six Sigma. Rencana tersebut mendeskripsikan tentang
alokasi sumber daya serta prioritas atau alternatif yang dilakukan. Tim
peningkatan kualitas Six Sigma harus memutuskan target yang harus dicapai,
mengapa rencana tindakan tersebut dilakukan, dimana rencana tindakan itu akan
dilakukan, bilamana rencana itu akan dilakukan, siapa penanggungjawab rencana
tindakan itu, bagaimana melaksanakan rencana tindakan itu dan berapa besar
biaya pelaksanaannya serta manfaat positif dari implementasi rencana tindakan
itu. Tim proyeksi Sigma telah mengidentifikasikan sumber-sumber dan akar
penyebab masalah kualitas sekaligus memonitor efektifitas dari rencana tindakan
yang akan dilakukan di sepanjang waktu. Efektivitas dari rencana tindakan yang
dilakukan akan tampak dari penurunan persentase biaya kegagalan kualitas
(COPQ) terhadap nilai penjualan total sejalan dengan meningkatnya kapabilitas
Sigma. (Gaspersz, 2002).
E. Control
1. Segi operator yaitu keterampilan dan keahlian dari manusia yang menangani
produk.
30
2. Segi bahan baku yaitu bahan baku yang dipasok oleh penjual.
3. Segi mesin yaitu jenis mesin dan elemen-elemen mesin yang digunakan dalam
proses produksi.
Pengendalian Kualitas
Statistik
Berdasarkan gambar 2.2 terlihat bahwa pengendalian kualitas proses dan produk
juga dapat dibagi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu data variabel dan
data atribut. Data variabel memberikan lebih banyak informasi dari pada data
atribut. Data variabel sering disebut sebagai metode pengendali untuk data
variabel. Metode ini digunakan untuk menggambarkan variansi atau
penyimpangan yang terjadi pada kecenderungan yang memusat dan penyebaran
observasi. Namun demikian, data variabel tidak dapat digunakan untuk
mengetahui karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase
kesalahan suatu proses. Data variabel dapat menjunjukkan seberapa jauh
penyimpangan dari standar proses, sementara data atribut tidak dapat
menunjukkan informasi tersebut karena data atribut hanya digunakan apabila ada
pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya goresan, cacat,
warna, ada bagian yang hilang dan lain sebagainya (Haryono dan Irwan, 2005).
a. Aspek manajemen yang meliputi: dukungan, pelatihan, kerja tim dan lain
sebagainya.
b. Aspek sumber daya manusia seperti: penolakan terhadap perbaikan konflik
antara operator dengan komputer.
c. Aspek Operasional seperti: alat-alat pengendalian proses statistik, prioritas
proses, prosedur tindakan kolektif dan sebagainya.
LEMBAR PERIKSA
Produk : Tanggal :
Tahap Pemeriksaan : Identitas :
Jumlah Pemeriksaan : Nama Pemeriksa :
Total
Gambar 2. 3 Contoh Lembar Periksa
(Sumber : Haryono dan Irwan, 2005)
2.4.4 Histogram
Histogram digunakan untuk menyajikan data secara visual sehingga lebih mudah
dilihat oleh pelaksana dan untuk mengetahui bentuk distribusi data. Kemudian
distribusi data digunakan untuk melakukan analisis kemampuan proses.
Histogram memrupakan alat statistik yang terdiri atas batang-batang yang
mewakili suatu nilai tertentu. Panjang batang proporsional terhadap frekuensi atau
frekuensi relatif suatu nilai tertentu. Histogram menjelaskan variasi proses, namun
belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil.
Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan,
histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-
angka nominal, misalnya rata-rata. (Haryono dan Irwan, 2005). Gambar histogram
dapat dilihat pada gambar 2.5.
36
- Jika titik-titik yang berada dalam grafik cenderung ke kanan atau miring ke
kanan maka hubungannya positif.
- Jika titik-titik yang berada dalam grafik cenderung ke kiri atau miring ke kiri
maka hubungannya negatif.
- Jika titik-titik yang berada dalam grafik memutar di sekelilingnya atau tidak
cenderung ke kanan dan tidak ke kiri maka tidak terdapat hubungan.
Untuk melihat bagaimana bentuk scatter diagram dapat dilihat pada gambar 2.6.
Kondisi kedua berkaitan dengan pengujian. Peta pengendali tepat bagi pengambil
keputusan karena model akan melihat yang baik dan yang buruk. Peta kendali
memang tepat dalam menyelesaikan masalah melalui perbaikan kualitas,
walaupun ada kelemahan apabila digunakan untuk memonitor atau
mempertahankan proses. Suatu proses dikatakan berada dalam kendali statistik
jika nilai pengamatan jatuh diantara garis UCL dan LCL. Dalam kondisi ini,
proses tidak memerlukan tindakan apapun sebagai perbaikan. Namun, jika ada
nilai pengamatan yang jatuh di luar batas UCL dan LCL, itu berarti ada proses
38
yang tidak terkendali. (Haryono dan Irwan, 2005). Peta kendali yang dimaksud
dapat dilihat pada gambar 2.7.
Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan.
b. Central line / garis pusat atau tengah (CL)
Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari
karakteristik sampel.
c. Lower control limit / batas kendali bawah (LCL)
Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik
sampel.
Peta kendali atribut merupakan peta kendali yang digunakan untuk mengukur
kualitas dari ketidak sesuaian produk dengan tujuan untuk mengetahui apakah
produksi tersebut berada dalam kondisi terkontrol (in statistical control) ataukah
tidak terkontrol (out of statistical control) (Haryono dan Irwan, 2005)
Kualitas karakteristik yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalkan
ketika mengukur berat badan, tinggi, jarak, ketebalan dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari klasifikasi karakteristik kualitas pada umumnya akan
menunjukkan unit sebagai unit sesuai atau unit tidak sesuai. Kriteria lain
karakteristik kualitas akan memilih kategori unit ke yang cacat dan yang tidak
cacat. Kualitas karakteristik jenis seperti ini yang disebut dengan jenis atribut.
Perhatikan bahwa ada perbedaan antara yang tidak sesuai dengan teknik
spesifikasi bagian yang terkontrol (tidak cacat) dari sebuah unit, yang tidak sesuai
dapat berfungsi dengan baik walaupun pada kenyataannya tidak cacat sama sekali,
sementara bagian dapat dikontrol dan tidak berfungsi seperti yang diinginkan
misalnya, rusak atau yang lainnya.
Contoh lain dari karakteristik kualitas atribut adalah jumlah kegagalan dalam
menjalankan produksi, misalkan banyak produk yang rusak. Dalam proses
produksi terkadang ada kesalahan ataupun hasil produksi tidak sesuai dengan
keinginan. Dalam hal ini kita dapat menggunakan pengendalian proses statistik
data atribut. Data atribut dalam pengendalian kualitas menunjukkan karakteristik
kualitas yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi.
40
Selain itu, data atribut dapat membantu mengidentifikasi akar permasalahan baik
pada tingkat umum maupun pada tingkat yang lebih mendetail. Disamping
kelebihan yang dimiliki oleh peta pengendali kualitas untuk data atribut, ada
beberapa kelemahan yang dimiliki peta kendali tersebut, yaitu dalam peta
pengendali kualitas data atribut tidak dapat diketahui seberapa jauh ketidaktepatan
spesifikasi tersebut.
Jenis-jenis peta kendali atribut meliputi: peta kendali p, peta kendali np, peta
kendali c, peta kendali u.
- Menghitung untuk setiap subgroup nilai proporsi unit yang cacat, yaitu:
Jika bagian yang tidak sesuai pada proses itu p tidak diketahui, maka p itu
harus ditaksir dari data observasi. Prosedur yang biasa adalah memilih m
sampel pendahuluan, masing-masing berukuran n. Jika ada pi unit tidak sesuai
dalam sampel i maka kita hitung bagian yang tidak sesuai dalam sampel ke-i
itu sebagai
pi
pi = i 1,2,...m (Persamaan 2.1)
n
dengan: pi = proporsi cacat pada setiap sampel
pi = banyaknya produk cacat
n = ukuran subgroup
- Menghitung nilai rata-rata dari sampel p, yaitu p dapat dihitung dengan:
m m
proporsicacat
i 1
pi
i 1
CL (Persamaan 2.2)
m n.m
dimana: CL= Garis pusat peta pengendali proporsi kesalahan
pi = Proporsi kesalahan setiap sampel/sub kelompok dalam setiap
observasi
n = Banyaknya sampel yang diambil tiap observasi
m = Banyaknya observasi yang dilakukan
- Menghitung batas kendali dari peta kendali p:
Selanjutnya akan ditentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah yang
ditunjukkan oleh persamaan berikut:
tindakan ini bahwa titik-titik yang terletak diluar batas kendali kemungkinan
besar digunakan dari suatu distribusi probabilitas karakteristik keadaan tak
terkendali. Alternatifnya tetap menggunakan proses tersebut dengan merevisinya
untuk pengendalian selanjutnya.
b. Peta kendali np
Peta kendali np digunakan untuk data yang terdiri dari jumlah (proporsi) tidak
sesuai item relatif terhadap jumlah barang yang diperiksa. Secara konseptual,
sebagai suatu proses menghasilkan barang atas waktu subkelompok terdiri dari
item dipilih dan diperiksa setiap subgroup.
c. Peta kendali c
Barang yang tidak sesuai (cacat dalam pengertian teknis dari kata tersebut) adalah
barang yang dalam beberapa hal gagal memenuhi satu atau lebih spesifikasi yang
ditetapkan. Setiap kejadian dari kurangnya kesesuaian barang terhadap speisfikasi
adalah ketidaksesuaian (cacat atau rusak). Setiap barang yang tidak sesuai berisi
satu atau lebih ketidaksesuaian. Telah diketahui bahwa suatu produk dikatakan
cacat (defective) jika produk itu tidak memenuhi satu syarat atau lebih. Atau
dengan kata lain suatu produk dikatakan berkualitas jika tidak terdapat kecatatan
sedikitpun pada sebuah barang atau objek tersebut. Setiap kekurangan atau cacat
disebut defect, jadi setiap produk yang cacat terdapat dari satu defect atau lebih.
Secara umum dalam peta kendali c yang diperhatikan adalah mengenai adanya
ketidaksesuaian atau cacat per tiap unit objek atau barang.
Istilah tidak sesuai bisa berarti cacat atau gagal memenuhi satu atau lebih
spesifikasi yang ditetapkan. Setiap barang yang tidak sesuai berisi satu atau lebih
ketidaksesuaian. Peta kendali c digunakan untuk pengendalian jumlah item yang
tidak sesuai dalam subgroup yang berukuran konstan. Misalnya: Peta kendali c
mengetahui jumlah paku keling yang tidak sesuai pada sayap pesawat terbang,
mengetahui jumlah ketidaksempurnaan permukaan pada satu monitor komputer
yang diteliti, mengetahui jumlah bercak pada sebidang tembok dan lain
sebagainya.
43
d. Peta kendali u
Peta kendali u melukiskan grafik pengendalian untuk ketidak sesuaian dengan
ukuran sampel yang konstan dan tidak konstan dengan ukuran unit pemeriksaan.
Unit pemeriksaan dipilih untuk memudahkan pengumpulan data atau operasional.
Tetapi tidak ada alasan mengapa ukuran sampel harus terbatas pada suatu unit
pengukuran.
Ukuran sampel harus dipilih menurut pertimbangan statistik, seperti menentukan
ukuran sampel cukup besar untuk menjamin batas pengendali bawah yang positif
atau untuk memperoleh probabilitas tertentu akan menyidik suatu pergeseran
proses. Sebagai alternatif lain, faktor-faktor ekonomi dapat juga masuk dalam
menentukan ukuran sampel.
Peta kendali untuk data variabel merupakan peta kendali yang digunakan untuk
mengukur karakteristik atau variabel suatu produk dengan tujuan untuk
mengetahui apakah kualitas produk tersebut berada dalam kondisi terkontrol
ataukah tidak terkontrol.