2. Karakterisasi
Tujuan dari tahap karakterisasi adalah membantu menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai
oleh perusahaan melalui proyek peningkatan kualitas Six Sigma. Tahap karakterisasi terdiri dari
dua langkah yaitu :
a. Measure (Pengukuran)
1. Memilih Karakteristik Critical to Quality, kunci yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan pelanggan.
2. Mendefinisikan standar-standar pengukuran.
3. Melakukan validasi terhadap sistem pengukuran.
b. Analyze (Menganalisis)
1. Menetapkan kapabilitas proses.
2. Mendefinisikan target-target kinerja.
3. Optimasi
Tujuan dari tahap optimasi adalah mengidentifikasi langkah-langkah yang dibutuhkan
untuk dilaksanakan dalam meningkatkan suatu proses dan menurunkan sumber-sumber utama
penyebab variasi.
Pada umumnya, Black Belts akan memeriksa variabel-variabel yang terkait dengan
prinsip 7M. 7M terdiri dari :
a. Manpower (Tenaga Kerja) : berkaitan dengan ketrampilan kerja.
b. Machine (Mesin-Mesin) : berkaitan dengan sistem perawatan preventif terhadap mesin-
mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain.
c. Method (Metode Kerja) : berkaitan dengan metode kerja yang benar, mengikuti prosedur-
prosedur kerja yang ditetapkan.
d. Material (Bahan Baku dan Bahan Penolong) : berkaitan dengan kualifikasi dan keseragaman
bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi, serta penanganan
terhadap bahan baku dan bahan penolong tersebut.
e. Media : berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang memperhatikan aspek-aspek
kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan kerja yang kondusif.
f. Motivation (Motivasi) : berkaitan dengan sikap kerja yang benar dan profesional (kreatif,
proaktif, mampu bekerja sama dalam tim, dll) yang dalam hal ini akan sangat tergantung
pada sistem balas jasa dan penghargaan terhadap tenaga kerja.
g. Money (Uang) : berkaitan dengan dukungan keuangan yang mantap guna memperlancar
proyek peningkatan kualitas Six Sigma yang akan diterapkan.
b. Control (Pengendalian)
Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam langkah pengendalian yaitu :
1. Melakukan validasi terhadap sistem pengukuran.
2. Menentukan kapabilitas proses yang telah tercapai sekarang.
3. Menerapkan rencana-rencana pengendalian proses.
4. Institusionalisasi
Tahap institusionalisasi merupakan tanggung jawab manajemen dan Master Black Belts.
Tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu :
a. Standarisasi
Tujuan dari tahap ini adalah menstandarisasi sistem yang telah terbukti terbaik dalam
bisnis kelas dunia.
b. Integrate (Mengintegrasikan)
Tujuan dari langkah integrate adalah mengintegrasikan metode-metode standar dan
proses ke dalam siklus desain, di mana salah satu prinsip dari Design For Six Sigma
(DFSS) adalah bahwa proses desain harus menggunakan komponen-komponen yang
ada, proses-proses dan praktek-praktek yang telah terbukti terbaik dalam kelasnya.
Pengertian Standar
Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri
antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan
sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk,
proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan. Salah satu contohnya adalah penetapan
standar ukuran dan format kartu kredit, atau kartu-kartu “pintar” (smart) lainnya yang telah
mengikuti standar internasional ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri
(ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian standar internasional
telah membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah, serta lebih meningkatkan keandalan dan
kegunaan barang dan jasa.
Pengertian ISO
Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang terdiri dari badan-badan
standardisasi nasional yang beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu
organisasi di luar pemerintahan (Non-Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun
1947. Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-kegiatan
terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk
membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional
yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional.
Nama ISO
Banyak pihak melihat adanya suatu ketidakcocokan antara nama lengkap “International
Organization for Standardization” dengan kependekannya ‘ISO’, dimana ‘IOS’ dianggap lebih tepat.
Anggapan itu benar bila penetapan nama didasarkan pada kependekannya. Yang sebenarnya, istilah
ISO bukan merupakan kependekan, tapi merupakan nama dari organisasi internasional tersebut.
“ISO” berasal dari Bahasa Latin (Greek) “isos” yang mempaunyai arti “sama” (equal). Awalan kata
“iso-“ juga banyak dijumpai misalnya pada kata “isometric”, “isomer”, “isonomy”, dan sebagainya.
Dari kata “sama” (equal) menjadi “standar” inilah “ISO” dipilih sebagai nama organisasi yang
mudah untuk dipahami. ISO sebagai nama organisasi juga dalam rangka menghindari penyingkatan
kependekannya bila diterjemahkan ke dalam bahasa lain dari negara anggota, misalnya IOS dalam
bahasa Inggris, atau OIN (Organisation Internationale de Normalisation) dalam bahasa Perancis, atau
OSI (Organsiasi Standardisasi Internasional) dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian apapun
bahasa yang digunakan, organisasi ini namanya tetap ISO.
Dengan adanya standar-standar yang belum diharmonisasikan terhadap teknologi yang sama
dari beberapa negara atau wilayah yang berbeda, kiranya dapat berakibat timbulnya semacam
“technical barriers to trade (TBT)” atau “hambatan teknis perdagangan”. Industri-industri
pengekspor telah lama merasakan perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat
membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan internasional. Dari
timbulnya permasalahan inilah awalnya organisasi ISO didirikan.
Standardisasi internasional dibentuk untuk berbagai teknologi yang mencakup berbagai bidang,
antara lain bidang informasi dan telekomunikasi, tekstil, pengemasan, distribusi barang, pembangkit
energi dan pemanfaatannya, pembuatan kapal, perbankan dan jasa keuangan, dan masih banyak
lagi. Hal ini akan terus berkembang untuk kepentingan berbagai sektor kegiatan industri pada masa-
masa yang akan datang.
Perkembangan ini diperkirakan semakin pesat antara lain karena hal-hal sebagai berikut :
Standardisasi industri adalah suatu kenyataan yang diperlukan di dalam suatu sektor industri
tertentu bila mayoritas barang dan jasa yang dihasilkan harus memenuhi suatu standar yang telah
dikenal. Standar seperti ini perlu disusun dari kesepakatan-kesepakatan melalui konsensus dari
semua pihak yang berperan dalam sektor tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen, dan
seringkali juga pihak pemerintah. Mereka menyepakati berbagai spesifikasi dan kriteria untuk
diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan mengklasifikasikan barang, sarana produksi, dan
persyaratan dari jasa yang ditawarkan.
Tujuan penyusunan standar adalah untuk memfasilitasi perdagangan, pertukaran, dan alih
teknologi melalui :
1. Peningkatan mutu dan kesesuaian produksi pada tingkat harga yang layak
2. Peningkatan kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan, dan pengurangan limbah
3. Kesesuaian dan keandalan inter-operasi yang lebih baik dari berbagai komponen untuk
menghasilkan barang maupun jasa yang lebih baik
4. Penyederhanaan perancangan produk untuk peningkatan keandalan kegunaan barang dan
jasa
5. Peningkatan efisiensi distribusi produk dan kemudahan pemeliharaannya
Pengguna (konsumen) lebih percaya pada barang dan jasa yang telah mendapatkan jaminan
sesuai dengan standar internasional. Jaminan terhadap kesesuaian tersebut dapat diperoleh baik
dari pernyataan penghasil barang maupun melalui pemeriksaan oleh lembaga independen.