Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MANAJEMEN OPERASI DAN KUALITAS

LISDHAYANTI SARPHAN
(2266MM01046)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2022
MANAJEMEN KUALITAS
(KELOMPOK IV)

A. Definisi Manajemen Kualitas


Manajemen kualitas memiliki arti sebagai tindakan mengawasai semua kegiatan dan
tugas-tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat keunggulan yang diinginkan. Ini
termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan dan menerapkan perencanaan mutu dan
jaminan dan kontrol kualitas dan peningkatan kualitas. Kualitas yang diawasi tidak hanya
terbatas pada kualitas produk tetapi juga kualitas perusahaan secara keseluruhan.
B. Pengaruh Kualitas
Kualitas merupakan elemen yang penting dari proses produksi dan operasi, Alasan-alasan
yang membuatkualitas menjadi clemen penting antara lain sebagai berikut :

1. Reputasi Perusahaan
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan , kebiasaan
pekerjanya, dan hubungan dengan pemasoknya. Semakin bagus kualitas suatu produk
yang diketahui oleh public sebagai konsumen, semakin baik reputasi perusahaan di mata
konsumen.
2. Kehandalan Produk
Perusahaan dalam merancang dan menghasilkan produk tidak boleh sembarangan.
Kualitas harus diperhatikan di mana produk tersebut tidak boleh merugikan konsumen
ataupun mengakibatkan kerusakan dan kecelakaan.
3. Keterlibatan Global
Kualitas adalah hal penting yang menarik perhatian konsumen di mana pun konsumen
tersebut berada. Produk-produk perusahaan yang akan bersaing di pasar internasional
harus memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global.
C. Kriteria Manajemen Kualitas
Menurut Prof. David Garvin, penulis buku Managing Quality: The Strategic and
Competitive Edge, menyatakan bahwa ada delapan dimensi yang dimiliki kualitas. Adalah
sebagai berikut.

1. Performance (kinerja), merupakan karakteristik operasi dasar atau produk inti


(coreproduct) dari suatu produk. Misalnya kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan
dalam penggunaan.
2. Durability (daya tahan), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan
dipersepsikan lebih berkualitas disbanding produk yang cepat habis atau cepat diganti.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi standar tertentu dari konsumen
atau tidak ditemukannya cacat pada produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi
oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan
standarnya,
4. Features (fitur), merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi
manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Fitur bisa
meningkatkan kualitas produk jika kompetitor tidak memiliki fitur tersebut, Ciri-ciri atau
keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik sekunder atau pelengkap.
5. Reliability (reabilitas keandalan) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal pakai. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut
dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika) yaitu daya tarik produk terhadap pancaindera, misalkan bentuk fisik,
model atau desain yang artistik, warna dan sebagainya. Berhubungan dengan bagaimana
penampilan produk.
7. Perceived Quality (kesan kualitas) yaitu persepsi konsumen terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli
akan atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan
kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara
pembuatnya.
8. Serviceability, yaitu kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki
meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta penanganan
keluhan yang memuaskan. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi
dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

D. Standar Kualitas Internasional ISO 9000


ISO 9000 adalah kumpulan standar yang diterbitkan oleh organisasi ISO mengenai sistem
manajemen mutu (SMM) atau Quality Management System (QMS).Seorang pakar menyebutkan
definisi dari seri standar ISO ini, yakni :M. N. Nasution (2001: 219), menyebutkan bahwa ISO
9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk sistem kualitas, yang
menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan untuk penilaian
dari suatu sistem manajemen dengan tujuan untuk menjamin bahwa pemasok (perusahaan) akan
menyerahkan barang dan / atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Manfaat bagi organisasi yang menerapkan standar ISO 9000 adalah :

 Terdapat satu set prosedur yang sudah mencakup semua proses penting dalam
bisnis.
 Adanya pengawasan dalam proses pembuatan produk, yang mampu memastikan
bahwa sistem dapat menghasilkan produk-produk berkualitas.
 Data dan arsip penting akan tersimpan dengan baik.
 Adanya pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk mencari unit-
unit yang rusak, serta melakukan tindakan perbaikan yang benar apabila
dipaerlukan.
 Meninjau keefektifan tiap-tiap proses dan sistem kualitas itu sendiri, yang
dilakukan secara teratur.
E. Prinsip Manajemen Kualitas
ISO 9001:2000 disusun berlandaskan pada delapan prinsip manajemen kualitas. Prinsip-
prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja (framework)
yang membimbing organisasi pada peningkatan kinerja. Berikut 8 Prinsip Manajemen Kualitas :
1. Fokus pada pelanggan (Customer Focus)
Organisasi bergantung pada pelanggan , oleh karena itu manajemen organisasi harus
memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan yang akan datang.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi, serta
harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang- orang dapat
terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi.
3. Keterlibatan orang (Involvement of People)
Orang/ karyawan pada semua tingkatan merupakan faktor yang sangat penting dari
suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
4. Pendekatan proses (Process Orientation)
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas dan sumber-
sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
5. Pendekatan sistem terhadap manajemen (System Approach to Management)
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses yang saling
berkaitan sebagai suatu sistem, memberikan kontribusi pada efektifitas dan efisiensi
organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.
6. Peningkatan terus menerus (Continual Improvement)
Peningkatan terus- menerus didefinisikan sebagai suatu proses sebagai suatu proses
yang berfokus meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi organisasi untuk memenuhi
kebijakan dan tujuan dari organisasi itu.
7. Pendekatan faktuan dalam pembuatan keputusan (Factual Approach to Decision
Making)
Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan pada analisis data dan
informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah- masalah
kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
8. Hubungan Pemasok yang saling menguntungkan  (Mutually Beneficial Supplier
Relationship)
Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang
saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan
nilai tambah.
F. Tujuan Manajemen Mutu (Kualitas)
Menurut Gasperz (2002) tujuan dari system manajemen mutu sebagai berikut:
1. Menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau
persyaratan tertentu
2. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan
persyaratan proses dan produk yang ditentukan pelanggan dan organisasi.
G. Manajemen Kualitas Total (TQM)
Total Management System atau disingkat dengan TQM adalah suatu sistem  manajemen
kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan melibatkan semua level
karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan yang berkesinambungan (secara terus-
menerus).
Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota  organisasi atau karyawan
perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan proses, produk, layanan serta
budaya dimana mereka bekerja sehingga menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan
Layanan yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan. Dalam TQM (Total
Quality Management) terdapat 4 elemen pokok, yaitu :
1. Pondasi (Foundation)
TQM dibangun berlandaskan (Foundation) pada Etika (Ethics), Kejujuran
(Integrity), dan Kepercayaan (Trust). Ini akan menumbuhkan Keterbukaan (Openess),
Keadilan (Fairness) dan Ketulusan (Sincerity) dan memungkinkan keterlibatan semua
orang. Ini merupakan kunci untuk membuka potensi utama TQM.
2. Etika (Ethics)
Etika merupakan disiplin yang berkaitan dengan hal baik dan hal buruk dalam
situasi apapun. Etika organisasi membentuk satu kode etik bisnis yang mencantumkan
pedoman bahwa semua karyawan harus patuh dalam kinerja mereka. Etika individu
termasuk hak pribadi atau kesalahan.
3. Integritas (Integrity)
Integrity merupakan karakteristik dari apa yang pelanggan (internal atau
eksternal) harapkan dan layak diterima. Orang melihat kebalikan integritas adalah
kepalsuan. TQM tidak akan bekerja pada orang dan suasana bermuka dua.
4. Kepercayaan (Trust)
Tanpa kepercayaan, kerangka TQM tidak bisa dibangun, kepercayaan mendorong
partisipasi penuh dari semua anggota. Kepercayaan membangun keputusan tepat,
mendorong pengambilan resiko individu dalam rangka perbaikan berkesinambungan
(Continuous Improvement) dan membantu pengukuran yang terpusat pada perbaikan
proses dan tidak untuk bersaing dengan orang lain.
MANAJEMEN PROYEK
(KELOMPOK II)

A. Definisi Manajemen proyek


Manajemen Proyek adalah suatu proses manajemen pada suatu proyek dari awal
hingga akhir proyek agar tujuan proyek tercapai dengan baik, tepat waktu, sesuai mutu
yang disyaratkan dan sesuai biaya yang disediakan. Menutur Ervianto (2005)
manajemen proyek merupakan seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
koordinasi proyek dari awal sampai proyek berakhir dengan tujuan menjamin
pelaksanaan proyek bisa berjalan tepat waktu, dengan biaya yang sesuai dan mutu yang
sesuai.
B. Tahapan Manajemen Proyek
1. Initiation (permulaan)
Tahapan manajemen proyek yang pertama ialah inisiasi pelaksanaan proyek. Pada
bagian ini, perusahaan mendiskusikan sejumlah aspek, mulai dari tujuan, risiko, ruang
lingkup, anggaran, timeline, hingga pemilihan project manager. Lalu, tim perlu
mempertimbangkan apakah proyek tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
2. Planning (Perencanaan)
Setelah seluruh aspek telah dipertimbangkan secara matang, kemudian perusahaan
perlu membuat perencanaan guna memastikan bahwa proyek dapat terlaksana sesuai
tujuan. Planing meliputi anggaran, waktu, sumber daya, kualitas, keselamatan kerja,
kesehatan, lingkungan, hingga risiko-risikonya
3. Execution (implementasi)
Setelah rancangan proyek disusun serta disetujui oleh manajer dan stakeholder
terkait, maka perusahaan sudah bisa mengeksekusi proyek sesuai dengan kesepakatan
tersebut. Mulai dari merekrut tim pengembang, menentukan leader, menghubungi
vendor, melakukan perjanjian kontrak bersama supplier, ataupun pihak-pihak
eksternal lainnya.
4. Monitoring dan Control (Pengawasan)
Melakukan monitoring dan kontrol terhadap pengerjaan proyek juga merupakan hal
penting yang tak boleh dilewatkan. Project manager wajib memantau setiap kegiatan
operasional secara berkala supaya implementasinya tetap sesuai rencana dan terhindar
atau meminimalisir terjadinya risiko yang berdampak pada hasil akhir proyek.
5. Closure (Penyelesaian)
Setelah tujuan proyek telah terealisasi, maka penggunaan sumber daya pun
dihentikan, lalu project manager akan menyelesaikan perjanjian kontrak dengan
pihak-pihak luar yang terlibat sebelumnya. Pada tahap ini, tim perusahaan juga perlu
mengarsipkan berbagai dokumen penting dan menyusun laporan untuk kemudian
diserahkan pada stakeholder.
C. Fungsi Manajemen Proyek
1. Scoping
Scoping adalah kegiatan melingkupkan batasan-batasan ranah pekerjaan yang harus
dikerjakan agar proyek terselesaikan.
2. Planning
Planning adalah kegiatan mengidentifikasi tujuan proyek yang diinginkan,
mengurangi peluang munculnya resiko agar selesai tepat waktu.
3. Estimating
Estimating adalah kegiatan yang mencangkup perkiraan pada biaya proyek secara
kunatitatif, sumber daya yang digunakan, hingga durasi penyelesaian proyek.
4. Scheduling
Scedhuling adalah kegiatan penyusunan daftar kegiatan yang mencangkup waktu
mulai dan selesai tiap pekerjaan, durasi penyelesaian yang ideal, dan penanggung
jawaban setiap jenis pekerjaan.
5. Organizing
Organizing adalah kegiatan mengonfirmasi atau memastikan seluruh anggota tim
apakah sudah paham betul terkait peran dan tanggung jawab masing-masing.
6. Directing
Directing adala kepemimpinan atas proyek. Kegiatan directing ini mencangkup
pengintruksian, pembimbingan, dan melatih komunikasi tim agar dapat mencapai
tujuan proyek.
7. Controlling
Controlling adalah kegiatan pengendalian seluruh pekerjaan yang berlangsung
dalam proyek agar berjalan sesuai recana atau tidak menyimpang.
8. Closing
Closing merupakan kegiatan evaluasi dan penilaian terhadap hasil akhir daari
proyek yang telah berakhir dijalanka.
D. Tujuan Manajemen Proyek
1. Mengoptimalkan Potensi Tim
2. Megatasi Resiko
3. Menyusun Perencanaan Yang Tepat
4. Menjaga Kualitas dan Integritas
5. Mengatur Anggaran
6. Menuntaskan Proyek Tepat Waktu
E. Teknik Manajemen Proyek
Menejemen teknik memiliki 2 teknik yaitu Program Evaluation and Review
Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM). Dua teknik ini di kembangkan pada
tahun 1950-an untuk membantu schedule manager, monitor, control dan proyek
kompleks. Teknik CPM ada terlebih dahulu pada tahun 1957 yang dikembangkan oleh
J.E Kelly of Remington Rand dan M.R Walker untuk membantu pembangunan. PERT
ditemukan pada tahun 1958.
Menurut Tiana Deitina (2011) PERT merupakan teknik manajemen proyek yang
menggunakan tiga perkiraan waktu perkegiatan. Sedangkan CPM adalah teknik
manajemen proyek yang hanaya menggunakan hanya satu faktor perkegiatan.
Kerangka pemikiran PERT dan CPM mengikuti 6 langkah dasar..
a. Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan.
b. Membangun hubungan antar kegiatan. Memutuskan hubungan mana yang
harus lebih dulu dan mana yang mengikuti yang lain.
c. Menggambarkan network keseluruhan proyek.
d. Menetapkan perkiraan waktu dan biaya tiap kegiatan.
e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan yang disebut jalur
kritis.
f. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek.
Menurut Stevenson (2015) adalah dua teknik yang paling umum untuk
perencanaan dan koordinasi proyek besar . dengan menggunakan PERT dan CPM
seorang manager bisa mendapatkan :
a. Tampilan grafis dari kegiatan proyek.
b. Perkiraan berapa lama durasi pengerjaan proyek
c. Indikasi kegiatan mana yang paling penting untuk penyelesaian proyek secara
tepat waktu.
d. Indikasi berapa lama aktivitas bisa tertunda tanpa menunda proyek keseluruhan.
Perbedaan pokok antara CPM dan PERT ialah bahwa CPM memasukan konsep
biaya dalam proses perencanaan dan pengendalian sedangkan PERT besarnya biaya
berubah-ubah sesuai dengan lamanya waktu dari semua aktivitas yang terdapat dalam
satu proyek. Biasanya metode PERT digunakan untuk penelitian atau pengembangan
produk dengan tingkat ketifak pastian yang tinggi.
Menurt Heizer, Render dan Murson (2016) PERT dan CPM sangat penting karena
akan menjawab pertanyaan sebaga berikut.
1. Kapan keseluruhan proyek akan berakhir.
2. Apa saja aktivitas kritikal dalam proyek yang tidak boleh ditunda dan jika ditunda
akan menyebabkan keterlambatan.
3. Aktivitas mana yang tidak merupakan kritikal yang jika terlambat tidak akan
mengganggu keseluruhan proyek.
4. Berapa probabilitas proyek akan selesai tepat pada waktu yang sudah ditentukan.
5. Dalam waktu tertentu, apakah proyek terjadwal , mengalami keterlambatan atau
terlalu cepat dari jadwalnya.
6. Pada waktu tertentu, apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran, kurang
atau melebihi anggaran yang sudah ditetapkan.
7. Apakah sumber yang tersedia, dapat menyelesaikan proyek tepat waktu.
8. Jika proyek ingin dipercepat dalam beberapa waktu, keputusan apa yang bisa
dilakukan untuk menyelesaikan proyek dengan cepat dan mengoptimalkan biaya.

Anda mungkin juga menyukai