Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi Manajemen proyek

Manajemen Proyek adalah suatu proses manajemen pada suatu proyek dari awal hingga

akhir proyek agar tujuan proyek tercapai dengan baik, tepat waktu, sesuai mutu yang

disyaratkan dan sesuai biaya yang disediakan. Manajemen Proyek merupakan penerapan

pengetahuan, keterampilan, alat, dan teknik untuk kegiatan proyek agar memenuhi persyaratan

proyek. Dan semua harus dikelola secara ahli untuk memberikan hasil yang tepat waktu, sesuai

anggaran, pembelajaran dan integrasi yang dibutuhkan organisasi.

Menurut H. Kerzner (1982) Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir,

memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka

pendek yang telah ditentukan.

Menurut Budi Santoso (2003) manajemen proyek merupakan sebuah aktivitas untuk

merencanakan, mengarahkan, mengorganisasi serta mengendalikan sumber daya organisasi

dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu dalam periode tertentu dengan menggunakan

sumber daya tertentu.

Menutur Ervianto (2005) manajemen proyek merupakan seluruh perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan koordinasi proyek dari awal sampai proyek berakhir dengan tujuan

menjamin pelaksanaan proyek bisa berjalan tepat waktu, tepat biaya dan teat mutu.

Menurut Nicholas (2001) manajemen proyek adalah dimana operasional berulang sehingga

pasar dan teknologi bisa di prediksi.

Dengan melihat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah suatu

aktvitas yang dilakukan dengan menyusun perencanaan, mengorganisir dan mengendalikan


sember daya perusahaan untuk mencapai tujuan secara tepat , cepat dan sesuai dengan

keinginan perusahaan.

B. Tahapan Manajemen Proyek

1. Initiation (permulaan)

Tahapan manajemen proyek yang pertama ialah inisiasi pelaksanaan proyek. Pada

bagian ini, perusahaan biasanya akan mendiskusikan sejumlah aspek, mulai dari

tujuan, risiko, ruang lingkup, anggaran, timeline, hingga pemilihan project manager.

Lalu, tim perlu mempertimbangkan apakah proyek tersebut layak dilaksanakan atau

tidak.

2. Planning (Perencanaan)

Setelah seluruh aspek telah dipertimbangkan secara matang, kemudian perusahaan

perlu membuat perencanaan guna memastikan bahwa proyek dapat terlaksana sesuai

tujuan. Ini merupakan salah satu bagian terpenting dalam tahapan manajemen proyek.

Pasalnya, seluruh rincian pelaksanaan akan dispesifikasikan berdasarkan kebutuhan

klien.

Hal tersebut meliputi anggaran, waktu, sumber daya, kualitas, keselamatan kerja,

kesehatan, lingkungan, hingga risiko-risikonya. Bahkan, seluruh administrasi dan

juga hal-hal yang bersifat teknis juga dirancang sedemikian rupa agar bisa

dilaksanakan dengan segera.

3. Execution (implementasi)
Bagian paling krusial dari suatu manajemen proyek adalah tahap implementasi.

Setelah rancangan proyek disusun serta disetujui oleh manajer dan stakeholder

terkait, maka perusahaan sudah bisa mengeksekusi proyek sesuai dengan kesepakatan

tersebut. Mulai dari merekrut tim pengembang, menentukan leader, menghubungi

vendor, melakukan perjanjian kontrak bersama supplier, ataupun pihak-pihak

eksternal lainnya.

Pada tahap ini, project manager sangat berperan dalam memastikan seluruh kegiatan

operasional dapat terealisasi berdasarkan panduan anggaran maupun jadwal yang

sebelumnya telah ditentukan.

4. Monitoring dan Control (Pengawasan)

Melakukan monitoring dan kontrol terhadap pengerjaan proyek juga merupakan hal

penting yang tak boleh dilewatkan. Project manager wajib memantau setiap kegiatan

operasional secara berkala supaya implementasinya tetap sesuai rencana dan terhindar

dari kesalahan.

Selain itu, dengan pengawasan, project manager juga dapat meminimalisir atau

bahkan mencegah terjadinya risiko yang berdampak pada hasil akhir dan kesuksesan

proyek.

5. Closure (Penyelesaian)

Tahap terakhir dari manajemen proyek adalah penutupan. Artinya, setelah tujuan

proyek telah terealisasi, maka penggunaan sumber daya pun dihentikan, lalu project
manager akan menyelesaikan perjanjian kontrak dengan pihak-pihak luar yang

terlibat sebelumnya. Bukan cuma itu, pada tahap ini, tim perusahaan juga perlu

mengarsipkan berbagai dokumen penting dan menyusun laporan untuk kemudian

diserahkan pada stakeholder.

C. Fungsi Manajemen Proyek

1. Scoping

Scoping adalah kegiatan melingkupkan batasan-batasan ranah pekerjaan yang harus

dikerjakan agar proyek terselesaikan.

2. Planning

Planning adalah kegiatan mengidentifikasi tujuan proyek yang diinginkan,

mengurangi peluang munculnya resiko, mengantisipasi pekerjaan agar selesai tepat

waktu, hingga akhirnya dapat menghasilkan produk atau layanan yang sudah

disepakati bersama.

3. Estimating

Estimating adalah kegiatan yang mencangkup perkiraan pada biaya proyek secara

kunatitatif, sumber daya yang digunakan, hingga durasi penyelesaian proyek.

4. Scheduling

Scedhuling adalah kegiatan penyusunan daftar kegiatan yang mencangkup waktu

mulai dan selesai tiap pekerjaan, durasi penyelesaian yang ideal, dan penanggung

jawaban setiap jenis pekerjaan.

5. Organizing
Organizing adalah kegiatan mengonfirmasi atau memastikan seluruh anggota tim

apakah sudah paham betul terkait peran dan tanggung jawabnya masing-masing dan

hubungan mereka dengan selaku project manager.

6. Directing

Directing adala kepemimpinan atas sebuah proyek. Kegiatan directing ini

mencangkup pengintruksian, pembimbingan, dan melatih komunikasi tim agar

meraih tujuan proyek yang harus mereka capai.

7. Controlling

Controlling adalah kegiatan pengendalian seluruh pekerjaan yang berlangsung

dalam proyek agar berjalan sesuai recana atau tidak menyimpang. Manajer proyek

akan menggunakan standar pengukuran matriks untuk memantau setiap kegiatan

yang sedang berjalan.

8. Closing

Closing merupakan kegiatan evaluasi dan penilaian terhadap hasil akhir daari

proyek yang telah berakhir dijalanka.

D. Tujuan Manajemen Proyek

1. Mengoptimalkan Potensi Tim

Tujuan manajemen proyek yang pertama ialah untuk memaksimalkan kualitas dan

potensi sumber daya manusia dalam proses pelaksanaannya. Seluruh individu

didorong agar dapat menjalankan tugasnya secara optimal sehingga proyek bisa
direalisasikan sebaik mungkin. Pasalnya, sumber daya manusia berkualitas akan

sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dan kesuksesan perusahaan.

2. Megatasi Resiko

Tujuan lain dari penerapan manajemen proyek adalah membantu pengelolaan risiko

yang mungkin terjadi. Dalam pelaksanaannya, suatu project pasti selalu melawati

proses trial dan error. Namun, melalui penerapan project management, risiko akan

bisa dengan mudah ditangani.

3. Menyusun Perencanaan Yang Tepat

Tujuan manajemen proyek berikutnya ialah menyusun perencanaan project dengan

tepat. Rancangan tersebut merincikan seluruh operasional dari tahap pertama sampai

penyelesaian yang mengoptimalkan kualitas serta kapabilitas sumber daya. Sehingga,

klien tidak perlu khawatir karena seluruh rencana pastinya dibuat sesuai dengan

kebutuhan maupun keinginan.

4. Menjaga Kualitas dan Integritas

Selain membuat perencanaan yang tepat, manajemen proyek juga bertujuan untuk

menjaga kualitas dan juga integrasi dalam pengimplementasiannya. Artinya, hal ini

akan mendorong project agar tetap berkesinambungan mencapai goals, entah itu dari

sistem, operasional, atau bahkan kinerja tim. Sehingga, efisiensi sumber daya pun

meningkat.
5. Mengatur Anggaran

Tujuan lainnya dari manajemen proyek adalah mengatur anggaran sehingga alokasi

dana dapat dilakukan secara transparan dan seminimal mungkin. Dengan begitu,

proyek tetap bisa terealisasi dengan baik meski hanya menggunakan biaya yang

minim.

6. Menuntaskan Proyek Tepat Waktu

Manajemen proyek juga menjanjikan ketepatan waktu dalam merealisasikan suatu

pekerjaan. Hal ini tentu tidak terlepas dari seluruh proses pelaksanaan yang dilakukan

secara terstruktur.

E. Teknik Manajemen Proyek

Menejemen teknik memiliki 2 teknik yaitu Program Evaluation and Review

Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM). Dua teknik ini di kembangkan pada

tahun 1950-an untuk membantu schedule manager, monitor, control dan proyek

kompleks. Teknik CPM ada terlebih dahulu pada tahun 1957 yang dikembangkan oleh

J.E Kelly of Remington Rand dan M.R Walker untuk membantu pembangunan. PERT

ditemukan pada tahun 1958.

Menurut Tiana Deitina (2011) PERT merupakan teknik manajemen proyek yang

menggunakan tiga perkiraan waktu perkegiatan. Sedangkan CPM adalah teknik

manajemen proyek yang hanaya menggunakan hanya satu faktor perkegiatan.

Kerangka pemikiran PERT dan CPM mengikuti 6 langkah dasar..

a. Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan.


b. Membangun hubungan antar kegiatan. Memutuskan hubungan mana yang

harus lebih dulu dan mana yang mengikuti yang lain.

c. Menggambarkan network keseluruhan proyek.

d. Menetapkan perkiraan waktu dan biaya tiap kegiatan.

e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan yang disebut jalur

kritis.

f. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan

pengendalian proyek.

Menurut Stevenson (2015) adalah dua teknik yang paling umum untuk

perencanaan dan koordinasi proyek besar . dengan menggunakan PERT dan CPM

seorang manager bisa mendapatkan :

a. Tampilan grafis dari kegiatan proyek.

b. Perkiraan berapa lama durasi pengerjaan proyek

c. Indikasi kegiatan mana yang paling penting untuk penyelesaian proyek secara

tepat waktu.

d. Indikasi berapa lama aktivitas bisa tertunda tanpa menunda proyek keseluruhan.

Perbedaan pokok antara CPM dan PERT ialah bahwa CPM memasukan konsep

biaya dalam proses perencanaan dan pengendalian sedangkan PERT besarnya biaya

berubah-ubah sesuai dengan lamanya waktu dari semua aktivitas yang terdapat dalam

satu proyek. Biasanya metode PERT digunakan untuk penelitian atau pengembangan

produk dengan tingkat ketifak pastian yang tinggi.

Berikut ini terdapat perbedaan CPM dan PERT yang lebih spesifik.
No CPM PERT

1. Menggunakan satu waktu yang Menggunakan 3 jenis waktu yaitu

sudah pasti (Deterministic) Optimis, Pesimistic, Most Likely

2. CPM digunakan untuk PERT digunakan pada perencanaan dan

menjadwalkan atau mengendalikan pengendalian proyek yang belum pernah

aktivitas yang sudah pernah dikerjakan.

dikerjakan sehingga data, waktu dan

biaya setiap unsur kegiatan telah

diketahui oleh evaluator.

3. CPM menekankan ketepatan biaya PERT ditekankan pada ketepatan waktu ,

sebab dengan penyingkatan waktu maka

biaya proyek turut mengecil

4. CPM menggunakan event oriented PERT menggunakan activity oriented

dimana anak panah menunjukan dimana tanda panah adalah aktivitas

peristiwa

Menurt Heizer, Render dan Murson (2016) PERT dan CPM sangat penting karena akan

menjawab pertanyaan sebaga berikut.

1. Kapan keseluruhan proyek akan berakhir.

2. Apa saja aktivitas kritikal dalam proyek yang tidak boleh ditunda dan jika ditunda

akan menyebabkan keterlambatan.

3. Aktivitas mana yang tidak merupakan kritikal yang jika terlambat tidak akan

mengganggu keseluruhan proyek.


4. Berapa probabilitas proyek akan selesai tepat pada waktu yang sudah ditentukan.

5. Dalam waktu tertentu, apakah proyek terjadwal , mengalami keterlambatan atau

terlalu cepat dari jadwalnya.

6. Pada waktu tertentu, apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran, kurang

atau melebihi anggaran yang sudah ditetapkan.

7. Apakah sumber yang tersedia, dapat menyelesaikan proyek tepat waktu.

8. Jika proyek ingin dipercepat dalam beberapa waktu, keputusan apa yang bisa

dilakukan untuk menyelesaikan proyek dengan cepat dan mengoptimalkan biaya.

Anda mungkin juga menyukai