Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu


Sistem manajemen mutu memiliki definisi yaitu sebagai suatu sistem untuk mengarahkan
dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu disamping itu juga berguna sebagai suatu sistem
manajemen untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran itu. Terdapat
persyaratan umum yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi dalam sistem manajemen mutu
yaitu :
1. Menetapkan sistem manajemen mutu
2. Mendokumentasikan sistem manajemen mutu
3. Mengimplementasikan sistem manajemen mutu
4. Memelihara sistem manajemen mutu dan
Ke empat elemen ini harus selalu diperhatikan dan terus menerus melakukan perbaikan
guna keefektifannya. Adapun fungsi dari manajemen dalam sistem manajemen mutu yaitu
berupa POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling)
1. Planning, atau proses perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan
strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
2. Organizing, atau dalam bahasa Indonesia perorganiasasian merupakan proses
menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan
didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi
dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi
3. Actuating,atau pelaksanaan dan implementasi, perencanaan dan pengorganisasian
yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka
dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang
ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali
memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus
bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing
SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
4. Controlling, proses pengawasan dan pengendalian adalah proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan
dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

2.2 Ruang lingkup Sistem Manajemen Mutu


Standar ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen kualitas ketika sebuah organisasi:
a) perlu menunjukkan kemampuannya untuk secara konsisten menyediakan produk dan jasa
yang
memenuhi pelanggan dan hukum yang berlaku dan persyaratan peraturan, dan
b) bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan yang efektif
darisistem, termasuk proses untuk perbaikan sistem dan jaminan kesesuaian dengan pelanggan
dan persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku.
Semua persyaratan Standar ini generik dan dimaksudkan untuk dapat diterapkan untuk
setiap organisasi, terlepas dari jenis atau ukuran, atau produk dan jasa yang menyediakan.

2.3 Tujuan Sistem Manajemen Mutu


Menurut Gasperz (2002;10) tujuandari sistem manajemen mutu sebagai berikut:
1. Menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan
tertentu;
Kesesuaian antara kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan pada suatu standar tertentu
terhadap proses dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan sangat penting.
2. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan persyaratan
proses dan produk yang ditentukan pelanggan dan organisasi;
Keputusan pelanggan adalah reaksi emosional dan rasional positif pelanggan. Untuk
mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan, segenap personil organisasi dituntut
untuk memliki kompetensi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-
masing.
2.3.1 Sasaran Sistem Manajemen Mutu
Sasaran Mutu merupakan salah satu persyaratan dalam ISO 9001.
Penetapan sasaran mutu dilakukan oleh Pimpinan Departemen atas persetujuan
dari Manajemen Puncak berdasarkan Business Plan Perusahaan dan Persyaratan
Pelanggan (Customer Requirement). Sasaran mutu yang telah ditetapkan harus
disosialisasikan ke Internal Departemen masing masing agar semua orang di dalam
departemen tersebut mengerti kemana sasaran mereka dan bagaimana kontribusinya
dalam mencapai sasaran tersebut. Dalam persyaratan ISO 9001:2008. Manajemen puncak
harus memberikan bukti atas komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem
manajemen mutu dan secara berkelanjutan meningkatkan keefektifannya melalui
pengukuran sasaran mutu yang telah diterapkan. Manajemen puncak harus menjamin
bahwa kebijakan mutu memberikan kerangka untuk menetapkan dan meninjau sasaran-
sasaran mutu.
Metoda yang sering digunakan untuk penyusunan sasaran mutu adalah Prinsip
SMART, yaitu Specific (Spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai),
Relevant (relevan), Time-Bound (Batas waktu).
Specific : Target yang ditentukan haruslah spesifik . Sebuah tujuan yang spesifik
(tertentu) memiliki kesempatan yang jauh lebih besar untuk dicapai dari tujuan umum .
Measurable : Sasaran harus bisa di ukur. Perlu ditetapkan kriteria atau parameter untuk
mengukur kemajuan menuju pencapaian setiap tujuan yang ditetapkan.
Achievable : Target yang ditentukan haruslah yang masuk akal bisa dicapai,
Relevant : Sasaran mutu yang ditetapkan harus relevan dan sesuai dengan proses atau
fungsi terkait.
Time Bound : Sebuah sasaran harus didasarkan dalam jangka waktuatau harus
mempunyai batas waktu yang jelas,

2.4 Perkembangan Sistem Manajemen mutu


Ada 5 tahap perkembangan konsep mutu yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18
dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi
karena pada saat itu belum ada persaingan (monopoli). Dalam era modern saat ini,
praktik seperti ini masih bisa dijumpai. Pengadaan listrik misalnya, hingga saat ini masih
dikuasai oleh PLN sehingga masyarakat tidak bisa pindah meskipun pelayanan listriknya
sering mati. Dahulu Telkom menjadi satu-satunya operator telepon sehingga masyarakat
tidak bisa berpaling meskipun harganya mahal dan sulit untuk mendapatkan sambungan
telepon ke rumah.
2. Tahap kedua, era Inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana
pemilahan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas ke
konsumen. Tanggungjawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen inspeksi
(QC). Departemen QC akhirnya selalu jadi sasaran bila ada produk cacat yang lolos ke
konsumen. Di sisi lain, biaya mutu menjadi membengkak karena produk seharusnya
sudah bisa dicegah masuk ke proses berikutnya pada saat departemen terkait menemukan
adanya cacat di bagiannya masing-masing sebelum diperiksa oleh petugas inspeksi.
3. Tahap ketiga, dikenal sebagai Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu secara
Statistik). Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone
Laboratories. Departemen Inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistik untuk
mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada produk yang dihasilkan departemen
produksi. Departemen Produksi menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan
terhadap sistem dan proses.
4. Tahap keempat, Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an.
Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi (hilir) ke tahap desain (hulu) dan
berkoordinasi dengan departemen jasa (Maintenance,PPIC,Gudang,dll). Manajemen
mulai terlibat dalam penentuan pemasok (supplier). Konsep biaya mutu mulai dikenal,
bahwa aktivitas pencegahan akan mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan
cacat yang sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan
produksi atau instalasi. Oleh sebab itu sangat ketelitian desain untuk mengurangi biaya.
Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000 versi 1994.
5. Tahap kelima, dikenal sebagai Strategic Quality Management /Total Quality
Management. Dalam era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam
menjadikan kualitas sebagai modal untuk menempatkan perusahaan siap bersaing dengan
kompetitor. Sistem ini didefenisikan sebagai sistem manajemen strategis dan integratif
yang melibatkan semua manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode
kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-proses organisasi secara
berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Contoh era
ini adalah penggunaan Sistem manajemen Mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.

2.5 Prinsip Sistem Manajemen Mutu


Menurut ISO 9001:2000 yang mana itu disusun atas dasar 8 prinsip manajemen kualitas.
Yang mana prinsip tersebut dugunakan oleh para manajemen senior sebagai kerangka kerja
(frame work) yang mana akan membimbing organisasi padapeningkatan kinerja.
1.Fokus terhadap Pelanggan (Customer Focus)
Setiap perusahaa akan tergantung dengan namana pelanggan, karena itu manajemen
perusahaan haruslah paham akan kebutuhan pelanggan sekarang serta yang akan datang. Dan
juga harus giat memnuhi kebutuhan serta berusaha melebihi ekspetasi konsumen.
2.Kepemimpinan (Leadership)
Seorang pemimpin organisasi haruslah dapat menetapkan tujuan bersama serta arah
perusahaa. Mereka juga harus dapat meciptakan serta memelihara internal perusahaan agar
karyawan menjadi terlibat akan pencapaian tujuan perusahaan.
3.Keterlibatan Orang (Involvement of people)
Semua karayawan yang ada merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan
serat keterlibatan yang maksimal akan memberikan manfaat yang banyak bagi perusahaan.
4.Pendekatan Proses (Process Orientation)
Hasil yang dicapai efisein, apabila kegiatan serta sunber daya dikelola dengan sutau
proses. Nah proses ini merupakan sebagai integrasi sekuensial dari orang, material, metode,
mesin, serta peralatan yang berguna menghasilkan nilai tambah output bagi konsumen.
5.Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen (System Approach to Management)
Pengidentifikasian, pemahaman serta pengelolaan dari proses yang mana saling berkaitan
sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada semua efektifitas serta efisiensi
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang ada.
6.Peningkatan Terus Menerus (Continual Improvement)
Peningkatan yang terus menerus dalam kinerja perusahaan dalam semua bidang haruslah
menjadi sebuah tujuan tetap bagi perusahaan. Dalam hal ini didefinisikan sebagai proses yang
berfokus akan upaya peningkatan efektif serta efisiensi perusahaan untuk memenuhi tujuan.
Peningkatan yang terus menerus ini akan membutuhkan langkah yang konsolodasi
konsumen serta akan menjamin akan suatu evolusi dinamik dari sebuah sistem manajemen mutu.
7.Pendekatan Faktual dalam Pembuatan Keputusan (Factual Approach to Decision Making)
Keputusan yang efektif ini merupakan keputusan yang berlandaskan pada analisis data
yang ada serta informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada, sehingga
semua masalah kualitas dapat terselesaikan secara efisien serta efisien.
8.Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan (Mutually Beneficial Supplier Relationship)
Kita ketahui bahwa perusahaan dengan pemasok ini adalah saling tergantung. Bila mana
suatu hubungan itu saling menguntungkan akan memberikan peningkatan kemampuan bersama
dalam menciptakan nilai tambah yang ada.

2.5.1 Model Sistem Manajemen Mutu


Sekilas tentang model sistem manajemen mutu
Ketika semua prosedur laboratorium dan proses tersebut akan disusun dalam struktur
yang dapat dimengerti dan diterapkan, kesempatan untuk memastikan bahwa semua dikelola
dengan baik juga meningkat. Model mutu di sini digunakan untuk mengatur semua kegiatan
laboratorium menjadi 12 sistem mutu yang penting. Sistem mutu yang penting ini adalah
seperangkat dari kegiatan yang dikordinasikan yang berfungsi seperti balok bangunan untuk
manajemen mutu. Masing-masing harus diatasi jika peningkatan kualitas laboratorium secara
keseluruhan yang ingin dicapai. Model sistem manajemen dikembangkan oleh CLSI, dan
sepenuhnya sesuai dengan standar ISO.
Menjamin keakuratan dan keandalan seluruh jalur alur kerja tergantung pada manajemen
yang baik.
Organisasi
Dalam rangka untuk memiliki fungsi sistem manajemen mutu, struktur dan manajemen
laboratorium harus diatur sehingga kualitas kebijakan dapat ditetapkan dan dilaksanakan.
Harus ada struktur organisasi pendukung yang kuat, komitmen manajemen sangat penting
dan harus ada mekanisme untuk pelaksanaan dan pemantauannya.
Personil
Sumber daya laboratorium yang paling penting adalah kemampuan, sikap kerja para
pegawai. Kualitas sistem manajemen untuk banyak elemen dari manajemen personalia dan
pengawasan, dan mengingatkan kita tentang pentingnya dorongan dan motivasi.
Peralatan
Banyak jenis peralatan yang digunakan di laboratorium, dan masing-masing peralatan
harus berfungsi dengan baik. Pemilihan peralatan yang tepat, pemasangan dengan benar,
memastikan bahwa peralatan baru bekerja dengan baik, dan memiliki sistem untuk
pemeliharaan adalah bagian dari program manajemen peralatan dalam sistem manajemen
mutu.
Pembelian dan persediaan
Pengelolaan bahan-bahan dan perlengkapan di laboratorium kerap kali menjadi tugas
yang menantang. Namun, pengelolaan yang baik dari pembelian dan persediaan dapat
menciptakan penghematan biaya selain untuk memastikan persediaan bahan-bahan yang
tersedia bila diperlukan. Prosedur yang merupakan bagian dari manajemen pembelian dan
persediaan dirancang untuk memastikan bahwa semua bahan-bahan dan perlengkapan
mempunyai kualitas yang baik, dan bahwa bahan-bahan tersebut digunakan dan disimpan
dengan cara melindungi keutuhan dan kehandalannya.
Proses pengawasan
Proses pengawasan terdiri dari beberapa faktor yang penting dalam memastikan kualitas
proses pengujian laboratorium. Faktor-faktor ini termasuk kontrol kualitas untuk pengujian,
manajemen yang tepat dari sampel, termasuk pengumpulan dan penanganan,
dan pembuktian metode dan pengesahan.
Unsur-unsur dari proses pengendalian yang sangat akrab bagi laboran, pengawasan
kualitas adalah salah satu latihan kualitas pertama untuk digunakan di laboratorium dan
selanjutnya untuk menempatkan peran penting dalam memastikan keakuratan pengujian.
Manajemen informasi
Produk dari laboratorium adalah informasi, terutama dalam bentuk tes pelaporan.
Informasi (data) harus hati-hati dikelola untuk memastikan keakuratan dan kerahasiaan, serta
aksesibilitas ke staf laboratorium dan kesehatan penyedian perawatan. Informasi dapat
dikelola dan disampaikan dengan sistem kertas atau dengan komputer, keduanya akan
dibahas pada bagian manajemen informasi.
Dokumen dan catatan
Dari 12 sistem mutu, banyak yang saling tumpang tindih. Misalnya hubungan antara
"dokumen dan catatan" dan "manajemen informasi".
Dokumen yang diperlukan di laboratorium untuk menginformasikan bagaimana
melakukan sesuatu, dan laboratorium selalu memiliki banyak dokumen. Dalam melakukan
rekaman harus dengan cermat agar menjadi akurat dan mudah diakses.
Kejadian manajemen
Kejadian manajemen laboratorium adalah suatu kesalahan atau suatu peristiwa yang
sering terjadi di dalam laboratorium. Sebuah system di dalam laboratorim diperlukan untuk
mendeteksi masalah atau kejadian. Untuk menangani hal tersebut , kita harus belajar dari
kesalahan dan harus di ambil tindakan sehingga hal tersebut tidak terjadi lagi.
Penilaian
Proses penilaian merupakan suatu proses untuk memeriksa kinerja laboratorium dan
membandingkannya dengan standar, tolak ukur atau dengan kinerja laboratorium lainnya.
Standar kualitas laboratorium merupakan bagian penting dari proses penilaian, pelayanan
dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk laboratorium. Proses penilaian terbagi atas dua
macam yaitu :
1. Penilaian internal yaitu penilaian yang dilakukan dalam laboratorium dengan
menggunakan staf itu sendiri.
2. Penilaian eksternal yaitu penilaian yang dilakukan dalam laboratorium oleh kelompok
atau lembaga di luar laboratorium.
Tindakan perbaikan
Tujuan utama dalam system manajemen mutu adalah perbaikan secara terus-menerus di
dalam laboratorium dan dilakukan secara sistematis.
Peleyanan kepada pelanggan
Konsep pelayanan kepada pelanggan sering diabaikan dalam praktek laboratorium.
Namun penting untuk diketahui bahwa laboratorium adalah organisasi jasa. Oleh karena itu
pelanggan atau klien yang masuk ke dalam suatu laboratorium menerima apa yang mereka
butuhkan. Laboratorium harus memahami siapa pelanggan dan apa yang mereka butuhkan
sehingga nantinya akan ada umpan balik pelanggan untuk membuat perbaikan.
Fasilitas dan keselamatan
Ada beberapa hal yang harus menjadi bagian dari fasilitas manajemen dan keselamatan
seperti :
1. Keamanan
Berfungsi untuk mencegah resiko yang tidak di inginkan atau bahaya yang ada di ruang
laboratorium.
2. Penahanan
Berfungsi untuk meminimalkan resiko dan mencegah bahaya di ruang laboratorium yang
dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat.
3. Keselamatan
Mencakup kebijakan dan prosedur atau tatanan untuk mencegah kerugian pekerja,
pelanggan dan masyarakat.
4. Ergonomics
Membahas fasilitas dan adaptasi peralatan untuk memungkinkan keamanan dan kondisi
kerja di lokasi laboratorium.
Model sistem manajemen mutu
Dalam model sistem manajemen mutu, semua dari 12 sistem kualitas yang perlu harus
ditujukan untuk memastikan hasil laboratorium yang akurat, handal dan tepat waktu, dan
untuk memiliki kualitas operasi laboratorium. Penting untuk diketahui bahwa didalam
laboratorium 12 sistem mutu dapat diterapkan dalam urutan yang paling sesuai dengan
laboratorium. Pendekatan untuk pelaksanaannya akan berbeda dengan kondisi setempat.
Ketika laboratorium tidak menerapkan sistem manajemen mutu yang baik maka akan ada
banyak kesalahan yang dapat menyebabkan masalah yang tidak terduga. Namun menerapkan
sistem manajemen mutu juga tidak menjamin laboratorium akan bebas dari masalah, tapi
dengan menerapkan sistem manajemen mutu dalam laboratorium akan menghasilkan
laboratorium yang berkualitas tinggi dan dapat mendeteksi kesalahan serta mencegah
kesalahan itu untuk terjadi lagi.

2.6 Beberapa langkah dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu


Penerapan suatu proses dalam suatu organisasi biasanya memiliki beberapa langkah,
untuk kasus penerapan sistem manajemen mutu menurut Gasperz (2002;10) urutan-urutan
yang diberikan hanya merupakan suatu petunjuk, yang dapat saja dilakukan bersamaan atau
dalam susunan yang tidak harus berurut, tergantung pada kultur dan kematangan organisasi,
tetapi semua langkah ini harus diperhatikan secara serius dan konsisten. Dan langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang akan
diterapkan. Standar-standar sistem manajemen mutu itu dipilih berdasarkan dan sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Berkaitan dengan hal ini, sistem manajemen mutu ISO
9001:2000 dapat diplih.
2. Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi (top
management commitment). Implementasi dari sistem manajemen mutu membutuhkan
komitmen dari manajemen organisasi dan semua standar sistem manajemen mutu
membuthkan komitmen ini agar dapat didokomentasikan. Komitmen organsasi terhadap
mutu dapat ditunjukkan sejak awal melalui penandatanganan pernyataan kebijakan mutu
organisasi, dan berikutnya diikuti oleh sikap dan perilaku manajemen yang konsisten
dalam menerapkan prosedur-prosedur kerja.
3. Menetapkan suatu kelompok kerja (working group) atau komite pengarah (steering
committee) yang terdiri dari manajer-manajer senior. Semua manajer senior harus
berpartisipasi aktif dan paham secara benar tentang persyaratan-persyaratan standar dari
sistem manajemen mutu itu.
4. Menugaskan wakil manajemen (management representative). Organisasi harus
menugaskan wakil manajemen, yang bebas dari tanggung jawab lain, seerta harus
mendefenisikan wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa persyaratan-
persyaratan sistem manajemen mutu itu diterapkan dan dipelihara.
5. Menetapkan tujuan-tujuan mutu dan implementasi sistem. Tidak ada metode baku atau
tunggal dari implementasi sistem manajemen mutu dalam organisasi. Bagaimanapun,
program implementasi (prosedur- prosedur kerja) harus merupakan tanggung jawab dari
semua anggota organisasi dan dilakukan secara benar dari awal.
6. Meninjau ulang sistem manejemen mutu yang sekarang. Berkaitan dengan hal ini perlu
dilakukan suatu audit sistem atau penilaian terhadap sistem manajemen mutu yang ada.
7. Mendefenisikan struktur organisasi dan tanggung jawab. Pengembangan suatu sistem
manajemen mutu menghadirkan suatu kesempatan ideal untuk suautu organisasi
melakukan evaluasi terperinci dan meninjau ulang struktur manajemen yang ada.
8. Menciptakan keasadaran mutu (quality awareness) pada semua tingkat dalam organisasi.
Kesadaran mutu dapat dibangkitkan melalui serangakaian pelatihan tentang mutu guna
menjawab pertanyaan- pertanyaan: apa itu mutu?, mengapa perlu memiliki sistem
manajemen mutu?, apa itu manual mutu?, mengapa harus mendokumentasikan sistem
manajemen mutu dalam prosedur-prosedur sistem dan prosedur- prosedur kerja
terperinci?, apa itu kebijakan mutu organisasi?, mengapa memerlukan kerjasama dalam
implementasi sistem manajemen mutu?, dan lain-lain.
9. Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen mutu dalam manual (buku
panduan) mutu. Hal ini berkaitan dengan peninjauan ulang secara singkat dari sistem
manajemen mutu itu dan apakah kebijakan dan dokumen-dokumen yang diperlukan
telah lengkap dan tersusun rapi dalam sistem manajemen.
10. Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-prosedur.
Berkaitan dengan hal ini perlu mengembangkan suatu diagram alir dari aktivitas bisnis
organisasi dan menentukan hal- hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan
organisasi.
11. Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur oprasional atau prosedur
terperinci. Hal ini berkaitan dengan dokumen-dokumen spesifik terhadap produk,
aktivitas-aktivitas atau proses-proses dan harus ditempatkan pada lokasi kerja sehingga
mudah dibaca oleh karyawan atau pekerja yang terkait.
12. Memperkenalkan dokumentasi. sekali manual mutu dan prosedur- prosedur telah
disepakati , maka implementasi dari praktek-praktek sistem manajemen mutu pada
tingkat manajemen dapat dilakukan.
13. Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem. Tahap ini akan menjadi
sangat penting untuk keberhasilan dan efisiensi dari sistem manajemen mutu.
14. Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen mutu. Peninjauan ulang sistem
manajemen mutu diperlukan untuk menjamin kesesuaian terhadap persyaratan-
persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu.

Anda mungkin juga menyukai