Disusun Oleh :
F420185050
(3B_S1 Farmasi)
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan Makalah tentang skrining antigen covid ini. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan akan tulisan ini, namun penulis berharap
kepada pembaca agar memberikan kritik terhadap makalah ini supaya di tulisan-tulisan
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada dosen ibu Apt. Eko
Retnowati,M.Si.,M.Farm, M.Farm dan asisten dosen Yang mana berkat perintah dan
perhatiannya beliau laporan resmi teknologi sediaan steril ini dapat dibuat dengan
sedemikian rupa. Saya selaku penyusun harapkan laporan resmi teknologi sediaan steril ini
dapat bermanfaat bagipertambahan pengetahuan pembaca.
LATAR BELAKANG
Secara umum, rapid test antigen bekerja dengan cara mendeteksi struktur asing (dari
virus, bakteri, maupun patogen lain) yang dapat mencetuskan respons imun tubuh. Sebagian
besar rapid test antigen untuk COVID-19 menggunakan metode
imunodeteksi sandwich dengan format tes alur lateral yang umum dipakai untuk tes HIV,
malaria, dan influenza.
Rapid test antigen dapat menggunakan spesimen swab nasofaring, swab nasal, atau
sputum sesuai petunjuk kit reagen. Setelah spesimen saluran pernapasan diambil dan
dioleskan ke strip tes, hasil dibaca oleh operator dalam waktu 10–30 menit dengan atau tanpa
bantuan instrumen pembaca yang telah terlatih untuk mencegah perbedaan interpretasi.
Meskipun termasuk pemeriksaan cepat, rapid test antigen tetap harus dilakukan dan
diinterpretasi oleh tim terlatih. Petugas tetap membutuhkan alat pelindung diri (APD) level 3
untuk mencegah transmisi virus melalui aerosol. Tes ini dapat dilakukan di laboratorium
dengan fasilitas ruangan bertekanan negatif, baik milik pemerintah maupun milik swasta
yang memiliki fasilitas biological safety cabinet (BSC) kelas II.
Hasil Positif
Hasil dinyatakan positif bila terlihat satu garis hitam pada garis tes (T) dan satu garis
merah pada garis kontrol (C). Hasil dilaporkan sebagai “antigen SARS-CoV-2 positif” dan
direkomendasikan untuk dikonfirmasi dengan RT-PCR. Pasien diisolasi sesuai kriteria dan
diingatkan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, memakai masker, dan
menerapkan physical distancing.
Hasil dilaporkan sebagai “antigen SARS-CoV-2 negatif” bila hanya terlihat satu garis
merah pada garis kontrol (C). Namun, hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan
infeksi SARS-CoV-2 karena hal ini mungkin disebabkan oleh kuantitas antigen dalam
spesimen yang masih berada di bawah level deteksi alat.
Hasil Invalid
Hasil rapid test antigen SARS-CoV-2 dinyatakan invalid bila tidak terdapat garis pada
garis kontrol (C). Dalam hal ini, pasien direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan
ulang.
Sensitivitas dan Spesifisitas Rapid Test Antigen SARS-CoV-2
Saat ini, data sensitivitas dan spesifisitas rapid test antigen SARS-CoV-2 diambil dari
bermacam studi yang masih memiliki desain penelitian dan sasaran evaluasi heterogen,
dengan uji validasi yang masih terbatas. Oleh karena itu, ada kemungkinan data akan berubah
di masa depan.
Saat ini, sensitivitas yang dilaporkan berkisar antara 30−84% dan spesifisitas yang
dilaporkan adalah mendekati 100%. Sensitivitas dan spesifisitas ini bervariasi antar produsen
alat rapid test antigen. Studi Linares et al mencoba membandingkan performa rapid
test antigen COVID-19 PanbioTM dengan RT-PCR. Dari 60 sampel RT-PCR yang positif,
sebanyak 40 (73,3%) di antaranya menunjukkan hasil rapid test antigen positif. Pasien yang
diperiksa <7 hari sejak onset gejala dilaporkan memiliki viral load lebih tinggi, sehingga
sensitivitasnya juga lebih tinggi daripada pasien yang diperiksa >7 hari setelah onset gejala
(86,5% vs 53,8%).[1]
Studi Cahaimayo et al di Thailand juga membandingkan performa rapid test antigen
Standard™ Q COVID-19 dengan RT-PCR dalam rentang waktu 0–14 hari sejak onset gejala
(rerata 3 hari). Dari 454 sampel swab nasofaring pasien suspek COVID-19, 60 sampel positif
melalui RT-PCR (13,2%).
Dalam studi tersebut, sensitivitas dan spesifisitas rapid test antigen adalah 98,33% dan
98,73%. Studi ini hanya memiliki jumlah pasien positif COVID-19 sedikit, sehingga tidak
bisa digunakan untuk mengonfirmasi apakah rapid test antigen berguna untuk rule-
in diagnosis COVID-19. Namun, karena studi ini memiliki banyak pasien negatif, hasil studi
ini dapat digunakan untuk mengonfirmasi kemampuan rapid test antigen untuk rule-
out diagnosis COVID-19.
Rekomendasi WHO terkait Rapid Test Antigen untuk Skrining COVID-19
Alat rapid test antigen yang dianjurkan adalah yang memiliki memiliki sensitivitas
≥80% dan spesifisitas ≥97%. Pemeriksaan harus dilakukan oleh operator terlatih dalam waktu
5–7 hari setelah onset gejala.
Kondisi yang Disarankan Menjalani Rapid Test Antigen COVID-19